Share

Bab 4

Penulis: Jalita Haira
"Dua puluh triliun?"

Leon tanpa ragu berkata, "Oke!"

Tiga tahun lalu, setelah dirinya dijebak dan diberi obat, ada seorang gadis yang tetap menyelamatkan nyawanya meski dia sendiri terluka parah.

Setelah semalaman mereka bersama, gadis itu sudah menghilang tanpa jejak setelah pagi datang.

Malam itu begitu gelap sehingga Leon tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dia hanya bisa mencium aroma obat yang samar, mirip dengan aroma obat tradisional tertentu.

Setelah kejadian itu, dia menyelidiki, hingga akhirnya menemukan Keluarga Lenova.

Mia yang sejak kecil lemah dan sering sakit, sudah terbiasa mengonsumsi obat tradisional.

Menurut penuturan langsung dari Mia, pada hari insiden itu terjadi, dia sedang diculik. Ketika akhirnya berhasil melarikan diri, dia bertemu dengan Leon.

Tanpa memedulikan keselamatannya sendiri, Mia dengan tubuh penuh luka menyerahkan kesuciannya untuk menyelamatkan Leon.

Saat itu, Mia baru berusia delapan belas tahun.

Karena telah menyelamatkan nyawanya, Leon berjanji akan menikahinya. Meski neneknya tidak setuju, Leon bersikeras untuk tetap bersamanya. Namun, tiba-tiba muncul Violet yang asal-usulnya tidak jelas.

Violet mengatur sebuah skenario untuk tampil sebagai pahlawan, hingga berhasil memenangkan hati neneknya, lalu perlahan mendorong neneknya untuk memaksa Leon menikahinya.

Setelah tujuannya tercapai, Violet memandang Mia sebagai duri dalam daging, selalu mencari masalah dengannya. Belakangan ini, dia bahkan bertindak makin kelewatan. Pertama dia menculik, lalu meracuni Mia.

Jangankan lagi 20 triliun, meski dokter sakti itu meminta lebih banyak lagi, Leon bersedia membayarnya. Karena dia merasa terlalu banyak berutang pada Mia.

**

Di sisi lain, begitu Sheva menerima balasan, dia segera memberi tahu Violet, "Bos, mereka setuju."

Setuju ....

Bohong jika Violet mengatakan tidak merasakan apa-apa di hatinya. Setelah mencintai pria itu begitu lama, dia tak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya. Apakah jika dia yang diracuni, Leon juga akan melakukan hal yang sama?

Tidak, tentu saja itu tidak akan terjadi!

Leon pasti berharap dia cepat mati, agar tak ada lagi yang menghalanginya bersatu dengan Mia.

Violet mengepalkan tangannya, menahan rasa sakit yang menghantui hatinya, lalu berujar, "Setuju!"

Ini uang 20 triliun. Jika memang Leon begitu kaya dan bodoh, mengapa tidak dia manfaatkan?

Namun ....

Siapa sebenarnya yang meracuni Mia?

Apa tujuan mereka?

Selain itu, masih ada masalah penculikan sebelumnya, yang hingga kini belum terpecahkan meski telah diselidiki secara diam-diam.

Tentu semua ini ada kaitannya.

Sepertinya malam ini Violet perlu pergi ke rumah sakit untuk memeriksa jenis racun yang menginfeksi Mia agar dapat menemukan petunjuk lebih lanjut.

Malam itu, ketika suasana sunyi menyelimuti.

Violet mengenakan seragam perawat yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Sheva, lalu menyelinap masuk ke kamar tempat Mia dirawat.

Gadis yang terbaring di ranjang tampak sangat pucat, dengan napas yang lemah.

Melihat kondisinya, sepertinya Leon pasti sangat khawatir.

Katanya, Mia pernah menyelamatkan Leon. Oleh karena itu, pria itu begitu peduli padanya.

Jika dipikir-pikir, sebenarnya mereka berdua cukup mirip. Leon juga masuk ke hatinya sejak malam saat Violet menyelamatkannya.

Violet tersenyum sinis pada dirinya sendiri.

