Share

Bab 33

Sore itu, Pulung harus terkikik menahan tawa. Bagaimana tidak? Pulang-pulang suaminya minta di manja. Pulung sih tidak keberatan. Tapi di sore hari main raba sana raba sini, kok rasanya kaya agak ehm gitu ya.

Maka dari itu, Ardika yang mengabaikan titahan Pulung untuk mandi, ciumannya justru menggebu-gebu. Sedikit terburu tidak seperti biasanya. Seolah sedang ada yang di kejar—tentu kenikmatan. Pun Pulung ikuti arusnya. Toh, kapan lagi menyenangkan suami.

Kali ini ada pembeda yang tak bisa Pulung jabarkan. Buaian Ardika pada titik sensitif tubuhnya membuat mulutnya bungkam. Sudah tersumpal ciuman masih di buat menggelinjang. Lebur sudah pengakusisian Ardika pada tubuhnya.

“Kenapa buru-buru, sih?” Pulung baru bisa meraup oksigen untuk bisa bersuara. Semua fungsi tubuhnya mati total terseret alur permainan. Sekarang, jari-jari Ardika sungguh nakal melesak di antara pangkal pahanya yang membasah.

Dan tidak ada jawaban yang ingin Pulung dengar selain kekehan. Senyum Ardika sungguh menawan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status