"Tolong" rintihan melemahkan perhatian. Memilukan pendengar, alam seakan membantu jika dirinya mati mengenaskan.
Hujan deras membuat suaranya teredam. Tidak ada yang mendengarkan itu bisa menyebabkan hal yang fatal. Seorang lelaki hampir sekarat dengan tusukan bagian perut. Merintih kesakitan dibawah kolong jembatan.
Argebi berjalan dengan santai menuju rumah. Angin kencang menerbangkan payung bening miliknya. Tidak ingin basah dia berlari kearah kolong jembatan, setidaknya bisa berteduh untuk sementara.
"To-long"Rintihan terdengar memilukan. Tapi malah mengerikan untuk Gebi. Mengelus tengkuknya yang dingin karena cuaca dan suara.
Menatap kearah lorong jembatan yang panjang. Arus Sungai deras akibat hujan. Gelap, penglihatan Argebi tidak bisa menembus kedalam sana.
Mengeluarkan handphone miliknya dan menghidupkan mode senter. Mata Argebi membelalak melihat seorang lelaki memakai jas kantoran merintih kesakitan sambil memegang perut.
Berlari menghampiri kedalam. Argebi berhenti sejenak memejamkan mata. Nihil, tidak ada kisah yang didapatnya. Kejadian sebelum ataupun setelah. Gebi tidak menghiraukan dan berlari kearah orang itu.
"Aku menolongmu"ujar Gebi, menekan perut yang terus menerus mengeluarkan darah.
"Bawa aku kerumahmu" Gebi menggeleng
"Tidak. Kita harus kerumah sakit, kau sekarat" Argebi mencoba memapah menaruh tangan pemuda yang jauh lebih tua dari Argebi itu ke bahunya.
Berjalan tertatih. Membawa kerumah sakit terdekat.
Tapi pemuda itu meringis berkali kali dan memohon tidak membawanya ke rumah sakit.Akhirnya Gebi memutuskan membawa kerumahnya. Yang jaraknya sudah lumayan dekat. Untungnya hari sedang hujan jadi jalanan sepi dari orang orang.
Menidurkan pemuda itu dikasur miliknya. Bergegas mengambil air dan peralatan medis dasar untuk pertolongan pertama. Mengompres air hangat membersihkan lukanya.
"Aishhhh" Ringis pemuda itu membuat Gebi ikut ngilu.
Jas kantoran dibuka. Menyisakan kemeja. Memiliki nama disakunya Hakkan kausetta.
Argebi tidak menghiraukan, dia sibuk mengompres dan mengoles dengan alkohol. Luka tusukan terlalu besar. Argebi ngin keluar membeli peralatan.
"kau pakai ini" Pemuda itu memberi satu alat dari saku jasnya tanpa melihat kearah Argebi.
Gebi tidak membantah. Menjahit luka itu dengan delapan jahitan. Ringisan dan rintihan terdengar sedikit mengganggu telinga. Gebi mengambil sapu tangan dan meletaknya didalam mulut pemuda itu dengan kasar.
"aa kawsar swekali" Bantah tidak jelas karena mulut tertutup. Argebi hanya butuh konsentrasi yang penuh. Itu saja, jadi dia tidak salah.
Hah
Nafas lega dari keduanya karena luka sudah terobati. Walau rasa masih mendenyut lelaki itu terlelap meninggalkan Gebi yang penuh keringat perjuangan.
"Hakkan kausetta, harus ku panggil apa dia?" Gebi mengelus kepala gatal dan beranjak membereskan semua yang berantakan dan darah yang bersimbah.
Jam sudah menunjukkan pukul 02:40 malam. Tapi Argebi tidak bisa memejamkan mata. Sedari tadi ia menatap heran kearah pemuda yang tidur diranjangnya. Sehingga ia harus tidur dimatras bawah.
"Kenapa aku tidak bisa membacanya?"
"Apa keahlian ini sudah hilang?"
"Sungguh, benar benar hilang"bermonolog sendiri seakan itu terjadi. Ia senang jika benar sesuai.
Lamunannya terhenti mendengar suara batuk pemuda yang tertidur.
Mendadak Argebi duduk dan memberi air putih yang ada di nakas sebelah kasur.
"Terimakasih"
Mata saling bertemu. Manik berwarna biru terang membekukan tubuh. Dingin, seakan Gebi berada dikutub.