Dulu dia berusaha keras menikah dengannya karena mengira Leon masih lajang.

Lagi pula, rumor mengatakan bahwa Leon tidak tertarik pada perempuan, hanya fokus pada pekerjaan, sampai neneknya sendiri mencurigainya sebagai seorang penyuka sesama jenis!

Baru setelah menikah, Violet tahu bahwa ternyata Leon memiliki seorang gadis yang disukainya. Hanya saja, neneknya tidak menyetujui gadis itu, sehingga tidak pernah menyebutkan Mia di hadapannya.

Tiga tahun yang lalu, saat Violet memanfaatkan neneknya, sebenarnya neneknya juga memanfaatkannya.

Mengingat wanita tua yang cerdik itu, Violet tersenyum simpul, lalu berpikir, "Ternyata memang benar, makin tua makin ahli!"

Tanpa membuang waktu, Violet meraih pergelangan tangan Mia untuk memeriksa nadinya.

Keningnya langsung berkerut. Pola denyut nadi ini sangat mirip dengan ....

Benar!

Tatapannya berubah seketika.

Kemudian, Violet mengeluarkan tabung vakum untuk pengambilan sampel darah dari sakunya, mengarahkan jarum pada salah satu pembuluh darah di lengan kiri Mia. Ketika hendak menusukkan jarum, tangannya tiba-tiba ditangkap seseorang.

Dengan seluruh kekuatannya, Mia mencengkeram pergelangan tangan Violet, lalu bertanya, "Siapa yang mengirimmu?"

Petugas medis yang keluar masuk kamar ini semua sudah ditentukan. Dia juga mengenal mereka dengan baik. Jadi dalam sekali pandang, Mia tahu orang di depannya ini sangat mencurigakan!

Menyadari Mia sudah sadar, Violet tidak terlalu peduli. Dia melepaskan cengkeraman tangan Mia, lalu melanjutkan tindakannya.

Ketika melihat ujung jarum yang tajam hampir menembus lengannya, Mia segera mendorong Violet, cepat-cepat duduk dari tempat tidurnya, lalu meraih tombol panggilan di kepala ranjang.

Namun, sebelum sempat menyentuhnya, lengannya ditekan ke dinding.

Meski wajah Violet sebagian besar tertutup masker, sorot mata yang dingin dan tajam itu bagai pedang yang menyiratkan niat membunuh.

Mia jadi makin panik. "Aku adalah wanita yang paling dicintai oleh Leon! Kalau kamu berani menyakitiku, dia pasti nggak akan melepaskanmu ...."

"Plak!"

Violet menampar wajah Mia, mencengkeram dagunya dengan keras, lalu berkata, "Kalau nggak mau mati, diamlah!"

Wajah Mia terasa perih akibat tamparan itu, sementara dagunya hampir remuk dalam genggaman Violet. Namun, dari ucapannya, sepertinya wanita ini tidak berniat membunuhnya.

Sedikit demi sedikit, rasa takut di hati Mia mereda. Dia pun berhenti melawan.

Begitu Mia tidak lagi memberontak, Violet melepaskan cengkeraman di dagunya.

Kemudian, dia memasukkan jarum, mengambil sampel darah, lalu segera mencabut jarumnya tanpa memedulikan luka yang masih mengeluarkan darah.

Setelah mengalami penghinaan sebesar ini, mana mungkin Mia tinggal diam? Dia dengan cepat menekan tombol panggilan. "Seseorang ingin membunuhku ...."

Baru saja hendak berbicara, leher Mia langsung dicekik.

Kecepatan wanita itu begitu cepat, hingga membuat Mia terkejut.

"Awalnya aku nggak berniat membunuhmu ...." Sambil berbicara, jari-jari Violet makin kencang mencengkeram. Dia melanjutkan, "Tapi kalau kamu sudah bosan hidup, aku akan mengabulkannya!"

Dia tidak berusaha menakut-nakuti Mia, karena Violet benar-benar memiliki niat membunuh.

