Lio meraih hp nya di nakas, kemudian mengeceknya. Sedang Lia masih berdiri terpaku di sisi ranjang. Penasaran ingin tahu siapa yang tengah menghubungi suaminya.Lio memandang layar benda pipihnya. Nampak keningnya bertaut tanda ia tengah bertanya-tanya. Ia pun tak segera mengangkat panggilan tersebut."Kenapa, Mas? Siapa yang telepon pagi-pagi begini?" tanya Lia mulai penasaran."Entahalah, nomor tak dikenal." jawab Lio apa adanya."Gak diangkat, Mas? Kali aja penting." Lia menyarankan."Biarlah, masih terlalu pagi untuk berurusan dengan orang lain. Kalau penting pasti dia akan menghubungi lagi." jawab Lio menjelaskan.Lia hanya mengangguk. Kemudian beranjak dari tempatnya untuk menyiapkan sarapan. Tak lupa ia membawa serta baskom bekas kompresan suaminya. Baskom yang menjadi saksi bisu malam pertama ia tidur satu ranjang dengan sang suami.Terukir senyuman indah di bibir Lia kala mengingat momen kebersamaannya dengan Lio semalam. 'Setidaknya hubunganku dengan Mas Lio mulai ada kemaj
Suasana di toilet sanga sepi, hanya ada mereka berdua. Mungkin karena kondisi restoran yang lenggang karena memang hari masih pagi. Kini Lia tengah mematut durinya di depan cermin, berpura-pura mencuci tangannya tanpa membuka masker dan kacamata yang dikenakannya.Tak berselang lama, terdengar suara kunci pintu kamar mandi yang ditempati Angel terbuka. Segera Lia melakukan ancang-ancang untuk menyelesaikan aktifitasnya di washtuffel kemudian beranjak memasuki salah satu bilik kamar mandi yang tersedia.Namun, ia terperanjat kala melihat Angel keluar dari kamar mandi hanya dengan bikini yang menutupi kedua bagian sensualnya. Seluruh tubuhnya ia biarkan terbuka dan terkespos begitu saja. Sejenak Lia tampak tercengang, namun dengan cepat ia mengendalikan dirinya. Lia melangkah memasuki salah satu bilik kamar mandi, ia melepas masker dan kacamata yang dikenakannya. Sejenak ia menarik nafas panjang, untuk menenangkan diri dari keterkejutannya.'Astaghfirullah, apa dengan pakaian seperti i
Ternyata Lio begitu santai, ia tak bergeming, bahkan pandangannya tak lepas dari hamparan samudera di hadapannya. Seolah tak memperdulikan Angel dengan segala aksinya.'Mas Lio bisa setenang itu. Apa karena dia sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini? Secara dia hidup sepuluh tahun lamanya di USA. Atau mungkin karena memang dia berusaha menjaga pandangannya? Karena sedari tadi tak ku lihat dia menoleh ke arah Angel barang sebentar. Ah, apapun itu, aku bersyukur dengan mas Lio yang seperti itu,' batin Lia sembari mengulas senyuman manis.Lia tengah duduk tak jauh dari tempat Lio dan Angel berada, ia terus memperhatikan gerak gerik keduanya sembari menikmati kesegaran air kelapa muda yang baru saja dibelinya. Menunggu saat yang tepat untuk menemui suaminya.Matahari semakin terik, hangat sinarnya pun mulai mengganggu kenyamanan kulit. Pertanda hari semakin siang. Angel yang sedari tadi berjemur di kursi santainya kini mulai mengibas-ngibaskan tangannya. Tanda ia mulai merasa kepan
Lio memandang punggung Lia yang berjalan gontai meninggalkannya."Astaghfirullah, saya salah telah berbicara terlalu kasar pada Lia hingga membuatnya menangis seperti itu. Tapi saya juga tak suka dengan sikapnya yang sok paling mengerti dan mengatur-ngatur hidup saya." gumam Lio mengiringi langkah Lia yang semakin jauh.Sejenak ia merenungi apa yang telah dilakukannya terhadap istrinya. Ada sesal di hati kecilnya, namun rasa kesal yang begitu besar mendominasi diri dan mengalahkan suara hari nuraninya.Lio melanjutkan aktifitasnya, berusaha menghilangkan pikiran tentang perasaan Lia. Namun, semakin ia berusaha untuk tidak perduli, justru ia semakin merasa bersalah. Hatinya tak bisa tenang memikirkan bagaimana perasaan istrinya sekarang.Lio segera bangun dari posisi tidurnya, kemudian berniat beranjak dari tempatnya untuk mengejar istrinya. Namun, tiba-tiba Angel kembali dan mencegah Lio pergi.****"Sesuai aplikasi ya, kak?" Tanya seorang driver pada Lia yang baru memasuki taksi onl