"Terimakasih" lelaki itu membuka suara, Argebi menjauhkan diri dari kasur hanya bisa menangguk kecil.
Merebahkan badan yang lelah ke matras dibawah. Tapi lelaki itu mencoba untuk duduk membuat Gebi sedikit kewalahan.
Tapi tetap membantu untuk melakukan apa yang lelaki itu mau."Kau tidurlah disini" menepuk kasur disebelah dirinya. Tidak mungkin, karena kasur ini khusus untuk satu orang saja.
"Jangan gila. Itu tidak muat" Gebi malas menghiraukan ingin kembali ketempat tidurnya. Tapu ditarik duluan hingga terduduk keatas kasur.
Menegang, lelaki itu memeluk badan Argebi.
Membuat kedua tubuh berdempetan sehingga muat disatu kasur kecil."Sepertinya, kau butuh kasur yang lebih besar" Bisik lelaki itu ke telinga, membuat Argebi menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Jika memikirkan aku, maka tidurlah. Jawaban akan datang jika sudah waktunya"
Kata-kata terakhir yang didengar Argebi sebelum larut masuk kealam mimpi.
"Kau, dan aku akan selalu bersama. Walau takdir menetang"
Hakkan kausetta, mengelus rambut gadis bermata abu terang dengan lembut. Janji yang terucap akan tercatat disebuah kertas tak terlihat.
Pertemuan kedua insan yang memiliki kesamaan, atau bahkan perbedaan yang terpandang jauh. Melewati masa mencekam untuk bisa bertemu gadis yang susah payah untuk ditemui.
.
Mata mengerjap. Matahari menerobos retina menyilaukan memberikan sensasi hangat. Jendela terbuka sebelum dirinya bangun.
"HAH"
Terlonjak kaget. Sebelum bangun? lalu siapa yang membuka jika bukan diri sendiri.
Memandang keseluruh penjuru tempat tinggal. Tidak ada tanda-tanda orang lain selain dirinya.
Lagi lagi pandangan teralih mendengarkan suara dari dapur yang berserakan. Seorang lelaki berkutat dengan lihainya ber-eksperimen didalam dapur milik Argebi. Sehingga menyebabkan kekacauan yang besar.
Dapur seolah tidak berbentuk. Semua barang berserakan bahkan ada yang pecah. Kacau
"Apa yang kau lakukan" tanya Gebi dengan tatapan datar
Diberi senyuman hangat "Good morning" tanpa rasa bersalah."Aku hanya mencoba membuat makanan untukmu"Gebi menggelengkan kepala. Lalu acuh pergi meninggalkan lelaki tampan tapi gila. menurutnya"Sudah jadi" Dengan semangat Setta meletak sushi buatannya dengan resep yang sudah diganti dari pembuatan umum.Argebi memandang dingin kearah makanan. Tapi bukan berarti tidak ingin mencoba, karena makanan tidak boleh dibuang. Itu menyesatkanMenyuap satu sushi buatan Setta kemulut. Sambil memejamkan mata menikmati hidangan. Setta tersenyum berharap satu kata saja keluar dari mulut Gebi.Tapi, tidak kunjung didengar."Hm Hakkan, ini lumayan" penuturan Gebi meyorak kan hati Setta. Rasanya ingin membuat yang lebih banyak lagi."Apa kau sudah coba?" Setta menggeleng"Cobalah"Setta
"Ada apa" Tanya SettaArgebi menggeleng kuat pergi kedapur. Membuka kulkas sambil menggela nafas, merasakan sensasi dingin dari udara. Tangan menyentuh botol dan meneguk isinya. Tenggorokan nain turun hingga air menetes keluar beberapa tetas keleher."Sial"Umpat Setta dari ruang tengah mengalihkan perhatian Gebi.Berjalan perlahan menatap kedepan dengan lurus. Pandangan jatuh pada perut milik Setta. Darah mengalir deras membasahi baju."Ada apa" Argebi memutar badan seratus delapan puluh derajat, terbilang cukup panik mengambil peralatan medis."Biarku obati"EngghhhRintihan terdengar saat Gebi sedikit menekan perut Setta dengan telapak tangan. Mulai mengobati sesuai yang ia ketahui.Setta memejamkan mata menikmati rasa sakit yang di terima."Aku harus pergi" mendongak men
Jantung terkejut untuk beberapa kali. Disetrum oleh kursi listrik membuat Argebi ingin mati saat ini.Sebuah suntikan dicucuk keleher. Cairan bening langsung masuk kedalam tubuh.Hanya tinggal menunggu reaksi.Azkria tersenyum senang menatap percobaannya dari monitor. Argebi dimasukkan kedalam sebuah tabung berbentuk kaca. Sehingga bisa dilihat dengan jelas dari luar.Argebi tersadar. Rasanya badan terlalu lelah dan remuk. Membuka mata,yang belum ia sadari tidak memiliki warna abu. Melainkan berwarna Biru cerah. Argebi berubahAkan menurut pada tuannya. Melakukan segala perintah tanpa bisa memilih baik atau buruk."Hahahaha" tawa menggelegar dari Azkria diikuti anak buahnya. Tabung dibuka dengan remote sehingga Argebi langsung bisa keluar. Mendekati Azkria dan menunduk hormat."Kau luar biasa"Argebi akan tetap seperti manusia biasa.
