Share

Bab 4

Angel terdiam.

Langkah kaki yang penuh temperamen itu tidak berhenti bahkan langsung pergi begitu saja.

Angel menebak kemungkinan penyebab Aldo pergi berhubungan dengan dirinya, ini pun membuatnya tidak tenang. Setelah selesai bermain catur, Angel langsung berdiri dan juga pergi.

Saat Angel baru sampai di halaman, sebuah cahaya yang silau menyinarinya, Angel pun langsung mengangkat tangannya untuk menghalangi cahaya itu.

Sebuah suara yang berat tiba-tiba muncul dari belakang cahaya itu, "Naik!"

Angel langsung mengernyit.

Ketika Angel berjalan ke arah mobil Maybach, lampu mobil langsung mati, Angel pun memilih duduk di kursi belakang.

Angel pernah melihat Aldo menyetir dan Meri duduk di sebelahnya, jadi dia sama sekali tidak akan duduk di depan.

Aldo berkata dengan nada tidak senang, "Apa yang kamu katakan pada Ibu?"

"Apa yang kukatakan?"

Angel tidak mengerti apa yang dimaksud.

Aldo hanya mencibir, dia jelas-jelas merasa kesal dengan Angel yang merasa tidak bersalah. "Aku memberikan kalung dua miliar sebagai hadiah ulang tahun Meri, kamu iri, jadi kamu minta sepuluh miliar dari ibuku, bahkan juga mengadu kepadanya!"

'Minta kalung memang nggak masalah, tapi mengadu adalah hal yang sangat menyebalkan!'

Angel sangat kesal hingga hampir melompat. "Apa kamu gila? Siapa yang peduli?!"

'Kalau aku memang menyukai emas, perhiasan di lemari sudah nggak akan berdebu.'

'Selain itu, bagaimana mungkin aku tahu apa yang diberikan Aldo kepada Meri?!'

Napas Angel menjadi sangat cepat, dia lanjut berkata, "Apa masalahmu dengan Meri masih perlu kuberi tahu? Nggak ada yang nggak tahu hubunganmu dengan Meri!"

Kata-kata yang dia ucapkan sama dengan Hana.

Aldo langsung mencibir, puntung rokok yang sudah hampir habis langsung dibuang ke luar jendela, setelah itu pun langsung menyalakan mesin mobil dan melaju pergi.

Akan tetapi, mobil itu berhenti setelah ke luar dari vila.

"Turun!"

Aldo berkata dengan nada dingin.

Angel tercengang sesaat.

Dia menatap Aldo dengan tatapan kebingungan.

Lampu mobil yang datang dari depan menyinari wajahnya yang tampan. Angel melihat wajahnya yang muram dan bibir yang cemberut.

Setelah merasa Aldo memang ingin dirinya turun, Angel pun langsung buka pintu mobil dan keluar begitu saja.

Mobil Maybach itu langsung pergi dan menghilang cepat dalam kegelapan.

Angel melihat ke arah mobil melaju dengan pikiran yang kacau. 'Pernikahan apa ini? Sembarangan memfitnahku, bahkan meninggalkanku di tengah jalan!'

Angel berada di wilayah perumahan, meskipun ada mobil yang berlalu-lalang di jalan ini, tetap saja sulit untuk memesan taksi. Angel akhirnya menghabiskan setengah jam baru berhasil mendapatkan taksi.

Bar Tokardo.

Angel berdiri di samping meja sambil meneguk minuman yang diracik oleh pemilik bar itu.

Sharon Jaya tersenyum berkata, "Emosi lagi? Sudah kubilang sejak awal si Aldo bukan pria yang bisa diandalkan."

Sharon memberikan minuman yang diraciknya ke tamu lain, kemudian mendongak untuk mendekati Angel sambil bertanya, "Apakah perlu kuperkenalkan beberapa pria tampan untuk dimainkan?"

Angel langsung tersedak dan berkata, "Nggak!"

'Aku wanita apa sampai mau memainkan pria?!'

Sharon hanya tersenyum, kemudian memanggil seseorang datang, "Panggil mereka ke sini."

Dalam sesaat, depan mata Angel langsung dipenuhi dengan pria muda yang tampan dan kekar.

Sharon berkata, "Pilihlah semaumu. Kamu mau satu atau semuanya juga boleh. Hari ini aku mentraktirmu."

Angel langsung menyemburkan minuman sambil berkata, "Berhenti!"

Kalau benar-benar bermain dengan beberapa pria ini, Angel tidak akan merasa bersalah pada Aldo, karena Aldo sudah lebih dulu mengkhianatinya. Namun, Angel akan merasa bersalah pada Nyonya Hana.

'Nyonya Hana benar-benar menganggapku seperti anaknya sendiri.'

'Selain itu, Kakek juga menganggapku layaknya cucu kandung.'

Sharon tertawa nakal berkata, "Oke, terserahmu saja."

Angel berada di bar sampai tengah malam baru pulang dengan naik mobilnya Sharon.

