"Mas," panggil seseorang dan berhasil membuyarkan lamunannya. Ya, Zain memutuskan untuk keluar ruangan nya untuk menenangkan pikirannya. Sekarang pikiran nya tengah berkecamuk, karena gadis yang masuk ke ruangannya sangat mirip dengan seseorang yang selama ini sulit untuk ia lupakan. Bahkan, ia sempat berpikir kalau gadis itu adalah kekasihnya yang telah kembali. Tetapi, Zain segera menyadarkan dirinya kalau Zalora sudah lama tiada dan gadis itu hanya kebetulan saja wajahnya mirip dengan Zalora. "Mas, sedang memikirkan apa? kenapa melamun?" tanya Aurel karena melihat suaminya hanya diam saja dan tak membawa sapaan nya. "Ah, maaf Sayang! aku sedang banyak pekerjaan!"Aurel hanya mengangguk dan mengajak sang suami untuk menikmati makan siang mereka. "Tadi Mas mau kemana, kok sedang menunggu lift?" tanya Aurel sembari berjalan kembali keruangan suaminya. "Mas hanya ingin mencari udara segar, suntuk dengan pekerjaan!" Zain memberi alasan. Aurel lagi-lagi mengangguk mempercayai ucap
Juragan Tarno yang tengah duduk, seketika berdiri dan menatap wajah cantik Andin sambil tersenyum penuh arti."Wah, ternyata kau sudah pulang? kau tahu Andin, semakin hari kau semakin cantik! apalagi saat kau marah seperti ini!" ungkap Tarno menatap lekat pada Andin.Andin mendengus kesal mendengar bualan dari lelaki tua genit ini. Ia menatap tajam, lelaki hendak merebut rumahnya ini."Hentikan omong kosongmu juragan! saya tegaskan, kami tidak akan pernah keluar dari rumah kami! untuk hutang kami, beri saya waktu satu Minggu lagi untuk melunasinya!" tegas Andin.Tarno tertawa mendengar ucapan Andin. Jujur saja, dia sangat terkesan dengan keberanian gadis yang berumur 25th ini."Saya sudah terlalu banyak memberikan waktu untuk kalian melunasinya, tapi nyatanya apa? sampai sekarang, kalian belum bisa melunasinya! begini saja, kau menikah dengan saya maka semua hutang-hutang orang tuamu lunas dan rumah ini masih tetap menjadi milik kalian!" tawar Tarno dan mengedipkan sebelah matanya pad
Aurel meraba-raba mencari sosok yang tidur disampingnya semalam. Ia segera membuka matanya kala tak mendapati sang suami disampingnya."Mas," panggilnya. Ia segera turun dari ranjang saat tak mendapati Zain di tempat tidur. Ia bergegas menuju kamar mandi, namun tak mendengar suara apapun disana.Ia memutuskan untuk membuka pintu dan mengecek apakah suaminya ada atau tidak!"Mas," panggil Aurel dan mengedarkan pandangan nya. Di kamar mandi pun kosong, tak menyerah, dia berjalan menuju balkon kamarnya , tapi juga kosong! Zain tidak ada di sana."Mas Zain kemana? apa dia sudah berangkat ke kantor?" tanyanya pada diri sendiri.Karena penasaran, ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi ponsel suaminya. Panggilan pertama tak diangkat, hingga panggilan ketiga baru diangkat."Mas kamu dimana?" tanya Aurel saat panggilan nya diangkat."Aku sudah berangkat ke kantor!" jawab Zain dengan nada datar."Kenapa tak membangunkan ku?" tanya Aurel kecewa."Maaf, tadi aku terburu-buru! lagi pula, ka
"Tuan, kita mau kemana?" tanya Andin saat melihat jalanan yang begitu asing baginya.Tadi, setelah sampai kantor, Zain langsung membawanya keruangan nya. Karena sekarang, Andin asisten pribadinya.Jadi, dia satu ruangan dengan gadis itu. Dan sekarang, Zain ada pertemuan dengan klien di luar kota dan membawa Andin ikut serta."Kita akan bertemu dengan klien dikota C!" jawab Zain."Apa? kenapa mendadak sekali tuan? bahkan, aku belum memahami apa saja yang harus aku kerjakan sebagai asisten Tuan," ucap Andin dengan nada terkejut."Kau tak perlu melakukan apapun, cukup penuhi dan lakukan apa yang aku perintahkan!" Andin hanya bisa menghembuskan nafas kasar, ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran atasan nya ini."Apa kita akan menginap?" tanya Andin."Mungkin satu atau dua hari!""Apa?" lago-lago Andin terpekik karena terkejut."Kenapa kau selalu berteriak?" "Maaf! tapi kenapa tidak bilang kalau kita akan menginap? saya tidak membawa baju ganti!""Untuk itu kau tak perlu kaw
