Share

Sejuta fikiran
Sejuta fikiran
Penulis: Rinipus

Bab 1

Penulis: Rinipus
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-01 17:07:44

Darr

Ledakan besar dengan api yang mulai bergejolak. Jeritan penumpang menggema meminta tolong. 

Pesawat jatuh kedalam laut menghilangkan api yang berkobar. 

Dar

Ledakan sekali lagi menyemburkan air dengan serpihan rangka yang bergelimpangan. Mayat berserakan dibawah air biru yang terdalam.

Senyum langka terbit dari arah langit. Menatap dengan puas apa yang telah dikerjakan. Pergi terbang membawa raga menjauh dari perairan.

*

Mata mengarah ke cermin besar yang ada dihadapan. Menatap wajah merah yang sudah mengeluarkan air mata berkali-kali.

Kehilangan seseorang memang menyakitkan. Tapi apakah pernah kau merasakan kehilangan hewan yang kau sayang? 

Mati mengenaskan di depan mata kepala. Berdarah dan tercabik seperti di makan binatang buas.

Rasa sesak mendominasi. Itu yang dirasakan wanita berparas cantik ini.

Berjam-jam hanya menangisi hewan kesayangan yang mati dengan tragis.

hiks hiks 

Argebi, wanita berkulit putih dengan sedikit luka bakar yang terlihat jelas di pipi kanannya.

Berjalan pergi kebelakang rumah untuk melihat makam marmut peliharaannya. Gundukan tanah kecil yang diberi buket bunga dan foto yang sudah di cuci.

Gila? tidak. Dia hanya terlalu sayang dengan hewan itu. Tidak rela jika kehilangan apalagi dengan cara yang mengenaskan.

Argebi melihat langit yang mulai tidak memancarkan cahaya matahari. Awan hitam mengepul siap untuk mengeluarkan gumpalan kecil air yang akan ditembakkan kebumi.

Kecil hingga besar. Sampai air terasa sakit jika menyentuh kulit. Angin bada melempar dedaunan yang masih terikat oleh pohon. Argebi masuk kedalam rumah memandang suasana dari jendela.

Asap hitam mengepul mengelilingi luar. Tampak seperti orang yang berterbangan tapi berbentuk uap.

Ctar

Petir menyambar, kilat menyilaukan. Gebi menutup tirai jendela berharap dunia akan bail-baik saja.

Naik ke kasur dengan sedikit suara gemercik kayu. Duduk disana seraya berkomat kamit menatap lurus dengan pandangan kosong.

Lagi. Gebi gila? tidak.

Dia tau apa yang akan terjadi. Semua ada didalam otaknya. Tapi tidak bisa dikatakan pada siapapun. Bukan tidak mau, tapi tidak akan ada yang percaya.

.

Argebi terbangun kala alaram yang dipasang bergetar memekakan telinga. Terduduk dengan spontan dan langsung berlari kearah jendela.

Membuka kaitan penutup dan menatap luar. Cuara mendung dan udara dingin karena hujan baru saja reda.

Argebi bergegas untuk mandi dan menyiapkan sarapan. Karena pagi ini dia akan kesekolah.

Bunyi denting sendok yang bertubrukan dengan piring bergema di kesunyian tempat tinggalnya.

Argebi gadis cantik yang tinggal sendiri. Tanpa keluarga dan orangtua, dia anak yang mandiri. Bukan merantau tapi keluarganya sudah lama pergi meninggalkan untuk selama lamanya.

Tragedi pesawat jatuh menewaskan seluruh keluarganya. Tapi dia selamat, itu yang masih di sesali nya sampai sekarang. 

Jika ia tau hidupnya tidak akan baik-baik saja. Maka kala itu ia akan memilih untuk mati bersama mereka.

Argebi mengelap bibirnya yang tersisa makanan. Sudah selesai bersiap, lalu pergi keluar.

Berjalan ke halte dengan tenang. Wanita ini mempunyai sifat yang teramat tenang, cenderung tidak terburu-buru.

Argebi melihat beberapa orang yang berlalu lalang. Mungkin karena hari yang mendukung untuk bermalas malasan. Jadi tidak ada yang berada diluar.

Argebi memakai masker. Karena ia menutupi wajahnya yang lebam karena luka bakar. Hanya tidak nyaman ditatap oleh banyak orang, apalagi cuma karena cacat dibagian wajah.

