Tak ingin lebih lama menunggu, Lio akhirnya memutuskan untuk menelfon Lia. Dan di dering ketiga, akhirnya Lia mengangkat teleponnya.[ Halo, Mas. Ada apa? ] 'Ya Allah, Lia. Bisa-bisanya dia tanya ada apa? Gak tau apa dia kalau saya sudah menunggu balasannya sedari tadi.' batin Lio merasa dongkol.[ Memangnya harus ada apa-apa dulu ya kalau suami mau telepon istrinya? ][ Ya, bukan gitu maksud Lia, Mas. Cuma kan gak biasanya Mas Lio telepon Lia begini. ][ Ya udah, gak usah dibahas. Kamu dimana sekarang? ][ Biasa, Mas. Di komplek Anggrek. ][ Oke, saya kesana sekarang.]Klik. Panggilan terputus.Lia memandang gawainya penuh heran. "Ini Mas Lio maksudnya apa sih?" batin Lia sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia pun segera memasukkan Hp nya kembali ke saku. Kemudian bersiap menemui Lio.Tak berselang lama, akhirnya Lio menampakkan batang hidungnya. Ia berjalan ke arah komplek Anggrek dengan penuh wibawa. Wajah Lio memang sangat berkharisma, membuat siapapun yang melihatnya akan me
"Kenapa, Lia?" tanya Lio sesaat setelah waiters itu pergi."Lia bingunh, Mas. Sepanjang menu yang tertera di sini, yang Lia tahu hanya crispy duck. Yang lainnya asing semua buat Lia. Lia pesan itu aja lah, Mas." jelas Lia apa adanya, membuat Lio tersenyum melihat tingkah polos istrinya. Menu di restoran ini memang dominan denganenu eropa, karena yang sering singgah di sana adalah para touris yang datang dari luar negeri."Masa iya sih kita datang jauh-jauh kesini kamu cuma pesan bebek krispi? Itu sih kita bisa dapatkan di warumg pinggir jalan, Lia," ucap Lio merasa lucu melihat tingkag istrinya."Habisnya Lia bingung, Mas.""Ya sudah, biar saya yang pilihkan, ya?"Lia menjawab dengan anggukan. Setelah itu Lio segera memesan beberapa makanan, ia juga sempat bertanya menu best seller di restoran ini pada waiters yang melayaninya. Sedang Lia kembali menikmati pemandangan di sekitarnya.Pandangan Lia berputah mengitsri setiap sudut dari restoran yang sedang ia pijaki saat ini, semua terta
"Hey, you're Adelio Mahendra, Right?" ucap seorang wanita dengan paras bule menyapa Lio dengan bahasa inggrisnya."Angel? Angelina gomez? " sahut Lio seolah mengenali siapa seseorang yang sedang menyapanya."Yes, I am . I didn't expect to meet you here ", sahut wanita yang ternyata bernama Angel tersebut. Ia mengungkapkan keterkejutannya bertemu Lio di tempat ini."Oh God, Angel. How long have you been in Bali? What's the deal here? " Lio menyambut ramah wanita dengan bola mata berwarna biru di hadapannya. Dia menanyakan sejak kapan Angel berada di Bali dan apa tujuannya berada di tempat ini. Mereka terlihat sangat akrab. Membuat Lia yang berada disisi Lio bertanya-tanya siapa sebenarnya wanita cantik yang tengah berada di hadapannya itu."I just arrived in Bali. And this restaurant is my first destination ,yeah I just wanna travel here," ucap Angel menjelaskan bahwa ia baru saja sampai, dan tujuannya datang ke Bali hanya untuk liburan."oh i see, so welcome to the Island of the Gods
Lia berjalan gontai ke arah pantai. Tak perlu waktu lama untuk sampai di pantai yang sedari tadi hanya ia pandangi dari atas sana, karena restoran ini menyiapkan lift khusus untuk menjangkaunya.Tak banyak pengunjung di sana, bahkan relatif sepi. Mungkin karena sekarang bukan weekend dan masih jam kerja. Lia terus berjalan menyusuri pantai, ia melepas sepatu dan kaos kaki yang dikenakannya, menentengnya dengan tangan kemudian berjalan tanpa alas kaki di hamparan pasir putih. Sejenak membiarkan kakinya menikmati sensasi halus pasir putih yang membuat otot-otot menjadi lebih rilex.Setelah merasa lelah berjalan, Lia memutuskan untuk duduk, masih di atas pasir putih yang sama. Ia duduk dengan memeluk kedua lututnya, di temani sepasang sepatu disisinya."Ah, miris sekali. Duduk di sisi pantai hanya ditemani sepasang sepatu. Padahal status sudah bersuami," ucap Lia pada dirinya sendiri, ia memandangi sepasang sepatu disisinya. Kemudian ia tertawa sumbang, merasa lucu dengan dirinya sendi
