Share

Bab 7

Author: Jalita Haira
Di rumah sakit.

Begitu Leon masuk, Mia langsung memeluknya dengan erat.

Wanita itu seperti seekor ular tanpa tulang, menggeliat di dalam pelukannya sambil berkata, "Paman, aku merasa nggak nyaman .... Benar-benar nggak nyaman ...."

"Di mana yang terasa nggak nyaman?" Leon mengulurkan tangan, mencoba mendorongnya, tetapi ini malah membuat Mia makin erat memeluknya.

"Di seluruh tubuhku ...." kata Mia sambil menggenggam tangan Leon, lalu menempelkannya ke dadanya. Dia melanjutkan, "Terutama di sini, seperti ada banyak semut yang merayap. Rasanya gatal dan sangat nggak nyaman."

"Paman, tolong aku ... selamatkan aku!"

Keadaan Mia ini jelas tidak normal. "Aku akan memanggil dokter untukmu," ucap Leon.

"Nggak, aku nggak mau dokter, aku hanya mau kamu." Mia memeluk Leon erat-erat seperti tumbuhan merambat yang melilit, bahkan mulai membuka kancing bajunya. Mia berkata, "Paman, tolong aku. Cepatlah, aku benar-benar merasa nggak nyaman .... Kalau kamu nggak menolongku, aku benar-benar akan mati ...."

Ketika melihat kancing bajunya hampir terbuka, Leon langsung menggenggam tangannya, lalu berkata, "Mia, tenanglah ...."

"Aku nggak bisa tenang ...." Mia berkata sambil mencoba mencium bibir Leon, "Paman, Paman ...."

Tepat ketika dia hampir berhasil, Leon tiba-tiba mendorongnya keras hingga dia terjatuh ke lantai.

Penolakan sangat jelas dalam tindakannya, meski dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Cahaya dingin melintas dengan cepat di mata Mia. Namun, ketika dia mengangkat wajahnya, yang tampak hanya kesedihan. "Paman, apa kamu membenciku?" tanya Mia.

Leon tidak menjawab, juga tidak membantu Mia bangun. Dia malah berbalik, lalu berujar, "Aku akan memanggilkan dokter."

Mia tidak memberinya kesempatan untuk pergi. Dia cepat-cepat bangkit, memeluknya dari belakang, lalu mulai merayu, "Aku sudah bilang, aku nggak mau dokter. Aku hanya mau kamu! Paman, apa kamu nggak menginginkanku?"

"Mia, kondisimu ini nggak normal." Leon mengerutkan bibirnya dengan erat. "Kamu harus diperiksa oleh dokter untuk melihat ada apa sebenarnya."

"Dokter nggak bisa menyembuhkanku, hanya kamu yang bisa menolongku." Tingkah Mia makin nekat. Sambil berbicara, dia mulai melepaskan pakaiannya sendiri. "Selamatkan aku, aku mohon."

Ketika Mia mengira dia hampir berhasil, tiba-tiba bagian belakang kepalanya terasa sakit. Kemudian, dia pun pingsan.

Violet yang sejak tadi bersembunyi di balik lemari, menarik kembali jarum perak yang nyaris dia lepaskan.

Ini bukan untuk membantu Leon. Dia hanya tidak ingin menyaksikan pemandangan yang tidak diinginkan. Takut hal itu bisa merusak pandangannya.

Namun, dia tidak menyangka bahwa Leon akan ....

Mia adalah wanita yang paling dicintainya, Violet tidak bisa memahami alasan pria itu malah membuatnya pingsan.

Kemudian, Leon menggendong Mia yang telah pingsan, meletakkannya di tempat tidur, lalu menekan tombol panggil untuk memanggil dokter.

Tak lama kemudian, dokter pun datang. Leon menjelaskan secara singkat tentang kondisi Mia tadi. Dia bertanya, "Apakah ini ada hubungannya dengan racun yang ada di tubuhnya?"

Setelah melakukan pemeriksaan singkat, dokter menyimpulkan, "Ya, tebakan Pak Leon benar. Racun yang mengenai Nona Mia memang sangat aneh."

"Saat keracunan terakhir kali, gejalanya nggak seperti ini. Sekarang tiba-tiba terjadi hal seperti ini. Di lain waktu, mungkin gejalanya akan berbeda lagi. Jadi kita harus segera mengatasinya."

