Share

Bab 7

Pintu rumah Angel dikunci dengan kunci sandi. Aldo mencoba beberapa sandi dan akhirnya terbuka.

Angel sedang tenggelam dalam sebuah mimpi.

Seorang pria paruh baya tampan perlahan-lahan mendekatinya, "Minta maaf!"

"Nggak mau!"

Angel menjawab dengan mata yang berkaca-kaca.

Pria itu berkata, "Kamu nggak usah kembali kalau nggak mau minta maaf!"

"Nggak usah kembali selamanya!"

"Nggak boleh kembali!"

Angel menangis di dalam mimpinya.

Saat Aldo masuk, dia mendengar suara tangisan Angel. Aldo langsung mengerutkan keningnya, lalu diam-diam naik ke atas.

Di atas kasur lantai dua, selimut biru muda bergumpal dengan seseorang yang menangis di bawahnya.

Aldo mendekatinya, kemudian membuka selimut itu. "Angel?"

'Kenapa nangis di siang hari?'

Angel membuka matanya dengan mata yang dipenuhi air mata. Dia menatap Aldo dengan tatapan kebingungan. Meskipun Angel terbangun, dia malah belum sadar, bahkan menganggap orang di depan sebagai orang dari tiga tahun yang lalu.

Ketika Angel sedang bertengkar dengan ayahnya, Aldo tiba-tiba datang.

Ini seperti sebuah pertolongan.

Angel langsung memeluk pinggang Aldo dan berkata, "Aldo, aku nggak punya rumah lagi. Aku nggak punya rumah lagi."

Hati Aldo seperti ditabrak sesuatu, dia pun teringat dengan kejadian tiga tahun lalu.

Saat itu, Aldo urusan bisnis di Kota Bawasru, lalu ibunya menyuruh Aldo menjemput Angel datang ke rumah untuk liburan pertengahan tahun.

Suasana di ruang tamu Keluarga Soedarso yang mewah sangat menegangkan.

Seorang dengan badan kekar sedang bertengkar dengan gadis yang kurus dan tinggi. Pria itu sangat tegas, gadis itu juga sangat keras kepala.

Ayah dan anak tidak ada yang mau mengalah.

Pada akhirnya, ayahnya berkata, "Kamu nggak usah kembali kalau nggak mau minta maaf!"

Angel mengepalkan tangannya berkata, "Kalau begitu, aku nggak akan pulang!"

Ketika Angel pergi, dia memancarkan aura yang keras.

...

Aldo pernah mendengar cerita Keluarga Soedarso dari ibunya. Wanita dengan pekerjaan profesor arkeologi sering sibuk di luar, lalu pria yang sukses dalam bisnisnya mencari selingkuhan karena kesepian, bahkan punya seorang anak perempuan.

Istrinya mengajukan perceraian karena sangat sedih, tapi suaminya malah tidak setuju.

Istrinya tidak pernah kembali ke rumah selain setahun sekali mengunjungi anaknya.

Selingkuhan ayahnya sengaja ke rumah mencari masalah, lalu Angel pun tidak sengaja mendorongnya dari tangga.

Wanita itu keguguran.

Ayahnya percaya dengan kata-kata selingkuhannya, jadi ayahnya memaksa Angel untuk minta maaf, tapi Angel tidak mau.

Maka itu, mereka berdua pun bertengkar.

"Kamu ada aku ...." Aldo memeluk Angel dengan mengenang masa lalu sambil menepuk punggungnya.

Kemarahan di saat itu menghilang sepenuhnya.

Anak yang kurang cinta kasih ayah memang sangat menyedihkan, kalau Aldo masih jahat terhadapnya, apa yang akan terjadi padanya?

Angel akhirnya merasa ada yang aneh. Dia langsung berhenti menangis, Aldo bahkan merasakan Angel yang dalam pelukannya menjadi kaku. Dia pun tersenyum.

Angel menyadari kalau ini bukan mimpi! Setelah dia sadar kalau dirinya sedang memeluk seorang pria, dia langsung melebarkan matanya dan mundur ke belakang.

"Kamu .... Bagaimana kamu bisa masuk?"

Angel menanyakan dengan marah.

Dia bahkan tidak lupa untuk menarik selimutnya menutupi bagian dada karena dia tidak memakai pakaian dalam.

Aldo menatapnya berkata, "Aku masuk dengan berjalan. Apa ada cara yang lain lagi?"

'Untuk apa menutup seperti ini? Apa aku nggak pernah lihat?'

Angel berkata, "Kenapa kamu tahu sandiku?!"

Aldo berkata, "Ibu, anak kecil saja tahu kalau tanggal ulang tahun nggak boleh dijadikan sandi."

Angel mendengar kata utamanya, dia berkata, "Siapa ibumu!"

Aldo terdiam.

'Sudahlah, aku malas mencari masalah.'

Aldo merasa kasihan ketika teringat penampakannya tadi.

Dia berdiri dan turun dari tangga dengan pelan-pelan.

Ruangan yang kecil dan sempit membuatnya terasa tertekan.

Aldo menoleh dan berkata, "Apa aku pelit padamu? Kuberikan kamu begitu banyak rumah, kenapa tidur di tempat sekecil ini?"

