Manggala yang memang merasakan nyeri di dadanya makin menjadi, tak banyak bicara kendati heran melihat si kakek tertawa yang seolah merasa lucu dengan guyonannya sendiri. Setelah pandangi sejenak si kakek, tanpa sadar Manggala menganggukkan kepala. Karena, kendati si kakek akhirnya tertawa-tawa, dirasakan nada penuh wibawa dalam suara itu. Menyusul didengarnya kata-kata si kakek yang di tangan kanannya terpegang rotan sepanjang lengan manusia dewasa setelah memutus tawanya sendiri, "Bersilalah!"
Kembali pemuda dari Sungai ular ini mengangguk dan segera dilakukan perintah Wong Hadiguna sembari memasukkan kembali Tulang Ekor Naga Emas ke balik punggungnya.
"Pejamkan kedua matamu! Ingat, selagi aku mencoba membantumu untuk menyembuhkan luka dalam yang kau derita, jangan sekali-sekali mengalirkan Tenaga Inti ‘Geledek’! Bahkan boleh dikatakan, bila kau merasa Tenaga Inti ‘Geledek’ dalam tubuhmu hendak mengalir, kau harus menahannya sekuat tenaga."
Bukan masalah dia h
"Mungkin kau belum pernah mendengar nama Rantak Ganggang. Baiknya, kuceritakan dulu tentang dia. Rantak Ganggang seorang manusia kejam yang memiliki ilmu tinggi, ini dikarenakan dia memiliki atau gemar mengumpulkan bermacam senjata atau benda pusaka. Bahkan ada beberapa benda pusaka kecil yang ditelannya hingga dia memiliki kesaktian tinggi. Hanya beberapa orang yang dapat menandingi nya. Tetapi bukan masalah itu pula yang hendak kusampaikan kepadamu. Melainkan, tentang rahasia yang ada pada ular peliharaanmu itu.""Rahasia apa, Kek?" tanya Manggala tak mengerti.Kalau sebelumnya dia masih dibingungkan dengan rahasia terpendam dari Tulang Ekor Naga Emas dan diyakininya kalau dia belum menemukan seluruh rahasia yang ada pada Tulang Ekor Naga Emas, kini telah ada rahasia lain dari Garaga."Taring-taring di ular peliharaanmu itu dapat menjadi senjata sakti tiada banding."Untuk sesaat Manggala tak segera berkata. Dia memandang si kakek berpakaian compang-cam
"Pada pokoknya, kita harus tetap mencari Si Buta dari Sungai Ular! Dialah satu-satunya orang yang memegang Kitab Pembangkit Mayat sesuai petunjuk Guru!" kata yang mengenakan jubah warna putih. Lalu melanjutkan dengan pandangan ke kanan pada gadis yang mengenakan jubah warna biru pekat, yang pertama berbicara tadi, "Mudah-mudahan saja pemuda berjuluk Pangeran Pencabut Nyawa yang menggagalkan niat kita untuk membuntuti termakan ucapanmu, Dayang Harum. Ingin kulihat bagaimana bila dia bentrok dengan perempuan keparat berjuluk Dewi Topeng Perak yang bersama-sama dengan kakek cacat bernama Buang Totang Samudero.""Aku pun tak sabar untuk melihat keadaan itu!" sahut Dayang Harum. Kepalanya digerakkan sedikit, hingga rambutnya yang diikat pita warna biru bergerak.Untuk sesaat ketiga gadis itu tersenyum, sebelum akhirnya terdengar kata-kata Dayang Pandan yang mengejutkan kedua saudaranya, "Tetapi... yang menjadi pikiranku sekarang ini adalah, bila Guru muncul di saat kita bel
Kendati masih cemas, Dayang-dayang Dasar Neraka berdiri tegak tetap dengan kepala tertunduk."Jangan menjadi gadis-gadis dungu di hadapanku," kata si nenek yang berjuluk Ratu Jagat Raya pada ketiga muridnya. "Tadi kukatakan, kuampuni setiap kesalahan, yang berhubungan dengan pelacakan kalian pada Si Buta dari Sungai Ular. Malah kalian akan kuberi petunjuk yang berarti."Setelah ragu untuk beberapa saat, perlahan-lahan ketiga gadis itu baru berani mengangkat kepala. Tetapi tak berani menatap sepasang mata kelabu milik si nenek."Buka mulut kalian! Jangan membisu seperti arca!" mendadak menggelegar bentakan Ratu Jagat Raya yang membuat ketiga gadis itu berjingkat.Kejap lain mereka segera memperbaiki sikap. Dayang Kemilau mencoba berkata, "Maafkan kami, Guru....""Bagus! Kau dapat mewakili kedua saudaramu itu sebelum kuturunkan tangan! Dengar baik-baik sekarang! Tanpa sepengetahuan kalian, aku juga turun untuk mencari Si Buta dari Sungai Ular guna me
Orang yang barusan bicara tadi seorang gadis berwajah bulat telur dengan dagu agak menjuntai. Berkali-kali gadis berbulu mata lentik dengan rambut sebahu yang tak lain Ayu Wulan ini mendesah. Hatinya tak tenang memikirkan Si Buta dari Sungai Ular yang menurut pemuda berpakaian hitam yang duduk di hadapannya ini diseret oleh Dayang-dayang Dasar Neraka.Sementara itu, pemuda berpakaian hitam yang tak lain Handaka atau yang menjuluki dirinya Pangeran Pencabut Nyawa, hanya menganggukkan kepala. Sesungguhnya, di dalam hati pemuda ini, dia terbahak-bahak keras dengan pandangan penuh gairah bila melihat gadis bertubuh sintal di hadapannya."Aku sendiri jadi tidak enak, Ayu...," sahut murid Iblis Tanpa Jiwa ini dengan suara dibuat prihatin padahal hatinya menyeringai menikmati permainan yang diciptakannya ini. "Seharusnya, aku tak melarikan diri. Seharusnya, aku menolong Si Buta dari Sungai Ular. Seharusnya...."Ayu Wulan mengangkat kepalanya. "Kau tidak perlu berkata d
