"Nona, minumlah dulu!" Marvel menyodorkan sebotol air mineral kepada Aurel. Tanpa banyak kata, Aurel menerima air itu dan segera meneguknya. Sungguh, dia sangat mengkhawatirkan keadaan Zain saat ini. Pikiran buruk terus menghantuinya. "Terima kasih," ucapnya setelah meneguk habis air dalam botol itu. Matanya menatap Marvel, lalu beralih pada ruang UGD dimana Zain di rawat. Pandangan nya sendu dan penuh kekhawatiran. "Tak perlu kawatir Nona, tuan Zain pasti baik-baik saja!" Marvel mencoba menenangkan Aurel. "Kau yakin Marvel? aku sangat takut jika terjadi sesuatu padanya!" ungkap Aurel jujur. Marvel menghembuskan nafas kasar, jujur dirinya juga merasa kawatir pada atasan nya itu. Tetapi ia yakin tuan nya pasti baik-baik saja. Mengingat, itu hanyalah pukulan kecil bagi tuan nya itu. "Ya," jawab Marvel singkat. Meski sudah mendapat jawaban dari Marvel, tidak menyurutkan rasa kawatirnya terhadap Zain. Berbagai pikiran buruk terus menghantuinya. "Aurel," panggil seseorang yang sud
Aurel terdiam mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Zain. Ia menatap tepat di kedua bola matanya. "Tuan dengar semuanya? jangan bilang Tuan hanya pura-pura tidur tadi!" tanya Aurel penuh selidik. "Sebenarnya aku sudah bangun sejak lima menit yang lalu dan aku tak sengaja mendengar percakapan kalian! jadi, kapan kita akan menikah?" tanya Zain dengan santai. "Kenapa tidak langsung membuka mata dan memanggil kami? Tuan tahu bagaimana kawatirnya kami?" kesal Aurel dan enggan menjawab pertanyaan Aurel. Jujur dia sangat malu dengan apa yang ditanyakan oleh Zain, dia juga belum siap untuk memberitahu kapan dia akan menikah dengan Zain. "Jika aku memanggil kalian, ucapan persetujuan untuk menikah denganku tidak akan pernah ada! jadi, kapan kau siap untuk menikah denganku?" Lagi-lagi Zain melontarkan pertanyaan yang sama, karena sedari tadi Aurel seolah enggan untuk menjawab pertanyaan nya. "Seminggu lagi, kalian akan menikah!" kali ini Rindu yang menjawab dengan tegas. "Apa? ini
Zain langsung memboyong Aurel kerumahnya. Setelah selesai membersihkan diri, Aurel duduk di tepi ranjang dan melihat kamar milik Zain yang luas. Dari sekian pemandangan yang ia lihat, fokusnya tertuju pada sebuah foto yang menghiasi dinding kamar Zain. Di sana terlihat wanita cantik yang tengah tersenyum dengan lebar menatap kamera. Aurel bertanya-tanya siapa wanita itu? Apa dia adik atau salah satu keluarga Zain? Aurel masih berusaha berpikiran positif saat melihat foto yang terpampang di dinding kamar suaminya ini. "Dia adalah Zalora, mantan tunangan ku! untuk saat ini aku belum bisa menurunkan foto itu! akun harap kau bisa memakluminya!" suara Zain berhasil mengalihkan perhatian nya. Ia menatap Zain tak percaya, "Jika Tuan belum bisa melupakan nya, kenapa kamu menikahi ku?" tanya Aurel yang sedikit kecewa. Belum satu hari saja ia sudah mendapatkan kenyataan dan ucapan yang bisa membuatnya kecewa dari mulut Zain. Lagi pula, bagaimana mungkin lelaki itu menikahinya disaat Zain