Namun, malam ini Angel tidak kembali ke Vila Taliwang karena tidak ingin bertemu dengan Aldo. Jadi, dia pergi ke apartemen yang dibelinya sendiri tanpa sepengetahuan Aldo.

Dia berturut-turut tinggal di sini selama dua hari. Di hari ketiga, Sharon menjemputnya dan mengatakan ingin memperkenalkan beberapa teman kepadanya.

Sebelum berangkat, Sharon bahkan membawanya ke salon dan memakai terusan putih panjang yang diberikan Hana. Sekarang, Angel pun menjadi lebih menawan dibandingkan sebelumnya.

Melihat diri sendiri yang langsing di depan cermin, Angel berpikir, 'Nggak aneh kalau Aldo menyukai gaya Meri. Dia memang sangat feminin.'

Sharon membawa Angel ke sebuah tempat hunian besar di Sentura dan memperkenalkannya kepada beberapa temannya.

Di saat ini, tatapan seseorang yang memakai jas warna gelap terhenti sekilas pada Angel.

Seorang pria yang selalu mencari kesempatan untuk berbicara dengan Aldo pun berkata, "Orang itu mirip dengan istrimu."

Pria ini pernah bertemu dengan Angel di Kediaman Wijaya.

Aldo berkata, "Kamu salah orang!"

Dari tidak kejauhan, tangan Angel yang memegang gelas tiba-tiba menjadi diam. Mereka memang nikah diam-diam dan Aldo tidak pernah mengumumkan identitas istrinya di luar. Sekarang mendengar kata-kata begitu menyakitkan tetap saja membuatnya sakit hati.

"Maaf, aku ke kamar mandi sebentar." Angel berkata kepada pria di depannya dengan sopan, kemudian menaikkan roknya sambil berjalan ke kamar mandi.

Wajahnya langsung menjadi pucat setelah membalikkan badannya.

Dalam perjalanan ke kamar mandi terdapat sebuah pintu melengkung dengan tirai mutiara di atasnya. Saat Angel melewati pintu itu, sekumpulan mutiara terpukul ke wajahnya.

Angel merintih lalu membalikkan badannya dengan menutup wajah.

Tubuh Aldo yang tegap melewati tirai mutiara, kemudian berkata, "Apa Nona Angel nggak lelah meniru terus?"

Wajah Angel masih terasa sakit, dia berkata dengan emosi, "Aldo, katakan saja langsung kalau kamu mau cerai! Besok KUA buka, besok kita ketemu di sana!"

Angel langsung membalikkan badannya dan pergi.

'Aku sudah muak dengan pria seperti ini!'

Pria di balik tirai mutiara langsung tercengang.

Angel tidak pernah semarah ini, meskipun ada yang mengambil foto Aldo bersama Meri keluar dari Vila Sentura, meskipun Aldo terus tinggal di tempatnya Meri, meskipun Aldo meninggalkannya di tengah jalan ....

Namun, kata meniru benar-benar menyakiti hatinya.

Keesokan paginya, Angel menunggu Aldo di depan KUA. Satu jam berlalu, Aldo tidak datang sama sekali.

Angel menghubungi Aldo, tapi tidak diangkat sama sekali.

Angel menelepon asistennya, Nolan. Nolan memberi tahu kalau Aldo sedang rapat.

Jam sepuluh pagi, Angel menelepon Aldo lagi, tapi panggilan sedang sibuk. Angel menghubungi asistennya lagi, "Apa Pak Aldo belum selesai rapat?"

Nolan melihat sekilas pria yang menundukkan kepala sambil bekerja. 'Entah apa yang sedang disibukkan! Jelas-jelas nggak rapat, tapi bilang rapat.'

Nolan berkata, "Ya, masih sedang rapat."

Angel mengernyit berkata, "Suruh dia datang ke KUA setelah selesai rapat."

Nolan menjawab, "Oke."

Satu jam berlalu lagi, KUA sudah hampir tutup. Angel mencoba menghubungi Aldo, tapi kali ini dia menonaktifkan ponselnya.

Angel menghubungi Nolan lagi karena kesabarannya sudah habis. Dia berkata, "Halo, suruh Aldo angkat telepon."

Nolan melihat bayangan Aldo yang sedang naik tangga pesawat dengan kebingungan. 'Kayaknya nggak ada keperluan apa pun di sana, kenapa malah tiba-tiba perjalanan bisnis?'

'Aku bahkan nggak sempat membereskan bajuku.'

"Nyonya, Pak Aldo mau perjalanan bisnis. Kita sudah mau masuk ke pesawat."

Angel terdiam.

Di atas pesawat, Aldo memakai penutup mata untuk beristirahat.

Nolan menanyakan dengan hati-hati, "Pak Aldo, apa tujuan kita ke Kota Maulo kali ini?"

Aldo berkata, "Kamu sebagai asisten kok nggak tahu? Kamu tanya aku?"

Nolan kehabisan kata-kata.

Dalam hati berkata, 'Pak Aldo, mungkin saja kamu juga nggak tahu tujuanmu kali ini.'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status