"Ada apa?"Alaric tampak acuh tak acuh.Sonia adalah putri Alena, putri dari Keluarga Prescott. Hubungan mereka dengan Alaric biasa saja.Sonia tahu bahwa Alaric selalu dingin. Dia tersenyum, lalu memandang Florence sambil bercanda, "Paman, ini suamiku, Bryan. Ketika kami menikah, kamu ada di luar negeri, jadi nggak bisa menghadiri pernikahan kami."Sonia seolah tidak menyadari bahwa ekspresi Bryan sangat muram. Dia memperkenalkan Alaric sambil tersenyum. "Kak Bryan, ini adalah paman yang sering aku ceritakan kepadamu. Dia sekarang adalah CEO Grup Prescott, sangat hebat."Tentu saja Bryan tahu siapa Alaric. Sepertinya tidak ada seorang pun di Kota Brost yang tidak pernah mendengar julukannya sebagai "Raja Neraka di Dunia".Sebagai formalitas, Bryan mengulurkan tangannya, lalu menyapa Alaric dengan sopan. "Halo, Pak Alaric. Senang berkenalan denganmu, aku Bryan."Bryan tidak memanggil Alaric dengan "paman" seperti Sonia, dia juga tidak antusias, melainkan sedikit dingin.Alaric memeluk
Setelah itu, Florence berbalik dan pergi.Sonia tidak menyangka Florence berani menolaknya.Dia menatap punggung Florence dengan dingin. Dasar tidak tahu diuntung, tunggu saja kalau begitu!Florence merasa bahwa permintaan Sonia sangat konyol.Dia sudah dikhianati, harus menjadi korban kestabilan pernikahan mereka pula.Atas dasar apa?Apakah semua anggota Keluarga Prescott begitu tidak masuk akal?Florence berjalan keluar, kemudian dia melihat Bryan berdiri tidak jauh dari koridor.Hanya ada satu jalan keluar di lorong ini. Florence berhenti sejenak, lalu berjalan tanpa ekspresi.Dia tidak melihat ke samping saat melewati Bryan.Pada saat ini, Bryan tiba-tiba mengulurkan tangan untuk mencekal lengan Florence. Suara rendahnya terdengar serak. "Flo.""Lepas."Florence tidak memandang Bryan, wajah mungilnya tampak dingin.Bryan mengencangkan cengkeramannya pada lengan Florence sambil bertanya dengan dingin. "Flo, kenapa kamu bersama Alaric?"Florence merasa lucu. Bryan boleh menikah deng
Mobil itu sunyi.Florence tidak berbicara, dia diam dalam pelukan Alaric. Rambut hitamnya tersebar di bahu, membuat kulitnya tampak makin lembut dan putih.Entah apa yang Florence makan, kulitnya begitu putih.Alaric melihat bahu Florence, tiba-tiba tenggorokannya terasa sedikit gatal.Alaric ingin menggigitnya.Alaric tidak pernah menyiksa diri. Lengannya yang melingkari pinggang Florence tiba-tiba mengencang, kemudian dia mendarat bibirnya pada bahu Florence, lalu menggigitnya.Benar-benar menggigit.Sentuhan bibir Alaric yang agak dingin membuat tubuh Florence gemetar. Bahunya tiba-tiba terasa sakit. Florence mengernyit, lalu berseru.Alaric menggigitnya!Apa masalah pria ini?Florence meronta, tetapi lengan pria itu memeluknya dengan erat. Dia tidak bisa melepaskan diri sama sekali.Sakit sekali."Alaric, lepaskan aku!"Florence tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak.Jordan, yang mengemudi di depan, melirik kaca spion, lalu melihat pemandangan yang panas.Di jok belakang ya
"Apa yang sedang kamu lihat?"Florence sedang makan ketika suara berat pria itu terdengar. Florence menoleh lalu tersenyum. "Aku sedang melihat paviliun di taman. Hewan pembawa keberuntungan di sudut bangunan bergaya arsitektur tradisional sangat realistis."Florence menunjukkannya kepada Alaric.Alaric melihat sekilas. Dia tidak tertarik pada hewan pembawa keberuntungan itu, hanya tertarik mengobrol dengan Florence. "Kamu mengerti itu?"Florence menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu banyak tentang itu. Aku pernah membaca buku tentang arsitektur kuno sebelumnya. Sebenarnya, aku awalnya ingin mengambil jurusan arsitektur kuno, tapi aku harus melupakannya dan mengubah jurusannya menjadi sastra.""Kenapa?""Aku nggak punya uang sebanyak itu. Jurusan itu harus diteliti dengan serius, tapi aku perlu waktu untuk bekerja."Uang yang diberikan Keluarga Etta kepada Florence tidak cukup untuk biaya sekolah dan biaya hidupnya. Florence malu untuk meminta uang kepada mereka lagi, jadi dia sudah