Argebi malas mengurusi orang bertanya tentang wajahnya ini. Karena menurutnya itu hanya membuat memori lama terbuka kembali.

Bis berhenti. Argebi menaiki dan langsung mendapati tempat duduk. Karena posisi sedang sepi

"Apa kau ingin kue?" Seorang lelaki duduk disamping Argebi dan menawarinya makanan. 

Argebi menatap sekilas dan menggeleng.

"Lalu, buah?" Tidak habis fikir lelaki itu tidak menyerah, terus menawarkan segala hal yang Argebi tidak inginkan.

"Tidak"Singkat Argebi mengayunkan tangan keudara untuk menolak

"Yakin?"

Gebi menatap lelaki di sampingnya. Seragam yang sama,itu artinya mereka satu sekolah. Tapi Gebi tidak tau. Tentu, karena Gebi hanyalah anak pendiam yang tidak banyak bicara apalagi dalam hal bergaul.

"Aku anak sekolah kita"

"ya"

"Aku ketua osis"

"mengada"

Gebi tau betul ketua osis di sekolahnya. Walau dia tidak bergaul setidaknya dia masih update dalam hal organisasi disekolah.

"Kalau tidak percaya,tanya saja dengan Mr.yante"

Argebi melototkan mata. Guru yang disebutkan olehnya sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Itu artinya lelaki ini jauh lebih kudet dari dirinya. (kurang update)

"Shutt, dia sudah tiada" Tegur Gebi tegas.

Dia tertawa dengan keras sampai membuat penumpang lainnya menatap kearah kami. Aku menundukkan kepala tanda meminta maaf

"Kau membuat malu"

"Tidak perduli"

Dia pergi mendahului, karena Bis sudah berhenti. Di sekolah SMAdra tapasty.

Argebi ikut turun. Saat ingin membayar, supir menggeleng keras dan menyuruhnya keluar cepat.

Dan pergi dengan kecepatan sedang. Argebi menatap uang ditangannya dan memasukkan kembali kesaku baju.

Menatap pagar sekolah. Ia heran, mengapa masih sepi. Padahal sudah lumayan siang.

Ruang pos satpam pun kosong. Tidak biasanya.

Lelaki tadi berdiri dilantai dua. Menatap Gebi dengan seksama. 

Bruk

Argebi menutup mulut dengan tangan. Kaget dengan segala yang dilihatnya

Bunuh diri. Didepan wajahnya.

Darah bergelimpangan. Dengan keadaan mengenaskan.

Bab terkait

  • Sejuta fikiran   Bab 2

    Tiba-tiba datang banyak nya orang berbondong untuk melihat kejadian. Padahal tadi Gebi tidak melihat satupun orang disana. Lalu dari mana saja mereka. Argebi berlari memasuki sekolah. Ikut mengerubungi hal yang tampak sedang dipertontonkan. "Hahaha cupu" Lelaki yang jatuh dari ketinggian berdiri dengan tawaan. Membuat orang orang panik tidak terkira. Darah yang mengalir dikepala menetes melewati wajah. Tapi, mengapa tidak merasakan apa-apa? Gebi menahan nafas. Mundur beberapa langkah dan berlari menuju kelas. Yang ada diotaknya adalah, laki-laki itu sudah tiada. Lalu siapa dia? mengapa masuk dengan seenaknya ketubuh seseorang yang baru saja mati. Gebi menelusur kelas. KosongKarena semua sibuk menatap kearah mayat hidup. Aaaa Teriakan orang membuat Gebi tersentak dan menuju keluar. Lelaki itu? ingin lompat dari tingkat dua. Tempatnya berada saat ini. Itu artinya, hal yang dilihatnya tadi hanya ilusi. Da

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • Sejuta fikiran   Bab 3

    Argebi menjauhkan diri dari penglihatan lelaki berseragam. Mencoba memikirkan hal yang sedari tadi mengganggu otaknya. Permintaan lelaki ini tidaklah mudah. Argebi tidak bisa gegabah hanya karena satu orang saja. Hidupnya sudah rumit lalu mengapa sekarang lelaki itu datang membawa masalah baru untuk hidupnya. "Bagaimana" Tepukan dibahu membuat Argebi menoleh kearah samping. "Aku tidak bisa" "Kalau gitu mengapa kau menyuruhku untuk tetap hidup dan mengapa kau katakan ingi membantu?" Lelaki itu emosi sehingga membanting makanan yang ada ditangan kanannya. "Semua begitu sulit" "Tidak. Jika kau rela" Lelaki itu meminta untuk dia bercinta dengan Argebi. Hanya demi membuat sang mantan kekasih menyesal. Lalu mengapa Argebi yang kena? siapa lelaki ini yang mampu membuat harga diri Argebi menghilang. "Pergi. Jika kau hanya ingin itu" Perkataan penuh penekanan terlontar membuat lelaki itu semakin meredam amarah. "