"Setta" Setta mengangguk memberi secangkir teh hangat. "Minumla" Argebi ragu, meneguk ludah susah payah. " aku tidak meracuni wanita" sarkas Setta. "Pria?" Setta menghela nafas " Tidak juga" "Kau tadi ingin membunuhku" Byur Teh meyembur dari dalam mulut mengenai wajah Setta. Sang korban hanya menghela nafas sambil tersenyum kecil. "Tidak sopan" "Em, maaf" Argebi tidak enak hati "Tidak apa-apa" "Lalu dimana ini?" Argebi tidak kenal dengan tempat ini? menatap kejendela, hanya ada pohon-pohon yang sudah tidak memiliki daun. Mengering serta berjatuhan dibawah sana. "Kau ada dalam pengaruh ilmuan gila" "Ha?!" Tidak percaya akan penuturan Setta, Argebi ingin melepas tawa nya sekuat mungkin. "Dengarkan aku" Setta menyentak bahu Argebi, sontak membuat wanita itu terdiam memandang mata biru di depannya dengan tenang. "Aku percobaan mereka" "Itu makanya
Jendela ditendang sekali hentakan langsung hancur. Efek cairan yang disuntik membuat tenaga Argebi bertambah. Memapah Setta memanjat penghalang untuk turun.Sudah sampai diluar. Hanya ada tumbuhan hijau seperti kebun. Mereka berjalan tertatih melewati perkebunan layaknya labirin. Menghindar dari Azkria dan anak buah yang saat ini mengira Setta sudah mati ditangan Argebi.BrukSetta terhuyung kebelakang kala Argebi jatuh pingsan. Seketika panik, menepuk nepuk pipi wanita itu. Sedangkan tangan satunya lagi menahan perut yang mendenyut akibat darah mengalir semakin banyak."Ar, bangun"Iris mata bergerak tanda akan terbuka. Memperlihatkan bola berwarna abu cerah."Argebi" Panggil Setta"Setta" gumam Gebi"Bangun, kita segera pergi dari sini"Setta berupaya membantu Argebi untuk tegak. Pergi sejauh mungkin atau bersembunyi sebelum para orang gila itu menemui keberadaan mereka."Kenapa aku disini?""
