Share

Bab 99

Penulis: Lavender
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-07 05:47:52

"Aku bingung.” Keluh Pulung begitu bangun pagi.

“Apa?”

“Kenapa kita pindah? Aku pikir itu cuma sekadar liburan karena kamu cuti setelah nikah.”

“Oh itu.” Maha menggaruk rahangnya yang mulai kasar di tumbuhi bulu-bulu halus. Dan merangkum pipi Pulung untuk ia kecupi. “Pengen ganti suasana, Yang.”

“Benar?” Maha mengangguk. Tapi ada guratan lain di wajahnya. “Bukan karena ada masalah.”

“Enak saja.” Maha ngegas. Yang selalu membuat Pulung heran jika suaminya sudah meninggikan suaranya. Tindakan Maha sulit di tebak. Itu sudah terbukti dengan adanya kejadian seperti hari kemarin.

“Salah kamu, sih.”

“Kok aku?!”

Kan maen vokalnya Gusti. Bisa-bisanya berteriak di pagi hari yang cerah benderang. Semarang dalam kondisi sehat walafiat dan sinar mentari yang menerobos masuk lewat celah gorden sudah memberikan gambarannya.

“Aku kan sudah bilang, kamu misterius. Kamu tertutup nggak mau ngomong apa pun ke aku. Tapi kamu tahu semuanya tentang aku. Nyebelin, kan! Coba bayangin kalau aku di posisi kamu.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Setelah Bercerai    Bab 100

    "Terima kasih! Lo harus bilang gitu. Tanpa bantahan apa lagi singkatan ‘makasih’.” Paksa Maha selalu seperti biasanya. Damage sikapnya yang bossy dan jiwa otoriternya nggak akan dilupain sama orang sekitar. Termasuk yang di seberang. Pagi-pagi—karena waktu yang berselisih—tentu Rambe mencak-mencak. Jika di Jakarta pukul dua belas malam, maka berbeda dengan tempatnya. Jarum pendek menunjukkan angka satu dan Rambe baru terlelap setengah jam setelah Ayana yang merengek lantaran pinggangnya yang sakit.Semakin hari, bertambah usia kandungan Ayana, ada saja keluhan yang calon istrinya keluarkan. Tidak itu saja. Sikap manjanya berkali-kali lipat mengerikan. Dan Rambe menikmati perannya sebagai calon papa yang gesit dan tanggap darurat.“Oke terima kasih.” Ikuti saja. Mendebat Maha sama saja memasukkan diri ke liang lahat. Lelaki itu susah di ajak kompromi apa lagi bernegosiasi. “Tapi njir …” Sadar Rambe melebarkan matanya. “Ngapain lo nelepon gue di dini hari buta gini? Lo kesambet setan a

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Setelah Bercerai    Bab 101

    Malam ini, usai makan malam yang berlangsung dengan khidmat—tidak untuk Pulung. Perempuan itu blingsatan tidak karuan. Makannya tidak nikmat, seleranya tidak ada. Tatapan matanya nyaris kosong dan hanya memandang Omi diam-diam. Diam-diam menahan tangis. Diam-diam menahan sesak. Dan diam-diam berserapah dalam hati. Maha yang melihatnya hanya diam. Tidak banyak yang bisa dirinya lakukan. Pikirnya, jika hati seorang ibu sudah terluka karena anaknya yang di sakiti, tamat sudah dunia. Dan kini, tidak ada yang bisa membantah arti tatapan Pulung yang nyalang menghujam Aksara.“Papa juga nggak tahu.” Tutur Aksara. “Papa kira semuanya baik-baik saja karena Naomi nggak pernah nunjukin gelagat apa pun dan Dante memang secuek itu.”“Papa nggak tahu atau pura-pura bungkam. Papa orangtua bukan, sih?”Mendengar cercaan Pulung, Aksara diam. Hendak melawan bukan waktu yang tepat. Bahkan jika di beri kesempatan untuk menjelaskan secara rinci juga percuma. Emosi tengah menguasai Pulung. Bersama kebenc