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • Sejuta fikiran   Bab 4

    "Tolong" rintihan melemahkan perhatian. Memilukan pendengar, alam seakan membantu jika dirinya mati mengenaskan.Hujan deras membuat suaranya teredam. Tidak ada yang mendengarkan itu bisa menyebabkan hal yang fatal. Seorang lelaki hampir sekarat dengan tusukan bagian perut. Merintih kesakitan dibawah kolong jembatan.Argebi berjalan dengan santai menuju rumah. Angin kencang menerbangkan payung bening miliknya. Tidak ingin basah dia berlari kearah kolong jembatan, setidaknya bisa berteduh untuk sementara."To-long"Rintihan terdengar memilukan. Tapi malah mengerikan untuk Gebi. Mengelus tengkuknya yang dingin karena cuaca dan suara.Menatap kearah lorong jembatan yang panjang. Arus Sungai deras akibat hujan. Gelap, penglihatan Argebi tidak bisa menembus kedalam sana.Mengeluarkan handphone miliknya dan menghidupkan mode senter. Mata Argebi membelalak melihat seorang lelaki memakai

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Sejuta fikiran   Bab 5

    Diberi senyuman hangat "Good morning" tanpa rasa bersalah."Aku hanya mencoba membuat makanan untukmu"Gebi menggelengkan kepala. Lalu acuh pergi meninggalkan lelaki tampan tapi gila. menurutnya"Sudah jadi" Dengan semangat Setta meletak sushi buatannya dengan resep yang sudah diganti dari pembuatan umum.Argebi memandang dingin kearah makanan. Tapi bukan berarti tidak ingin mencoba, karena makanan tidak boleh dibuang. Itu menyesatkanMenyuap satu sushi buatan Setta kemulut. Sambil memejamkan mata menikmati hidangan. Setta tersenyum berharap satu kata saja keluar dari mulut Gebi.Tapi, tidak kunjung didengar."Hm Hakkan, ini lumayan" penuturan Gebi meyorak kan hati Setta. Rasanya ingin membuat yang lebih banyak lagi."Apa kau sudah coba?" Setta menggeleng"Cobalah"Setta

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Sejuta fikiran   Bab 6

    "Ada apa" Tanya SettaArgebi menggeleng kuat pergi kedapur. Membuka kulkas sambil menggela nafas, merasakan sensasi dingin dari udara. Tangan menyentuh botol dan meneguk isinya. Tenggorokan nain turun hingga air menetes keluar beberapa tetas keleher."Sial"Umpat Setta dari ruang tengah mengalihkan perhatian Gebi.Berjalan perlahan menatap kedepan dengan lurus. Pandangan jatuh pada perut milik Setta. Darah mengalir deras membasahi baju."Ada apa" Argebi memutar badan seratus delapan puluh derajat, terbilang cukup panik mengambil peralatan medis."Biarku obati"EngghhhRintihan terdengar saat Gebi sedikit menekan perut Setta dengan telapak tangan. Mulai mengobati sesuai yang ia ketahui.Setta memejamkan mata menikmati rasa sakit yang di terima."Aku harus pergi" mendongak men

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Sejuta fikiran   Bab 7

    Jantung terkejut untuk beberapa kali. Disetrum oleh kursi listrik membuat Argebi ingin mati saat ini.Sebuah suntikan dicucuk keleher. Cairan bening langsung masuk kedalam tubuh.Hanya tinggal menunggu reaksi.Azkria tersenyum senang menatap percobaannya dari monitor. Argebi dimasukkan kedalam sebuah tabung berbentuk kaca. Sehingga bisa dilihat dengan jelas dari luar.Argebi tersadar. Rasanya badan terlalu lelah dan remuk. Membuka mata,yang belum ia sadari tidak memiliki warna abu. Melainkan berwarna Biru cerah. Argebi berubahAkan menurut pada tuannya. Melakukan segala perintah tanpa bisa memilih baik atau buruk."Hahahaha" tawa menggelegar dari Azkria diikuti anak buahnya. Tabung dibuka dengan remote sehingga Argebi langsung bisa keluar. Mendekati Azkria dan menunduk hormat."Kau luar biasa"Argebi akan tetap seperti manusia biasa.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Sejuta fikiran   Bab 8