Aurel membuka matanya secara perlahan, ia menatap langit-langit kamar yang terasa asing baginya. "Aku dimana?" gumamnya dalam hati. Aurel nampak asing dengan kamar yang sekarang ia tempati. Ia ingin bergerak untuk mendudukan tubuhnya, namun tidak bisa. Ia melihat ada sepasang lengan kekar tengah memeluknya dengan erat. Ia melihat siapa pemilik sepasang lengan yang sudah memeluknya dengan sangat erat. Aurel membekap mulutnya yang ingin berteriak saat mendapati wajah Zain begitu dekat dengan nya. "Ah, bukankah Tuan Zain sudah menjadi suamiku!" gumamnya saat mengingat dirinya sudah menjadi istri dari seorang Zain. "Bagaimana aku bisa lupa?" gumamnya lagi dan menghembuskan nafas kasar. "Ada apa? kenapa kau membuang nafas seperti itu?" tanya Zain yang masih setia memejamkan matanya. "T-tidak! bisakah Tuan lepaskan aku? aku ingin ke kamar mandi!" ucap Aurel. "Kau memanggilku apa?" tanya Zain yang langsung membuka matanya. Ia tak terima Aurel yang masih memanggilnya Tuan. "M-mas Za
Aurel memandangi pemandangan di luar jendela. Jalanan ini begitu asing baginya, jika ia menanyakan kemana Zain akan membawanya, Zain hanya menjawab "Nanti kau akan tau!" Hanya itu, membuat Aurel penasaran saja. Tetapi suaminya ini enggan untuk memberitahunya. "Jika mengantuk maka tidurlah, perjalanan masih jauh!" Aurel menoleh dan menatap Zain yang tengah tersenyum dan kembali fokus pada jalanan. "Baiklah," jawab Aurel yang memang sudah merasa sangat mengantuk. Zain tersenyum dan mengulurkan tangan nya untuk mengelus puncak kepala sang istri. Tak berselang lama terdengar dengkuran halus dari sang istri. Zain hanya tersenyum dan kembali fokus untuk menyetir. Rasanya Zain sudah tidak sabar melihat reaksi Aurel saat melihat apa yang akan dia tunjukan nanti. Zain yakin Aurel pasti suka. Ya, Zain berencana akan memberikan kejutan untuk sang istri sekaligus bulan madu. Selain itu, dia hanya ingin bisa menjadi lebih dekat dengan Aurel. Zain hanya ingin memulai kehidupan barunya bersam
"Mas," panggil seseorang dan berhasil membuyarkan lamunannya. Ya, Zain memutuskan untuk keluar ruangan nya untuk menenangkan pikirannya. Sekarang pikiran nya tengah berkecamuk, karena gadis yang masuk ke ruangannya sangat mirip dengan seseorang yang selama ini sulit untuk ia lupakan. Bahkan, ia sempat berpikir kalau gadis itu adalah kekasihnya yang telah kembali. Tetapi, Zain segera menyadarkan dirinya kalau Zalora sudah lama tiada dan gadis itu hanya kebetulan saja wajahnya mirip dengan Zalora. "Mas, sedang memikirkan apa? kenapa melamun?" tanya Aurel karena melihat suaminya hanya diam saja dan tak membawa sapaan nya. "Ah, maaf Sayang! aku sedang banyak pekerjaan!"Aurel hanya mengangguk dan mengajak sang suami untuk menikmati makan siang mereka. "Tadi Mas mau kemana, kok sedang menunggu lift?" tanya Aurel sembari berjalan kembali keruangan suaminya. "Mas hanya ingin mencari udara segar, suntuk dengan pekerjaan!" Zain memberi alasan. Aurel lagi-lagi mengangguk mempercayai ucap
Juragan Tarno yang tengah duduk, seketika berdiri dan menatap wajah cantik Andin sambil tersenyum penuh arti."Wah, ternyata kau sudah pulang? kau tahu Andin, semakin hari kau semakin cantik! apalagi saat kau marah seperti ini!" ungkap Tarno menatap lekat pada Andin.Andin mendengus kesal mendengar bualan dari lelaki tua genit ini. Ia menatap tajam, lelaki hendak merebut rumahnya ini."Hentikan omong kosongmu juragan! saya tegaskan, kami tidak akan pernah keluar dari rumah kami! untuk hutang kami, beri saya waktu satu Minggu lagi untuk melunasinya!" tegas Andin.Tarno tertawa mendengar ucapan Andin. Jujur saja, dia sangat terkesan dengan keberanian gadis yang berumur 25th ini."Saya sudah terlalu banyak memberikan waktu untuk kalian melunasinya, tapi nyatanya apa? sampai sekarang, kalian belum bisa melunasinya! begini saja, kau menikah dengan saya maka semua hutang-hutang orang tuamu lunas dan rumah ini masih tetap menjadi milik kalian!" tawar Tarno dan mengedipkan sebelah matanya pad
