Share

93. Hati yang gamang

Rintik gerimis datang tanpa diundang. Membasahi hati yang gersang. Suaranya yang pelan kini mulai nyaring terdengar seiring intensitas air yang jatuh kian deras. Seketika udara dingin menerpa kulitku, membawa wangi tanah basah ke dalam Indra penciuman.

Daun dan ilalang menari riang merasakan air segar yang membasahi setiap bagian lukuk tubuh mereka. Seakan menari-nari menyambut kehadirannya yang telah lama membuat dahaga. Aku yang duduk di pinggir ranjang kini beranjak menuju jendela. Berdiri diam menikmati udara dingin seraya menatap indahnya bunga yang menantang sang langit. Seakan mengucapkan terima kasih.

Matahari belum naik sepenuhnya sampai ke singgasana, namun sudah diusir balik oleh awan hitam yang beriringan seperti ketua genk yang berkuasa mengusir sang pemilik siang. Langit seolah ikut bersedih dengan nasib yang kami alami.

Seharian hujan menerpa tiada henti. Aku yang bosan menunggu memilih untuk pergi menjemput putraku Ammar. Rencana kepindahanku sudah di atur begitu rap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status