Share

Semalam Dengan Sepupumu
Semalam Dengan Sepupumu
Penulis: dtyas

1. Pernikahan Bagai Neraka

“Astaga, Mas!” 

Anya berteriak saat keluar dari toilet karena tiba-tiba Rama, suaminya, langsung mencengkeram lehernya. Membuat wanita itu kesulitan bernapas.

Sejujurnya, bukan kali ini saja Anya mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dan kasar dari sang suami. Namun, bukan berarti Anya terbiasa dengan perbuatan Rama yang entah karena apa kali ini.

“Aku sudah bilang, jangan mengadu!” tutur Rama penuh tekanan dan ancaman. “Mulutmu bisa digunakan untuk hal lain, tapi jangan katakan bagaimana bobroknya rumah tangga kita!” 

Anya Mera Hanggara dan Rama Hardana menikah karena perjodohan untuk memperkuat bisnis dua keluarga, tanpa rasa cinta sebelumnya. Bahkan rentang usia mereka agak jauh. Perbedaan usia Rama enam tahun lebih tua dari Anya. Namun, ternyata itu tidak membuat Rama bijaksana. 

Sejak menikah, Rama dengan tegas mengatakan tidak menyukai Anya. Dia sudah memiliki kekasih bahkan merencanakan akan menceraikan Anya dua atau tiga tahun setelah pernikahan. Ancaman agar Anya tidak membuka mulut dan harus bersikap seolah mereka baik-baik saja.

Anya sempat berharap pernikahan yang dijalani akan berjalan dengan baik, perasaan cinta akan hadir seiring waktu. Akan tetapi, nyatanya Anya harus gigit jari karena sikap Rama tidak menunjukkan kemajuan hubungan mereka.

“A-aku nggak mengadu, Mas–”

“Kalau begitu, dari mana Papa tahu kalau aku sering pulang malam, hah? Pasti kamu yang bilang kalau seminggu kemarin aku tidak pulang!”

Anya tidak bisa menjawab, tangannya berusaha melepaskan cengkeraman Rama. sementara wajahnya sudah memucat. 

Untungnya, Rama pada akhirnya melepaskan tangannya. Mungkin pria itu khawatir akan terjadi sesuatu pada Anya dan akhirnya kembali disalahkan.

Sontak, tubuh Anya melorot dan terduduk di lantai sambil terbatuk dengan napas memburu.

“Sumpah, Mas,” ucapnya tersengal. “Aku tidak bilang apa pun–”

“Bohong! Karena ulahmu ini, Mama minta kita tinggal dengan mereka,” tukas Rama. “Dasar gobl0k. Tolol. Kamu pikir dengan kita terus bersama, aku akan tertarik denganmu? Jangan mimpi, Anya.”

Rama berjongkok di depan Anya dan tersenyum sinis. “Aku sudah bilang kalau kamu tidak sebanding dengan Selly.” Pria itu menyebutkan nama sekretaris yang terlibat hubungan gelap dengannya. “Asal kamu tahu. Semalam aku sudah menikah siri dengannya.”

Mendengar itu, hati Anya rasanya perih, bagai teriris. 

Memang, rasa cinta itu belum ada, tapi ketidaksetiaan Rama membuatnya seperti tidak berharga. Pria itu bahkan tidak menunggu untuk menceraikan Anya terlebih dahulu sebelum menikahi selingkuhannya itu. 

“Mas–”

“Sayangi nyawamu. Tutup mulut,” ancam Rama. “Jangan sampai ada yang tahu soal ini!”  

Refleks, Anya mendengus. Ada kemarahan yang menyesaki dadanya dan ia tidak bisa menahannya lagi.

“Dasar pengecut,” gumam wanita itu. 

Rama yang baru beranjak beberapa langkah langsung berhenti dan berbalik menghadap Anya.

“Jaga mulutmu!” bentak pria itu.  

Anya balas menatap suaminya. Entah atas dasar keberanian dari mana, wanita itu membalas, “Seharusnya kamu menjaga sikapmu lebih dahulu, Mas. Selesaikan dulu urusan kita, setelah itu kamu mau menikah berkali-kali pun aku tidak peduli.” 

Wanita itu kemudian berdiri tanpa memutus kontak mata dengan sang suami.

Tiba-tiba Rama mencengkeram rahang Anya. “Tahu dirilah sedikit,” ucapnya penuh penekanan. “Perusahaan ayahmu kalau tidak dibantu Papa, pasti sudah gulung tikar. Kamu itu dijual untuk menjadi istriku. Tidak ada bedanya kamu dengan pelacur!”

Hinaan kembali merasuk ke dalam dada Anya. Sekalipun ia telah bersabar sebagai istri Rama sekaligus menantu keluarga Hardana selama ini, nyatanya nasib baik tak kunjung menghampirinya.

Hari-harinya seperti mimpi buruk.

“Kalau begitu, ceraikan saja aku, Mas,” ucap Anya dengan suara bergetar. “Kenapa masih menahanku di sini?”

Rama terkekeh. “Begitu? Memangnya kamu tidak tahu kalau ayahmu itu masih saja memohon-mohon padaku agar dibantu?” balasnya membuat Anya terdiam. “Sudahlah. Jangan membangkang, turuti saja kata-kataku dan jadilah menantu yang baik untuk orang tuaku sebelum nanti kamu dibuang.”

Pria itu melepaskan cengkeramannya di dagu Anya dan berbalik. “Bereskan pakaianku, besok pagi kita pulang ke ke rumah Papa.” Ia melambaikan tangannya tanpa menoleh. “Aku ke tempat Selly dulu.”

Anya menggigit bibir bagian bawahnya, menahan dirinya agar tidak kelepasan bicara sekali lagi. Tepat saat itu, ponselnya berdenting. Sebuah pesan dari ayahnya masuk.

[Kamu dan Rama kapan pulang? Ayah perlu bantuan Rama di perusahaan.]

Baru saja Rama mengatakan hal itu, ayahnya sudah mengonfirmasi tanpa diminta.

Bagaimana Anya bisa lepas dan Rama tidak menghinanya terus kalau keluarga mereka selalu memohon dibantu memenangkan tender dengan pihak lain? Seperti sekarang ini?

Memang Anya seperti tidak ada harganya di dunia ini, selain sebagai alat transaksi dan samsak khusus.

Ponsel Anya kembali berdering, padahal baru saja diletakan di atas nakas. Kali ini panggilan dari … Selly, selingkuhan suaminya. 

Anya sempat menarik napas dalam-dalam sebelum memutuskan menjawab panggilan tersebut. Ia harus mengangkatnya meski enggan karena ia tidak ingin menambah masalah. Selingkuhan suaminya itu bisa saja mengadu macam-macam pada Rama dan berujung kekerasan seperti tadi.

“Apa?” ucapnya pada ponsel.

“Heh, pelakor.”  Terdengar suara centil Selly di ujung sana. “Di mana Rama?”

Anya menutup matanya sesaat, menenangkan diri agar tidak membalas ucapan Selly yang tidak penting seperti ini. Tidak ada gunanya.

Namun, sepertinya Anya masih merasa tersinggung karena perlakuan Rama tadi. Karenanya, wanita itu menjawab, “Salah. Kamulah yang pelakor.” Jeda sejenak. “Rama itu suamiku.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status