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Setelah Bercerai    Bab 102

    Rambe kalang kabut. Kesiangan. Berkas-berkas rapat terpaksa dirinya cek ulang. Kemeja yang sudah di siapkan Ayana berubah lecek akibat ulahnya yang berlarian. Dasi yang sudah Ayana pasangkan miring ke kiri. Rambut yang sudah Ayana rapikan, amburadul. Serangan badai bella tiba di Lombok dan Rambe korban utama.Inginnya Ayana marahi. Tapi urung melihat bagaimana tersiksanya Rambe yang harus memuntahkan makanannya lantaran efek morning sickness. Berkali-kali Ayana usapi perut buncitnya untuk jangan rewel sejenak. Kasihan Rambe. “Besok lagi jangan bobok kemalaman.” Ayana berikan teh mint untuk Rambe seruput. Dan anggukan kepalanya membuat Ayana tersenyum. “Nanti mama ke sini.” Ayana mengangguk. Tahu bahwa mama angkat lelakinya akan datang bersama rombongan keluarga lainnya. “Kamu nggak perlu repot. Mama nggak mau kamu dan babynya kenapa-kenapa. Jangan capek-capek.”Ini rasanya luar biasa sekali. Dicintai dan mencintai Rambe membuat Ayana tidak menjadi orang lain. Segala kebaikan dan keb

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Setelah Bercerai    Ba. 103

    Waktu berlalu. Hari berganti minggu dan seterusnya. Namun segala kehidupan yang terjadi tidak merubah tatanan yang telah Tuhan berikan. Semuanya masih sama hanya perubahan-perubahan yang tidak signifikan terjadi. Itu pun tidak seluruh umat manusia mengalaminya. Hanya yang mau merubahnya. Sisanya telah Tuhan berikan kesempatan lain untuk menentukan pilihannya.Sama halnya dengan keluarga Maharaja Askara. Melalui perubahan kecil yang terjadi pada keluarganya. Ada yang harus kepala keluarga itu syukuri banyak-banyak. Untuk istrinya yang selalu setia berada di sisinya membina rumah tangga selama hampir delapan tahun. Untuk putra-putrinya yang tumbuh dengan baik. Naomi yang cantik dan pintar. Baraja yang kian tidak bisa di kalahkan omongannya. Terakhir untuk calon anaknya bersama Pulung yang berusia delapan bulan.“Ayo bang minum dulu susunya.” Adalah Pulung Rinjani yang masih kekeuh dengan caranya untuk merawat putra-putrinya. Padahal Maha sudah sering mengejek perihal perut buncitnya. Y

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Setelah Bercerai    Bab 104

    “Mau cerita sama mama?”Pertama kalinya dalam sejarah, Naomi tersangkut masalah. Di lingkungan sekolah. Namun baik Maha maupun Pulung, alih-alih marah, kedua orangtua itu justru mendekap Naomi yang terdiam di sofa ruang kerja Maha. Matanya sesekali melirik-lirik ke arah papanya yang terus tersenyum dengan tenang.“Mama nggak marah,” kata Pulung. “Kalau Omi diam, mama yang ngerasa paling salah.”“Kenapa gitu?” jawabnya bertanya. Naomi lepas pelukan mamanya dan melihatnya dengan saksama. “Mama jadi gagal ngedidik Omi—”“Enggak!” Bentaknya keras. Naomi hendak menangis dan Maha melihat semua ekspresi lain yang tak biasa di tampakkan oleh putri sulungnya. “Mereka yang salah. Mereka bilang mama gini lah, gitu lah. Padahal nggak tahu yang sebenarnya. Mereka ngatain mama begini dan begitu. Padahal Omi yang jadi anak mama.” Napasnya terengah-engah. Buliran bening menetes tanpa bisa di cegah.“Begini dan begitu itu gimana, Sayang?” Kali ini Maha yang bersuara. Lelaki yang akan menyambut kelahi

