Aurel membuka matanya secara perlahan, ia menatap langit-langit kamar yang terasa asing baginya. "Aku dimana?" gumamnya dalam hati. Aurel nampak asing dengan kamar yang sekarang ia tempati. Ia ingin bergerak untuk mendudukan tubuhnya, namun tidak bisa. Ia melihat ada sepasang lengan kekar tengah memeluknya dengan erat. Ia melihat siapa pemilik sepasang lengan yang sudah memeluknya dengan sangat erat. Aurel membekap mulutnya yang ingin berteriak saat mendapati wajah Zain begitu dekat dengan nya. "Ah, bukankah Tuan Zain sudah menjadi suamiku!" gumamnya saat mengingat dirinya sudah menjadi istri dari seorang Zain. "Bagaimana aku bisa lupa?" gumamnya lagi dan menghembuskan nafas kasar. "Ada apa? kenapa kau membuang nafas seperti itu?" tanya Zain yang masih setia memejamkan matanya. "T-tidak! bisakah Tuan lepaskan aku? aku ingin ke kamar mandi!" ucap Aurel. "Kau memanggilku apa?" tanya Zain yang langsung membuka matanya. Ia tak terima Aurel yang masih memanggilnya Tuan. "M-mas Za
Aurel memandangi pemandangan di luar jendela. Jalanan ini begitu asing baginya, jika ia menanyakan kemana Zain akan membawanya, Zain hanya menjawab "Nanti kau akan tau!" Hanya itu, membuat Aurel penasaran saja. Tetapi suaminya ini enggan untuk memberitahunya. "Jika mengantuk maka tidurlah, perjalanan masih jauh!" Aurel menoleh dan menatap Zain yang tengah tersenyum dan kembali fokus pada jalanan. "Baiklah," jawab Aurel yang memang sudah merasa sangat mengantuk. Zain tersenyum dan mengulurkan tangan nya untuk mengelus puncak kepala sang istri. Tak berselang lama terdengar dengkuran halus dari sang istri. Zain hanya tersenyum dan kembali fokus untuk menyetir. Rasanya Zain sudah tidak sabar melihat reaksi Aurel saat melihat apa yang akan dia tunjukan nanti. Zain yakin Aurel pasti suka. Ya, Zain berencana akan memberikan kejutan untuk sang istri sekaligus bulan madu. Selain itu, dia hanya ingin bisa menjadi lebih dekat dengan Aurel. Zain hanya ingin memulai kehidupan barunya bersam
"Mas," panggil seseorang dan berhasil membuyarkan lamunannya. Ya, Zain memutuskan untuk keluar ruangan nya untuk menenangkan pikirannya. Sekarang pikiran nya tengah berkecamuk, karena gadis yang masuk ke ruangannya sangat mirip dengan seseorang yang selama ini sulit untuk ia lupakan. Bahkan, ia sempat berpikir kalau gadis itu adalah kekasihnya yang telah kembali. Tetapi, Zain segera menyadarkan dirinya kalau Zalora sudah lama tiada dan gadis itu hanya kebetulan saja wajahnya mirip dengan Zalora. "Mas, sedang memikirkan apa? kenapa melamun?" tanya Aurel karena melihat suaminya hanya diam saja dan tak membawa sapaan nya. "Ah, maaf Sayang! aku sedang banyak pekerjaan!"Aurel hanya mengangguk dan mengajak sang suami untuk menikmati makan siang mereka. "Tadi Mas mau kemana, kok sedang menunggu lift?" tanya Aurel sembari berjalan kembali keruangan suaminya. "Mas hanya ingin mencari udara segar, suntuk dengan pekerjaan!" Zain memberi alasan. Aurel lagi-lagi mengangguk mempercayai ucap
Juragan Tarno yang tengah duduk, seketika berdiri dan menatap wajah cantik Andin sambil tersenyum penuh arti."Wah, ternyata kau sudah pulang? kau tahu Andin, semakin hari kau semakin cantik! apalagi saat kau marah seperti ini!" ungkap Tarno menatap lekat pada Andin.Andin mendengus kesal mendengar bualan dari lelaki tua genit ini. Ia menatap tajam, lelaki hendak merebut rumahnya ini."Hentikan omong kosongmu juragan! saya tegaskan, kami tidak akan pernah keluar dari rumah kami! untuk hutang kami, beri saya waktu satu Minggu lagi untuk melunasinya!" tegas Andin.Tarno tertawa mendengar ucapan Andin. Jujur saja, dia sangat terkesan dengan keberanian gadis yang berumur 25th ini."Saya sudah terlalu banyak memberikan waktu untuk kalian melunasinya, tapi nyatanya apa? sampai sekarang, kalian belum bisa melunasinya! begini saja, kau menikah dengan saya maka semua hutang-hutang orang tuamu lunas dan rumah ini masih tetap menjadi milik kalian!" tawar Tarno dan mengedipkan sebelah matanya pad