Mengatasi racun ....

Elang Merah masih belum ditemukan. Mereka bahkan tidak mengangkat teleponnya.

Beberapa hari terakhir ini, Joshua terus mencoba menghubungi mereka, tetapi tidak ada satu panggilan pun yang dijawab.

Mengatasi racun ini jelas bukan hal yang mudah.

Untuk pertama kalinya, Leon merasa sudah dipermainkan oleh seorang wanita.

Keningnya berkerut saat dia berkata, "Cari cara untuk meringankan gejalanya sementara ini."

"Ini mungkin nggak akan mudah ...." Dokter menjelaskan, "Jenis racun ini belum pernah aku temui sebelumnya. Aku sama sekali nggak memahaminya. Aku khawatir kalau menggunakan obat lain, itu bukannya membantu meredakan gejalanya, malah akan memperburuk kondisinya. Jadi ...."

Dokter mengatupkan bibirnya sebelum melanjutkan, "Saat ini, mungkin cara yang paling aman adalah kalau Pak Leon sendiri yang membantu Nona Mia."

"Nggak mungkin!" Leon langsung menjawab tanpa berpikir. Dia melanjutkan, "Kalau memang nggak ada cara lain, gunakan saja obat penenang."

"Tapi itu mungkin saja berisiko ...."

"Setidaknya dengan begitu, dia bisa menjaga kesuciannya." Leon menatap Mia yang terbaring dengan mata tertutup. Suaranya terdengar rendah ketika dia berujar, "Aku nggak bisa membiarkannya diperlakukan seperti ini."

Ternyata ini bukan karena Leon tidak ingin menyentuhnya, melainkan dia tidak ingin Mia menjadi bahan gunjingan.

Violet teringat saat dia pergi ke kantor untuk mengantarkan dokumen yang tertinggal di rumah. Para karyawan di sana salah mengira bahwa dia hanyalah seorang asisten rumah tangga. Leon pun tidak menjelaskan apa pun dari awal hingga akhir.

Selama tiga tahun pernikahan mereka, Leon tidak pernah memberikan sedikit pun rasa hormat yang seharusnya diterima seorang istri. Namun, dia akan selalu melindungi Mia di setiap kesempatan.

Violet sebenarnya tidak ingin membandingkan, tetapi di momen-momen seperti ini, perasaan itu selalu muncul tanpa bisa dikendalikan.

Sungguh sia-sia menyaksikan drama yang membosankan ini. Dia pun memutuskan segera mencari kesempatan untuk pergi.

Kesempatan itu benar-benar datang di saat yang tepat.

Begitu dokter pergi keluar, ponsel Leon berdering.

Mungkin karena tidak ingin mengganggu tidur Mia, Leon membawa ponselnya keluar.

Violet memanfaatkan kesempatan ini untuk keluar dari lemari. Namun, baru saja dia melangkah keluar, Leon ternyata kembali masuk.

Yang satu di dalam, yang satu di luar, pandangan mereka pun bertemu.

Suasana seketika menjadi hening.

Violet dengan cepat bereaksi, langsung berlari ke arah balkon.

Gerakan Leon tidak kalah cepat. Dengan langkah panjang, dia langsung mengejarnya. Saat Violet hendak melompat dari balkon, dia berhasil menangkap bahunya, lalu menariknya kembali.

"Katakan, siapa yang mengirimmu ke sini?"

Violet tersenyum sinis, lalu membalas, "Rumah sakit adalah tempat umum. Tentu saja aku datang ke sini sesuka hati. Apa aku perlu izin darimu?"

Dia sama sekali tidak merasa khawatir Leon akan mengenali suaranya. Karena setiap kali keluar, Violet terbiasa menggunakan obat pengubah suara.

Ini bukan untuk menghindari Leon, tetapi lebih karena sudah menjadi kebiasaannya selama bertahun-tahun. Mengingat dia punya identitas yang harus dijaga agar tidak terbongkar.

Hari ini, seperti pada malam itu, dia hanya mengenakan masker tanpa penyamaran.

Namun, meski begitu Leon tidak mungkin akan menyadarinya. Karena Violet tidak akan memberinya kesempatan untuk mengetahuinya.

"Datang sesuka hati, ya ...." Leon mengencangkan cengkeramannya di bahu Violet, lalu menambahkan, "Kalau begitu, jangan harap bisa pergi."