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Setelah Bercerai    Bab 105

    Pulung antarkan Naomi ke sekolahnya yang baru. Sebelum melepas untuk masuk ke dalam kelasnya yang baru, Pulung jajarkan lututnya di lantai. Menatapi wajah Naomi dengan kedua tangan meraba wajah mungilnya. Bibirnya tersenyum segaris. Dan bahagia melambung di dadanya. Entah bagaimana dengan Ayana yang sudah melahirkan Naomi kedunia ini. Satu saja bisikannya; terima kasih.Ah, ya, bagaimana bisa Pulung mengenal Ayana? Ingat soal pertemuan mereka ke Lombok dulu? Di mana mama Lira hendak menemui putra angkatnya. Itu Rambe dan Ayana calon istrinya—waktu itu. Pertemuan pertama setelah sekian tahun membuat Ayana menangis kencang sampai sesenggukan. Beruntungnya Naomi tidak terguncang dan tenang saja melihat tangisan wanita asing di hadapannya.“Mama bangga banget kakak hadir di sini.”“Kakak juga bangga punya mama.”Keduanya saling tertawa dan Pulung sematkan kecupan di seluruh wajah Naomi.“Bedak kakak hilang mama.” Keluh Naomi.“Mama bawa kalau kakak mau pakai.”“Bedak baby warna biru itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Setelah Bercerai    Ba. 106

    “Kalian minum apa?” Pulung horor sendiri menatapi kedua anaknya. “Kok minum ini?! Siapa yang ajarin.”“Papa.” Serentak di jawab. Dan tersangka utama dalam kasus sore ini muncul.Wajahnya polos tanpa dosa membuat Pulung berang menatapnya.“Apa?” Maha bertanya dan duduk di samping Baraja serta Naomi. “Mama baru pulang? Kok nggak ngabarin?”“Papa yang ajarin mereka minum kopi?”Salah tingkah Maha. Nyengir dan menggaruk tengkuknya. “Ini nggak banyak kok, ma. Ada krimnya jadi nggak kerasa kopinya.”“Papa pikir sedikit itu nggak ada takarannya, ya? Pa… Kan sudah dibilang jangan samain minuman papa sama anak-anak. Kopi ada kafeinnya. Kalau mereka kecanduan—”“Mama cerewet banget, ih,” seru Baraja. “Dedeknya nggak asik lah. Nggak like abang.”Makin-makin menjadi pelototan di mata Pulung. Sejak kapan putranya bisa berkata demikian? Rasanya tidak pernah Pulung ajarkan untuk Baraja berlaku demikian.“Abang nyebelin!” Entah pengaruh hormon kehamilan atau Pulung yang terlalu terbawa suasana. Moodn

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07
  • Setelah Bercerai    Bab 107

    Maharaja Askara jadi punya hobi baru; nyanyi. Yang menurut Pulung, boleh juga. Suaranya berat dan serak-serak gimana gitu. Ketika di dengarkan—apa lagi ketika Pulung letakkan kepalanya di dada Maha—uwah sensasinya nggak kaleng-kaleng.Dugun-dugun di jantung Maha terdengar sangat jelas. Dan Pulung suka sekali mendengar detakannya. Iramanya selaras dengan nyanyian yang terlantun dari mulut Maha. Malam ini, begitu Bara dan Naomi memasuki kamarnya masing-masing. Terlelap setelah berdebat mengenai tugas sekolah. Maha dan Pulung bergelung malas di depan ruang televisi. Ada kasur lipat yang biasa Maha gunakan untuk rebahan malas-malasan di sana. Pulung ikut saja. Dengan daster hamilnya, rambutnya yang tak berbentuk lagi dan manja-manja time bersama suami di mulai.“Semua ini pasti akan musnah. Tetapi tidak cintaku padamu. Karena aku sang pangeran cinta.” Lirik yang Maha senandungkan mengikuti penyanyi aslinya di televisi. Once Mekel masih saja tampan sejak Pulung duduk di bangku Sekolah Da