Sebenarnya, Mia bukanlah orang yang baik. Dia sangat ahli dalam berpura-pura.

Selama tiga tahun terakhir, dia telah berulang kali melakukan tipuan.

Violet selalu menahan diri hanya karena Mia adalah wanita kesayangan Leon. Namun, sekarang ....

Dia tidak peduli!

Lagi pula, ini adalah balasan yang harus diterima Mia.

Di hadapan para penculik, kalau bukan karena Violet melindunginya, Mia tidak akan bisa bertahan sampai Leon datang menyelamatkannya.

Melihat Mia yang wajahnya memerah karena sulit bernapas, serta pembuluh darah di dahinya satu per satu menonjol keluar, tatapan membunuh di mata Violet makin jelas.

Hanya dengan sedikit kekuatan lagi, nyawa Mia akan berakhir!

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki.

Jaraknya tidak dekat, orang biasa tidak akan bisa mendengarnya, tetapi Violet yang memiliki pendengaran tajam mendengar semuanya dengan jelas.

Leon!

Dia merasa sedikit muak saat menyadari betapa dia mengenal Leon dengan sangat baik.

Langkah kaki itu terdengar makin dekat. Matanya yang bagaikan air danau tiba-tiba menjadi gelap, lalu dia memukul Mia hingga pingsan.

Bagaimanapun juga, Mia bernilai 20 triliun. Violet tidak perlu menyia-nyiakan uang ini!

Setelah menggerakkan pandangan matanya, Violet membuka pintu balkon, lalu menyelinap ke kamar mandi.

Detik berikutnya, pintu pun terbuka.

Leon melangkah masuk. Matanya yang hitam tertuju pada pintu geser balkon yang terbuka.

Keningnya berkerut, lalu dia memberi perintah pada Joshua yang mengikutinya, "Tutup pintunya ...."

Namun, sebelum sempat menyelesaikan kata-katanya, terdengar suara jeritan.

"Ah ...."

Mia yang merasa dirinya pasti akan mati, tiba-tiba membuka matanya. Dia menatap kosong ke langit-langit dengan wajah penuh ketakutan, terengah-engah dengan napas berat.

"Apa aku membangunkanmu? Beberapa hari ini aku terlalu sibuk, jadi belum sempat menjengukmu. Bagaimana keadaanmu?"

Leon berjalan ke sisi tempat tidur. Ketika melihat wajah Mia yang tampak tidak baik, dia bertanya, "Mimpi buruk?"

Saat menoleh dan melihat Leon, Mia langsung memeluknya, menunjukkan bekas cekikan di lehernya serta bekas suntikan di lengannya. Dia berujar, "Paman, barusan ada seorang wanita yang menyamar jadi perawat. Dia mengambil darahku, lalu berusaha mencekikku sampai mati."

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ninuk Besole
aku sangatsuka..karakter wanita yg tangguh
goodnovel comment avatar
Retno Setyorini
rasakan mia sekali kali di cekik violet enak kan
goodnovel comment avatar
sarifah nur
ceritanya bagus.... endingnya susah d tebak....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 5

    Tatapan tajam Leon kembali mengarah ke balkon, memberi Joshua isyarat dengan pandangan matanya.Joshua memeriksa sekeliling, "Pak, nggak ada siapa-siapa di sini!""Panggil dokter." Mata Leon berubah menjadi dingin. Dia menambahkan, "Beri tahu pihak rumah sakit untuk menutup semua pintu keluar. Hanya boleh ada masuk, nggak boleh ada yang keluar!""Baik!"Setelah diperiksa oleh dokter dan dipastikan bahwa orang itu hanya mengambil darahnya tanpa melakukan hal lain, hati Mia yang semula waspada akhirnya merasa sedikit tenang.Orang yang datang tidak diketahui asal-usulnya. Mengingat kondisinya yang rentan, tentu saja dia merasa takut.Namun, dia tidak mengerti, kenapa orang itu bersusah payah mengambil darahnya?Namun ....Air mata Mia mengalir begitu dia menoleh menatap Leon. Dia berkata, "Paman, sebenarnya ada beberapa hal yang seharusnya nggak aku katakan. Tapi dia benar-benar sudah keterlaluan."Ini adalah kesempatan yang bagus untuk menimpakan segalanya pada Violet, jadi dia tidak ak