    "Setta" Setta mengangguk memberi secangkir teh hangat. "Minumla" Argebi ragu, meneguk ludah susah payah. " aku tidak meracuni wanita" sarkas Setta. "Pria?" Setta menghela nafas " Tidak juga" "Kau tadi ingin membunuhku" Byur Teh meyembur dari dalam mulut mengenai wajah Setta. Sang korban hanya menghela nafas sambil tersenyum kecil. "Tidak sopan" "Em, maaf" Argebi tidak enak hati "Tidak apa-apa" "Lalu dimana ini?" Argebi tidak kenal dengan tempat ini? menatap kejendela, hanya ada pohon-pohon yang sudah tidak memiliki daun. Mengering serta berjatuhan dibawah sana. "Kau ada dalam pengaruh ilmuan gila" "Ha?!" Tidak percaya akan penuturan Setta, Argebi ingin melepas tawa nya sekuat mungkin. "Dengarkan aku" Setta menyentak bahu Argebi, sontak membuat wanita itu terdiam memandang mata biru di depannya dengan tenang. "Aku percobaan mereka" "Itu makanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • Sejuta fikiran   Bab 9

    Jendela ditendang sekali hentakan langsung hancur. Efek cairan yang disuntik membuat tenaga Argebi bertambah. Memapah Setta memanjat penghalang untuk turun.Sudah sampai diluar. Hanya ada tumbuhan hijau seperti kebun. Mereka berjalan tertatih melewati perkebunan layaknya labirin. Menghindar dari Azkria dan anak buah yang saat ini mengira Setta sudah mati ditangan Argebi.BrukSetta terhuyung kebelakang kala Argebi jatuh pingsan. Seketika panik, menepuk nepuk pipi wanita itu. Sedangkan tangan satunya lagi menahan perut yang mendenyut akibat darah mengalir semakin banyak."Ar, bangun"Iris mata bergerak tanda akan terbuka. Memperlihatkan bola berwarna abu cerah."Argebi" Panggil Setta"Setta" gumam Gebi"Bangun, kita segera pergi dari sini"Setta berupaya membantu Argebi untuk tegak. Pergi sejauh mungkin atau bersembunyi sebelum para orang gila itu menemui keberadaan mereka."Kenapa aku disini?""

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15

Bab terbaru

  • Sejuta fikiran   Bab 22

    Sebuah kenyataan baru diketahui jika semua yang terjadi dialam mimpi itu sudah pernah terjadi didunia sebelumnya. Apa kalian percaya akan reinkarnasi? Dimana jiwa seseorang yang sudah mati dihidup kan kembali.Tidak bisa berbuat dan merencanakan semaunya. Tetapi semua hal yang terjadi pada dunia sebelumnya lah yang terekam di dalam fikiran orang yang ditinggali jiwa tersebut. Semua sama, bahkan ingin menolak itu sudah ditakdirkan. Rafa yang sekarang harus menuntaskan sejarah yang pernah ada.Bertemu dengan Argebi sebenarnya adalah suatu keajaiban dan takdir yang memudahkan Rafa untuk menjawab semua teka teki yang terjadi. Ingin marah! Tapi pada siapa? Rafa hanya ingin hidup tanpa di hantui masalalu yang ia juga tidak tau itu siapa dan mengapa!"Aku akan jelaskan semuanya." Argebi menghembuskam nafas kasar lalu menduduki sofa dengan sekali hentakanUsai pertengkaran yang keduanya alami Rafa akhirnya mengalah dan ia meminta segala penjelasan yan

  • Sejuta fikiran   Bab 21

    Argebi terus berlari dikegelapan hutan belantara. Tanpa tau jalan didepan nya ada banyak rintangan seperti apa.Semakin dalam berlari hanya ada kegelepan diujung tempat pelarian. Argebi ketakutan,bingung,tidak punya arah dan tujuan.Malam semakin larut rasa lelah sudah diderita Argebi melambatkan jalan hingga berjalan dengan gontai tapi mata waspada kemana-mana. Hanya ada rasa ketakutan yang mendera ia tidak tau lagi harus kemana.Argebi duduk disebuah akar pohon yang besar sekaligus berlindung. Tidak lama suara petir bergemuruh ditemani oleh angis kencang yang membuat dingin,suasana semakin mencekam tatkala terdengar suara langkah kaki mendekat.Argebi berlindung dibatang pohon yang rindang, sesekali mengintip ingin tau apakah ia ketahuan atau masih tetap aman. Suara langkah kaki itu terhenti, Argebi terkesima saat melihat seekor ayam mati didepannya. Darah hitam berceceran. Sungguh rasa takutnya tidak bi