Aurel membuka matanya saat mendengar suara burung-burung berkicau di pagi hari. Ia memijit kepalanya yang terasa sangat pening.Tiba-tiba saja ia berlari ke kamar mandi saat mual dan ingin mengeluarkan isi perutnya. Namun, yang keluar hanyalah cairan bening kehijauan yang terasa sangat pahit."Ada apa denganku?" gumamnya setelah mencuci wajahnya. Tidak biasanya ia seperti ini.Perlahan Aurel melangkah keluar dari kamar mandi dan duduk di tepi ranjang. Tak sengaja matanya menatap kalender yang terpajang di atas meja dekat tempat tidurnya.Ia segera meraih kalender itu dan mengingat kapan terakhir ia mendapat tamu bulanannya. "Sudah telat satu bulan, apa mungkin?" gumam Aurel menebak-nebak."Lebih baik aku periksakan saja!" gumamnya sembari tersenyum.Tanpa banyak pikir, Aurel kembali ke kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya lalu pergi ke dokter untuk mengecek kondisinya.Dan jika benar dugaan nya, maka dia akan menjadi wanita yang paling bahagia. Karena menurut dokter, dia akan s
Andin menatap bingung pada atasan nya, ia seolah bertanya tentang siapa wanita yang datang tadi."Tuan Anda baik-baik saja?" tanyanya saat Zain sudah mulai duduk kembali di kursi kebanggaan nya.Ia menatap Andin lalu mengangguk sebagai jawaban. Andin, masih penasaran tentang siapa wanita tadi."Tuan, siapa wanita tadi? kenapa dia terlihat marah saat melihat anda dengan saya?" tanya Andin yang memang tidak tahu kalau Zain sudah beristri dan Aurel adalah istri dari Zain."Dia istriku!" jawab Zain datar.Andin terkejut dengan jawaban Zain, ia tak menyangka jika Zain sudah menikah. Selama ini, ia mengira pemilik tempatnya bekerja masih sendiri alias belum memiliki istri."I-istri? seharusnya anda bilang kalau anda sudah memiliki istri, agar saya bisa lebih menjaga jarak dari anda!" Andin menatap Zain."Saya yakin istri anda sudah salah paham tentang kita!" lanjutnya lagi."Lebih baik kau bereskan itu dan lanjut bekerja lagi! Aurel biar Aurel menjadi urusan saya!" jawab Zain tegas."Tapi,
Tak butuh waktu lama Zain sampai di mana istrinya berada. Awalnya Zain heran, karena istrinya berada di sebuah pantai.Tetapi setelah melihat sang istri yang tengah duduk di tepi pantai sembari memandangi air laut yang tengah digulung angin dan membentuk ombak, membuatnya mengerti.Zain perlahan mendekati sang istri yang tengah memejamkan matanya menikmati angin yang menerpa wajahnya."Sudah malam, lebih baik kita pulang!" Zain memakaikan jaketnya pada sang istri membuatnya terkejut."Mas," panggil Aurel terkejut saat mendapati sang suami ada disini."Ayo kita pulang dan bicarakan masalah ini baik-baik!" Zain besuara sangat lembut berharap sang istri mau menurutinya.Aurel segera berdiri dan menatap sang suami penuh ketakutan dan berjalan mundur memegang perutnya.Zain mengerutkan kedua alisnya, ia heran dengan reaksi Aurel yang menurutnya seperti orang tengah ketakutan."T-tidak! kalau Mas ingin pulang, lebih baik Mas pulang sendiri!" tolak Aurel dengan suara bergetar.Entah kenapa,
Aurel perlahan membuka matanya, bau obat-obatan begitu menyengat di Indra penciumannya.Ia menatap langit-langit kamar yang nampak asing baginya. Ia tahu dimana dirinya sekarang, pasti di rumah sakit."Tidak!" teriaknya saat mengingat dirinya bertemu dengan Zain dan ia berusaha menghindari lelaki itu.Ia segera duduk dan memeluk perutnya sendiri, berusaha melindungi calon anaknya. Tidak, Zain tidak boleh menyakiti anaknya."Dek, kau sudah sadar?" tanya Abi yang baru saja datang dan melihat adiknya yang sudah sadar. Abi menjadi kawatir saat melihat sang adik terlihat ketakutan bahkan memeluk dirinya sendiri."Dek," panggil Abi lagi karena Aurel tak merespon pertanyaan nya. Merasa ada yang menyentuh pundaknya, Aurel mendongak dan menatap orang yang menyentuh pundaknya."Kak, bawa aku pergi dari sini Kak! jangan biarkan mas Zain menyakiti anakku!" gumamnya dan memeluk erat sang kakak."Sssttt, tenanglah! tidak akan ada yang menyakitimu ataupun anakmu!" Hati Abi benar-benar sakit meliha