"Hati-hati, anginnya sedang kencang saat ini! Jangan sampai lidahmu tergigit!" Violet dengan lincah mengelak dari cengkeramannya, lalu melancarkan pukulan tajam ke arahnya.

Leon bukan orang yang mudah ditindas. Dia pun dengan mudah menghindar dari serangan Violet.

Yang satu memukul, sementara yang lain menendang. Mereka terlibat dalam pertarungan yang sengit.

Setelah beberapa puluh jurus, wanita itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kekalahan. Leon tersenyum simpul sambil berujar, "Keterampilanmu bagus juga."

Violet juga tersenyum, lalu membalas, "Pak Leon juga nggak kalah hebat."

Tiba-tiba, Leon mulai menyerang bagian perut Violet dengan tatapan tajam.

Ketika menyadari hal itu, Violet memusatkan pertahanan di bagian perutnya. Namun, tanpa diduga, Leon tiba-tiba berputar, mengulurkan tangannya ke arah masker yang menutupi wajah Violet.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Leli Rote Aurelia
bagus lanjutkan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 8

    Saat masker itu hampir saja ditarik, Violet dengan cepat mencabut jarum perak dari pinggangnya, lalu langsung menusukkannya ke telapak tangan Leon."Hiss ...."Rasa sakit tajam menyebar di telapak tangannya, memaksa Leon menarik kembali tangannya. Violet memanfaatkan kesempatan itu untuk melompat langsung dari balkon.Melihat wanita itu mendarat dengan stabil dari ketinggian lantai 11, mata hitam pekat Leon menyiratkan kekaguman sekaligus sorotan yang tajam.Dia mengeluarkan ponselnya, membuka halaman yang menunjukkan titik merah kecil.Sebenarnya, dia sudah menyadari bahwa di dalam kamar rawat ada orang lain selain dirinya dan Mia.Tepat ketika Mia bersiap melepaskan pakaian, ada suara dari dalam lemari.Meski suara itu sangat pelan dan hanya sekejap, Leon tetap menyadarinya.Tadi dia sengaja keluar untuk memancing musuh keluar dari persembunyian.Melihat titik merah di pelacak, mata hitam Leon menyipit. "Violet, sebaiknya bukan kamu dalang dibalik semuanya. Kalau nggak ...."**Viole

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 9

    Untuk undangan biasa, Leon mungkin tidak akan hadir secara pribadi, tetapi untuk Keluarga Hardi ....Leon harus memberikan sedikit penghormatan.Siapa sangka, begitu masuk ke rumah Keluarga Hardi, dia akan melihat sosok yang sangat mirip dengan Violet.Hampir secara naluriah, dia langsung mengejarnya.Wanita itu memiliki kewaspadaan tinggi. Hanya dalam waktu singkat, Leon sudah kehilangan jejaknya.Ini tidak seperti Violet. Wanita itu tidak secerdik ini, bahkan terkadang agak kikuk.Apakah dia salah mengenali orang lagi?Benar juga. Wanita itu hanyalah anak yatim piatu tanpa keluarga. Bagaimana mungkin dia punya hubungan dengan Keluarga Hardi?Orang tadi jelas sudah sangat familiar dengan rumah Keluarga Hardi.Tampaknya dia memang salah mengenali orang lagi.Sama seperti saat di pintu bandara waktu itu.Sudah dua kali hal ini terjadi. Mengapa ada begitu banyak orang yang terlihat mirip dengan Violet dari belakang? Bahkan Elang Merah itu pun juga. Atau mungkin semua wanita memang terlih

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 10

    Taman Bangau.Ini adalah sebuah resor bergaya paviliun yang menggabungkan restoran, tempat rekreasi, serta tempat hiburan.Waktu pengobatan dijadwalkan pada hari Senin, jadi Violet datang sehari sebelumnya untuk melakukan persiapan.Sebenarnya, dia cukup melakukan ini dengan menelepon saja. Namun, dia sengaja datang karena di tempat ini ada seseorang yang ingin dia temui. Orang itu juga ingin menemuinya.Begitu memasuki aula, Violet melambaikan tangan memanggil seorang pelayan muda yang mengenakan pakaian tradisional, "Aku mau pesan ruang VIP nomor satu.""Maaf, ruang VIP nomor satu nggak bisa dipesan oleh tamu umum."Violet berpura-pura bertanya, "Kenapa?"Pelayan pria itu menjelaskan, "Ruangan VIP ini adalah ruang eksklusif yang disediakan oleh pemilik kami untuk tamu istimewa. Sejak resor ini dibuka, ruangan ini nggak pernah dipesan oleh orang luar. Kalau kamu ingin memesan ruang VIP, silakan pilih salah satu ruangan lain selain ruang nomor satu ini."Violet mengangkat alis sambil b