"Kalau begitu ayo kita pulang." ajak Lia yang membuat Lio terkejut . Pasalnya dia baru saja duduk di sisi Lia. Tiba-tiba istrinya itu mengajak pulang."Pulang? Kamu gak ingin menikmati suasana di sini dulu?" tanya Lio merasa heran."Enggak, Mas. Kita pulang aja. Aku capek." ucap Lia kemudian beranjak dari duduknya. Tanpa bertanya lebih lanjut, Lio pun hanya mengikuti keinginan istrinya.'Maafin aku, Mas. Seharusnya hari ini memang menjadi hari yang indah untuk kita. Namun suasana hatiku tiba-tiba berubah saat melihat kamu begitu akrab dan nyaman bercengkrama dengan teman kamu. Bahkan kamu sampai mengabaikan keberadaan ku. Sedangkan dengan aku yang notabenenya istri kamu sendiri, kamu justru membatasi interaksi mu. Aku tahu, Mas. Kita memang baru bertemu, dan kita menjalani sebuah pernikahan saat kita belum saling mengenal. Aku bisa maklum kalau kamu belum bisa mencintai aku. Tapi, aku tidak bisa mengerti saat kamu memutuskan membatasi diri kamu untuk mengenal aku lebih jauh, Mas. B
"Ini Mas, mau beresin bekas kompresan kamu. Kenapa, Mas?""Nanti aja diberesin. Gak papa taruh di nakas situ dulu. Kamu istirahat aja." ucap Lio menyarankan."Gak papa kamu aku tinggal, Mas?" tanya Lia memastikan."Siapa yang suruh kamu ninggalin saya?""Kamu kan? Tadi nyuruh aku istirahat?" tanya Lia heran dengan kemauan suaminya."Kamu istirahat disini aja. Sambil nungguin saya." ucap Lio sembari menepuk kasur disisinya.Sejenak Lia merasa heran dengan sikap suaminya yang tiba-tiba meminta dirinya untuk tidur disisinya. Secara, sejak awal kan suaminya yang bersikukuh untuk tidur terpisah. Namun sesaat kemudian Lia justru mensyukuri hal tersebut.'Turutin aja lah, itung-itung untuk pedekate,' batin Lia menyetujui. Ia pun segera membaringkan tubuhnya di sisi suaminya.Sejenak suasana diantara mereka menjadi hening. Kemudian tampak Lio semakin meringkuk di sisi Lia."Kamu kenapa, Mas? Kedinginan kah?" tanya Lia khawatir."Iya," jawab Lio singkat."Mau aku tambah selimutnya?" tawar Lia
Lio meraih hp nya di nakas, kemudian mengeceknya. Sedang Lia masih berdiri terpaku di sisi ranjang. Penasaran ingin tahu siapa yang tengah menghubungi suaminya.Lio memandang layar benda pipihnya. Nampak keningnya bertaut tanda ia tengah bertanya-tanya. Ia pun tak segera mengangkat panggilan tersebut."Kenapa, Mas? Siapa yang telepon pagi-pagi begini?" tanya Lia mulai penasaran."Entahalah, nomor tak dikenal." jawab Lio apa adanya."Gak diangkat, Mas? Kali aja penting." Lia menyarankan."Biarlah, masih terlalu pagi untuk berurusan dengan orang lain. Kalau penting pasti dia akan menghubungi lagi." jawab Lio menjelaskan.Lia hanya mengangguk. Kemudian beranjak dari tempatnya untuk menyiapkan sarapan. Tak lupa ia membawa serta baskom bekas kompresan suaminya. Baskom yang menjadi saksi bisu malam pertama ia tidur satu ranjang dengan sang suami.Terukir senyuman indah di bibir Lia kala mengingat momen kebersamaannya dengan Lio semalam. 'Setidaknya hubunganku dengan Mas Lio mulai ada kemaj
Suasana di toilet sanga sepi, hanya ada mereka berdua. Mungkin karena kondisi restoran yang lenggang karena memang hari masih pagi. Kini Lia tengah mematut durinya di depan cermin, berpura-pura mencuci tangannya tanpa membuka masker dan kacamata yang dikenakannya.Tak berselang lama, terdengar suara kunci pintu kamar mandi yang ditempati Angel terbuka. Segera Lia melakukan ancang-ancang untuk menyelesaikan aktifitasnya di washtuffel kemudian beranjak memasuki salah satu bilik kamar mandi yang tersedia.Namun, ia terperanjat kala melihat Angel keluar dari kamar mandi hanya dengan bikini yang menutupi kedua bagian sensualnya. Seluruh tubuhnya ia biarkan terbuka dan terkespos begitu saja. Sejenak Lia tampak tercengang, namun dengan cepat ia mengendalikan dirinya. Lia melangkah memasuki salah satu bilik kamar mandi, ia melepas masker dan kacamata yang dikenakannya. Sejenak ia menarik nafas panjang, untuk menenangkan diri dari keterkejutannya.'Astaghfirullah, apa dengan pakaian seperti i