Share

Chapter 28

Penulis: Pena_Zahra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-07 06:28:07

"Ya Bunda cerita Mas, kalau dulu Bunda dan Ayah menikah juga karena dijodohkan. Sama seperti kita yang tidak saling kenal dan mencintai awalnya. Tapi setelah melalui proses yang panjang akhirnya mereka bisa saling mencintai bahkan sangat romantis seperti yang kita lihat sekarang." Lia menceritakan secara ringkas pada Lio.

Lio hanya mengangguk-anggukkan kepala.

"Bunda itu sosok yang sangat kuat ya, Mas. Aku bener-bener salut dengan perjuangannya mendapatkan hati Ayah. Bahkan walau Ayah sempat mengabaikannyya karena gagal move on sama pacarnya pun Bunda gak menyerahkan gitu aja. Bunda justru bangkit dan terus berjuang. Padahal sebagai sesama wanita aku bisa merasakan bagaimana sakitnya Bunda saat itu, di abaikan keberadaannya sebagai isteri karena suami yang gagal move on. Beruntung sekarang Bunda sudah bahagia. Mungkin itulah hasil dari perjuangannya yang berdarah-darah selama ini." ucap Lia penuh kakaguman pada Bunda Lio.

Sedang Lio yang mendengar cerita Lia mendadak kehilangan mood n
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Setipis Benang Sutera   Chapter 29

    "Ibu, selama ini ibu tidak pernah mengecewakan Lia. Ibu selalu membahagiakan Lia. Nasihat-nasihat Ibu selalu membawa Lia pada kesuksesan dan keberhasilan. Pilihan ibu untuk Lia tidak pernah salah, semua berujung pada kebaikan untuk Lia. Karena itu, saat ibu memilihkan mas Lio untuk Lia, Lia juga yakin, bahwa itu lah yang terbaik untuk Lia. Lia yakin, inilah jalan yang harus Lia tempuh untuk mendapatkan kebahagiaan. Ibu doain Lia terus, ya? Supaya Lia kuat menjalani semua ini. Sampai bahagia itu tiba di waktu yang tepat." ucap Lia lirih sembari terus memandang wajah ibunya.Kemudian ia memeluk erat pigura di tangannya. Sejenak memejamkan mata, membayangkan jika saat ini ia tengah berada dalam pelukan ibunya. Tiba-tiba air mata mengalir dari kedua matanya. "Ibu, Lia rindu." ucapnya lirih dan sukses menyayat hati Lio yang sedari tadi hanya terdiam menyaksikannya.Tak ingin keberadaannya diketahui oleh Lia, Lio pun segera beranjak pergi meninggalkan kamar utama."Maafkan saya, Lia." bati

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 30

    Tak ingin lebih lama menunggu, Lio akhirnya memutuskan untuk menelfon Lia. Dan di dering ketiga, akhirnya Lia mengangkat teleponnya.[ Halo, Mas. Ada apa? ] 'Ya Allah, Lia. Bisa-bisanya dia tanya ada apa? Gak tau apa dia kalau saya sudah menunggu balasannya sedari tadi.' batin Lio merasa dongkol.[ Memangnya harus ada apa-apa dulu ya kalau suami mau telepon istrinya? ][ Ya, bukan gitu maksud Lia, Mas. Cuma kan gak biasanya Mas Lio telepon Lia begini. ][ Ya udah, gak usah dibahas. Kamu dimana sekarang? ][ Biasa, Mas. Di komplek Anggrek. ][ Oke, saya kesana sekarang.]Klik. Panggilan terputus.Lia memandang gawainya penuh heran. "Ini Mas Lio maksudnya apa sih?" batin Lia sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia pun segera memasukkan Hp nya kembali ke saku. Kemudian bersiap menemui Lio.Tak berselang lama, akhirnya Lio menampakkan batang hidungnya. Ia berjalan ke arah komplek Anggrek dengan penuh wibawa. Wajah Lio memang sangat berkharisma, membuat siapapun yang melihatnya akan me

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 31

    "Kenapa, Lia?" tanya Lio sesaat setelah waiters itu pergi."Lia bingunh, Mas. Sepanjang menu yang tertera di sini, yang Lia tahu hanya crispy duck. Yang lainnya asing semua buat Lia. Lia pesan itu aja lah, Mas." jelas Lia apa adanya, membuat Lio tersenyum melihat tingkah polos istrinya. Menu di restoran ini memang dominan denganenu eropa, karena yang sering singgah di sana adalah para touris yang datang dari luar negeri."Masa iya sih kita datang jauh-jauh kesini kamu cuma pesan bebek krispi? Itu sih kita bisa dapatkan di warumg pinggir jalan, Lia," ucap Lio merasa lucu melihat tingkag istrinya."Habisnya Lia bingung, Mas.""Ya sudah, biar saya yang pilihkan, ya?"Lia menjawab dengan anggukan. Setelah itu Lio segera memesan beberapa makanan, ia juga sempat bertanya menu best seller di restoran ini pada waiters yang melayaninya. Sedang Lia kembali menikmati pemandangan di sekitarnya.Pandangan Lia berputah mengitsri setiap sudut dari restoran yang sedang ia pijaki saat ini, semua terta

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-10
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 32

    "Hey, you're Adelio Mahendra, Right?" ucap seorang wanita dengan paras bule menyapa Lio dengan bahasa inggrisnya."Angel? Angelina gomez? " sahut Lio seolah mengenali siapa seseorang yang sedang menyapanya."Yes, I am . I didn't expect to meet you here ", sahut wanita yang ternyata bernama Angel tersebut. Ia mengungkapkan keterkejutannya bertemu Lio di tempat ini."Oh God, Angel. How long have you been in Bali? What's the deal here? " Lio menyambut ramah wanita dengan bola mata berwarna biru di hadapannya. Dia menanyakan sejak kapan Angel berada di Bali dan apa tujuannya berada di tempat ini. Mereka terlihat sangat akrab. Membuat Lia yang berada disisi Lio bertanya-tanya siapa sebenarnya wanita cantik yang tengah berada di hadapannya itu."I just arrived in Bali. And this restaurant is my first destination ,yeah I just wanna travel here," ucap Angel menjelaskan bahwa ia baru saja sampai, dan tujuannya datang ke Bali hanya untuk liburan."oh i see, so welcome to the Island of the Gods

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-10
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 33

    Lia berjalan gontai ke arah pantai. Tak perlu waktu lama untuk sampai di pantai yang sedari tadi hanya ia pandangi dari atas sana, karena restoran ini menyiapkan lift khusus untuk menjangkaunya.Tak banyak pengunjung di sana, bahkan relatif sepi. Mungkin karena sekarang bukan weekend dan masih jam kerja. Lia terus berjalan menyusuri pantai, ia melepas sepatu dan kaos kaki yang dikenakannya, menentengnya dengan tangan kemudian berjalan tanpa alas kaki di hamparan pasir putih. Sejenak membiarkan kakinya menikmati sensasi halus pasir putih yang membuat otot-otot menjadi lebih rilex.Setelah merasa lelah berjalan, Lia memutuskan untuk duduk, masih di atas pasir putih yang sama. Ia duduk dengan memeluk kedua lututnya, di temani sepasang sepatu disisinya."Ah, miris sekali. Duduk di sisi pantai hanya ditemani sepasang sepatu. Padahal status sudah bersuami," ucap Lia pada dirinya sendiri, ia memandangi sepasang sepatu disisinya. Kemudian ia tertawa sumbang, merasa lucu dengan dirinya sendi

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-10
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 34

    "Kalau begitu ayo kita pulang." ajak Lia yang membuat Lio terkejut . Pasalnya dia baru saja duduk di sisi Lia. Tiba-tiba istrinya itu mengajak pulang."Pulang? Kamu gak ingin menikmati suasana di sini dulu?" tanya Lio merasa heran."Enggak, Mas. Kita pulang aja. Aku capek." ucap Lia kemudian beranjak dari duduknya. Tanpa bertanya lebih lanjut, Lio pun hanya mengikuti keinginan istrinya.'Maafin aku, Mas. Seharusnya hari ini memang menjadi hari yang indah untuk kita. Namun suasana hatiku tiba-tiba berubah saat melihat kamu begitu akrab dan nyaman bercengkrama dengan teman kamu. Bahkan kamu sampai mengabaikan keberadaan ku. Sedangkan dengan aku yang notabenenya istri kamu sendiri, kamu justru membatasi interaksi mu. Aku tahu, Mas. Kita memang baru bertemu, dan kita menjalani sebuah pernikahan saat kita belum saling mengenal. Aku bisa maklum kalau kamu belum bisa mencintai aku. Tapi, aku tidak bisa mengerti saat kamu memutuskan membatasi diri kamu untuk mengenal aku lebih jauh, Mas. B

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-10
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 35

    "Ini Mas, mau beresin bekas kompresan kamu. Kenapa, Mas?""Nanti aja diberesin. Gak papa taruh di nakas situ dulu. Kamu istirahat aja." ucap Lio menyarankan."Gak papa kamu aku tinggal, Mas?" tanya Lia memastikan."Siapa yang suruh kamu ninggalin saya?""Kamu kan? Tadi nyuruh aku istirahat?" tanya Lia heran dengan kemauan suaminya."Kamu istirahat disini aja. Sambil nungguin saya." ucap Lio sembari menepuk kasur disisinya.Sejenak Lia merasa heran dengan sikap suaminya yang tiba-tiba meminta dirinya untuk tidur disisinya. Secara, sejak awal kan suaminya yang bersikukuh untuk tidur terpisah. Namun sesaat kemudian Lia justru mensyukuri hal tersebut.'Turutin aja lah, itung-itung untuk pedekate,' batin Lia menyetujui. Ia pun segera membaringkan tubuhnya di sisi suaminya.Sejenak suasana diantara mereka menjadi hening. Kemudian tampak Lio semakin meringkuk di sisi Lia."Kamu kenapa, Mas? Kedinginan kah?" tanya Lia khawatir."Iya," jawab Lio singkat."Mau aku tambah selimutnya?" tawar Lia

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-10
  • Setipis Benang Sutera   Chapter 36

    Lio meraih hp nya di nakas, kemudian mengeceknya. Sedang Lia masih berdiri terpaku di sisi ranjang. Penasaran ingin tahu siapa yang tengah menghubungi suaminya.Lio memandang layar benda pipihnya. Nampak keningnya bertaut tanda ia tengah bertanya-tanya. Ia pun tak segera mengangkat panggilan tersebut."Kenapa, Mas? Siapa yang telepon pagi-pagi begini?" tanya Lia mulai penasaran."Entahalah, nomor tak dikenal." jawab Lio apa adanya."Gak diangkat, Mas? Kali aja penting." Lia menyarankan."Biarlah, masih terlalu pagi untuk berurusan dengan orang lain. Kalau penting pasti dia akan menghubungi lagi." jawab Lio menjelaskan.Lia hanya mengangguk. Kemudian beranjak dari tempatnya untuk menyiapkan sarapan. Tak lupa ia membawa serta baskom bekas kompresan suaminya. Baskom yang menjadi saksi bisu malam pertama ia tidur satu ranjang dengan sang suami.Terukir senyuman indah di bibir Lia kala mengingat momen kebersamaannya dengan Lio semalam. 'Setidaknya hubunganku dengan Mas Lio mulai ada kemaj

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-10

Bab terbaru

  • Setipis Benang Sutera   extra part 5

    [ Pak Lio, tenang, ya. Dampingi dulu istrinya, saya masuk minta bantuan satpam saja. ][ Baik, Dok. Mohon maaf sebelumnya. ][ Nggak apa-apa, saya mengerti kok, Pak. ]Panggilan berakhir, kemudian Lio segera mendekati Lia, memberi support dan afirmasi positif untuk istri tercintanya."Kamu pasti kuat, Sayang. Kamu pasti bisa."Selang lima menit, dr. Melani datang dan langsung mengambil tindakan. Dengan cekatan dr. Melani mengecek pembukaan jalan lahir."Masih bukaan 4 Pak Lio, tapi kondisi Bu Lia sudah melemah. Bisa tolong bantu saya pasangkan cairan infusnya?" tanya dr. Melani.Dengan cekatan Lio segera melakukan apa yang dr. Melani perintahkan. 10 tahun mengenyam pelajaran kedokteran ternyata tak cukup membuat Lio memahami apa yang harus dilakukannya di saat-saat genting seperti ini. Isi otaknya seakan ngeblank ketika dihadapkan dengan situasi seperti saat ini.Di sisi lain, dr. Melani segera memasang Kardiotokografi di perut Lia, sebuah alat yang merekam denyut nadi janin juga keku

  • Setipis Benang Sutera   Extra Part 4

    "Bukan mancing, Mas ...""Terus?""Tapi minta," sahut Lia dengan senyuman genitnya, membuat Lio tak dapat menahan untuk tak mencubit gemas hidung mungilnya."Dengan senang hati, Sayang ..." sahut Lio sembari mulai membelai pipi Lia yang semakin hari semakin chuby efek kehamilannya.Dan malam itu, mereka kembali menyatu sebagai sepasang suami istri, saling memberikan kehangatan dan kenikmatan, menciptakan peluh dan desahan penuh kenikmatan.Lia dan Lio tertidur sesaat setelah sama-sama mencapai puncak nikmat penyatuan mereka. Kondisi yang melelahkan membuat keduanya begitu mudah terbuai di alam mimpi.Hingga waktu memasuki pertengahan malam, Lia merasakan perutnya begitu mulas, seperti ingin BAB. Dengan terburu-buru Lia berusaha bangun dan beranjak ke kamar mandi. Lio yang merasa kelelahan akibat aktifitas malam mereka, tak merasakan apapun dalam tidurnya, ia begitu terlelap hingga tak menyadari bahwa istrinya tak lagi di sisinya."Mas Lio ...!" tiba-tiba suara Lia yang berteriak di da

  • Setipis Benang Sutera   Extra Part 3

    "Ke bawahan lagi, Mas ...""Ini?""Dikit lagi, Mas.""Sudah, Pas?""Terlalu ke bawah itu, Mas.""Jadi yang sebelah mana?"Tanya Lio mulai frustasi, itulah rutinitasnya tiap malam di sembilan bulan kehamilan istrinya.Lia yang perutnya semakin membuncit kerap kali mengeluh merasa kesakitan di punggungnya. Mungkin akibat ketidak seimbangan beban dengan pasaknya.Setiap malam, sebelum tidur, Lio selalu menyempatkan diri untuk memijat halus tubuh istrinya, menyampaikan afirmasi positif untuk istri dan juga janin yang ada di dalam kandungannya."Kalian sangat kuat, kalian juga sangat hebat. Papa yakin, Mama dan Dede di perut bisa bekerja sama dengan baik nantinya. Papa selalu berharap, semoga semua prosesnya diberi kelancaran," ucap Lio diikuti ciuman yang mendarat di perut buncit milik istrinya.Saat Lio baru saja mendaratkan bibirnya di sana, tiba-tiba ia merasakan tendangan kuat dari dalam perut Lia tepat mengenai bibirnya."MasyaAllah, kamu menyambut Papa ya, Nak? Papa jadi nggak sabar