"Dari mana kamu, Lia?" "Makam ibu." jawab Lia singkat tanpa menoleh ke arah suaminya. Ia lalu melanjutkan langkahnya."Seharusnya seorang istri izin terlebih dahulu pada suaminya saat hendak bepergian." lanjut Lio kembali menghentikan langkah Lia.Lia menoleh ke arah Lio, pandangannya menyalang ke arah suaminya."Tidak harus kalau istri tahu bahwa suaminya pasti mengizinkan kepergiannya. Lia hanya pergi ke makam ibu, apa Mas Lio tidak mengizinkan?" tanya Lia datar pada Lio.Sedang Lio hanya terdiam. Sebenarnya bukan jawaban Lia yang di harapkannya, melainkan ia hanya ingin melihat kondisi Lia lebih dekat dan detail setelah apa yang telah ia lakukan padanya.Dan Lio dibuat terkejut melihat kondisi Lia yang tampak sangat menyedihkan, matanya sembab, jilbab yang dikenakannya tampak sedikit berantakan, raut wajahnya pun sangat menggambarkan suasana hatinya.'Ya Allah, Lia. Maafkan saya.' batin Lio menyesal."Setidaknya hormati keberadaan suami kamu, jangan datang-datang langsung nyelonon
"Vino, teman lamanya Lia." ucap Vino memperkenalkan dirinya."Lio, suami Lia." balas Lio mantap sembari melirik Lia di sisinya.Mereka berjabat tangan sejenak. "Wah, selamat ya atas pernikahan kalian. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan.Maaf, Aku memang gak tahu sejak kapan kalian menikah, tapi yang jelas aku belum sempat mengucap selamat dan harapan baik untuk kalian berdua. So gak ada kata terlambat, bukan?" ucap Vino ramah memberi ucapan selamat pada Lio dan Lia."Terima kasih," sahut Lio singkat dengan memaksakan senyumnya."Dan kamu, Lia. Kamu hutang banyak penjelasan sama kskak, ya?" ucap Vino sembari tersenyum penuh makna pada Lia. Sedang Lia hanya bisa membalasnya dengan senyuman manisnya. Merasa obrolan di antara mereka bertiga tidak nyaman."Ya udah, Mas. Lia duluan, ya." sekali lagi Lia berpamit pada Lio dan hanya dijawab anggukan olehnya.Lia beranjak meninggalkan lift, diikuti Vino di belakangnya."Loh, kak Vino juga bertugas disini?" tanya Lia pada
Lia berjalan gontai menuju unit apartemennya, rasanya ia masih begitu malas untuk bertemu kembali dengan suaminya. Sakit hati yang ia rasakan akibat perilaku suaminya kemarin belum juga hilang, membuatnya tak dulu ingin bertatap muka sebelum luka di hatinya itu musnah.Klik!Terdengar suara kunci pintu terbuka, Lia segera masuk dan mengunci pintu kembali. Pandangannya mengedar menyusuri setiap sudut dari ruangan apartemennya, mencari keberadaan sosok suaminya yang tak ia temui di sana."Ke mana ya mas Lio? Tadi di rumah sakit Aku tidak menemuinya, mobilnya pun tidak ada di tempat parkiran biasanya. Ku pikir hari ini ia tengah beristirahat di rumah, sehingga tidak masuk kerja. Tapi ternyata di rumah juga gak kutemui tanda-yanda keberadaanya." gumam Lia bertanya-tanya.Walau ia tak menginginkan pertemuan dengan suaminya, namun hati kecilnya tak mampu menampik bahwa ia khawatir saat mendapati suaminya itu tak berada di rumah."Kamu kemana, Mas?" gumamnya sembari mengecek ponsel miliknya.
"Ya, jadi sebenarnya mas Lio tadi mengabari kalau dia sedang berada di sana. Ada acara dengan teman-temannya. Dan sekarang Lia akan menyusul, karena tadi Lia masih kerja, jadi tidak bisa berangkat bersama mas Lio. Cuma masalahnya komunikasi kami tiba-tiba terputus saat mas Lio belum sempat mengirim lokasinya. Lia coba hubungi lagi sepertinya nomor mas Lio tidak aktif. Mungkin handphone nya lowbat dan belum sempat charger, atau ada halangan lain seperti gangguan sinyal atau apa yang Lia tidak tahu. Karena itu Lia mampir kemari untuk meminta alamatnya." jelas Lia pada sang mertua.Dr. Mahendra merasa aneh dengan alasan Lia, namun ia tak bisa menebak terlalu jauh tentang apa yang terjadi."Oh, gitu. Lalu sekarang Lia berniat menyusul Lio kesana?" tanya Dr. Mahendra memastkkan."Iya, Yah.""Apa Lia yakin? Cuacanya sedang mendung seperti ini, seperti tak lama lagi akan turun hujan. Apa gak sebaiknya Lia tunggu saja di rumah? Karena jalanan ke sana cukup curam. Akan berbahaya kalau ditempu