Seluruh stasiun tv mengumumkan jika akan ada hujan dan badai lagi malam ini. Dihimbau untuk warga tidak berkeliaran karena bisa membahayakan.Argebi mematikan televisi. Menghela nafas, cuaca tidak mendukung dirinya untuk menghentikan semua yang akan dilakukan Azkria.Semua seakan keberuntungan Azkria. Menghancurkan seluruh dunia dengan cara menyuntikan cairan-cairan buatan eksperimennya pada manusia. Itu menyebabkan mereka akan berubah ganas, saling menyakiti atau bahkan membunuh.Dunia sedang tidak baik-baik saja. Argebi merasa disini dia yang bersalah, karena dirinya dan Setta kabur. Otomatis kemarahan Azkria meningkat dan akan melakukan apapun yang menurutnya memuaskan.Mencoba memejamkan mata sekilas tapi mantul terbuka kembali. Rasa ngantuk tidak datang padanya hari ini, Setta beranjak dari kasur dan mendekati Argebi yang masih berada di sofa depan tv."Kau kenapa"Argebi menoleh sesaat dan terus berkutat pada fikirannya. "Kau tau setel
Menerima tawaran Setta untuk mengantar dirinya kesekolah mungkin adalah hal terburuk. Selama di Bis semua orang menatap Setta dengan pandangan memuja.Sedangkan lelaki itu terus menggenggam erat tangan Argebi. Tentu dia malu, di tambah ia lupa memakai masker. Sudah pasti semua orang membanding-bandingkan atau bahkan mengolok-olok dirinya."Tampan sekali""Tapi sayang ceweknya jelek""Mending sama aku""Haha, tidak cocok sekali"Sekumpulan anak muda mengata-ngatai nya dengan bisikan yang keras. Tentu terdengar telinga, ingin sekali menutup mulut orang-orang itu dengan kaus kaki saking geramnya."Hiraukan saja" Setta mengeratkan genggaman tangan. Seakan Argebi miliknya.Bis berhenti, Argebi mengeluarkan uang disaku. Sang supir ingin mengambil tapi saat menatap Setta ia menggeleng lalu menyuruh Argebi keluar dengan cepat.Memasukkan uang kesaku baju kembali. "Kira-kira supir Bis itu kenapa?" Tanya Gebi heran, karena b
Peringatan ulang tahun SMAdra tapasty akan diadakan kemping tiap tahunnya. Tidak jauh, hanya disekitar sekolah.Lebih tepatnya halaman sekolah yang lebar. Jika hujan maka mereka akan pindah kekelas masing-masing. Berbagai acara akan diselenggara demi memeriahkan.Argebi sudah berkemas. Membawa tas ransel sedang berisi tiga stel baju dan perlengkapan lainnya. Karena mereka akan menginap tiga hari dua malam.07:30 PM Argebi menyandang tas dan hendak bergegas menuju sekolah. "Ikut"Argebi muak sedari tadi lelaki dibelakangnya mendesak tidak jelas. Mana mungkin Argebi membawa pihak luar masuk kesekolah, yang terjadi adalah ia akan di skors."Kau disini saja""Ayolah, aku janji tidak akan mengacau"Tatapan tajam diberikan Argebi kepada Setta. Tidak dihiraukan lelaki itu tetap kekeh pada pendiriannya.Tin..tinMobil audi putih terparkir didepan rumah. Sang pengendara keluar menampilkan pakaian casual dengan k
Sebuah kenyataan baru diketahui jika semua yang terjadi dialam mimpi itu sudah pernah terjadi didunia sebelumnya. Apa kalian percaya akan reinkarnasi? Dimana jiwa seseorang yang sudah mati dihidup kan kembali.Tidak bisa berbuat dan merencanakan semaunya. Tetapi semua hal yang terjadi pada dunia sebelumnya lah yang terekam di dalam fikiran orang yang ditinggali jiwa tersebut. Semua sama, bahkan ingin menolak itu sudah ditakdirkan. Rafa yang sekarang harus menuntaskan sejarah yang pernah ada.Bertemu dengan Argebi sebenarnya adalah suatu keajaiban dan takdir yang memudahkan Rafa untuk menjawab semua teka teki yang terjadi. Ingin marah! Tapi pada siapa? Rafa hanya ingin hidup tanpa di hantui masalalu yang ia juga tidak tau itu siapa dan mengapa!"Aku akan jelaskan semuanya." Argebi menghembuskam nafas kasar lalu menduduki sofa dengan sekali hentakanUsai pertengkaran yang keduanya alami Rafa akhirnya mengalah dan ia meminta segala penjelasan yan
