Kembali dibuat wajahnya meringis menahan sakit. Sementara itu, Ayu Wulan telah selesai bersemadi. Keringat yang mengalir tadi telah lenyap dan dirasakan tubuhnya mulai segar kembali. Begitu kedua matanya dibuka, yang pertama kali dilihatnya adalah sosok pemuda berpakaian hitam.
Buru-buru murid Dewa Pemarah ini mendekat. Sambil berlutut dia berkata, "Bagaimana keadaanmu?"
Dengan berlagak masih kesakitan, Pangeran Pencabut Nyawa membuka kedua matanya. Sejenak dipandanginya wajah si gadis yang sedang tersenyum.
"Luar biasa! Kecantikannya sungguh luar biasa! Aku ingin menikmatinya sekarang, tetapi tidak dengan cara memaksa!" kata Handaka dalam hati. Lalu dengan suara dibuat parau dia berkata, "Terima kasih atas bantuanmu...."
"Ayu Wulan."
"Ayu Wulan."
"Sudahlah. Tak perlu berbasa-basi seperti itu. Lebih baik kau bersandar saja di bawah pohon itu. Ayo, kubantu kau...."
Gairah Pangeran Pencabut Nyawa semakin naik, tatkala mencium aroma alam
Pangeran Pencabut Nyawa memasang wajah bimbang. Diam-diam dia berkata dalam hati, "Ternyata begitu mudah mengelabuinya. Ada dua keuntungan yang kudapatkan. Pertama, aku akan mendapatkan gadis ini tanpa susah payah. Kedua, gadis ini akan menjadi barang berharga untuk barter dengan Kitab Pembangkit Mayat, sebagai petunjuk untuk menemukan Kitab Pamungkas. Dan aku tak percaya kalau Kitab Pembangkit Mayat berada di tangan perempuan berjuluk Dewi Topeng Perak dan Buang Totang Samudero, seperti yang dikatakan Dayang-dayang Dasar Neraka."Lalu katanya, "Baiklah. Mengingat kau telah menolongku, aku akan membalas semuanya.""Aku tidak mengharapkan balasan apa-apa! Tetapi kali ini aku butuh bantuanmu agar aku dapat menyelamatkan Kang Manggala!"Pangeran Pencabut Nyawa mengangguk dan perlahan-lahan berdiri, "Kita berangkat sekarang!"Dengan kecemasan yang menggayuti dadanya, Ayu Wulan mengangguk dan mendahului. Di belakang, Pangeran Pencabut Nyawa menyeringai lebar.
Sri Kunting berkata, "Kakang Wulung... apakah kita ikuti Kakek itu atau tidak?"Wulung Seta menggelengkan kepalanya."Kurasa jangan, karena sepertinya tak ada tanda-tanda agar kita mengikutinya. Kakek itu penuh keterusterangan, tetapi mengapa sepertinya masih ada yang tak diberitahukannya kepada kita?""Dan bagaimana menurutmu dengan misteri di Bulak Batu Bulan?""Aku tidak tahu sama sekali. Tetapi, aku cukup dibuat kaget tadi karena lelaki sakti itu tahu jalan pikiran kita. Dan kuharap, apa yang dikatakannya tadi kalau kita juga akan tiba di Bulak Batu Bulan, akan menjadi kenyataan. Saat ini, entah mengapa dendamku pada Raja Setan Seruling Maut yang membunuh guruku telah lenyap....""Hei!" Sri Kunting terkejut. "Begitu pula denganku, Kakang Wulung. Aku seolah sudah melupakan segala dendam yang ada di hatiku."Pemuda berpakaian abu-abu yang terbuka di bagian dada dan memperlihatkan dadanya yang bidang mengangguk-anggukkan kepalanya."
Sambil terus berkelebat melewati jalan setapak, Manggala berkata dalam hati, "Mudah-mudahan Garaga sudah bertemu dengan Guru dan mendapatkan keterangan lebih lanjut mengenai persoalan yang membentang ini."Masih terus berkelebat, Manggala menghentikan kata batinnya. Lamat-lamat dia menyambung, "Tetapi... bisa jadi kalau ternyata dia belum bertemu dengan Guru."Karena memikirkan yang kedua itulah Manggala belum memutuskan untuk memanggil Garaga. Pemuda ini terus berkelebat. Baginya, dia harus melawan waktu. Kendati seluruh ilmu peringan tubuhnya dipergunakan, tetap saja tak ada keringat yang mengalir. Ini disebabkan karena kekuatan Tenaga Inti ‘Geledek’ pada tubuhnya. Benaknya dipenuhi bermacam pikiran yang coba dirangkaikan. Semuanya seperti tumpang tindih. Sambil berkelebat, kali ini Manggala coba mengosongkan diri. Namun, begitu dia hampir mencapai penghujung jalan setapak itu, mendadak saja dihentikan kelebatannya.Sekarang kedua kakinya berdiri t
Iblis Tanpa Jiwa merapatkan mulutnya. Matanya berputar liar dengan kegusaran tinggi. Rahangnya mengembung mengempis. Dadanya yang kurus turun naik dengan kemarahan. Sampai kemudian dia menghardik keras tatkala sadar kalau dia tengah dipermainkan pemuda di hadapannya. "Keparat! Terimalah kematianmu!"Habis kata-katanya, serta-merta digerakkan kedua tangannya. Serangan angin deras menggebrak dahsyat ke arah Si Buta dari Sungai Ular. Saking cepatnya serangan angin itu menderu, membuat Manggala sejenak terkesiap. Dan seperti baru disadarinya, kalau dia tak mungkin menghindari karena gelombang angin itu sudah begitu dekat dengannya. Berarti, jalan satu-satunya hanya memapaki!Segera ditahan napas dan Tenaga Inti ‘Geledek’ yang berpusat di dada. Langsung diangkat kedua tangannya dan didorong ke depan pula.Blarrr!Terdengar suara ledakan dahsyat begitu kedua pukulan yang sama-sama dialiri tenaga dalam itu bertemu. Tanah di mana bertemunya dua pukula