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 6

    Wanita itu berbalik untuk menghadapnya. Begitu melihat dengan jelas wajahnya, wajah tampan Leon seketika menjadi sangat muram.Punggung wanita itu memang mirip dengan Violet, tetapi wajahnya sama sekali berbeda.Penampilannya biasa saja, jauh dari kecantikan luar biasa yang dimiliki Violet.Ketika menyadari bahwa dirinya sempat menganggap Violet cantik, wajah Leon menjadi makin muram."Tampan, caramu mendekati orang unik sekali. Kamu punya gaya sendiri, aku suka."Wanita itu menyandarkan dirinya ke arah Leon, lalu melanjutkan, "Rumahku ada di dekat sini, bagaimana kalau kita ....""Salah orang."Saat Leon mundur, wanita itu hampir terjatuh. Namun, dia tidak terlihat kesal, malah kembali mendekat sambil berujar, "Jangan malu-malu. Kita berdua ini sudah dewasa, nggak perlu sungkan."Sebuah tatapan dingin diarahkan pada Joshua yang mengikuti dari belakang.Joshua segera maju untuk mengatasi situasi tersebut.Setelah keduanya pergi dengan mobil, Violet naik ke mobil Sheva, lalu dengan perl

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 7

    Di rumah sakit.Begitu Leon masuk, Mia langsung memeluknya dengan erat.Wanita itu seperti seekor ular tanpa tulang, menggeliat di dalam pelukannya sambil berkata, "Paman, aku merasa nggak nyaman .... Benar-benar nggak nyaman ....""Di mana yang terasa nggak nyaman?" Leon mengulurkan tangan, mencoba mendorongnya, tetapi ini malah membuat Mia makin erat memeluknya."Di seluruh tubuhku ...." kata Mia sambil menggenggam tangan Leon, lalu menempelkannya ke dadanya. Dia melanjutkan, "Terutama di sini, seperti ada banyak semut yang merayap. Rasanya gatal dan sangat nggak nyaman.""Paman, tolong aku ... selamatkan aku!"Keadaan Mia ini jelas tidak normal. "Aku akan memanggil dokter untukmu," ucap Leon."Nggak, aku nggak mau dokter, aku hanya mau kamu." Mia memeluk Leon erat-erat seperti tumbuhan merambat yang melilit, bahkan mulai membuka kancing bajunya. Mia berkata, "Paman, tolong aku. Cepatlah, aku benar-benar merasa nggak nyaman .... Kalau kamu nggak menolongku, aku benar-benar akan mati

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 8

    Saat masker itu hampir saja ditarik, Violet dengan cepat mencabut jarum perak dari pinggangnya, lalu langsung menusukkannya ke telapak tangan Leon."Hiss ...."Rasa sakit tajam menyebar di telapak tangannya, memaksa Leon menarik kembali tangannya. Violet memanfaatkan kesempatan itu untuk melompat langsung dari balkon.Melihat wanita itu mendarat dengan stabil dari ketinggian lantai 11, mata hitam pekat Leon menyiratkan kekaguman sekaligus sorotan yang tajam.Dia mengeluarkan ponselnya, membuka halaman yang menunjukkan titik merah kecil.Sebenarnya, dia sudah menyadari bahwa di dalam kamar rawat ada orang lain selain dirinya dan Mia.Tepat ketika Mia bersiap melepaskan pakaian, ada suara dari dalam lemari.Meski suara itu sangat pelan dan hanya sekejap, Leon tetap menyadarinya.Tadi dia sengaja keluar untuk memancing musuh keluar dari persembunyian.Melihat titik merah di pelacak, mata hitam Leon menyipit. "Violet, sebaiknya bukan kamu dalang dibalik semuanya. Kalau nggak ...."**Viole

