Share

Sisi Lemah Axel

Sosoknya bergeming, berlutut di tanah dengan buku jari masih mengucurkan darah segar. Betapa menyedihkannya keadaan sekitar pria itu. Batang pohon menjadi sasaran kemarahan Axel.

Retakan ranting renyah di bawah kakiku membuat Axel mengangkat kepala. Matanya masih merah, nyalang menantang, berisi kesintingan dan air mata.

"El?"

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Ia menunduk, mengabaikan kontak mata denganku. "Aku melukaimu."

"Akhirnya kau sadar juga, kau tahu apa yang kau lakukan pagi tadi?"

Ia mengusap wajah, kulihat lututnya memerah dan terluka. Sungguh, hatiku berdenyut nyeri.

"Maaf," bisiknya halus.

"Maaf? Kau kira maaf bisa mengembalikan semua, kau kira maaf bisa menyembuhkan lukaku? Maaf katamu!" teriakku berang.

"Aku--aku ...." Ia menjambak rambut sendiri, tampak sangat menderita.

"Apa hakmu, jika aku t

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status