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07

Bab terbaru

  • Setelah Bercerai    Bab 115

    Tiap orang punya rahasia yang tak bisa di ungkapkan secara gamblang. Dan tiap orang juga punya sisi lain yang disebut topeng untuk menutupi wujud keasliannya alih-alih yang terlihat di hari-harinya. Begitu juga dengan Pulung yang paham betul akan makna itu. Bahkan mungkin keberadaan dirinya yang ada di rumah ini selama hampir sepuluh tahun belum mengetahui sampai bagian terdalamnya. Karena memang ada tempat lain yang belum bisa Pulung jamah.Mungkin juga lewat sebuah rahasia yang tak bisa diucapkan lewat kata-kata, ada jiwa-jiwa lelah yang menghadapi sikap kekanak-kanakannya selama masa kehamilan ini. Bukan maunya Pulung, sungguh. Murni bawaan sang jabang bayi yang mengharuskan sikapnya berubah drastis. Mulai keluar dari jalur keaslian siapa dirinya sampai ke akar-akar sikapnya yang paling menyebalkan.Namun di atas itu semua yang paling membuat Pulung terkesan adalah Maharaja Askara yang dua puluh empat jam penuh mau mengurusi dirinya dengan telaten. Penuh kesabaran tanpa mengeluh a

  • Setelah Bercerai    Bab 114

    Yang semalam tak bisa Ardika berikan jawaban.Pagi ini semuanya berjalan seolah memang tidak pernah terjadi apa-apa. Tidak ada obrolan seputar perasaan Naomi Aksara dengan B.S Negara yang membuat Ardika penasaran setengah mati. Ingin searching pun rasanya belum sempat. Ardika betul-betul melupakan di mana letak ponselnya berada dan fokus menghabiskan waktu bersama ketiga anaknya.Usai sarapan, agenda yang sangat di tunggu oleh Baraja pun terkabulkan. Paralayang yang sudah di incarnya sejak masih dalam perjalanan. Dan selesai dengan itu, mereka akan segera turun untuk Ardika bawa ke rumah orangtua Pulung.Tentu yang bingung tidak hanya para krucil itu saja. Bahkan ibunya Pulung tertegun selama berdetik-detik sebelum memeluk Baraja seraya menghujani dengan ciuman.“Ada milik Pulung di sini. Matanya punya Pulung. Hidungnya punya Pulung. Sisanya dia cetakanmu.”Ardika tersenyum kikuk. Dan di persilakan untuk duduk di ruang tamu sederhananya. Sudah ada suguhan padahal Ardika tidak memberi

  • Setelah Bercerai    Bab 113

    Tidak ada halangan apa pun untuk sampai ke puncak Gunung Putri. Suasana cukup ramai karena ini weekend. Dan semilir angin malam mulai menyapa. Sepoi-sepoi menerbangkan helaian rambut milik Naomi yang mencuat. Sejauh mata memandang, kerlipan lampu malam kota Garut tersaji dengan indah. Tidak ada suara bising di sini. Sunyi dan senyap namun menenangkan. Suara jangkrik malam menjadi pengiring semesta menunjukkan keunggulannya.Embusan napas Naomi terhela dengan teratur. Seulas senyum terbit dengan jari menyelipkan anak-anak rambut.“Kakak belum bobok?” Adalah Ardika yang menatapi putri sulungnya sejak 15 menit yang lalu. Ada gejolak aneh di dalam hatinya. Desirannya penuh kesakitan dan sesaknya kesakitan. Bergumul jadi satu menyumbat saluran pernapasannya.“Mau ngelukis bentar lagi.”“Malam-malam begini?” Naomi mengangguk. “Nggak bisa besok saja kak?”“Papa lihat deh.” Ardika baru sadar bahwa anaknya yang satu ini tidak suka banyak bicara dan lebih menyukai tindakan. “Aku suka kerlipan l