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 9

    Untuk undangan biasa, Leon mungkin tidak akan hadir secara pribadi, tetapi untuk Keluarga Hardi ....Leon harus memberikan sedikit penghormatan.Siapa sangka, begitu masuk ke rumah Keluarga Hardi, dia akan melihat sosok yang sangat mirip dengan Violet.Hampir secara naluriah, dia langsung mengejarnya.Wanita itu memiliki kewaspadaan tinggi. Hanya dalam waktu singkat, Leon sudah kehilangan jejaknya.Ini tidak seperti Violet. Wanita itu tidak secerdik ini, bahkan terkadang agak kikuk.Apakah dia salah mengenali orang lagi?Benar juga. Wanita itu hanyalah anak yatim piatu tanpa keluarga. Bagaimana mungkin dia punya hubungan dengan Keluarga Hardi?Orang tadi jelas sudah sangat familiar dengan rumah Keluarga Hardi.Tampaknya dia memang salah mengenali orang lagi.Sama seperti saat di pintu bandara waktu itu.Sudah dua kali hal ini terjadi. Mengapa ada begitu banyak orang yang terlihat mirip dengan Violet dari belakang? Bahkan Elang Merah itu pun juga. Atau mungkin semua wanita memang terlih

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 10

    Taman Bangau.Ini adalah sebuah resor bergaya paviliun yang menggabungkan restoran, tempat rekreasi, serta tempat hiburan.Waktu pengobatan dijadwalkan pada hari Senin, jadi Violet datang sehari sebelumnya untuk melakukan persiapan.Sebenarnya, dia cukup melakukan ini dengan menelepon saja. Namun, dia sengaja datang karena di tempat ini ada seseorang yang ingin dia temui. Orang itu juga ingin menemuinya.Begitu memasuki aula, Violet melambaikan tangan memanggil seorang pelayan muda yang mengenakan pakaian tradisional, "Aku mau pesan ruang VIP nomor satu.""Maaf, ruang VIP nomor satu nggak bisa dipesan oleh tamu umum."Violet berpura-pura bertanya, "Kenapa?"Pelayan pria itu menjelaskan, "Ruangan VIP ini adalah ruang eksklusif yang disediakan oleh pemilik kami untuk tamu istimewa. Sejak resor ini dibuka, ruangan ini nggak pernah dipesan oleh orang luar. Kalau kamu ingin memesan ruang VIP, silakan pilih salah satu ruangan lain selain ruang nomor satu ini."Violet mengangkat alis sambil b

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 11

    "Kak Violet?"Loren mengusap matanya seraya berseru, "Ternyata itu benar kamu!"Karena sudah tertangkap basah, jadi tidak bisa melarikan diri.Jejak kekesalan melintas di mata Violet.Karena berpikir sedang ada di wilayah sendiri dan tidak perlu berpura-pura. Siapa yang tahu bahwa secara kebetulan, Violet justru bertemu dengan mantan saudara iparnya sendiri.Nasib antara mereka berdua dan takdir Violet benar-benar membuat wanita itu tidak bisa berkata-kata.Setelah menenangkan diri, Violet mengerucutkan bibirnya pelan sambil menyahut, "Loren, kebetulan sekali.""Benar, kebetulan sekali!" seru Loren sambil berlari ke arah Violet. Wanita itu meraih tangannya dan berkata, "Kak Violet, aku sudah mencarimu selama berhari-hari. Aku nggak menyangka akan bertemu denganmu di sini."Saat melihat Violet, Loren terkejut dan juga bahagia. Wanita itu tidak bisa menahan kegembiraannya.Alasan mengapa Loren ada di sini hari ini adalah karena seorang temannya melihatnya dalam suasana hati yang buruk, l