Aurel meraba-raba mencari sosok yang tidur disampingnya semalam. Ia segera membuka matanya kala tak mendapati sang suami disampingnya."Mas," panggilnya. Ia segera turun dari ranjang saat tak mendapati Zain di tempat tidur. Ia bergegas menuju kamar mandi, namun tak mendengar suara apapun disana.Ia memutuskan untuk membuka pintu dan mengecek apakah suaminya ada atau tidak!"Mas," panggil Aurel dan mengedarkan pandangan nya. Di kamar mandi pun kosong, tak menyerah, dia berjalan menuju balkon kamarnya , tapi juga kosong! Zain tidak ada di sana."Mas Zain kemana? apa dia sudah berangkat ke kantor?" tanyanya pada diri sendiri.Karena penasaran, ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi ponsel suaminya. Panggilan pertama tak diangkat, hingga panggilan ketiga baru diangkat."Mas kamu dimana?" tanya Aurel saat panggilan nya diangkat."Aku sudah berangkat ke kantor!" jawab Zain dengan nada datar."Kenapa tak membangunkan ku?" tanya Aurel kecewa."Maaf, tadi aku terburu-buru! lagi pula, ka
Aurel meringis saat merasakan benda tajam menusuk lehernya, tidak dalam memang, namun, membuat lehernya mengeluarkan darah.Reno benar-benar sudah gila, mereka benar-benar tak menyangka jika lelaki itu tega melukai Aurel, wanita yang dicintainya."Jangan," pekik Zain kawatir saat melihat leher Aurel mengeluarkan darah."Kamu boleh minta apapun, asalkan lepaskan Aurel dan jangan lukai dia!" Zain mulai memberi pilihan."Suruh mereka melepaskan senjata mereka dan biarkan kami pergi!" "Baiklah!" Zain memberi kode agar para polisi melepas senjata mereka dan membiarkan Reno membawa pergi Aurel.Untuk sementara Zain harus menuruti apa yang diinginkan oleh lelaki itu. Ia tak ingin, pria gila itu menyakiti Aurel.Setelah yakin, semua polisi melepas senjatanya, Reno mulai melangkahkan kakinya dan memaksa Aurel untuk mengikutinya.Zain dan kedua anggota polisi yang bersamanya, memberi jalan pada Reno dan waspada. Mereka tak boleh gegabah dan berujung menyakiti Aurel.Tiba saat Reno akan melewat
Waktu sudah menunjukkan tengah malam, terlihat beberapa penjaga mulai bergantian untuk menjaga rumah itu.Daniel, Zain dan Abi, bersiap untuk menyelinap masuk. Mereka dibantu oleh beberapa polisi. Mereka harus berhati-hati, karena bisa saja Reno melakukan hal yang nekat.Daniel juga menyuruh seseorang untuk menjadi salah satu pelayan di dalam rumah itu. Dari dia lah, mereka tahu keadaan Aurel sekarang."Kopinya datang," ucap pelayan itu mengantarkan kopi untuk penjaga yang berada di luar."Wah, untung kau datang membawa kopi, jadi hilang ngantuk ku!" ucap salah satu dari mereka."Tentu, aku tahu apa yang kalian butuhkan! selamat menikmati." Ucapnya lalu segera meninggalkan mereka dan membiarkan mereka menikmati kopi buatan nya.Rani, orang salah satu teman Daniel yang menyamar untuk menjadi pelayan di rumah Aurel.Ia melihat sekeliling, semua penjaga dan pelayan sudah ia beri obat tidur. Sudah dipastikan, sekarang mereka tengah terlelap efek dari obat yang dia berikan.Sekarang, tingg