  • Setelah Bercerai    Bab 112

    Membutuhkan waktu 3 jam 42 menit dengan jarak tempuh 217 km Jakarta-Garut via tol.Ardika kemudikan mobilnya sendiri di dampingi Baraja dan Naomi serta Armani di kursi belakang. Kedua kakak adik perempuan itu anteng bersama tablet soal edukasi mendaki bagi pemula. Sesekali canda tawa akan terkuar dan berebut channel untuk di play lebih dulu.Hati Ardika tenang melihatnya dan Baraja yang bermain rubrik di sampingnya kentara fokusnya. Anak ini persis dirinya di masa kecil dulu jika boleh Ardika katakan demikian. Pasti tidak akan adil bagi Maharaja kalau mendengar keegoisan hatinya tentang ini. Tapi memang kadang hati tak mau munafik juga enggan di tampik.“Papa … Garut.” Rengek Baraja yang sudah lelah dengan permainannya. Menagih janji yang kemarin Ardika cetuskan. “Oh, iya. Papa lupa.” Ardika tengok lewat spion tengahnya. Kedua putrinya sedang asik jadi tidak perlu di usik. “Kabupaten Garut. Ada tulisan Aksara Sundanya yang papa nggak tahu bacanya gimana. Adalah sebuah Kabupaten di pr

  • Setelah Bercerai    Bab 111

    Sudah matang semua persiapan yang Ardika kumpulkan. Jadi satu di atas meja ruang tengah milik Maha. Ketiga anaknya sedang asik bercengkerama—lebih merecoki Naomi yang hendak membawa peralatan melukisnya. Ardika setujui. Memberi dukungan untuk putri sulungnya serta merta mengembangkan bakat di gunung.“Tapi pemandangan gunung lebih cocok dengan ini teteh.” Suara Armani tak mau kalah dengan Baraja yang terus melengkingkan ketinggiannya. Kepala Ardika menggeleng dengan senyum yang tak pudar sedikit pun.“Kan pepohonan hijau adek.” Naomi tetap kekeuh pada pendiriannya karena—yeah—menurutnya dia lah sang pelukis sejati. Aduh memang ya.“Sentuhan cokelat juga bagus kakak. Kaka kapa nggak tahu? Nih abang kasih lihat ya.” Tablet Baraja sudah memutar sebuah video dengan pemandangan pegunungan-pegunungan berbagai pilihan. “Dari jauh iya biru. Pas dekat itu malah cokelat kayak gini tahu. Jadi kak, warna cokelat pun berguna untuk kakak bawa.”Mulai dari sini terlihat wajah bimbang Naomi. Semula y

  • Setelah Bercerai    Bab 110

    "Gitu ya sementang punya rumah sendiri.”“Nggak tahu saja yang nunggu sampai keroncongan.”“Ini sejak kapan tamu malah pesan delivery?”“Heran Gusti heran!”Sindiran demi sindiran yang tersentil ke rungu Maha maupun Pulung tak menjadi halangan bagi pasangan yang sedang menanti kelahiran sang buah hati terusik.“Pasangan budak cinta mah gitu.”“Gaes … Sudah punya masing-masing jangan ngeledek.”“Iri bilang bos!”Kan maen! Jawaban Maha lebih estetik dari mulut tetangga yang di sumpal lombok setan sepuluh kilo. “Ibu hamil apa kabar nih? Makin adem ayem saja kayaknya.” Adalah Ayana yang pertama kali menyapa.Perempuan itu pun sedang hamil muda. Dan menurut cerita Maha, Rambe di buat kelimpungan habis-habisan. Mulai dari terpangkasnya jatah waktu untuk berduaan sampai harus rela memomong putra pertamanya. Salut dengan Rambe yang berbesar hati.“Ih teteh mah jorok pisan. Masa tiga hari nggak mandi?” Dante ikut serta nimbrung. “Asli aku mau semaput di certain itu.”Pada akhirnya hubungan me