Angel diam sesaat.

"Paman, setidaknya ini adalah rumahku!" Sebanyak apa pun rumah yang diberikan Aldo, ini adalah rumah hasil keringat Angel sendiri.

Tadi Aldo memanggilnya Ibu, maka Angel sengaja membalasnya Paman.

Aldo pun kehabisan kata-kata.

Aldo mengangkat ponsel yang berbunyi.

Harme menyuruhnya bersama Angel pulang ke Kediaman Wijaya untuk makan.

Aldo lanjut berkata, "Kakek suruh ke rumah."

Setelah mengatakannya, Aldo langsung pergi dengan membuka pintu.

Angel pasti akan pergi kalau panggilan dari kakek, jadi Aldo tidak mengkhawatirkan apa pun.

Aldo menunggunya di dalam mobil.

Angel turun dengan cepat, dia memakai celana gantung dengan rambut yang dicepol tanpa mekap. Dia bahkan membawa sebuah tas kanvas hingga terlihat seperti mahasiswi yang mau jalan-jalan.

Aldo menekan klakson, dia mengira Angel akan datang. Siapa sangka, Angel seakan-akan tidak dengar, bahkan berjalan ke mobil sedan putihnya.

Saat mereka menikah, Aldo memberikannya uang untuk beli mobil mewah, tapi dia malah beli mobil sedan.

'Sisa uang itu disimpan sendiri. Dasar mata duitan.'

Aldo sangat emosi.

Ketika dua buah mobil tiba di Kediaman Wijaya, langit sudah mulai gelap.

Saat Angel turun dari mobil, Aldo kebetulan melewati sampingnya. Aldo menyindir, "Kemampuan nyetirmu buruk. Lain kali jangan menyetir lagi."

Sepanjang jalan mati mesin dua kali, kecepatan mobil bahkan sangat lambat.

Jadinya Aldo seperti keong yang mengikuti dari belakang dengan lambat.

Angel terdiam.

'Ini lebih baik dibandingkan naik mobilmu dan diturunkan di tengah jalan!'

Di ruang tamu hanya ada Harme satu orang. Hana dan Billy tidak ada di rumah.

Aldo merasa sedikit terkejut.

Harme berkata, "Mereka berdua ke tempat kakek dari ibumu, jadi aku sendirian di rumah sangat kesepian. Aku memanggil kalian berdua datang menemanimu. Bu Caca, bawakan kesayanganku kemari."

Bu Caca langsung membawakan sepiring berisi makanan kuning sambil berkata, "Ya, ini kubawakan."

Ternyata itu ote-ote.

Angel terdiam.

Aldo pun terdiam.

"Ini disebut kenangan buruk membawakan kebahagiaan. Aldo, Angel, coba makan."

Harme memberikan masing-masing satu untuk mereka.

Angel lumayan menyukai makanan ini, dulu dia pernah makan di kampung halamannya.

Hanya saja makanan hari ini rasanya sedikit berbeda. Mereka tidak tahu terbuat dari sayur apa.

Angel baru makan setengah sudah mulai kenyang.

Setengah lagi langsung diambil oleh Aldo.

Aldo pun makan dua setengah biji.

Setelah makan, Harme menyuruh pengurus rumah untuk menemaninya jalan-jalan menurunkan makanan.

Angel tiba-tiba merasa sangat panas.

Dia naik ke kamar dia dengan Aldo, di dalam ada sebuah mesin pendingin.

Sebelum dia menyalakan mesin pendingin, pintu di belakangnya terbuka karena Aldo.

Wajah Aldo sangat merah, napasnya sangat cepat.

Dia masuk dan berkata, "Ada sesuatu di makanan itu."

Setelah itu, aldo pun buru-buru masuk ke kamar mandi.

Angel tidak mengerti maksud Aldo, tapi dia juga ingin mandi ketika melihat Aldo masuk ke kamar mandi. Maka itu, Angel pun buka pintu kamar mandi.

"Kamu keluar, aku mandi dulu."

Aldo sudah melepaskan bajunya dan sedang melepaskan celana. Dia langsung menatap Angel dengan tatapan aneh.

Angel hanya ingin segera menghilangkan rasa panas di tubuh.

Dia sudah lupa kalau mereka segera cerai dan tidak seharusnya semesra ini.

Angel langsung melepaskan bajunya dan berjalan ke bawah pancuran air.

Ketika aliran air mengalir ke bawah, Angel dengan nyaman memejamkan matanya dan mendesah.

Desahan ini membuat Aldo tidak tahan. Dia maju menahan Angel dan menanyakan, "Mau nggak?"

Sebenarnya Aldo juga hanya ingin mandi air dingin untuk menenangkan dirinya karena dia tidak tega memaksa Angel lagi. Tapi, kali ini dia tidak ingin menahannya lagi.

Angel membuka matanya, kemudian merangkul leher Aldo dan menciumnya.

Di luar.

Pak Anto menemani Harme jalan-jalan di taman. "Pak Harme, apa sudah ingin punya cucu?"

Harme berkata, "Kalau lebih cepat kulakukan, aku pasti sudah punya cucu."

Pak Anto tertawa menjawab, "Betul."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status