  • Sejuta fikiran   Bab 20

    Rafael menduduki sebuah kursi taman yang letaknya tidak jauh dari rumah. Seperti ingin mencairkan otak dengan cara melihat pemandangan ditaman ini. Hari sudah senja, matahari ingin bergantian dengan bulan menjaga bumi yang indah. Rafa menghembuskan nafas kasar dan tanpa sengaja matanya menubruk sesuatu yang ingin ia temui. "Argebi" gumamnya Wanita yang ada didalam mimpinya. Wanita yang selalu ia tunggu kedatangannya. Perjumpaan ini yang selalu ia tunggu, tidak bisa dilewatkan Rafa langsung bergegas menghampiri wanita yang duduk di bawah pohon rindang. "Hai" Netra abu langsung menubruk netra milik Rafa. Rasanya seperti masuk lagi kedunia mimpi. Ini persis dengan wanita itu. Tidak ada bedanya. "Iya, ada yang bisa dibantu?" Rafa tersadar dari lamunannya. Menempati bokongnya disebelah gadis itu. "Boleh aku tau namamu?" "Namaku Argebi" Deg Sama, itu nama yang sama. Dan wajah yang sama. Kenapa semua ny

  • Sejuta fikiran   Bab 19

    Argebi seperti hilang dimuka bumi. Tidak pernah muncul didalam mimpi. Berkali kali Rafa memejamkan mata ingin berjumpa tapi mimpi itu tidak kunjung datang.Semua yang terjadi ada didalam mimpi seorang Rafael. Mimpi yang terasa seperti kenyataan pahit. Tapi nyatanya hanyalah sebuah bunga tidur yang seharusnya tidak terlalu difikirkan.Argebi, Setta, dan semua yang ada didalamnya hanyalah mimpi semata. Kecuali Rasel, dia adalah kekasih Rafael saat ini.Wanita paruh baya berteriak keras membangunkan Rafa untuk berangkat kesekolah. Hari sudah mulai siang dan lelaki itu tidak kunjung membuka mata."Rafa bangun, jika tidak mama akan dobrak pintu ini"Rafa membuka mata, silau cahaya matahari langsung menembus retina. Meluruskan kaki dan mulai turun dari kasur. Membuka kunci dengan perlahan.ByurAir mengguyur badan Rafa. Sang mama menyiram dengan se-ember air tanpa belas kasih. Rafa tentu tau hal ini akan terjadi, karena hampir setiap hari t

  • Sejuta fikiran   Bab 18

    Rafael bergegas menuju sebuah tempat. Ruangan besar tanpa barang barang, membuat ruang terlihat sangat lebar dan lapang.Berjalan cepat tidak memberi jeda pada setiap langkah kaki. Memasuki satu ruangan yang ada dan terdapat banyaknya senjata didalam sana.Rafael memilih satu persatu yang menurutnya perlu untuk digunakan. Masih sibuk dengan kegiatannya seorang wanita berpakaian serba hitam masuk."Fael, sudah selesai?"Tanpa melihat Rafa sudah tau jelas siapa itu. Wanita itu adalah seseorang yang selalu membantunya kala sedang bingung. Termasuk dalam pencarian Argebi, dia terlibat didalamnya."Sudah"Rafa menjinjing sebuah tas ditangan. Membawa untuk duduk dikursi persis ditengah ruangan."Apa aku bisa bertemu dengannya lagi Rasel?"Wanita itu tersenyum simpul dan sedikit mengangguk. Menepuk bahu Rafa pelan tanda semangat. "Kalau kau berusaha, itu pasti""Bagaimana jika dia dibunuh"Rasel menarik

