Salah kirim 'kan ini?Florence mengabaikannya, kemudian meneruskan pekerjaannya.Sesaat kemudian, ponselnya bergetar lagi. Florence melihat. Masih pesan dari nomor itu.Kamu berani nggak balas?Florence mengernyit. Awalnya dia ingin mengabaikannya, tetapi setelah berpikir, dia memutuskan untuk mengatakannya kepada Alaric. Dia mengetik sederet kalimat.Kamu salah kirim.Begitu mau mengirim pesannya, Florence kepikiran sesuatu. Dia melihat pesan di layarnya dengan curiga.Florence melihat ponselnya dengan tak bisa berkata-kata. Apa maksudnya Alaric mengirim foto anjing, lalu bilang mirip Florence? Apakah Florence menyinggungnya? Kenapa dia tiba-tiba mengatai Florence?Apakah anjing ini mirip dengan saat kamu dirawat inap?Alaric mengirim pesan lain.Florence melihat foto anjing Dalmatian itu selama beberapa detik, kemudian dia baru sadar. Alaric menertawai lukanya yang diolesi obat mirip dengan anjing Dalmatian.Florence memutar bola matanya. Anjing Dalmatian berwarna hitam dan putih. Ap
"Hm?"Pertanyaan mendadak itu membingungkan Alaric.Florence, "Kamu membantuku membebaskan Nona Phoebe. Apakah ada yang mencari masalah denganmu?"Meskipun menolong Phoebe adalah perjanjian bisnis mereka, Florence tetap tidak ingin Alaric terlibat masalah karenanya. Hal itu akan membuat Florence merasa berutang budi pada Alaric.Kamu masih belum bisa disebut masalah.Alaric terkekeh.Nada Alaric terdengar santai, seolah tidak menganggapnya sebagai masalah. Seharusnya tidak ada orang yang mencari masalah dengan Florence.Oh ya, Pak Alaric, terima kasih untuk rumah sakit dan dokter yang kamu atur untuk Nona Phoebe.Tunggu aku pulang baru terima kasih kepadaku. Alaric lalu bertanya, "Kamu sudah sembuh?"Hm, sudah hampir sembuh total.Bagus ....Alaric terkekeh.Meskipun hanya satu kata, suara pria itu terdengar jenaka....Butuh beberapa saat bagi Florence untuk mengerti. Wajahnya sontak merona, dia menggigit bibirnya.Dia pikir Alaric sedang memperhatikan kondisi lukanya sehingga dia men
Selama dua hari ke depan, Florence sibuk menjalankan kehidupannya seperti biasa.Hari Kamis sore, setelah Florence pulang kerja, ponselnya berdering. Panggilan dari Jordan.Florence segera mengangkatnya. "Ada apa, Pak Jordan?"Bu Florence, setengah jam kemudian pesawat Pak Alaric akan mendarat di Bandara Internasional. Tolong jemput dia di bandara.Pak Alaric sudah pulang? Florence tertegun. "Kenapa harus aku yang jemput?"Jordan bertanya balik dengan heran, "Mengingat apa hubungan kalian, bukankah sudah seharusnya kamu yang menjemputnya?"Mata Florence berkedip rumit. Dia pun berkata, "Aku mengerti."Sebelumnya Florence terluka sehingga Alaric tidak menyentuhnya. Kini lukanya sudah sembuh dan Alaric sudah pulang dinas, sudah saatnya Florence mewujudkan janjinya.Tidak ada kendaraan umum menuju bandara dari tempat dia berada, Florence hanya bisa menghentikan taksi, lalu memberi tahu sopir untuk membawanya ke bandara.Ponselnya tiba-tiba bergetar.Florence mengeluarkannya, lalu melihat
Wajah Ella memucat. Florence mengatupkan bibirnya, lalu berbalik sambil tersenyum. "Kalau begitu apa yang harus kami lakukan agar boleh pergi, Pak David?"David menatapnya. "Nona Florence, temanmu nggak tahu diuntung. Aku mentraktirnya minum anggur merah, dia malah memecahkan dua botol Lafite-ku. Harga satu botol anggur ini adalah empat miliar lebih. Kalian bayar saja sepuluh miliar, maka aku akan melepaskan kalian."Kamu bukan mentraktirku, tapi memaksaku! ucap Ella dengan nada dingin.Florence melihat botol anggur yang hancur di lantai. Anggur itu sama sekali bukan Lafite, hanya anggur merah murahan. David menyuruh mereka membayar sepuluh miliar, jelas sengaja tidak ingin melepaskan mereka.Aku bilang sepuluh miliar, maka itu sepuluh miliar. Kalau kalian nggak sanggup, masih ada satu cara lain.David menatap Florence dengan tajam. "Aku boleh saja nggak meminta uang itu, tapi kamu harus menemaniku satu malam. Setelah itu, aku akan melepaskanmu dan temanmu. Bagaimana?"Sebelumnya urusa