Aurel meraba-raba mencari sosok yang tidur disampingnya semalam. Ia segera membuka matanya kala tak mendapati sang suami disampingnya."Mas," panggilnya. Ia segera turun dari ranjang saat tak mendapati Zain di tempat tidur. Ia bergegas menuju kamar mandi, namun tak mendengar suara apapun disana.Ia memutuskan untuk membuka pintu dan mengecek apakah suaminya ada atau tidak!"Mas," panggil Aurel dan mengedarkan pandangan nya. Di kamar mandi pun kosong, tak menyerah, dia berjalan menuju balkon kamarnya , tapi juga kosong! Zain tidak ada di sana."Mas Zain kemana? apa dia sudah berangkat ke kantor?" tanyanya pada diri sendiri.Karena penasaran, ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi ponsel suaminya. Panggilan pertama tak diangkat, hingga panggilan ketiga baru diangkat."Mas kamu dimana?" tanya Aurel saat panggilan nya diangkat."Aku sudah berangkat ke kantor!" jawab Zain dengan nada datar."Kenapa tak membangunkan ku?" tanya Aurel kecewa."Maaf, tadi aku terburu-buru! lagi pula, ka
"Tuan, kita mau kemana?" tanya Andin saat melihat jalanan yang begitu asing baginya.Tadi, setelah sampai kantor, Zain langsung membawanya keruangan nya. Karena sekarang, Andin asisten pribadinya.Jadi, dia satu ruangan dengan gadis itu. Dan sekarang, Zain ada pertemuan dengan klien di luar kota dan membawa Andin ikut serta."Kita akan bertemu dengan klien dikota C!" jawab Zain."Apa? kenapa mendadak sekali tuan? bahkan, aku belum memahami apa saja yang harus aku kerjakan sebagai asisten Tuan," ucap Andin dengan nada terkejut."Kau tak perlu melakukan apapun, cukup penuhi dan lakukan apa yang aku perintahkan!" Andin hanya bisa menghembuskan nafas kasar, ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran atasan nya ini."Apa kita akan menginap?" tanya Andin."Mungkin satu atau dua hari!""Apa?" lago-lago Andin terpekik karena terkejut."Kenapa kau selalu berteriak?" "Maaf! tapi kenapa tidak bilang kalau kita akan menginap? saya tidak membawa baju ganti!""Untuk itu kau tak perlu kaw
Aurel membuka matanya saat mendengar suara burung-burung berkicau di pagi hari. Ia memijit kepalanya yang terasa sangat pening.Tiba-tiba saja ia berlari ke kamar mandi saat mual dan ingin mengeluarkan isi perutnya. Namun, yang keluar hanyalah cairan bening kehijauan yang terasa sangat pahit."Ada apa denganku?" gumamnya setelah mencuci wajahnya. Tidak biasanya ia seperti ini.Perlahan Aurel melangkah keluar dari kamar mandi dan duduk di tepi ranjang. Tak sengaja matanya menatap kalender yang terpajang di atas meja dekat tempat tidurnya.Ia segera meraih kalender itu dan mengingat kapan terakhir ia mendapat tamu bulanannya. "Sudah telat satu bulan, apa mungkin?" gumam Aurel menebak-nebak."Lebih baik aku periksakan saja!" gumamnya sembari tersenyum.Tanpa banyak pikir, Aurel kembali ke kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya lalu pergi ke dokter untuk mengecek kondisinya.Dan jika benar dugaan nya, maka dia akan menjadi wanita yang paling bahagia. Karena menurut dokter, dia akan s
Andin menatap bingung pada atasan nya, ia seolah bertanya tentang siapa wanita yang datang tadi."Tuan Anda baik-baik saja?" tanyanya saat Zain sudah mulai duduk kembali di kursi kebanggaan nya.Ia menatap Andin lalu mengangguk sebagai jawaban. Andin, masih penasaran tentang siapa wanita tadi."Tuan, siapa wanita tadi? kenapa dia terlihat marah saat melihat anda dengan saya?" tanya Andin yang memang tidak tahu kalau Zain sudah beristri dan Aurel adalah istri dari Zain."Dia istriku!" jawab Zain datar.Andin terkejut dengan jawaban Zain, ia tak menyangka jika Zain sudah menikah. Selama ini, ia mengira pemilik tempatnya bekerja masih sendiri alias belum memiliki istri."I-istri? seharusnya anda bilang kalau anda sudah memiliki istri, agar saya bisa lebih menjaga jarak dari anda!" Andin menatap Zain."Saya yakin istri anda sudah salah paham tentang kita!" lanjutnya lagi."Lebih baik kau bereskan itu dan lanjut bekerja lagi! Aurel biar Aurel menjadi urusan saya!" jawab Zain tegas."Tapi,