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 12

    Saat melihat teko teh yang terbang ke arahnya, mata hitam Leon langsung menjadi gelap.Awalnya tidak sulit bagi Leon untuk menghindar. Akan tetapi, begitu kejadian itu terjadi, Leon mendorong Loren untuk menjauh darinya, jadi dia melewatkan waktu terbaik untuk menghindar.Loren yang sudah didorong, sontak memanggil dengan cemas, "Kak ...."Bertha tampak terlihat bersalah, tetapi di dalam hatinya dia sangat menantikannya.Tehnya baru saja dibuat dan hari ini wajah Leon tidak akan bisa diselamatkan.Jika bukan karena khawatir, bosnya akan tetap menyimpan bajingan ini di dalam hatinya. Ini semua tidak hanya akan merusak wajah Leon, tetapi juga mengakhiri hidupnya sebagai bajingan.Tepat ketika semua orang, termasuk Leon sendiri, mengira sedang dalam bahaya. Teko yang hanya berjarak beberapa meter dari wajah Leon itu, tiba-tiba ditangkap oleh sepasang tangan.Tangannya ramping, seputih batu permata dan langsung menangkap teko itu dengan kuat.Leon menatap pada wanita yang sudah menghalangi

Bab terbaru

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 388

    Nenek belum sempat bicara, Leon sudah lebih dulu membuka mulut, "Aku antar kamu pulang!"Menerima isyarat darinya, Violet mengangguk, "Baik!"Baru saja mereka pergi, Lukas yang terkenal suka bergosip langsung mulai menyebar gosip, "Kalian lihat, 'kan? Mereka saling melempar pandang. Terutama sikap Violet pada Leon, dulu 'kan mereka selalu berdebat. Tapi sekarang, dia malah terlihat begitu lembut. Apa ini berarti hati Violet mulai hidup kembali untuk Leon?"Loren setuju dan mengangguk, "Aku juga merasa begitu. Sikap Kak Violet pada kakakku kali ini jauh lebih baik dari sebelumnya.""Kalau ini terjadi dulu, kakakku bilang mau antar, jangankan setuju, mungkin dia malah akan menyindir kakakku. Tapi tadi, dia sama sekali nggak berkata apa-apa dan langsung setuju."Nenek juga merasa hal yang sama, "Memang ada yang berbeda!"Lukas makin bersemangat, "Kalau begini terus, bukan nggak mungkin kita bisa segera hadiri pernikahan mereka!"Di sepanjang jalan menuju gerbang, Violet beberapa kali bers

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 387

    Rombongan mereka kembali ke Kota Bona, dan Violet ikut kembali ke rumah lama Keluarga Jiwono bersama Leon.Bagaimanapun juga, Violet harus menyerahkan Leon langsung ke neneknya.Soal racun di tubuhnya ....Saat masih di pulau, ketika Lukas pergi menjemput Leon, Violet sudah memeriksa denyut nadinya.Dari denyut nadinya, memang menunjukkan bahwa Leon diracuni, dan racunnya cukup kuat. Namun, untuk jenis racunnya, masih belum jelas.Butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahuinya.Namun, satu hal yang pasti, itu jelas racun kronis, jika tidak, Leon pasti sudah mati keracunan.Ini agaknya bukan gaya Adis. Mengingat Adis sudah menyeret Leon ikut mati bersamanya, mengapa di saat-saat terakhir hidupnya, dia tidak langsung membuat mereka mati bersama?Apakah itu karena Adis hanya memiliki racun jenis ini?Karena racun ini tidak langsung mematikan, lebih baik membawa Leon pulang dulu untuk menemui neneknya. Kalau tidak, bisa-bisa neneknya menangis sampai matanya buta.Beberapa hari terakhir

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 386

    Beberapa saat yang lalu ketika di pesawat, Lukas menerima telepon dari Violet yang memintanya pulang untuk menjemput Leon. Dirinya sempat curiga kalau itu hanya mimpi karena dirinya terlalu merindukan Leon.Saat ini, walau wajah Leon terpampang di depannya, Lukas masih kurang yakin.Dengan cepat melangkah maju, Lukas mencubit lengan Leon, "Sakit nggak?"Leon mengerutkan kening, "Menurutmu?""Kalau sakit, berarti aku nggak sedang mimpi!"Sambil berbicara, Lukas tiba-tiba memeluk Leon erat-erat, "Leon, kamu kejutkan aku! Aku tahu kamu nggak mungkin mati semudah itu!"Namun, Leon yang tidak sabar dengan sentuhan itu segera menepiskan Lukas, memperlihatkan ekspresi tak senang, "Kalau mau bicara, bicara saja! Jangan pegang-pegang!""Wah wah wah, baru 'mati' beberapa hari saja, kamu sudah jadi begitu angkuh. Padahal dulu kita sering tidur di ranjang yang sama!"Makin Leon menghindar, makin Lukas sengaja mengulurkan tangan untuk menyentuhnya.Wajah Leon menjadi makin serius, "Lukas, kamu suda