"Jalan satu-satunya memang harus melakukan hal itu. Karena Dayang-dayang Dasar Neraka akan merasa sia-sia belaka menangkap dan memaksa Si Buta dari Sungai Ular untuk mengatakan di mana Kitab Pamungkas berada. Ayu Wulan... apakah sebelumnya Si Buta dari Sungai Ular pernah menceritakan tentang Kitab Pamungkas?""Hanya sedikit. Dan aku sendiri tidak begitu mengerti sebenarnya.""Sayang, padahal kalau dia bisa memberi jawaban yang pasti, segera kulacak kitab itu," kata Handaka dalam hati. Lalu katanya, "Bagaimana dengan gagasan tadi?""Gagasan itu memang menarik. Tetapi aku khawatir, kalau Dayang-dayang Dasar Neraka akan membunuh Kang Manggala karena mereka merasa sia-sia saja. Bukankah Kang Manggala bisa menjadi sasaran kemarahan mereka?""Cerdik. Sungguh cerdik. Padahal bila isu itu sudah ditebarkan, tak mustahil Si Buta dari Sungai Ular akan muncul di hadapan," batin Pangeran Pencabut Nyawa. Kemudian katanya, "Aku tak punya gagasan lain sekarang."T
Pemuda berpakaian dari kulit ular ini segera keluarkan dengusan begitu mengenali siapa perempuan berpakaian kuning cemerlang yang muncul. "Berabe! Kali ini aku benar-benar tak mengharapkan bertemu dengan orang-orang semacam Dewi Topeng Perak. Tetapi kalau sudah begini, tak mungkin aku menghindar lagi."Habis membatin begitu, pemuda dari sungai ular ini berkata jemu, "Apa lagi yang harus diselesaikan? Apakah ini masih urusan Mata Dewa? Wah! Bagaimana sih kau ini? Kakek yang selalu memejamkan kedua matanya itu kan jelas-jelas menolakmu karena dia tetap mencintai Dewi Segala Impian? Kau seharusnya sadar akan hal itu, bukan? Jadi lebih baik kau lupakan segala persoalan...."“Pemuda jahanam! Semua ini gara-gara ulahmu hingga aku gagal membunuhnya!" sengat Dewi Topeng Perak dengan sorot mata tajam dari balik topeng perak yang dikenakannya."Mengapa harus menyalahkan aku? Kalau nyawa Mata Dewa belum putus juga, ya dia memang belum ditakdirkan untuk mati. Tetapi,
MALAM menghampar dalam dengan menebarkan kecerahan yang mempesona. Di jalan setapak yang dihiasi oleh sinar rembulan, Si Buta dari Sungai Ular masih memandang tak berkedip ke depan, pada sosok tua yang duduk bersila tanpa pakaian. Kening pemuda dari Sungai Ular ini dikernyitkan berulangkali."Tak salah! Kakek berkulit hitam legam itu kini memang tak lagi menyentuh tanah. Tubuhnya yang selalu bersila, berada sejengkal di atas tanah!"Sementara itu perempuan berpakaian kuning cemerlang yang berdiri di samping si kakek, diam-diam membatin kagum, "Sejak semula kusadari kalau Buang Totang Samudero semakin tinggi ilmunya! Bagus! Keinginanku melihat pemuda dari Sungai Ular itu mampus, akan terlaksana!"Manggala menahan napas, tatkala dilihatnya tubuh si kakek yang selalu duduk bersila dengan kedua tangan bersedekap di dada ini, tahu-tahu telah naik sejengkal di atas tanah!Kejap berikutnya, mendadak saja tubuh Buang Totang Samudero melesat ke arah Manggala, teta
Jangankan untuk menyahuti kata-kata orang, bernapas saja sudah sulit dilakukan Manggala. Wajahnya kini memerah karena darah yang menggumpal di bagian kepala. Napasnya bertambah sesak dan seolah cepat menekan dilehernya.Tak mendapatkan jawaban yang diinginkannya, jepitan kedua kaki Buang Totang Samudero yang tetap bersila itu makin mengerat. Ibarat dua buah bukit yang menjadi satu dalam sentakan marahnya alam."Cepat katakan sebelum terlambat!"Napas Si Buta dari Sungai Ular semakin terputus. Tubuhnya mulai dirasakan lemas. Akan tetapi, dalam keadaan seperti itu ternyata dia masih memiliki ketabahan dalam. Kendati agak jeri, dia tetap berusaha bertahan."Celaka! Aku tak mungkin bisa bertahan lebih lama dari jepitan kedua kaki kakek kurang asem ini!" maki Manggala dalam hati. Dikerahkan seluruh tenaganya untuk melepaskan jepitan kedua kaki Buang Totang Samudero. Akan tetapi, dalam keadaan sukar bernapas, siapa pun akan sulit untuk keluarkan tenaga dalam.
Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert
Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in
Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles
Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw
"Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil
Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu
Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo
"Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng
Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana