"Ya Bunda cerita Mas, kalau dulu Bunda dan Ayah menikah juga karena dijodohkan. Sama seperti kita yang tidak saling kenal dan mencintai awalnya. Tapi setelah melalui proses yang panjang akhirnya mereka bisa saling mencintai bahkan sangat romantis seperti yang kita lihat sekarang." Lia menceritakan secara ringkas pada Lio.Lio hanya mengangguk-anggukkan kepala."Bunda itu sosok yang sangat kuat ya, Mas. Aku bener-bener salut dengan perjuangannya mendapatkan hati Ayah. Bahkan walau Ayah sempat mengabaikannyya karena gagal move on sama pacarnya pun Bunda gak menyerahkan gitu aja. Bunda justru bangkit dan terus berjuang. Padahal sebagai sesama wanita aku bisa merasakan bagaimana sakitnya Bunda saat itu, di abaikan keberadaannya sebagai isteri karena suami yang gagal move on. Beruntung sekarang Bunda sudah bahagia. Mungkin itulah hasil dari perjuangannya yang berdarah-darah selama ini." ucap Lia penuh kakaguman pada Bunda Lio.Sedang Lio yang mendengar cerita Lia mendadak kehilangan mood n
"Ibu, selama ini ibu tidak pernah mengecewakan Lia. Ibu selalu membahagiakan Lia. Nasihat-nasihat Ibu selalu membawa Lia pada kesuksesan dan keberhasilan. Pilihan ibu untuk Lia tidak pernah salah, semua berujung pada kebaikan untuk Lia. Karena itu, saat ibu memilihkan mas Lio untuk Lia, Lia juga yakin, bahwa itu lah yang terbaik untuk Lia. Lia yakin, inilah jalan yang harus Lia tempuh untuk mendapatkan kebahagiaan. Ibu doain Lia terus, ya? Supaya Lia kuat menjalani semua ini. Sampai bahagia itu tiba di waktu yang tepat." ucap Lia lirih sembari terus memandang wajah ibunya.Kemudian ia memeluk erat pigura di tangannya. Sejenak memejamkan mata, membayangkan jika saat ini ia tengah berada dalam pelukan ibunya. Tiba-tiba air mata mengalir dari kedua matanya. "Ibu, Lia rindu." ucapnya lirih dan sukses menyayat hati Lio yang sedari tadi hanya terdiam menyaksikannya.Tak ingin keberadaannya diketahui oleh Lia, Lio pun segera beranjak pergi meninggalkan kamar utama."Maafkan saya, Lia." bati
Tak ingin lebih lama menunggu, Lio akhirnya memutuskan untuk menelfon Lia. Dan di dering ketiga, akhirnya Lia mengangkat teleponnya.[ Halo, Mas. Ada apa? ] 'Ya Allah, Lia. Bisa-bisanya dia tanya ada apa? Gak tau apa dia kalau saya sudah menunggu balasannya sedari tadi.' batin Lio merasa dongkol.[ Memangnya harus ada apa-apa dulu ya kalau suami mau telepon istrinya? ][ Ya, bukan gitu maksud Lia, Mas. Cuma kan gak biasanya Mas Lio telepon Lia begini. ][ Ya udah, gak usah dibahas. Kamu dimana sekarang? ][ Biasa, Mas. Di komplek Anggrek. ][ Oke, saya kesana sekarang.]Klik. Panggilan terputus.Lia memandang gawainya penuh heran. "Ini Mas Lio maksudnya apa sih?" batin Lia sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia pun segera memasukkan Hp nya kembali ke saku. Kemudian bersiap menemui Lio.Tak berselang lama, akhirnya Lio menampakkan batang hidungnya. Ia berjalan ke arah komplek Anggrek dengan penuh wibawa. Wajah Lio memang sangat berkharisma, membuat siapapun yang melihatnya akan me
"Kenapa, Lia?" tanya Lio sesaat setelah waiters itu pergi."Lia bingunh, Mas. Sepanjang menu yang tertera di sini, yang Lia tahu hanya crispy duck. Yang lainnya asing semua buat Lia. Lia pesan itu aja lah, Mas." jelas Lia apa adanya, membuat Lio tersenyum melihat tingkah polos istrinya. Menu di restoran ini memang dominan denganenu eropa, karena yang sering singgah di sana adalah para touris yang datang dari luar negeri."Masa iya sih kita datang jauh-jauh kesini kamu cuma pesan bebek krispi? Itu sih kita bisa dapatkan di warumg pinggir jalan, Lia," ucap Lio merasa lucu melihat tingkag istrinya."Habisnya Lia bingung, Mas.""Ya sudah, biar saya yang pilihkan, ya?"Lia menjawab dengan anggukan. Setelah itu Lio segera memesan beberapa makanan, ia juga sempat bertanya menu best seller di restoran ini pada waiters yang melayaninya. Sedang Lia kembali menikmati pemandangan di sekitarnya.Pandangan Lia berputah mengitsri setiap sudut dari restoran yang sedang ia pijaki saat ini, semua terta
"Hey, you're Adelio Mahendra, Right?" ucap seorang wanita dengan paras bule menyapa Lio dengan bahasa inggrisnya."Angel? Angelina gomez? " sahut Lio seolah mengenali siapa seseorang yang sedang menyapanya."Yes, I am . I didn't expect to meet you here ", sahut wanita yang ternyata bernama Angel tersebut. Ia mengungkapkan keterkejutannya bertemu Lio di tempat ini."Oh God, Angel. How long have you been in Bali? What's the deal here? " Lio menyambut ramah wanita dengan bola mata berwarna biru di hadapannya. Dia menanyakan sejak kapan Angel berada di Bali dan apa tujuannya berada di tempat ini. Mereka terlihat sangat akrab. Membuat Lia yang berada disisi Lio bertanya-tanya siapa sebenarnya wanita cantik yang tengah berada di hadapannya itu."I just arrived in Bali. And this restaurant is my first destination ,yeah I just wanna travel here," ucap Angel menjelaskan bahwa ia baru saja sampai, dan tujuannya datang ke Bali hanya untuk liburan."oh i see, so welcome to the Island of the Gods
Lia berjalan gontai ke arah pantai. Tak perlu waktu lama untuk sampai di pantai yang sedari tadi hanya ia pandangi dari atas sana, karena restoran ini menyiapkan lift khusus untuk menjangkaunya.Tak banyak pengunjung di sana, bahkan relatif sepi. Mungkin karena sekarang bukan weekend dan masih jam kerja. Lia terus berjalan menyusuri pantai, ia melepas sepatu dan kaos kaki yang dikenakannya, menentengnya dengan tangan kemudian berjalan tanpa alas kaki di hamparan pasir putih. Sejenak membiarkan kakinya menikmati sensasi halus pasir putih yang membuat otot-otot menjadi lebih rilex.Setelah merasa lelah berjalan, Lia memutuskan untuk duduk, masih di atas pasir putih yang sama. Ia duduk dengan memeluk kedua lututnya, di temani sepasang sepatu disisinya."Ah, miris sekali. Duduk di sisi pantai hanya ditemani sepasang sepatu. Padahal status sudah bersuami," ucap Lia pada dirinya sendiri, ia memandangi sepasang sepatu disisinya. Kemudian ia tertawa sumbang, merasa lucu dengan dirinya sendi
"Kalau begitu ayo kita pulang." ajak Lia yang membuat Lio terkejut . Pasalnya dia baru saja duduk di sisi Lia. Tiba-tiba istrinya itu mengajak pulang."Pulang? Kamu gak ingin menikmati suasana di sini dulu?" tanya Lio merasa heran."Enggak, Mas. Kita pulang aja. Aku capek." ucap Lia kemudian beranjak dari duduknya. Tanpa bertanya lebih lanjut, Lio pun hanya mengikuti keinginan istrinya.'Maafin aku, Mas. Seharusnya hari ini memang menjadi hari yang indah untuk kita. Namun suasana hatiku tiba-tiba berubah saat melihat kamu begitu akrab dan nyaman bercengkrama dengan teman kamu. Bahkan kamu sampai mengabaikan keberadaan ku. Sedangkan dengan aku yang notabenenya istri kamu sendiri, kamu justru membatasi interaksi mu. Aku tahu, Mas. Kita memang baru bertemu, dan kita menjalani sebuah pernikahan saat kita belum saling mengenal. Aku bisa maklum kalau kamu belum bisa mencintai aku. Tapi, aku tidak bisa mengerti saat kamu memutuskan membatasi diri kamu untuk mengenal aku lebih jauh, Mas. B
"Ini Mas, mau beresin bekas kompresan kamu. Kenapa, Mas?""Nanti aja diberesin. Gak papa taruh di nakas situ dulu. Kamu istirahat aja." ucap Lio menyarankan."Gak papa kamu aku tinggal, Mas?" tanya Lia memastikan."Siapa yang suruh kamu ninggalin saya?""Kamu kan? Tadi nyuruh aku istirahat?" tanya Lia heran dengan kemauan suaminya."Kamu istirahat disini aja. Sambil nungguin saya." ucap Lio sembari menepuk kasur disisinya.Sejenak Lia merasa heran dengan sikap suaminya yang tiba-tiba meminta dirinya untuk tidur disisinya. Secara, sejak awal kan suaminya yang bersikukuh untuk tidur terpisah. Namun sesaat kemudian Lia justru mensyukuri hal tersebut.'Turutin aja lah, itung-itung untuk pedekate,' batin Lia menyetujui. Ia pun segera membaringkan tubuhnya di sisi suaminya.Sejenak suasana diantara mereka menjadi hening. Kemudian tampak Lio semakin meringkuk di sisi Lia."Kamu kenapa, Mas? Kedinginan kah?" tanya Lia khawatir."Iya," jawab Lio singkat."Mau aku tambah selimutnya?" tawar Lia