  • Setipis Benang Sutera   Extra Part 2

    "Apa sih yang nggak buat kamu?""Ya udah, tolong Mas bilang sama cheffnya, ya suruh ikutin resepnya abang-abang martabak yang biasa di pinggir jalan."Kenapa harus gitu, Sayang? Dah biar resepnya apa kata mereka aja, ya? Pastinya mereka juga lebih tau dan ahli dibanding abang-abang penjual kaki lima.""Tapi Lia pengennya yang gitu, Mas," rengek Lia."Ya udah, ya udah, nanti Mas coba bilangin, kamu doa aja ya semoga cheffnya bisa dan mau.""Amiin."Lio lalu mengantar Lia ke kamar untuk beristirahat, kemudian meninggalkannya ke restoran tempat mereka menginap.Satu jam berlalu, saat Lio dengan penuh semangat membawa martabak manis pesanan istri tercinta. "Sayang, Mas datang ..." ucapnya seraya memasuki kamar, berharap istrinya itu akan menyambutnya dengan mata berbinar-binar.Namun ternyata kenyataan tak semanis yang dibayangkan. Istrinya itu justru tengah terpejam, lelap dalam tidur siangnya, bahkan sampai tak menyadari kehadirannya.Lio tersenyum simpul, diletakkannya piring berisi

  • Setipis Benang Sutera   Extra Part 1

    "Udah boleh dibuka belum, Mas?" tanya Lia sembari memegangi kain yang menutupi matanya."Belum, dikit lagi," sahut Lio yang memapahnya dari belakang. Diputarnya tubuh sang istri perlahan."Kamu ini ada-ada aja deh, Mas. Seharusnya kamu yang dapat surprise dari aku, karena kamu kan yang baru pulang dari rumah sakit. Ini kok kebalik, malah kamu yang kasih aku surprise," ungkap Lia sembari suaminya memutar-mutar tubuhnya."Udah ya, kamu nurut aja sama Mas," sahut Lio setelah mendapatkan posisi yang pas."Udah?""Udah, saya buka ya, tapi kamu tetap pejamkan mata sampai hitungan ke-tiga," ucap Lio mengarahkan."Okey."Perlahan Lio membuka kain yang menutupi mata istrinya, lalu mulai berhitung, "Satu ... Dua ... Tiga ... Buka mata kamu, Sayang!" titah Lio. Dan perlahan Lia mulai membuka matanya."Masya Allah," gumam Lia pelan. Ternyata suaminya itu membawanya ke sebuah Villa yang terletak di sebuah tebing, saat ini mereka tengah berada di area kolam renang yang terletak di balkon kamar, den

  • Setipis Benang Sutera   ENDING

    ***Lio mengerjapkan matanya kala cahaya mentari mulai menyilaukan matanya, dan pemandangan pertama yang ia lihat saat matanya terbuka adalah seorang wanita cantik yang tengah tersenyum hangat padanya. Wanita yang belakangan selalu memenuhi pikiran dan hatinya.Lio membalas senyum istrinya, " Lia ..." ucapnya lirih. Ini kali pertama ia mengeluarkan suaranya setelah sadar dari koma, semalam, setelah dipindahkan ke ruang perawatan, Lio segera tertidur hingga pagi ini."Selamat pagi, Mas," sambut Lia dengan ucapan selamat pagi."Aku seneng deh, Mas, akhirnya pagi ini aku bisa melihat kamu membuka mata, setelah sebulan lamanya di setiap pagi aku terus mengharapkannya," ucap Lia penuh bahagia."Maaf, ya, Mas terlalu lama melewatkan waktu bersama kamu," ucap Lio sembari membelai pipi istrinya."Kamu nggak perlu minta maaf, Mas. Dengan kamu kembali sadar seperti ini, aku sudah sangat bahagia. Selamat ulang tahun, ya, Mas. Semua harapan

