Tak butuh waktu lama Zain sampai di mana istrinya berada. Awalnya Zain heran, karena istrinya berada di sebuah pantai.Tetapi setelah melihat sang istri yang tengah duduk di tepi pantai sembari memandangi air laut yang tengah digulung angin dan membentuk ombak, membuatnya mengerti.Zain perlahan mendekati sang istri yang tengah memejamkan matanya menikmati angin yang menerpa wajahnya."Sudah malam, lebih baik kita pulang!" Zain memakaikan jaketnya pada sang istri membuatnya terkejut."Mas," panggil Aurel terkejut saat mendapati sang suami ada disini."Ayo kita pulang dan bicarakan masalah ini baik-baik!" Zain besuara sangat lembut berharap sang istri mau menurutinya.Aurel segera berdiri dan menatap sang suami penuh ketakutan dan berjalan mundur memegang perutnya.Zain mengerutkan kedua alisnya, ia heran dengan reaksi Aurel yang menurutnya seperti orang tengah ketakutan."T-tidak! kalau Mas ingin pulang, lebih baik Mas pulang sendiri!" tolak Aurel dengan suara bergetar.Entah kenapa,
Aurel perlahan membuka matanya, bau obat-obatan begitu menyengat di Indra penciumannya.Ia menatap langit-langit kamar yang nampak asing baginya. Ia tahu dimana dirinya sekarang, pasti di rumah sakit."Tidak!" teriaknya saat mengingat dirinya bertemu dengan Zain dan ia berusaha menghindari lelaki itu.Ia segera duduk dan memeluk perutnya sendiri, berusaha melindungi calon anaknya. Tidak, Zain tidak boleh menyakiti anaknya."Dek, kau sudah sadar?" tanya Abi yang baru saja datang dan melihat adiknya yang sudah sadar. Abi menjadi kawatir saat melihat sang adik terlihat ketakutan bahkan memeluk dirinya sendiri."Dek," panggil Abi lagi karena Aurel tak merespon pertanyaan nya. Merasa ada yang menyentuh pundaknya, Aurel mendongak dan menatap orang yang menyentuh pundaknya."Kak, bawa aku pergi dari sini Kak! jangan biarkan mas Zain menyakiti anakku!" gumamnya dan memeluk erat sang kakak."Sssttt, tenanglah! tidak akan ada yang menyakitimu ataupun anakmu!" Hati Abi benar-benar sakit meliha
Zain segera melajukan mobilnya menuju dimana sang istri berada. Rasanya sudah tak sabar untuk bertemu dengan Aurel.Meski ia tahu, akan mendapat penolakan, tetapi ia takkan menyerah begitu saja sebelum bisa membawa sang istri pulang ke rumah.Bagaimanapun caranya, ia akan membawa Aurel kembali padanya. Ia ingin membuktikan kalau dirinya sudah berubah dan ingin membangun keluarga kecil bersama dengan Aurel.Tak butuh waktu lama, mobil yang ditumpangi Zain sudah sampai di sebuah rumah sederhana berlantai satu.Di sana, ia bisa melihat Aurel yang tengah menyirami bunga-bunga yang mulai bermekaran.Aurel seperti menikmati pemandangan yang dapat menyejukkan matan nya. Ya, seminggu ini Aurel tinggal bersama dengan kakaknya.Di rumah pemberian paman dan bibinya yang jaraknya agak jauh dari kota. Demi bisa menyembuhkan trauma Aurel, Abi rela pindah ke rumah ini.Meski harus bolak-balik yang memakan waktu cukup jauh jika harus ke restauran miliknya. Namun, tak masalah baginya.Karena yang terp
Keesokan paginya, Aurel dan Abi tengah menikmati sarapan mereka dalam diam. Hanya terdengar dentingan garpu dan sendok saling beradu."Hari ini jadwalmu pergi ke psikiater! Kakak akan mengantarmu!" ucap Abi setelah menghabiskan sarapan nya."Aku sudah sembuh Kak, jadi tak perlu datang lagi kesana!" Aurel menolak, karena ia memang merasa sudah sembuh."Jangan membantah Aurel, atau kakak akan marah!""Ck, iya, iya!" tak ingin kakaknya marah dan lebih memilih untuk menuruti sang kakak.Setelah sarapan, Aurel segera bersiap untuk pergi ke psikiater untuk kontrol. Padahal dirinya sudah sembuh, tetapi kakaknya itu tetap memaksanya untuk tetap pergi kesana."Kak, apa kakak tidak kerja?" tanya Aurel saat sudah berada di dalam mobil."Nanti agak siangan, kenapa, mau ikut?" tanya Abi sembari menoleh pada sang adik."Boleh?" tanya Aurel dengan antusias."Aku bosan jika terus berada di rumah!" lanjutnya."Tentu!" "Asiiikkkk...." "Kau itu seperti anak kecil saja!" celetuk Abi saat melihat bagaim