Argebi terus berlari dikegelapan hutan belantara. Tanpa tau jalan didepan nya ada banyak rintangan seperti apa.Semakin dalam berlari hanya ada kegelepan diujung tempat pelarian. Argebi ketakutan,bingung,tidak punya arah dan tujuan.Malam semakin larut rasa lelah sudah diderita Argebi melambatkan jalan hingga berjalan dengan gontai tapi mata waspada kemana-mana. Hanya ada rasa ketakutan yang mendera ia tidak tau lagi harus kemana.Argebi duduk disebuah akar pohon yang besar sekaligus berlindung. Tidak lama suara petir bergemuruh ditemani oleh angis kencang yang membuat dingin,suasana semakin mencekam tatkala terdengar suara langkah kaki mendekat.Argebi berlindung dibatang pohon yang rindang, sesekali mengintip ingin tau apakah ia ketahuan atau masih tetap aman. Suara langkah kaki itu terhenti, Argebi terkesima saat melihat seekor ayam mati didepannya. Darah hitam berceceran. Sungguh rasa takutnya tidak bi
Rafael menduduki sebuah kursi taman yang letaknya tidak jauh dari rumah. Seperti ingin mencairkan otak dengan cara melihat pemandangan ditaman ini. Hari sudah senja, matahari ingin bergantian dengan bulan menjaga bumi yang indah. Rafa menghembuskan nafas kasar dan tanpa sengaja matanya menubruk sesuatu yang ingin ia temui. "Argebi" gumamnya Wanita yang ada didalam mimpinya. Wanita yang selalu ia tunggu kedatangannya. Perjumpaan ini yang selalu ia tunggu, tidak bisa dilewatkan Rafa langsung bergegas menghampiri wanita yang duduk di bawah pohon rindang. "Hai" Netra abu langsung menubruk netra milik Rafa. Rasanya seperti masuk lagi kedunia mimpi. Ini persis dengan wanita itu. Tidak ada bedanya. "Iya, ada yang bisa dibantu?" Rafa tersadar dari lamunannya. Menempati bokongnya disebelah gadis itu. "Boleh aku tau namamu?" "Namaku Argebi" Deg Sama, itu nama yang sama. Dan wajah yang sama. Kenapa semua ny
Argebi seperti hilang dimuka bumi. Tidak pernah muncul didalam mimpi. Berkali kali Rafa memejamkan mata ingin berjumpa tapi mimpi itu tidak kunjung datang.Semua yang terjadi ada didalam mimpi seorang Rafael. Mimpi yang terasa seperti kenyataan pahit. Tapi nyatanya hanyalah sebuah bunga tidur yang seharusnya tidak terlalu difikirkan.Argebi, Setta, dan semua yang ada didalamnya hanyalah mimpi semata. Kecuali Rasel, dia adalah kekasih Rafael saat ini.Wanita paruh baya berteriak keras membangunkan Rafa untuk berangkat kesekolah. Hari sudah mulai siang dan lelaki itu tidak kunjung membuka mata."Rafa bangun, jika tidak mama akan dobrak pintu ini"Rafa membuka mata, silau cahaya matahari langsung menembus retina. Meluruskan kaki dan mulai turun dari kasur. Membuka kunci dengan perlahan.ByurAir mengguyur badan Rafa. Sang mama menyiram dengan se-ember air tanpa belas kasih. Rafa tentu tau hal ini akan terjadi, karena hampir setiap hari t
Rafael bergegas menuju sebuah tempat. Ruangan besar tanpa barang barang, membuat ruang terlihat sangat lebar dan lapang.Berjalan cepat tidak memberi jeda pada setiap langkah kaki. Memasuki satu ruangan yang ada dan terdapat banyaknya senjata didalam sana.Rafael memilih satu persatu yang menurutnya perlu untuk digunakan. Masih sibuk dengan kegiatannya seorang wanita berpakaian serba hitam masuk."Fael, sudah selesai?"Tanpa melihat Rafa sudah tau jelas siapa itu. Wanita itu adalah seseorang yang selalu membantunya kala sedang bingung. Termasuk dalam pencarian Argebi, dia terlibat didalamnya."Sudah"Rafa menjinjing sebuah tas ditangan. Membawa untuk duduk dikursi persis ditengah ruangan."Apa aku bisa bertemu dengannya lagi Rasel?"Wanita itu tersenyum simpul dan sedikit mengangguk. Menepuk bahu Rafa pelan tanda semangat. "Kalau kau berusaha, itu pasti""Bagaimana jika dia dibunuh"Rasel menarik