Aurel memandangi beberapa menu yang terhidang di atas meja. Hampir seluruh menu, adalah kesukaan nya.Tetapi, tak membuatnya bernafsu untuk memakan nya. Bagaiman bisa ia bernafsu, sementara ia terkurung di dalam rumah yang dulu pernah ia tempati.Tadi, sempat ia ingin kabur, tetapi Reno menyiapkan penjagaan yang begitu ketat sehingga membuatnya tak bisa berkutik."Ayo makanlah, bukankah ini menu kesukaan mu?" Reno memecah keheningan."Mas, hentikan kegilaan ini! bukankah, dulu yang menginginkan kita berpisah itu kamu Mas? dan aku sudah menuruti mu, jadi hentikan semua ini dan biarkan aku hidup tenang dengan keluarga baruku!" pinta Aurel dengan nada memohon.Berharap lelaki yang ada di hadapan nya ini terketuk hatinya dan menghentikan semua kegilaan yang sudah ia ciptakan."Makanlah, ingat! kau sedang hamil dan membutuhkan asupan gizi yang cukup!" Reno lebih memilih mengabaikan ucapan Aurel dan mengambilkan makanan untuk Aurel. Ia begitu kesal, karena Aurel masih bersikukuh dengan pen
Zain dan Aurel keluar dari ruangan periksa, ada raut bahagia tercetak di wajah mereka. Zain merengkuh pundak Aurel dan membawa duduk di sebuah kursi."Aku tak menyangka, ada dua anak kita!" celetuk Zain sembari menatap hasil USG yang dipegang Aurel.Aurel mengangguk, membenarkan ucapan sang suami. Ya, dokter bilang anak mereka kembar. Hal itu, membuat Aurel semakin bahagia.Karena menurutnya, ini adalah anugrah yang paling indah dalam hidupnya. Ia tak menyangka, jika akan kembali memiliki anak kembar.Kali ini, dia akan lebih berusaha dengan keras untuk menjaga dan merawat calon anaknya sampai mereka lahir dengan selamat.Ia tak ingin kejadian di masa lalu terulang lagi. Jadi, kali ini dia akan lebih ekstra menjaga kedua anaknya."Kau bahagia Mas?" tanya Aurel menatap lekat sang suami. Ia takut, Zain tidak bahagia! pikiran buruk mulai merasuki otak kecilnya."Tentu saja aku bahagia Sayang, jangan samakan aku dengan lelaki itu! lupakan masa lalu dan kita akan mulai lembaran baru dengan
Zain hanya sebentar menatap pada lelaki yang menyandang sebagai mantan suami istrinya itu, lalu mengalihkan tatapan nya pada Aurel.Ia ingin melihat bagaimana reaksi Aurel saat bertatapan langsung dengan mantan suaminya ini. Karena jika Aurel ingin sembuh, Aurel harus bisa melawan rasa takut itu sendiri dengan cara berhadapan langsung dengan Reno.Zain bisa melihat tubuh Aurel bergetar karena ketakutan dan wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Zain meraih tangan Aurel dan menggenggam tangan nya dengan sangat erat. Aurel menatap pada genggaman tangan suaminya dan menatap wajah teduh Zain.Lalaki itu seolah memberinya kekuatan dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Aurel membalas senyuman Zain tak kalah manis.Ia memejamkan matanya dan mencoba melawan rasa takutnya. Ia mengambil nafas dalam dan mengeluarkan secara perlahan.Dirasa cukup tenang, Aurel membuka matanya dan menatap wajah Reno yang menyunggingkan senyum kepadanya."Aurel, akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi!" Reno
Zain perlahan meletakkan tubuh mungil Aurel di atas ranjang mereka. Suami Aurel itu memutuskan untuk membawa nya pulang ke apartemen nya.Selema perjalanan, Aurel hanya diam saja sembari menatap kosong keluar jendela. Zain tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya ini.Bahkan, sekarang istrinya itu masih menatap lurus kedepan dengan tatapan kosongnya. Dibelainya lembut rambut Aurel dan diciumnya kening sang istri.Sungguh, melihat Aurel seperti ini membuat hatinya sakit. Ia yakin, luka itu terlalu dalam sehingga membuat istrinya menjadi seperti ini."Sayang, bicaralah sesuatu! jangan membuatku kawatir! atau mau aku panggilkan dokter?" Zain berusaha mengajak bicara dengan Aurel.Namun, Aurel masih diam membisu tak merespon pertanyaan nya. Membuat Zain semakin kawatir.Zain melepas genggaman tangan nya dan ingin beranjak menelpon dokter, karena dia takut terjadi sesuatu pada sang istri."Tolong jangan pergi, temani aku!" Aurel mengeratkan genggaman nya membuat Zain urung melangk
