Meskipun sudah mengejar perempuan yang membawa lari pedang pusaka itu dengan ajian Kumbang Babega, namun si Kumbang Janti cukup terkejut sata mendapati si perempuan ternyata memiliki ilmu meringankan tubuh yang cukup mumpuni.‘Tentu saja! Bila tidak, tidak mungkin dia bisa mencuri Piso Gading!’Tidak ingin perempuan itu berlalu begitu saja, si Kumbang Janti mengalirkan tenaga dalam ke kedua tangannya.Teph!Memanfaatkan sebuah pohon untuk mendorong tubuhnya lebih cepat, si Kumbang Janti lantas melepaskan pukulan jarak jauh ke arah si perempuan.Dua gelombang angin menderu dengan ganas dari tangan si Kumbang Janti bergantian. Lebih cepat dengan mengandung hawa membunuh yang sangat kuat.Perempuan itu menggeram dalam langkahnya yang cepat. Lalu dia mengibaskan Piso Gading di tangannya ke arah belakang.Swing!Si Kumbang Janti membelalak dan langsung melontarkan tubuhnya ke kanan. Angin tajam dari tebasan pedang pusaka itu bahkan terlihat berwarna kehitaman. Begitu ganas dan begitu dingi
Akan tetapi, si Kumbang Janti berhasil memperpendek jarak di antara keduanya sehingga tendangan itu tidak bisa dilepaskan dengan sepenuhnya. Justru, gerakan itu membuat Langkupa Sibirong terdorong ke belakang dan menjadi limbung.Si Kumbang Janti semakin merunduk rendah hingga hampir menyentuh permukaan tanah. Dia menggunakan satu tangannya sebagai tumpuan, lalu memutar tubuhnya sedemikian rupa.Dugh! Dugh!Heck!Langkupa Sibirong yang dalam keadaan terhuyung karena dorongan si Kumbang Janti sebelumnya lalu terkena dua tendangan berturut-turut, di perut dan dadanya.Dia melenguh pendek dan terpental, lalu terguling sekali, dan kembali bangkit dengan cepat.“Keparat kau!”Si mantan Datuk Hulubalang menyeringai. “Bukankah kau mengatakan aku akan mati dalam jurus selanjutnya? Atau, kau hanya menggertak sambal saja?”“Oh, akan kucincang kau sampai tak berbentuk, orang Minanga!”Swing!Langkupa Sibirong kembali melesat dengan tangan mengembang ke samping. Sementara si Kumbang Janti telah b
Baru saja keempat Tambok Babiat tercengang dengan kecepatan Puti Bungo Satangkai yang menjatuhkan pria bergolok, kini mereka kembali dibuat terkagum-kagum dengan sang gadis yang tahu-tahu telah mencengkeram leher pria berpisau melengkung.“Le-Lepaskan aku, jahanam!” Sang pria menggerakkan senjatanya.Namun dengan cepat, Bungo menghentikan pergerakan tangan kanan sang pria dengan tangan kirinya.Krakk!Sang pria menjerit setinggi langit. Tangan kanannya patah terkena tinju tangan kiri sang gadis, dan pisau melengkungnya terlepas, lalu jatuh dan menancap ke tanah.Pria ketiga melompat ke belakang Bungo, lalu mengebutkan tangannya berkali-kali. Belasan jarum hortuk melesat dan bahkan mengeluarkan suara berdesing seolah jarum-jarum itu terbuat dari besi.Mengira bahwa serangan membokongnya itu akan berhasil, si pria justru semakin kesal dengan kemarahan yang menggelegak.Bungo yang tak hendak tersentuh oleh jarum-jarum besar beracun itu dengan sengaja berpindah tempat dengan memutar tubuh
Puti Bungo Satangkai menggerakan jari-jari tangan kanannya sedemikian rupa. Karih Narako melesat kembali kepadanya, berputar perlahan sejengkal di atas telapak tangannya, sebelum akhirnya ia genggam, dan disimpan ke balik pakaiannya.Empat Tambok Babiat hanya bia menganga dengan mata tak berkedip menyaksikan kesaktian si gadis bisu.“Kalian lihat yang barusan?” Prajurit pertama menelan ludah, dan tiga temannya hanya mampu mengangguk saja.Begitu sang gadis hendak melangkah ke arah lainnya, salah seorang dari Tambok Babiat menghentikannya.“Nona, kau mau kemana?”Bungo memandangi empat pria yang berada belasan langkah di sisi lain. Lalu pada prajurit kedua yang barusan bertanya kepadanya.Dia ragu jika para pria itu akan memahami bahasa isyaratnya. Dan untuk itu, dia hanya menunjuk ke satu arah, arah di mana tadi si Kumbang Janti mengejar seorang perempuan yang membekal Piso Gading.Seolah memahami, prajurit kedua mengajak tiga temannya untuk mengikuti sang gadis.“Hei, kita harus meng