  • Setelah Bercerai    Ba. 109

    'Aku sudah melewati banyak waktu untuk sembuh. Banyak hari untuk pulih. Banyak memori yang terkikis. Aku sudah jauh berjalan dalam gelap. Menyingsing lengan dan menggulung panjangnya hampara. Dari tajam menyayat yang kurasakan sepanjang jalan. Namun aku bertahan hingga akhirnya sakit itu tumbuh sendiri. Tatapan kelam. Kernyitan dahi karena silaunya putih di depan. Haruskah tertawa? Atau menangis? Sudah tak tampak lagi bagian belakang. Aku lupa bagaimana rasanya tertusuk duri.’Jadi begini para pemirsa dan saudara setanah air setumpah darah, ehm.Ada cerita tersembunyi kenapa Maharaja Askara harus berpuisi di tengah semua orang yang berkumpul. Di ruang keluarganya di mana mestinya terjadi acara liburan karena ini weekend. Juga sebagai libur pertama kedua anak-anaknya; Baraja dan Naomi.Tapi seolah nasib sial—boleh tidak mengatakan demikian? Takutnya ada setan lewat terus mampir. Tercatat sudah itu omongan untuk di jadikan karma kemudian hari. Kan berabe, Hyung!“Lagi, Sayang.”Ini sum

  • Setelah Bercerai    Ba. 108

    Kehamilan anak Maharaja yang pertama ini memanglah luar biasa. Mulai dari sikap manja Pulung yang tiada duanya (menggemaskan bagi Maha) namun terlihat menyebalkan bagi orang sekitar. Sampai hal-hal aneh yang tak terduga.Pagi ini misalnya.Tumben-tumbenan Pulung mager (malas gerak). Dan hanya gegulingan di atas kasur. Biasanya, usai salah subuh dan mengaji, aktivitas Pulung langsung yoga karena memang itu olahraga teraman rekomendasi dari dokter. Di samping memudahkan untuk kelahiran nanti, yoga mengurangi stres. Pulung tidak ke dapur. Memasak seperti biasanya. Tidak Maha hiraukan. Mencoba paham dengan kondisi sang istri yang di yakini bawaan anaknya.“Nggak mau mandi?” Maha elusi rambut Pulung. Tidur menyamping dan memegang ponsel dengan asik. Entah video apa yang di tonton hingga asik tanpa merasa terganggu sedikit pun. “Mau mas masakin sesuatu nggak?”Sejak Pulung hamil, Maha tidak bisa semena-mena. Urusan makan tak seleluasa request seperti saat awal-awal menikah. Meski dengan mu

  • Setelah Bercerai    Bab 107

    Maharaja Askara jadi punya hobi baru; nyanyi. Yang menurut Pulung, boleh juga. Suaranya berat dan serak-serak gimana gitu. Ketika di dengarkan—apa lagi ketika Pulung letakkan kepalanya di dada Maha—uwah sensasinya nggak kaleng-kaleng.Dugun-dugun di jantung Maha terdengar sangat jelas. Dan Pulung suka sekali mendengar detakannya. Iramanya selaras dengan nyanyian yang terlantun dari mulut Maha. Malam ini, begitu Bara dan Naomi memasuki kamarnya masing-masing. Terlelap setelah berdebat mengenai tugas sekolah. Maha dan Pulung bergelung malas di depan ruang televisi. Ada kasur lipat yang biasa Maha gunakan untuk rebahan malas-malasan di sana. Pulung ikut saja. Dengan daster hamilnya, rambutnya yang tak berbentuk lagi dan manja-manja time bersama suami di mulai.“Semua ini pasti akan musnah. Tetapi tidak cintaku padamu. Karena aku sang pangeran cinta.” Lirik yang Maha senandungkan mengikuti penyanyi aslinya di televisi. Once Mekel masih saja tampan sejak Pulung duduk di bangku Sekolah Da

DMCA.com Protection Status