Argebi tertatih berjalan akibat kakiny ditendang berkali kali oleh Setta karena terus saja memberontak untuk pergi. Bagaimanapun juga tenaga yang ia punya tidak sebanding dengan tenaga lelaki.Ia hanyalah wanita biasa dengan keterbatasan fisik lemah. Untuk saat ini mungkin Argebi masih syok atas semua kejadian yang menimpa. Belum bisa mencerna apapun yang terjadi didepan mata.Yang ia harapkan hanyalah bisa melihat masadepan seperti dulu. Ternyata tidak mengetahui kejadian buruk seperti ini jauh lebih mengguncang mentalnya dari pada mengetahui dari awal.Setidaknya tidak mengejutkan untuk jantung.Kejadian demi kejadian terekam jelas dimemori ingatan Argebi. Mulai dari pertemuan pertama kali dengan Setta, menolongnya, tinggal bersama membuat sebuah memori sedikit indah untuk dikenang. Lalu? mengapa akhir dari sebuah kebusukan telah terbongkar menghancurkan hati yang utuh. Hati mulai merapuh meratap tidak percaya.Jika orang yang dipercaya aka
Rafael mengemudikan audi putih dengan kencang saat melihat Setta membawa Argebi secara paksa.Sudah menduga, jika Setta bukan lelaki baik-baik. Dari tatapan pertama kali hingga ia tau Setta anak pemilik sekolah. Sedangkan pemilik sekolah ini bisa dibilang tidak pernah ter-ekspos ke media ataupun publik.Itu karena kedua orangtua Setta memiliki gangguan jiwa. Maka Setta lah yang meneruskan untuk memimpin sekolah. Tapi tidak bisa dipungkiri jika Setta bukannya meneruskan tapi malah mengabaikan. Malah berencana membunuh semua orang. Dan itu Rafael dengar sebelum Setta maju menampak kan diri dihadapan semua siswa.Ia merencanakan pembunuhan di sekolahnya sendiri. Rafael bergegas mencari keberadaan Argebi, dan ia mendengar jika Rea menelvon saat itu. Demi keselamatan, Rafa membius Rea dan meletak digudang.Rafa berlari sekencang mungkin menuju toilet. Tidak lama suara tembakan yang memakan korban ratusan orang terdengar memekakkan. Rafael membelala
Sebagian malam sudah termakan oleh waktu. Menjelang pagi, Setta dan Argebi tertidur dengan posisi Gebi meletakkan kepalanya dikedua paha milik Setta yang tidur terduduk.Sungguh, Setta fikir akan ada jalan lain dilorong ini. Tapi ternyata tidak sama sekali. Hanya ada terowongan panjang dengan jalan buntu diujung. Setidaknya mereka bisa menyelamatkan diri dari segala yang mengancam.Tidak tau apa yang terjadi diluar sana. Tapi firasat Setta mengatakan kalau bahaya menyapa keduanya berharap menyambut kedatangan dukacita dengan senyum gembira."Ar, bangun"Mata abu terbuka lebar, sebenarnya Gebi tidak pulas dalam tidurnya. Tapi tetap memejamkan mata mencoba berpikir positif kalau mereka baik-baik saja. Duduk dari pembaringan, mengucek mata yang belum terbuka sempurna."Ayo kita keluar"Setta berdiri dan mengapit jari jemari Gebi ditangan miliknya. Berharap jika semua yang didengar hanyalah kembang api yang diledakan. Bersuka cita hingga tawa re
Jam berputar hingga menunjukkan larut malam. Rea tidak kunjung datang, dan Argebi sedari tadi duduk di ubin dingin sembari melihat kesana kemari.Mencari keberadaan Rea, atau bahkan murid lain yang akan ketoilet sebelum tidur. Argebi mendesah kecewa tidak ada satupun orang yang datang untuk menolongnya.Mengarah ke Setta, terpejam sambil menyenderkan punggung ketembok. Bagaimana bisa orang terpenting hilang tidak ada yang mencarinya?"Setta, telvon guru""Aku tidak bawa handphone" Argebi menyernyit heran merasa lelah. Ia ingin bersenang-senang dihari ulangtahun sekolah tapi mengapa sekarang malah terjebak ditoilet bersama Setta."Aku berkata pada mereka kalau aku pulang"Rasa sesak semakin menguasai dada. Bermalam ditempat yang gelap apa itu bisa menyenyakkan tidur?, tentu tidak. Argebi tidak bisa tidur dalam posisi panik.Siapa yang mengunci? batin Gebi sedari tadi bergejolak ingin tau. Sebanyak itu orang yang jijik terhadap di