Sondang Tiur menyeringai tipis. Tatapan tajamnya tertuju pada Piso Gading di tangan Langkupa Sibirong.Tanpa bertanya sekalipun, sang gadis sudah maklum jika wanita yang satu itu telah mencuri pusaka milik Kerajaan Toba Tua.Dengan alasan apa pun, tidak pernah Piso Gading jatuh ke tangan orang sembarangan, apalagi digunakan untuk membunuh orang lain, pikirnya.“Jawab aku, gadis keparat!”Meskipun Langkupa Sibirong tidak mengenal Sondang Tiur, tapi dia cukup merasa gemetar dengan kesaktian yang dimiliki oleh sang gadis yang ia sebut sebagai Begu Bontar tadi. Atau bermakna, Hantu Putih.Satu-satunya pendekar di Tanah Batak yang sangat terkenal dengan kesaktian serupa dengan nama aslinya adalah Begu Bontar Tinada atau Hantu Putih dari Tinada itu adalah Sohatahutan.Dan tentu saja, dengan alasan yang sama jugalah Langkupa Sibirong merasa sedikit cemas. Sebab, mungkin saja gadis di hadapannya itu adalah muridnya si Sohatahutan. Setidaknya, inilah yang dipikirkan oleh perempuan tersebut ke
Empat Tambok Babiat sama tercekat. Sementara Sondang Tiur mengernyit menyaksikan bagaimana kepala Langkupa Sibirong hancur menjadi serpihan bersamaan dengan darah dan cairan otaknya yang berhamburan.Yaah, Puti Bungo Satangkai yang dalam kemurkaannya telah menggunakan Telapak Penghancur Raga untuk membunuh Langkupa Sibirong.Tubuh tanpa kepala itu masih berdiri untuk sesaat dan bergetar hebat sebelum akhirnya tumbang, tertelungkup di tanah. Sementara Piso Gading telah berpindah ke tangan si gadis bisu.‘Senjata ini bukan hakmu!’Bungo menatap gadis cantik berwajah tegas yang tubuhnya diselubungi asap putih. Dari keadaan yang hanya beberapa saat saja ia saksikan sebelumnya, Bungo berkesimpulan bahwa gadis yang satu itu bukanlah seorang yang jahat, atau seseorang yang harus ia khawatirkan.Bagaimanapun, dia tidak merasakan hawa membunuh dari gadis tersebut.Lalu dia berpaling ke belakang, pada empat Tambok Babiat yang masih berdiri di dekat mayat si Kumbang Janti.Dengan langkah yang se
Puti Bungo Satangkai hanya berdiri dengan tatapan nanar pada api membara yang membakar tumpukan kayu dan ranting di hadapannya. Di tengah-tengah tumpukan ranting dan kayu itulah jasad si Kumbang Janti berada, di antara kobaran api.Air matanya terus bergulir menuruni pipinya yang memerah. Sementara di samping kirinya Sondang Tiur berdiri dengan keheningan.Begitu juga dengan empat Tambok Babiat yang tersisa, semua hening dalam duka yang besar.Sebelumnya, keempat prajurit Kerajaan Toba Tua itu telah mengubur jasad-jasad teman mereka yang gugur. Pun demikian dengan mayat Langkupa Sibirong serta keempat rekannya. Dan ketika mereka menawarkan untuk mengubur si Kumbang Janti, Bungo menolak itu.Sang gadis hendak membawa si Kumbang Janti kembali ke Tanah Minanga setelah dia menyelesaikan tugasnya nanti. Dan satu-satunya cara adalah dengan hanya membawa abu pembakarannya.Itu pula alasannya mengapa Bungo lebih memilih membakar jasad si Kumbang Janti.Setidaknya, dia melakukan ini demi membe
“Aku tahu.” Sondang Tiur menghela napas dalam-dalam. “Tulang Masuga juga sudah menyampaikan padaku bahwa abangmu, si Buyung Kacinduaan itu telah menjadi suami bagi Ratu Mudo. Mana mungkin aku akan menjadi orang ketiga di antara mereka, kan?”Dengan masih sedikit kebingungan, Puti Bungo Satangkai hanya mengangguk saja. Sementara keempat prajurit cukup tertarik untuk mendengar lebih jauh tentang hal tersebut dari Sondang Tiur.“Aku tidak mau dimadu. Lagi pula, telah berulang kali orang-orang Istana Minanga mengutus prajurit untuk mencari keberadaan keduanya. Dan sampai terakhir kali aku di Minanga, tidak seorang pun yang mengetahui di mana abangmu dan kakak iparmu itu berada.”‘Ya. Aku sendiri pun belum pernah bertemu dengan abangku itu, juga kakak iparku sama sekali.’“Itulah yang aku dengar dari orang-orang di Istano Minanga.” Sondang Tiur terkikik lagi sembari merangkul bahu Bungo.‘Oh, tidak. Jangan bilang kau―’“Apa?” Justru kini Sondang Tiur lah yang membelalak lebar. “Dasar gila!