Keesokan paginya, Aurel dan Abi tengah menikmati sarapan mereka dalam diam. Hanya terdengar dentingan garpu dan sendok saling beradu."Hari ini jadwalmu pergi ke psikiater! Kakak akan mengantarmu!" ucap Abi setelah menghabiskan sarapan nya."Aku sudah sembuh Kak, jadi tak perlu datang lagi kesana!" Aurel menolak, karena ia memang merasa sudah sembuh."Jangan membantah Aurel, atau kakak akan marah!""Ck, iya, iya!" tak ingin kakaknya marah dan lebih memilih untuk menuruti sang kakak.Setelah sarapan, Aurel segera bersiap untuk pergi ke psikiater untuk kontrol. Padahal dirinya sudah sembuh, tetapi kakaknya itu tetap memaksanya untuk tetap pergi kesana."Kak, apa kakak tidak kerja?" tanya Aurel saat sudah berada di dalam mobil."Nanti agak siangan, kenapa, mau ikut?" tanya Abi sembari menoleh pada sang adik."Boleh?" tanya Aurel dengan antusias."Aku bosan jika terus berada di rumah!" lanjutnya."Tentu!" "Asiiikkkk...." "Kau itu seperti anak kecil saja!" celetuk Abi saat melihat bagaim
Abi yang baru saja selesai mengupas buah dan membawakan nya untuk sang adik, terkejut saat melihat Aurel tengah makan bersama dengan Zain.Abi lebih memilih diam dan memperhatikan pasangan suami istri itu. Dia ingin tahu apakah Aurel bisa menghadapi Zain sendiri atau tidak?"Bagaimana kabarmu?" tanya Zain basa basi."Dan bagaimana kabar anak kita, apa sudah memeriksakan nya?" tanya Zain lagi sembari menatap perut Aurel yang masih terlihat rata."Baik dan tadi pagi sudah periksa bersama dengan kak Abi!" jawab Aurel jujur.Aurel sadar, walau bagaimanapun Zain adalah ayah dari anak yang ia kandung. Jadi, tak ada salahnya jika Zain tahu keadaan calon anak mereka.Tetapi, jika untuk kembali dengan pria itu sekarang ia belum siap. Bahkan, dia sendiri bingung, mau dibawa kemana hubungan mereka.Yang jelas, dia belum siap jika harus tinggal bersama dengan suaminya ini. Aurel kembali menyuap spageti miliknya.Entah kenapa, dia merasa lapar lagi? padahal tadi, dia baru saja makan, tapi saat Zai
Aurel tengah berguling-guling di atas kasur miliknya. Tadi pagi, dia ingin ikut dengan kakaknya ke restauran, namun dilarang oleh kakaknya itu."Ah, lebih baik aku jalan-jalan saja sebentar!" putus Aurel.Ia segera beranjak dari kasurnya dan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tak butuh waktu lama, kini Aurel sudah siap dan segera berjalan ke luar rumah. Sebelum pergi, ia meminta ijin terlebih dahulu pada sang kakak.Awalnya Abi tak mengijinkan, Aurel yang terus merengek, akhirnya ia mau mengijinkan sang adik untuk keluar rumah dengan catatan, harus menghubungi Abi jika terjadi sesuatu pada Aurel.Aurel segera menaiki taxi yang ia pesan, menuju sebuah mall di salah satu kota ini. Hanya butuh waktu 15 menit, mobil yang ia tumpangi sampai di tempat tujuan.Ia segera turun setelah membayar taxi yang ia tumpangi. Senyumnya mengembang, kala melihat gedung tinggi dan ramai pengunjung.Kakinya segera melangkah masuk dan mulai melihat-lihat pemandangan di dalam mall terse
Aurel perlahan membuka matanya, ia menatap langit-langit kamar yang nampak asing baginya. Ia mengerutkan keningnya, sembari berusaha mengingat apa yang sudah terjadi?Ah, tadi siang dia tak sengaja bertemu dengan Reno dan berakhir meminta tolong pada suaminya untuk mengantarkan nya pulang.Bahkan, dia menolak saat Zain ingin membawanya ke rumah sakit! tapi, dengan tegas dia menolak dan meminta pulang.Setelah itu ia tidak mengingat apapun dan sekarang dirinya terbangun di kamar yang sangat asing baginya.Aurel mendudukkan tubuhnya dan menyenderkan punggungnya di kepala ranjang. Ia mengedarkan pandanganya, mencari sosok yang sudah membawanya kemari.Tatapan matanya, terhenti pada sebuah bingkai yang terpajang diatas nakas. Di sana ada foto dirinya dan Zain saat menikah.Aurel semakin bingung dan bertanya-tanya di mana dirinya saat ini. Pasalnya, jika ia berada di rumah Zain, ia merasa sangat asing dengan kamar ini.Jika bukan di rumah Zain, tetapi kenapa ada foto pernikahan nya di sini