Si Buta dari Sungai Ular benar-benar terkapar. Tangan kanannya yang memegang Tulang Ekor Naga Emas bergetar. Dari mulut dan hidungnya mengalir darah segar. Tetapi sikap gagah yang dimilikinya tetap ada. Dia Cuma menyeringai menyahuti kata-kata Iblis Tanpa Jiwa. Bahkan meleletkan lidah!Makin meledak kemarahan Iblis Tanpa Jiwa. Dengan rahang mengembung dia berteriak mengguntur, "Kau harus kubuat lumpuh dulu rupanya!"Habis kata-katanya segera saja kakek ini mengangkat tangan kanannya yang berubah jadi sangat hitam. Lalu segera diayunkannya ke arah kedua kaki Manggala yang berusaha untuk menggerakkan Tulang Ekor Naga Emas!Bersamaan dengan gerakan tangan kanan si kakek sesat yang hendak menghantam kedua kaki Manggala, mendadak dua bongkah awan warna hijau menderu dengan suara bergemuruh. Memapak serangan Iblis Tanpa Jiwa!Blaaarrrr!Dua bongkah asap hijau itu bukan hanya memukul pecah jotosan yang akan diterima Manggala, tetapi membuat si pemilik jot
Sebagai sahutan, terasa sekali perubahan arah angin yang kini menderu cukup kencang, seperti melingkari tempat itu. Menyusul suara cukup keras, "Lumbang Pandidi! Rupanya kau masih mengenaliku!"Menggeram Iblis Tanpa Jiwa mengenali suara orang yang memang dikenalnya, "Siapa orangnya yang memiliki pukulan 'Bejana Kabut Hijau' selain dirimu, hah!""Ah! Tak enak hatiku sekarang! Rupanya kau masih mengenali pukulan yang tak seberapa itu? Tetapi, siapa lagi orangnya yang mengenali pukulan itu kalau bukan kau?""Sekarang, ada urusan apa kau lancang mencampuri urusanku ini!""Aku hanya merasa tidak enak melihat ada orang yang hendak menghabisi orang yang tak mampu melawan!"Kendati agak ngeri, Iblis Tanpa Jiwa membentak geram, "Itu urusanku!""Ya, ya... kau benar! Jadi aku salah, bukan? Tetapi... kau tak pernah berubah rupanya! Kau hanya terus mengikuti nafsumu belaka untuk mendapatkan apa yang kau inginkan!""Jangan pancing kemarahanku! Tind
Manggala yang memang merasakan nyeri di dadanya makin menjadi, tak banyak bicara kendati heran melihat si kakek tertawa yang seolah merasa lucu dengan guyonannya sendiri. Setelah pandangi sejenak si kakek, tanpa sadar Manggala menganggukkan kepala. Karena, kendati si kakek akhirnya tertawa-tawa, dirasakan nada penuh wibawa dalam suara itu. Menyusul didengarnya kata-kata si kakek yang di tangan kanannya terpegang rotan sepanjang lengan manusia dewasa setelah memutus tawanya sendiri, "Bersilalah!"Kembali pemuda dari Sungai ular ini mengangguk dan segera dilakukan perintah Wong Hadiguna sembari memasukkan kembali Tulang Ekor Naga Emas ke balik punggungnya."Pejamkan kedua matamu! Ingat, selagi aku mencoba membantumu untuk menyembuhkan luka dalam yang kau derita, jangan sekali-sekali mengalirkan Tenaga Inti ‘Geledek’! Bahkan boleh dikatakan, bila kau merasa Tenaga Inti ‘Geledek’ dalam tubuhmu hendak mengalir, kau harus menahannya sekuat tenaga."Bukan masalah dia h
"Mungkin kau belum pernah mendengar nama Rantak Ganggang. Baiknya, kuceritakan dulu tentang dia. Rantak Ganggang seorang manusia kejam yang memiliki ilmu tinggi, ini dikarenakan dia memiliki atau gemar mengumpulkan bermacam senjata atau benda pusaka. Bahkan ada beberapa benda pusaka kecil yang ditelannya hingga dia memiliki kesaktian tinggi. Hanya beberapa orang yang dapat menandingi nya. Tetapi bukan masalah itu pula yang hendak kusampaikan kepadamu. Melainkan, tentang rahasia yang ada pada ular peliharaanmu itu.""Rahasia apa, Kek?" tanya Manggala tak mengerti.Kalau sebelumnya dia masih dibingungkan dengan rahasia terpendam dari Tulang Ekor Naga Emas dan diyakininya kalau dia belum menemukan seluruh rahasia yang ada pada Tulang Ekor Naga Emas, kini telah ada rahasia lain dari Garaga."Taring-taring di ular peliharaanmu itu dapat menjadi senjata sakti tiada banding."Untuk sesaat Manggala tak segera berkata. Dia memandang si kakek berpakaian compang-cam