Abi yang baru saja selesai mengupas buah dan membawakan nya untuk sang adik, terkejut saat melihat Aurel tengah makan bersama dengan Zain.Abi lebih memilih diam dan memperhatikan pasangan suami istri itu. Dia ingin tahu apakah Aurel bisa menghadapi Zain sendiri atau tidak?"Bagaimana kabarmu?" tanya Zain basa basi."Dan bagaimana kabar anak kita, apa sudah memeriksakan nya?" tanya Zain lagi sembari menatap perut Aurel yang masih terlihat rata."Baik dan tadi pagi sudah periksa bersama dengan kak Abi!" jawab Aurel jujur.Aurel sadar, walau bagaimanapun Zain adalah ayah dari anak yang ia kandung. Jadi, tak ada salahnya jika Zain tahu keadaan calon anak mereka.Tetapi, jika untuk kembali dengan pria itu sekarang ia belum siap. Bahkan, dia sendiri bingung, mau dibawa kemana hubungan mereka.Yang jelas, dia belum siap jika harus tinggal bersama dengan suaminya ini. Aurel kembali menyuap spageti miliknya.Entah kenapa, dia merasa lapar lagi? padahal tadi, dia baru saja makan, tapi saat Zai
Aurel tengah berguling-guling di atas kasur miliknya. Tadi pagi, dia ingin ikut dengan kakaknya ke restauran, namun dilarang oleh kakaknya itu."Ah, lebih baik aku jalan-jalan saja sebentar!" putus Aurel.Ia segera beranjak dari kasurnya dan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tak butuh waktu lama, kini Aurel sudah siap dan segera berjalan ke luar rumah. Sebelum pergi, ia meminta ijin terlebih dahulu pada sang kakak.Awalnya Abi tak mengijinkan, Aurel yang terus merengek, akhirnya ia mau mengijinkan sang adik untuk keluar rumah dengan catatan, harus menghubungi Abi jika terjadi sesuatu pada Aurel.Aurel segera menaiki taxi yang ia pesan, menuju sebuah mall di salah satu kota ini. Hanya butuh waktu 15 menit, mobil yang ia tumpangi sampai di tempat tujuan.Ia segera turun setelah membayar taxi yang ia tumpangi. Senyumnya mengembang, kala melihat gedung tinggi dan ramai pengunjung.Kakinya segera melangkah masuk dan mulai melihat-lihat pemandangan di dalam mall terse
Aurel perlahan membuka matanya, ia menatap langit-langit kamar yang nampak asing baginya. Ia mengerutkan keningnya, sembari berusaha mengingat apa yang sudah terjadi?Ah, tadi siang dia tak sengaja bertemu dengan Reno dan berakhir meminta tolong pada suaminya untuk mengantarkan nya pulang.Bahkan, dia menolak saat Zain ingin membawanya ke rumah sakit! tapi, dengan tegas dia menolak dan meminta pulang.Setelah itu ia tidak mengingat apapun dan sekarang dirinya terbangun di kamar yang sangat asing baginya.Aurel mendudukkan tubuhnya dan menyenderkan punggungnya di kepala ranjang. Ia mengedarkan pandanganya, mencari sosok yang sudah membawanya kemari.Tatapan matanya, terhenti pada sebuah bingkai yang terpajang diatas nakas. Di sana ada foto dirinya dan Zain saat menikah.Aurel semakin bingung dan bertanya-tanya di mana dirinya saat ini. Pasalnya, jika ia berada di rumah Zain, ia merasa sangat asing dengan kamar ini.Jika bukan di rumah Zain, tetapi kenapa ada foto pernikahan nya di sini
"Jangan bicara sembarangan Abi, aku tahu kau hanya ingin membuatku tidak mengganggu Aurel! itu sebabnya kau bilang dia sudah bersuami." Ucap Reno tak percaya.Ya, ia yakin Abi hanya mengarang cerita agar dirinya tidak mengganggu kehidupan Aurel! tetapi, jika benar itu terjadi, dia tidak akan menyerah begitu saja.Aurel sangat mencintainya, ia yakin cinta itu masih tetap untuknya dan Aurel pasti mau kembali bersamanya karena mereka masih saling mencintai."Terserah kalau kau tak percaya!" jawab Abi enteng."Dengar, aku tidak akan membiarkan kau mengganggu adikku lagi! sebelum aku kehilangan kesabaran, lebih baik kau segera pergi dari sini dan jangan pernah muncul di hadapanku maupun di hadapan Aurel!" ancam Abi dan segera meninggalkan Reno sendirian.Sementara Reno masih diam membisu, rasanya sungguh tak percaya jika Aurel sudah menikah. Ah, ini pasti hanya akal-akalan Abi saja.Reno lebih memilih pergi dari sana dan berniat besok akan kembali lagi dengan harapan bisa bertemu dengan Au