"Jangan bicara sembarangan Abi, aku tahu kau hanya ingin membuatku tidak mengganggu Aurel! itu sebabnya kau bilang dia sudah bersuami." Ucap Reno tak percaya.Ya, ia yakin Abi hanya mengarang cerita agar dirinya tidak mengganggu kehidupan Aurel! tetapi, jika benar itu terjadi, dia tidak akan menyerah begitu saja.Aurel sangat mencintainya, ia yakin cinta itu masih tetap untuknya dan Aurel pasti mau kembali bersamanya karena mereka masih saling mencintai."Terserah kalau kau tak percaya!" jawab Abi enteng."Dengar, aku tidak akan membiarkan kau mengganggu adikku lagi! sebelum aku kehilangan kesabaran, lebih baik kau segera pergi dari sini dan jangan pernah muncul di hadapanku maupun di hadapan Aurel!" ancam Abi dan segera meninggalkan Reno sendirian.Sementara Reno masih diam membisu, rasanya sungguh tak percaya jika Aurel sudah menikah. Ah, ini pasti hanya akal-akalan Abi saja.Reno lebih memilih pergi dari sana dan berniat besok akan kembali lagi dengan harapan bisa bertemu dengan Au
Zain dan Aurel sampai lebih dulu di restauran milik Abi. Namun, lelaki itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya."Eh, Aurel, nunggu Abi ya?" tanya Gita yang baru saja keluar dari arah dapur dan mendapati Aurel dan seorang pria.Ia yakin itu adalah suami adik bosnya ini. Ia tersenyum ramah pada lelaki yang baru ia temui ini."Iya Kak, kok Abi telat datangnya ya? padahal dia yang nyuruh aku buat datang!" jawab Aurel sedikit kesal."Mungkin kena macet! tunggu saja di ruangan nya, aku akan membuatkan minuman dan mengantarkan nya kesana!" "Gak usah Kak, aku tunggu di sini saja!" tolak Aurel."Ya sudah kalau begitu, aku ambilkan minum dulu atau kalian mau sarapan?""Minum saja Kak, kami sudah sarapan tadi!" Gita mengangguk dan kembali ke dapur untuk membuatkan minum adik dan dan adik ipar bosnya ini.Tak berselang lama Gita masuk ke dapur, Abi datang dan menyapa mereka berdua. Abi tersenyum menatap sang adik dan memeluknya."Jadi bagaimana? kalian udah balikan?" tanya Abi to the poin.
Zain perlahan meletakkan tubuh mungil Aurel di atas ranjang mereka. Suami Aurel itu memutuskan untuk membawa nya pulang ke apartemen nya.Selema perjalanan, Aurel hanya diam saja sembari menatap kosong keluar jendela. Zain tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya ini.Bahkan, sekarang istrinya itu masih menatap lurus kedepan dengan tatapan kosongnya. Dibelainya lembut rambut Aurel dan diciumnya kening sang istri.Sungguh, melihat Aurel seperti ini membuat hatinya sakit. Ia yakin, luka itu terlalu dalam sehingga membuat istrinya menjadi seperti ini."Sayang, bicaralah sesuatu! jangan membuatku kawatir! atau mau aku panggilkan dokter?" Zain berusaha mengajak bicara dengan Aurel.Namun, Aurel masih diam membisu tak merespon pertanyaan nya. Membuat Zain semakin kawatir.Zain melepas genggaman tangan nya dan ingin beranjak menelpon dokter, karena dia takut terjadi sesuatu pada sang istri."Tolong jangan pergi, temani aku!" Aurel mengeratkan genggaman nya membuat Zain urung melangk
Zain hanya sebentar menatap pada lelaki yang menyandang sebagai mantan suami istrinya itu, lalu mengalihkan tatapan nya pada Aurel.Ia ingin melihat bagaimana reaksi Aurel saat bertatapan langsung dengan mantan suaminya ini. Karena jika Aurel ingin sembuh, Aurel harus bisa melawan rasa takut itu sendiri dengan cara berhadapan langsung dengan Reno.Zain bisa melihat tubuh Aurel bergetar karena ketakutan dan wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Zain meraih tangan Aurel dan menggenggam tangan nya dengan sangat erat. Aurel menatap pada genggaman tangan suaminya dan menatap wajah teduh Zain.Lalaki itu seolah memberinya kekuatan dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Aurel membalas senyuman Zain tak kalah manis.Ia memejamkan matanya dan mencoba melawan rasa takutnya. Ia mengambil nafas dalam dan mengeluarkan secara perlahan.Dirasa cukup tenang, Aurel membuka matanya dan menatap wajah Reno yang menyunggingkan senyum kepadanya."Aurel, akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi!" Reno