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 385

    Begitu menghadapi pertanyaan Violet, Leon tersenyum pahit. "Karena umurku nggak akan lama lagi, lebih baik aku biarkan kalian memperlakukanku seolah-olah aku sudah mati!""Apa maksudmu umurmu nggak akan lama lagi?"Violet menatapnya dari atas ke bawah dengan nada mengejek, "Hanya peluru yang mengenai perut saja. Sebagai pemimpin Pasukan Yeager, apa kamu akan mati hanya karena luka sekecil itu?"Leon pasti sama seperti dirinya yang menderita banyak sekali luka, baik besar maupun kecil, tapi masih hidup dan sehat.Selain itu, ada Violet. Kecuali sudah tidak bisa lagi ditolong dengan obat, Violet masih bisa menolongnya.Leon menatap Violet dengan enggan. "Adis meracuniku sebelum meninggal!""Adis sudah meninggal?""Ya!" Leon mengangguk. "Setelah menyeretku ke dalam air hari itu, mungkin sudah menghabiskan terlalu banyak energi. Saat berenang ke mekanisme di kedalaman laut yang mengarah ke pulau itu, Adis sudah nggak punya banyak kekuatan yang tersisa.""Aku memanfaatkan kesempatan itu unt

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 384

    Sayangnya Sandy sudah meninggal dan dibunuh oleh Adis sendiri.Saat Violet menemukannya, Sandy sudah meninggal.Hanya mata yang tidak terpejam yang dipenuhi rasa bersalah serta penyesalan.Bagaimanapun Sandy sudah lama bersamanya, jadi Violet tidak menyimpan dendam dan menyuruh Sheva serta Bertha menguburkan Sandy.Violet tetap di pulau itu.Pasti ada sebuah mekanisme di sini, tapi belum ditemukan saja. Mungkin mereka berdua belum mati.Jadi Violet tidak berencana meninggalkan pulau itu sampai menemukan mereka berdua.Setelah berkeliling pulau, Violet menemukan bahwa pulau ini dibangun oleh Adis sesuai dengan kesukaannya.Saat masih sangat muda, Violet pernah bilang bahwa dirinya mempunyai mimpi, yaitu membeli pulau sendiri dan menanam banyak bunga di pulau itu.Lalu peliharalah beberapa hewan kecil yang lucu, seperti burung, anjing, kucing dan yang lainnya.Pulau ini ada semua yang dikatakannya.Violet secara alami dapat merasakan cinta Adis padanya.Namun, Violet benar-benar tidak me

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 383

    Violet tidak pernah menyangka Adis bisa begitu gila hingga memilih mati bersama Leon.Aliran airnya sangat deras, dalam sekejap keduanya tersapu jauh.Violet melihat Leon meronta, Adis menggunakan tangan dan kakinya untuk memegangnya erat-erat guna mencegahnya melarikan diri.Leon sudah terluka, energinya juga sudah terbuang banyak, jadi perlawanannya tidak berguna bagi Adis lagi ....Violet menundukkan kepalanya dan bersiap untuk melompat turun ...."Violet, kalau kamu berani melompat turun, aku akan membunuh Leon sekarang juga!" Adis mengarahkan pistolnya ke dahi Leon untuk mengancam Violet.Begitu melihat Violet benar-benar berhenti, Adis merasa semakin kesal. "Sampai saat ini orang yang kamu sayang masih Leon!"Dari awal hingga akhir, matanya terpaku pada Leon, matanya penuh kekhawatiran terhadap Leon.Perbedaan sikap Violet ini membuat Adis semakin sakit hati. Pada saat ini, Adis akhirnya memahami kesenjangan antara dirinya dan Leon.Meskipun Violet mengaku bahwa dirinya tidak lag

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 382

    Saat hendak menembak Leon, Adis tiba-tiba mendengar deru helikopter.Jelaslah bahwa Violet mengejarnya. Adis menunduk dan tiba-tiba tertawa, "Leon, kamu lebih peduli pada Violet daripada keselamatanmu sendiri! Aku nggak tahu apa ada Violet saat helikopter ini mendarat.""Bagaimana kalau aku menambaknya jauh-jauh?""Adis, katakan padaku, apa maumu?"Entah ada Violet atau tidak, tidak bisa bercanda dengan menyangkut nyawa, apalagi kemungkinan besar ada teman baiknya, Lukas dan Jerry!"Haha, kamu sudah tahu, jadi aku nggak akan bertele-tele denganmu. Aku ingin membuat kesepakatan denganmu. Aku akan menggunakan nyawamu sebagai ganti nyawa semua orang di helikopter. Kesepakatan ini sama sekali nggak akan merugikanmu!"Ya, ini adalah kesepakatan yang pasti menguntungkan, tapi ...."Apa kamu sudah memikirkannya? Kesabaranku terbatas. Aku memberimu waktu tiga detik ....""Seharusnya waktu ini untukmu saja!"Sebelum Leon sempat menjawab, Violet tiba-tiba muncul di belakangnya.Adis menatap Viol

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 381

    Sandy sebenarnya juga ingin menguji untuk melihat apakah Adis benar-benar tidak mempunyai perasaan sama sekali padanya.Meskipun sudah tahu jawabannya, Sandy masih ingin mencobanya sekali lagi.Alhasil, Adis tiba-tiba tersenyum pada Sandy yang tampak sudah siap mati lalu berkata, "Baiklah, karena kamu ingin mati, sekarang aku akan mengabulkan keinginanmu!"Hampir tanpa ragu, Adis siap untuk menembak. Pada saat ini, Leon menggunakan seluruh kekuatannya untuk berdiri dan langsung bergegas menuju Adis.Setelah mendorong Adis mundur beberapa langkah, Leon berkata pada Sandy, "Pergi!"Meskipun sudah tidak berdaya, Leon tetap berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkannya.Sambil mengerutkan kening, Sandy mengeluarkan penawar racun dari sakunya dan menyerahkannya pada Leon, "Kali ini, setelah kamu meninggalkan tempat ini dan menemui bos, bantu aku meminta maaf padanya."Setelah mengatakan itu, Sandy berlari ke arah Adis, yang berjalan ke arah mereka dengan ekspresi marah di wajahnya dan memel

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 380

    Adis tidak mendengarkannya lagi. "Enyahlah, ini nggak ada hubungannya denganmu. Kamu harusnya paham identitasmu sendiri. Jangan berpikir bahwa identitasmu berbeda hanya karena kamu sudah tidur denganku beberapa kali. Dari awal hingga akhir, kamu hanyalah seekor anjing bagiku. Apa pun yang aku lakukan, bukan hakmu untuk ikut campur!"Kata-katanya begitu kejam sehingga bahkan Leon tidak tahan mendengarnya. Namun, Leon tidak berhak mengatakan apa pun karena telah memperlakukan Violet dengan cara yang sama di masa lalu!Begitu memikirkan kata-kata tak berperasaan yang diucapkannya kepada Violet, Leon merasa menyesal lagi.Wajah Sandy yang tadinya pucat kini menjadi semakin pucat, tapi terus membujuknya, "Dulu kamu nggak seperti ini. Aku masih ingat dirimu yang dulu yang sangat ceria, memberikan kesan yang sangat hangat pada semua orang, tapi lihatlah dirimu sekarang?""Saat kamu melihat ke cermin, kamu mungkin bahkan nggak mengenali dirimu sendiri!""Diam!"Sandy seakan tidak mendengar dan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status