Share

Bagian 50. Tuduhan

“Pesantren ini telah mengajarkan ajaran radikal! Salah satu santrinya memukul kepala saya dengan gelas!” Mas Aqsal berbicara dengan menggebu-gebu saat aku masuk. Aku masih memperhatikan, belum mengucap salam.

Kugenggam erat tangan Nizam. Aku yakin pasti dia ketakutan.

Di ruang tamu ndalem, ada Abah dan Umi, dua orang berjaket hitam, dan beberapa orang lagi mungkin warga sini. Lalu ... ada Mas Aqsal yang di sampingnya dua orang berkemeja resmi.

Pria ini datang pasti akan membuat huru-hara.

“Assalamualaikum.” Akhirnya aku menguatkan diri mengucap salam.

“Waalaikumussalam. Niha, kemari, Neng.” Umi memanggil. Matanya berkaca-kaca. Entah apa yang sedang dipikirkan wanita bersahaja itu, tetapi aku tahu beliau pasti kecewa denganku.

Kakiku sendiri entah mengapa sangat sulit digerakkan mendekat ke arahnya. Bibir ini seperti dijahit yang sulit sekali dibuka. Semua ini terlalu mengejutkan.

Keterkejutan, rasa bersalah, dan kebencian bergumul menjadi satu.

Semua puing rasa sakit yang berhasil ku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status