  • Setipis Benang Sutera   Chapter 73

    Satu bulan berlalu dan Lio masih belum sadar dari komanya. Selama itu pula Lia selalu berada di sisinya, melangitkan doa-doa agar keajaiban datang memberi kesembuhan pada suaminya, memohon pada Allah agar ia diberi kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki segala kesalahan yang sempat ia lakukan sebelumnya."Lio sangat beruntung memiliki kamu, Lia," ucap Arumi saat baru saja memasuki ruang rawat anaknya. Lia baru saja selesai sholat isya' saat mertuanya itu datang dan masuk ke ruangan."Eh, Bunda? Ayah mana?" sapa Lia sembari mencium punggung tangan mertuanya."Ayah masih ada urusan sebentar, bentar lagi juga kesini," jelas Arumi sembari mendekati putranya yang masih terbaring koma.Arumi meraih tangan Lio, kemudian mengecupnya beberapa kali, "Bagaimana kabarmu hari ini, Nak? Bunda selalu berharap kamu segera pulih, lihatlah, kita semua menunggumu, Lio. Kita semua merindukanmu.Lihatlah Lia, setiap hari istrimu itu selalu mengurusmu dengan begitu baik, bahkan sampai tak sempat mengur

  • Setipis Benang Sutera   Chapter 72

    Waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi, namun Lio tak kunjung datang menjemput Lia. Sedari tadi Lia tampak gelisah, langkahnya tak berhenti mengitari rumah, mondar-mandir tak tentu arah."Tumben sih Mas Lio datang telat? Apa dia lupa ya kalau harus jemput aku? Mana dihubungi dari tadi susah banget lagi. Suka begini deh kalau lagi genting,'' gerutu Lia dalam hati. Walau begitu ia sangat mengkhawatirkan kondisi suaminya yang tak kunjung datang.Waktu terus berlalu, hingga menunjukkan pukul 07.30, tapi Lio tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Perasaan Lia semakin resah, disamping ia kepikiran suaminya, kini ia juga tak dapat terlalu lama menunggu, karena ia akan datang terlambat jika tidak segera berangkat.Segera Lia membuka aplikasi hijau, dan memesan sebuah taxi online. Namun tiba-tiba sebuah panggilan dari Vino masuk.Sejenak Lia ragu untuk mengangkatnya, mengingat suaminya yang begitu sensitif jika ia berhubungan dengan Vino. Lia sengaja mengabaikan panggilan itu dan lanjut memesan

  • Setipis Benang Sutera   Chapter 71

    Tok ... Tok ... Tok ..."Lia, buka pintunya, Nak!" Lia mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya, perlahan ia berjalan dan membukanya."Ibu?" tanya Lia sedikit terkejut."Boleh Ibu masuk?""Boleh dong, Bu. Ayo," ucap Lia bersemangat."Ibu, Lia kangen banget ...," ucap Lia sesaat setelah duduk di tepi ranjang lalu memeluk ibunya."Ibu juga kangen sama, Lia," sahut Ibunya membalas pelukan. "Lia kenapa di sini? Bukankah seharusnya Lia ada di rumah suami Lia?" tanya Ibunya sembari perlahan melepas pelukannya." Lia kangen sama Ibu," jawab Lia sembari memandang wajah teduh Ibunya, wajah itu kini tampak semakin segar dan cantik, berbeda dengan yang Lia lihat saat terakhir bertemu."Ibu sudah sehat?" tanya Lia ingin mengetahui kondisi ibunya.Rani tersenyum, anak perempuannya itu tidak pernah berubah, selalu mencari pelukannya setiap kali menghadapi masalah, juga selalu memperhatikan kesehatannya."Ibu sehat, Nak. Ibu sudah tidak sakit lagi, seperti yang kamu lihat," jelas Rani pada putr

DMCA.com Protection Status