Share

Bagian 44. Berita Duka

Astaga, aku tadi sempat membuka masker ketika berbincang-bincang dengan mamang ketika di kontrakan. Jangan-jangan? Ah, semoga tidak.

Sesekali aku menoleh belakang. Mobil putih yang menurutku dari tadi kurasa mengikuti, masih ada.

“Pak, saya berhenti di perempatan depan saja!” teriakku pada pengemudi ojek. Sengaja aku mengeraskan suara sebab suaraku beradu dengan angin.

“Baik, Neng.”

Aku tidak mau mengambil risiko. Jika benar mobil itu orang suruhan Mas Aqsal, aku takut dia akan membuntutiku sampai di pesantren. Aku khawatir dia akan membuat rusuh di sana.

Perempatan yang kumaksud, masih jauh dari pesantren. Aku bisa turun dan berhenti sebentar, lalu akan sembunyi. Setelah mobil itu tidak ada, baru aku akan kembali ke pesantren dengan ojek lain. Sekalian nanti mengambil ponsel.

Mobil putih itu ikut berhenti saat aku berhenti. Aku masuk ke sebuah toko kelontong sekadar membeli sabun mandi. Aku minta untuk keluar dari pintu samping saja. Beruntung pemilik toko mempersilakan. Lalu, aku me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status