Aurel terdiam mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Zain. Ia menatap tepat di kedua bola matanya. "Tuan dengar semuanya? jangan bilang Tuan hanya pura-pura tidur tadi!" tanya Aurel penuh selidik. "Sebenarnya aku sudah bangun sejak lima menit yang lalu dan aku tak sengaja mendengar percakapan kalian! jadi, kapan kita akan menikah?" tanya Zain dengan santai. "Kenapa tidak langsung membuka mata dan memanggil kami? Tuan tahu bagaimana kawatirnya kami?" kesal Aurel dan enggan menjawab pertanyaan Aurel. Jujur dia sangat malu dengan apa yang ditanyakan oleh Zain, dia juga belum siap untuk memberitahu kapan dia akan menikah dengan Zain. "Jika aku memanggil kalian, ucapan persetujuan untuk menikah denganku tidak akan pernah ada! jadi, kapan kau siap untuk menikah denganku?" Lagi-lagi Zain melontarkan pertanyaan yang sama, karena sedari tadi Aurel seolah enggan untuk menjawab pertanyaan nya. "Seminggu lagi, kalian akan menikah!" kali ini Rindu yang menjawab dengan tegas. "Apa? ini
Zain langsung memboyong Aurel kerumahnya. Setelah selesai membersihkan diri, Aurel duduk di tepi ranjang dan melihat kamar milik Zain yang luas. Dari sekian pemandangan yang ia lihat, fokusnya tertuju pada sebuah foto yang menghiasi dinding kamar Zain. Di sana terlihat wanita cantik yang tengah tersenyum dengan lebar menatap kamera. Aurel bertanya-tanya siapa wanita itu? Apa dia adik atau salah satu keluarga Zain? Aurel masih berusaha berpikiran positif saat melihat foto yang terpampang di dinding kamar suaminya ini. "Dia adalah Zalora, mantan tunangan ku! untuk saat ini aku belum bisa menurunkan foto itu! akun harap kau bisa memakluminya!" suara Zain berhasil mengalihkan perhatian nya. Ia menatap Zain tak percaya, "Jika Tuan belum bisa melupakan nya, kenapa kamu menikahi ku?" tanya Aurel yang sedikit kecewa. Belum satu hari saja ia sudah mendapatkan kenyataan dan ucapan yang bisa membuatnya kecewa dari mulut Zain. Lagi pula, bagaimana mungkin lelaki itu menikahinya disaat Zain
Aurel membuka matanya secara perlahan, ia menatap langit-langit kamar yang terasa asing baginya. "Aku dimana?" gumamnya dalam hati. Aurel nampak asing dengan kamar yang sekarang ia tempati. Ia ingin bergerak untuk mendudukan tubuhnya, namun tidak bisa. Ia melihat ada sepasang lengan kekar tengah memeluknya dengan erat. Ia melihat siapa pemilik sepasang lengan yang sudah memeluknya dengan sangat erat. Aurel membekap mulutnya yang ingin berteriak saat mendapati wajah Zain begitu dekat dengan nya. "Ah, bukankah Tuan Zain sudah menjadi suamiku!" gumamnya saat mengingat dirinya sudah menjadi istri dari seorang Zain. "Bagaimana aku bisa lupa?" gumamnya lagi dan menghembuskan nafas kasar. "Ada apa? kenapa kau membuang nafas seperti itu?" tanya Zain yang masih setia memejamkan matanya. "T-tidak! bisakah Tuan lepaskan aku? aku ingin ke kamar mandi!" ucap Aurel. "Kau memanggilku apa?" tanya Zain yang langsung membuka matanya. Ia tak terima Aurel yang masih memanggilnya Tuan. "M-mas Za
Aurel memandangi pemandangan di luar jendela. Jalanan ini begitu asing baginya, jika ia menanyakan kemana Zain akan membawanya, Zain hanya menjawab "Nanti kau akan tau!" Hanya itu, membuat Aurel penasaran saja. Tetapi suaminya ini enggan untuk memberitahunya. "Jika mengantuk maka tidurlah, perjalanan masih jauh!" Aurel menoleh dan menatap Zain yang tengah tersenyum dan kembali fokus pada jalanan. "Baiklah," jawab Aurel yang memang sudah merasa sangat mengantuk. Zain tersenyum dan mengulurkan tangan nya untuk mengelus puncak kepala sang istri. Tak berselang lama terdengar dengkuran halus dari sang istri. Zain hanya tersenyum dan kembali fokus untuk menyetir. Rasanya Zain sudah tidak sabar melihat reaksi Aurel saat melihat apa yang akan dia tunjukan nanti. Zain yakin Aurel pasti suka. Ya, Zain berencana akan memberikan kejutan untuk sang istri sekaligus bulan madu. Selain itu, dia hanya ingin bisa menjadi lebih dekat dengan Aurel. Zain hanya ingin memulai kehidupan barunya bersam