Zain dan Aurel sampai lebih dulu di restauran milik Abi. Namun, lelaki itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya."Eh, Aurel, nunggu Abi ya?" tanya Gita yang baru saja keluar dari arah dapur dan mendapati Aurel dan seorang pria.Ia yakin itu adalah suami adik bosnya ini. Ia tersenyum ramah pada lelaki yang baru ia temui ini."Iya Kak, kok Abi telat datangnya ya? padahal dia yang nyuruh aku buat datang!" jawab Aurel sedikit kesal."Mungkin kena macet! tunggu saja di ruangan nya, aku akan membuatkan minuman dan mengantarkan nya kesana!" "Gak usah Kak, aku tunggu di sini saja!" tolak Aurel."Ya sudah kalau begitu, aku ambilkan minum dulu atau kalian mau sarapan?""Minum saja Kak, kami sudah sarapan tadi!" Gita mengangguk dan kembali ke dapur untuk membuatkan minum adik dan dan adik ipar bosnya ini.Tak berselang lama Gita masuk ke dapur, Abi datang dan menyapa mereka berdua. Abi tersenyum menatap sang adik dan memeluknya."Jadi bagaimana? kalian udah balikan?" tanya Abi to the poin.
"Jangan bicara sembarangan Abi, aku tahu kau hanya ingin membuatku tidak mengganggu Aurel! itu sebabnya kau bilang dia sudah bersuami." Ucap Reno tak percaya.Ya, ia yakin Abi hanya mengarang cerita agar dirinya tidak mengganggu kehidupan Aurel! tetapi, jika benar itu terjadi, dia tidak akan menyerah begitu saja.Aurel sangat mencintainya, ia yakin cinta itu masih tetap untuknya dan Aurel pasti mau kembali bersamanya karena mereka masih saling mencintai."Terserah kalau kau tak percaya!" jawab Abi enteng."Dengar, aku tidak akan membiarkan kau mengganggu adikku lagi! sebelum aku kehilangan kesabaran, lebih baik kau segera pergi dari sini dan jangan pernah muncul di hadapanku maupun di hadapan Aurel!" ancam Abi dan segera meninggalkan Reno sendirian.Sementara Reno masih diam membisu, rasanya sungguh tak percaya jika Aurel sudah menikah. Ah, ini pasti hanya akal-akalan Abi saja.Reno lebih memilih pergi dari sana dan berniat besok akan kembali lagi dengan harapan bisa bertemu dengan Au
Aurel perlahan membuka matanya, ia menatap langit-langit kamar yang nampak asing baginya. Ia mengerutkan keningnya, sembari berusaha mengingat apa yang sudah terjadi?Ah, tadi siang dia tak sengaja bertemu dengan Reno dan berakhir meminta tolong pada suaminya untuk mengantarkan nya pulang.Bahkan, dia menolak saat Zain ingin membawanya ke rumah sakit! tapi, dengan tegas dia menolak dan meminta pulang.Setelah itu ia tidak mengingat apapun dan sekarang dirinya terbangun di kamar yang sangat asing baginya.Aurel mendudukkan tubuhnya dan menyenderkan punggungnya di kepala ranjang. Ia mengedarkan pandanganya, mencari sosok yang sudah membawanya kemari.Tatapan matanya, terhenti pada sebuah bingkai yang terpajang diatas nakas. Di sana ada foto dirinya dan Zain saat menikah.Aurel semakin bingung dan bertanya-tanya di mana dirinya saat ini. Pasalnya, jika ia berada di rumah Zain, ia merasa sangat asing dengan kamar ini.Jika bukan di rumah Zain, tetapi kenapa ada foto pernikahan nya di sini