  • Sejuta fikiran   Bab 17

    Argebi tertatih berjalan akibat kakiny ditendang berkali kali oleh Setta karena terus saja memberontak untuk pergi. Bagaimanapun juga tenaga yang ia punya tidak sebanding dengan tenaga lelaki.Ia hanyalah wanita biasa dengan keterbatasan fisik lemah. Untuk saat ini mungkin Argebi masih syok atas semua kejadian yang menimpa. Belum bisa mencerna apapun yang terjadi didepan mata.Yang ia harapkan hanyalah bisa melihat masadepan seperti dulu. Ternyata tidak mengetahui kejadian buruk seperti ini jauh lebih mengguncang mentalnya dari pada mengetahui dari awal.Setidaknya tidak mengejutkan untuk jantung.Kejadian demi kejadian terekam jelas dimemori ingatan Argebi. Mulai dari pertemuan pertama kali dengan Setta, menolongnya, tinggal bersama membuat sebuah memori sedikit indah untuk dikenang. Lalu? mengapa akhir dari sebuah kebusukan telah terbongkar menghancurkan hati yang utuh. Hati mulai merapuh meratap tidak percaya.Jika orang yang dipercaya aka

  • Sejuta fikiran   Bab 16

    Rafael mengemudikan audi putih dengan kencang saat melihat Setta membawa Argebi secara paksa.Sudah menduga, jika Setta bukan lelaki baik-baik. Dari tatapan pertama kali hingga ia tau Setta anak pemilik sekolah. Sedangkan pemilik sekolah ini bisa dibilang tidak pernah ter-ekspos ke media ataupun publik.Itu karena kedua orangtua Setta memiliki gangguan jiwa. Maka Setta lah yang meneruskan untuk memimpin sekolah. Tapi tidak bisa dipungkiri jika Setta bukannya meneruskan tapi malah mengabaikan. Malah berencana membunuh semua orang. Dan itu Rafael dengar sebelum Setta maju menampak kan diri dihadapan semua siswa.Ia merencanakan pembunuhan di sekolahnya sendiri. Rafael bergegas mencari keberadaan Argebi, dan ia mendengar jika Rea menelvon saat itu. Demi keselamatan, Rafa membius Rea dan meletak digudang.Rafa berlari sekencang mungkin menuju toilet. Tidak lama suara tembakan yang memakan korban ratusan orang terdengar memekakkan. Rafael membelala

  • Sejuta fikiran   Bab 15

    Sebagian malam sudah termakan oleh waktu. Menjelang pagi, Setta dan Argebi tertidur dengan posisi Gebi meletakkan kepalanya dikedua paha milik Setta yang tidur terduduk.Sungguh, Setta fikir akan ada jalan lain dilorong ini. Tapi ternyata tidak sama sekali. Hanya ada terowongan panjang dengan jalan buntu diujung. Setidaknya mereka bisa menyelamatkan diri dari segala yang mengancam.Tidak tau apa yang terjadi diluar sana. Tapi firasat Setta mengatakan kalau bahaya menyapa keduanya berharap menyambut kedatangan dukacita dengan senyum gembira."Ar, bangun"Mata abu terbuka lebar, sebenarnya Gebi tidak pulas dalam tidurnya. Tapi tetap memejamkan mata mencoba berpikir positif kalau mereka baik-baik saja. Duduk dari pembaringan, mengucek mata yang belum terbuka sempurna."Ayo kita keluar"Setta berdiri dan mengapit jari jemari Gebi ditangan miliknya. Berharap jika semua yang didengar hanyalah kembang api yang diledakan. Bersuka cita hingga tawa re

  • Sejuta fikiran   bab 14

    Jam berputar hingga menunjukkan larut malam. Rea tidak kunjung datang, dan Argebi sedari tadi duduk di ubin dingin sembari melihat kesana kemari.Mencari keberadaan Rea, atau bahkan murid lain yang akan ketoilet sebelum tidur. Argebi mendesah kecewa tidak ada satupun orang yang datang untuk menolongnya.Mengarah ke Setta, terpejam sambil menyenderkan punggung ketembok. Bagaimana bisa orang terpenting hilang tidak ada yang mencarinya?"Setta, telvon guru""Aku tidak bawa handphone" Argebi menyernyit heran merasa lelah. Ia ingin bersenang-senang dihari ulangtahun sekolah tapi mengapa sekarang malah terjebak ditoilet bersama Setta."Aku berkata pada mereka kalau aku pulang"Rasa sesak semakin menguasai dada. Bermalam ditempat yang gelap apa itu bisa menyenyakkan tidur?, tentu tidak. Argebi tidak bisa tidur dalam posisi panik.Siapa yang mengunci? batin Gebi sedari tadi bergejolak ingin tau. Sebanyak itu orang yang jijik terhadap di

DMCA.com Protection Status