"Mas," panggil seseorang dan berhasil membuyarkan lamunannya. Ya, Zain memutuskan untuk keluar ruangan nya untuk menenangkan pikirannya. Sekarang pikiran nya tengah berkecamuk, karena gadis yang masuk ke ruangannya sangat mirip dengan seseorang yang selama ini sulit untuk ia lupakan. Bahkan, ia sempat berpikir kalau gadis itu adalah kekasihnya yang telah kembali. Tetapi, Zain segera menyadarkan dirinya kalau Zalora sudah lama tiada dan gadis itu hanya kebetulan saja wajahnya mirip dengan Zalora. "Mas, sedang memikirkan apa? kenapa melamun?" tanya Aurel karena melihat suaminya hanya diam saja dan tak membawa sapaan nya. "Ah, maaf Sayang! aku sedang banyak pekerjaan!"Aurel hanya mengangguk dan mengajak sang suami untuk menikmati makan siang mereka. "Tadi Mas mau kemana, kok sedang menunggu lift?" tanya Aurel sembari berjalan kembali keruangan suaminya. "Mas hanya ingin mencari udara segar, suntuk dengan pekerjaan!" Zain memberi alasan. Aurel lagi-lagi mengangguk mempercayai ucap
Juragan Tarno yang tengah duduk, seketika berdiri dan menatap wajah cantik Andin sambil tersenyum penuh arti."Wah, ternyata kau sudah pulang? kau tahu Andin, semakin hari kau semakin cantik! apalagi saat kau marah seperti ini!" ungkap Tarno menatap lekat pada Andin.Andin mendengus kesal mendengar bualan dari lelaki tua genit ini. Ia menatap tajam, lelaki hendak merebut rumahnya ini."Hentikan omong kosongmu juragan! saya tegaskan, kami tidak akan pernah keluar dari rumah kami! untuk hutang kami, beri saya waktu satu Minggu lagi untuk melunasinya!" tegas Andin.Tarno tertawa mendengar ucapan Andin. Jujur saja, dia sangat terkesan dengan keberanian gadis yang berumur 25th ini."Saya sudah terlalu banyak memberikan waktu untuk kalian melunasinya, tapi nyatanya apa? sampai sekarang, kalian belum bisa melunasinya! begini saja, kau menikah dengan saya maka semua hutang-hutang orang tuamu lunas dan rumah ini masih tetap menjadi milik kalian!" tawar Tarno dan mengedipkan sebelah matanya pad
Aurel meraba-raba mencari sosok yang tidur disampingnya semalam. Ia segera membuka matanya kala tak mendapati sang suami disampingnya."Mas," panggilnya. Ia segera turun dari ranjang saat tak mendapati Zain di tempat tidur. Ia bergegas menuju kamar mandi, namun tak mendengar suara apapun disana.Ia memutuskan untuk membuka pintu dan mengecek apakah suaminya ada atau tidak!"Mas," panggil Aurel dan mengedarkan pandangan nya. Di kamar mandi pun kosong, tak menyerah, dia berjalan menuju balkon kamarnya , tapi juga kosong! Zain tidak ada di sana."Mas Zain kemana? apa dia sudah berangkat ke kantor?" tanyanya pada diri sendiri.Karena penasaran, ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi ponsel suaminya. Panggilan pertama tak diangkat, hingga panggilan ketiga baru diangkat."Mas kamu dimana?" tanya Aurel saat panggilan nya diangkat."Aku sudah berangkat ke kantor!" jawab Zain dengan nada datar."Kenapa tak membangunkan ku?" tanya Aurel kecewa."Maaf, tadi aku terburu-buru! lagi pula, ka
"Tuan, kita mau kemana?" tanya Andin saat melihat jalanan yang begitu asing baginya.Tadi, setelah sampai kantor, Zain langsung membawanya keruangan nya. Karena sekarang, Andin asisten pribadinya.Jadi, dia satu ruangan dengan gadis itu. Dan sekarang, Zain ada pertemuan dengan klien di luar kota dan membawa Andin ikut serta."Kita akan bertemu dengan klien dikota C!" jawab Zain."Apa? kenapa mendadak sekali tuan? bahkan, aku belum memahami apa saja yang harus aku kerjakan sebagai asisten Tuan," ucap Andin dengan nada terkejut."Kau tak perlu melakukan apapun, cukup penuhi dan lakukan apa yang aku perintahkan!" Andin hanya bisa menghembuskan nafas kasar, ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran atasan nya ini."Apa kita akan menginap?" tanya Andin."Mungkin satu atau dua hari!""Apa?" lago-lago Andin terpekik karena terkejut."Kenapa kau selalu berteriak?" "Maaf! tapi kenapa tidak bilang kalau kita akan menginap? saya tidak membawa baju ganti!""Untuk itu kau tak perlu kaw