Alaric mengeluarkan tangan besarnya dari gaun Florence, kemudian mengambil selembar tisu untuk menyeka jari rampingnya sambil menatap Florence dengan setengah tersenyum.Tatapan pria itu panas. Kelopak mata Florence bergetar. Dia menggigit bibirnya sambil menatap Alaric dengan pandangan menuduh. "Kamu bilang kamu nggak akan menyentuhku dalam seminggu ini.""Memangnya aku menyentuh apamu?"Alaric bertanya dengan percaya diri....Florence memelototi Alaric, tetapi tatapannya tidak mematikan sama sekali, melainkan menggoda.Sebenarnya menggoda Florence hanya menyiksa Alaric sendiri.Tatapan Alaric menjadi gelap. Dia mengambil tangan lembut Florence, kemudian berkata dengan suara seraknya. "Bantu aku, maka aku akan melepaskanmu malam ini."Maksud dalam tatapan pria itu sudah jelas.Benda keras itu membuat pipi Florence terasa panas. Lalu ponselnya tiba-tiba berdering."Ada yang menelepon. Mungkin urusan pekerjaan. Aku pergi dulu."Seolah mendapat pertolongan, Florence segera mengambil tas
Mereka naik bus wisata ke tempat istirahat.Jordan berkata bahwa Alaric sedang membicarakan sesuatu, tidak bisa diganggu. Florence hanya bisa menunggu.Florence melihat ke arah lapangan golf, ada beberapa orang yang memegang tongkat golf berjalan di halaman hijau yang luas.Florence langsung melihat dua pria tinggi sedang berbicara. Florence melabuhkan pandangannya pada salah satu pria yang mengenakan pakaian olahraga putih.Itu adalah Alaric.Dari jarak sejauh itu, Florence tidak bisa melihat penampilan Alaric dengan jelas. Namun, aura luar biasa nan unik pria itu membuatnya menonjol di antara kerumunan.Ada sekitar tujuh atau delapan orang dalam kerumunan itu, termasuk dua atau tiga orang wanita. Orang yang ada di samping Alaric adalah Anna.Tiba-tiba, tubuh Anna tiba-tiba miring, dia hampir terjatuh. Alaric yang berdiri di sampingnya mengulurkan tangan untuk menahannya.Kemudian Alaric menggendong Anna menuju tempat istirahat."Bu Florence, pergelangan kaki Bu Anna seharusnya terkil
Alaric tidak marah, melainkan tersenyum dengan penuh minat.Tidak ada wanita yang berani bertengkar dengannya. Akan tetapi, ketika Florence melakukannya, Alaric tidak merasa marah, justru merasa menarik.Nada santai pria itu membuat Florence merasa marah. "Alaric, Phoebe nggak punya masalah denganmu. Dia nggak salah. Apakah kamu harus membunuhnya?"Florence seperti singa kecil yang meledak-ledak. Suasana hati Alaric makin bagus, dia mengulurkan tangan untuk mengusap kepala Florence. Ekspresi Florence berubah, dia dengan cepat menoleh untuk menghindari sentuhan Alaric.Tangan besar Alaric menggantung di udara. Dia menyipitkan matanya, kemudian mengusap kepala Florence dengan kuat hingga rambut wanita berantakan.Florence ditekan ke dinding oleh Alaric, dia tidak bisa menghindar sama sekali.Alaric terlalu mendominasi.Alaric harus mendapatkan hal yang dia inginkan, bahkan untuk hal sepele seperti mengusap kepala Florence."Sudah kubilang, bukan aku yang ingin mencelakainya, kamulah yang
Jordan dengan cepat mengetahui keberadaan Silvia dan Phoebe.Dua jam yang lalu, seseorang masuk ke rumah sakit, menyandera Silvia dan Phoebe, kemudian membawa mereka ke sebuah gudang di pinggiran kota. Jordan telah mengirim orang untuk menyelamatkan mereka. Phoebe ketakutan hingga pingsan, sedangkan Silvia terluka. Sekarang mereka dalam perjalanan ke rumah sakit."Apakah kamu sudah menemukan siapa yang melakukannya?" tanya Alaric tanpa ekspresi."Pak Alaric, beberapa pelaku itu melarikan diri. Orang-orang kita sibuk menyelamatkan orang, jadi belum mengetahui latar belakang mereka," kata Jordan dengan hormat."Kinerjamu makin rendah," ujar Alaric dengan nada dingin.Sebenarnya kinerja Jordan sudah sangat cepat karena dapat menemukan orang dalam waktu sesingkat itu. Akan tetapi, Alaric tidak puas. Kulit kepala Jordan merinding."Pak Alaric, kami akan segera menyelidikinya.""Temukan orangnya dengan cara apa pun!"Setelah Alaric selesai berbicara, dia menutup telepon, lalu menatap Florenc