Share

Bab 100

"Terima kasih! Lo harus bilang gitu. Tanpa bantahan apa lagi singkatan ‘makasih’.” Paksa Maha selalu seperti biasanya. Damage sikapnya yang bossy dan jiwa otoriternya nggak akan dilupain sama orang sekitar. Termasuk yang di seberang.

Pagi-pagi—karena waktu yang berselisih—tentu Rambe mencak-mencak. Jika di Jakarta pukul dua belas malam, maka berbeda dengan tempatnya. Jarum pendek menunjukkan angka satu dan Rambe baru terlelap setengah jam setelah Ayana yang merengek lantaran pinggangnya yang sakit.

Semakin hari, bertambah usia kandungan Ayana, ada saja keluhan yang calon istrinya keluarkan. Tidak itu saja. Sikap manjanya berkali-kali lipat mengerikan. Dan Rambe menikmati perannya sebagai calon papa yang gesit dan tanggap darurat.

“Oke terima kasih.” Ikuti saja. Mendebat Maha sama saja memasukkan diri ke liang lahat. Lelaki itu susah di ajak kompromi apa lagi bernegosiasi. “Tapi njir …” Sadar Rambe melebarkan matanya. “Ngapain lo nelepon gue di dini hari buta gini? Lo kesambet setan a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status