Awalnya Florence ingin mencari kesempatan untuk menelepon, tetapi tasnya yang berisi ponsel telah direbut sehingga sekarang dia tidak punya ide lain."Maaf, Flo. Semua salahku. Kalau aku nggak ditipu prosedur, mengira mereka mencariku benar-benar untuk membahas naskah, kamu nggak akan terlibat."Ella memiliki paras cantik dan keterampilan akting, tetapi dia menjadi pemeran pendukung selama bertahun-tahun. Dia terlalu mendambakan kesempatan untuk sukses sehingga tertipu.Florence menghiburnya. "Jangan bahas ini, yang penting kamu baik-baik saja. Tenanglah, kita pikirkan ide bersama."...Di sisi lain.Di depan bandara.Alaric mengenakan pakaian santai dan memakai kacamata hitam. Salah satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Sekujur tubuhnya menguarkan aura dingin.Meskipun ekspresinya tak bersahabat, penampilan tampan dan aura berkelasnya menarik perhatian beberapa gadis yang lewat. Beberapa orang bahkan diam-diam mengambil fotonya.Alaric seolah tidak melihat mereka. Dengan tat
"Sialan! Jangan lari!"Pengawal menyadari bahwa dua orang itu berlari ke lantai bawah. Dia segera mengejar sambil berteriak pada walkie-talkie, "Kemari! Dua gadis itu kabur!"Restoran Halabi penuh dengan ruang privat sehingga orang di koridor tidak banyak. Hanya keluar dari tempat itu sampai tempat di mana banyak orang baru aman.Florence dan Ella berlari ke lantai bawah.Begitu tiba di lobi lantai satu, Florence tiba-tiba dicekal. Dia mendongak, kemudian melihat wajah David yang menyeramkan, jantungnya langsung mencelos."Nona Florence, kamu mau pergi ke mana?" tanya David sembari menatapnya dengan dingin.Florence menggigit bibirnya. Dia melihat rak anggur yang ada di samping, mengambil satu botol, kemudian menghancurkannya ke rak."Prang!"Botol anggur langsung pecah.Florence mengarahkan ujung botol yang tajam kepada David. Tatapannya begitu dingin. "Biarkan kami keluar atau aku akan menusukmu.""Huh!" David menatap Florence dengan penuh semangat. "Florence, jujur saja kalau aku me
"Pak Alaric, tumben Bapak ada waktu kemari."Bos Restoran Halabi yang menerima kabar segera datang dengan senyum menyanjung. Dia tiba-tiba menyadari suasananya agak aneh, lantas dia bertanya, "Apa yang terjadi?"Alaric mengabaikannya, melainkan menoleh ke arah David. Tatapannya menjadi tajam, dia berkata dengan nada dingin, "Lagi-lagi kamu. Sepertinya kamu sangat tertarik padanya?""Pak Alaric, ini ... ini hanya salah paham. Aku hanya bercanda dengan Nona Florence. Ya, aku ingin mentraktirnya makan. Hanya makan ...."Kearoganan David sebelumnya telah menghilang. Dia bisa melihat bahwa Alaric berminat pada Florence. Tentu saja dia tidak berani mengakui apa yang ingin dia lakukan.Alaric memicingkan mata, kemudian berkata dengan nada santai, "Traktir makan ya? Pak David nggak perlu boros. Hari ini. Aku. Akan. Mentraktirmu."Alaric menekankan kalimat terakhir. David langsung merasa diselimuti hawa dingin. Dia memiliki firasat buruk, wajahnya memucat....Sepuluh menit kemudian, masing-mas
"Hm ... ah ...."David membelalakkan mata dengan menderita. Pengawal menuangkan sepiring demi sepiring makanan ke dalam perutnya.Tubuh David segera penuh dengan makanan yang tak sempat dia telan. Perutnya membesar. Dia tumbang di lantai, tak sanggup berteriak lagi.Semua orang memandang adegan ini dengan napas tertahan. Tidak ada yang berani bernapas. Mereka merasa punggungnya dingin.Alaric memandang David dengan tatapan rendah. "Lain kali bersikap lebih cerdas. Memangnya kamu pantas mentraktir wanitaku makan?"David tampak ketakutan. Dia tidak bisa berbicara lagi seolah sudah mati."Sudah, seret bajingan ini keluar. Jangan mengotori tempat ini." Anthony memberi gerakan isyarat, kemudian beberapa anak buahnya menyeret David pergi."Sudah malam. Kak Al, ayo kita makan. Bagaimana denganmu, Dik?"Anthony tersenyum pada Florence.Florence menutup mulutnya. Melihat makanan di lantai, Florence hanya merasa jijik dan ingin muntah. Dia tidak nafsu makan. "Aku nggak ingin makan. Kalian makan