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 11

    "Kak Violet?"Loren mengusap matanya seraya berseru, "Ternyata itu benar kamu!"Karena sudah tertangkap basah, jadi tidak bisa melarikan diri.Jejak kekesalan melintas di mata Violet.Karena berpikir sedang ada di wilayah sendiri dan tidak perlu berpura-pura. Siapa yang tahu bahwa secara kebetulan, Violet justru bertemu dengan mantan saudara iparnya sendiri.Nasib antara mereka berdua dan takdir Violet benar-benar membuat wanita itu tidak bisa berkata-kata.Setelah menenangkan diri, Violet mengerucutkan bibirnya pelan sambil menyahut, "Loren, kebetulan sekali.""Benar, kebetulan sekali!" seru Loren sambil berlari ke arah Violet. Wanita itu meraih tangannya dan berkata, "Kak Violet, aku sudah mencarimu selama berhari-hari. Aku nggak menyangka akan bertemu denganmu di sini."Saat melihat Violet, Loren terkejut dan juga bahagia. Wanita itu tidak bisa menahan kegembiraannya.Alasan mengapa Loren ada di sini hari ini adalah karena seorang temannya melihatnya dalam suasana hati yang buruk, l

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 12

    Saat melihat teko teh yang terbang ke arahnya, mata hitam Leon langsung menjadi gelap.Awalnya tidak sulit bagi Leon untuk menghindar. Akan tetapi, begitu kejadian itu terjadi, Leon mendorong Loren untuk menjauh darinya, jadi dia melewatkan waktu terbaik untuk menghindar.Loren yang sudah didorong, sontak memanggil dengan cemas, "Kak ...."Bertha tampak terlihat bersalah, tetapi di dalam hatinya dia sangat menantikannya.Tehnya baru saja dibuat dan hari ini wajah Leon tidak akan bisa diselamatkan.Jika bukan karena khawatir, bosnya akan tetap menyimpan bajingan ini di dalam hatinya. Ini semua tidak hanya akan merusak wajah Leon, tetapi juga mengakhiri hidupnya sebagai bajingan.Tepat ketika semua orang, termasuk Leon sendiri, mengira sedang dalam bahaya. Teko yang hanya berjarak beberapa meter dari wajah Leon itu, tiba-tiba ditangkap oleh sepasang tangan.Tangannya ramping, seputih batu permata dan langsung menangkap teko itu dengan kuat.Leon menatap pada wanita yang sudah menghalangi

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 13

    Meskipun emosi Violet sudah disembunyikan dengan baik, Sheva masih menyadari ada yang tidak beres ketika dia kembali.Diam-diam dia menelepon Bertha dan mengetahui bahwa semua karena Leon. Sheva juga memiliki niat membunuh terhadap pria itu.Mantan suami atau apa pun itu, cuma akan memengaruhi suasana hati.Tentu saja, membunuh Leon tidaklah mudah. ​​Lebih baik mencari cara untuk membuat bosnya merasa lebih baik terlebih dahulu.Untuk makan siang, Sheva memasak banyak makanan lezat.Saat melihat meja yang penuh dengan hidangan, suasana hati Violet langsung membaik dan dia bahkan menambah semangkuk nasi.Melihat suasana hatinya membaik, Sheva berkata, "Sebaiknya besok pergi berobat denganku."Violet tidak akan berada dalam suasana hati yang buruk jika dia tidak melakukan kontak dengan orang-orang itu."Bertha sudah memberitahumu?" tanya Violet. Sheva diam-diam menelepon Bertha tadi dan Violet melihatnya."Bos, kalau kamu masih nggak bisa melepaskan Leon, cepat rebut dia kembali. Kalau c

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 14

    Saat melihat Mia yang sedang menatap penuh harap, Violet mengeluarkan satu set jarum perak dari kotak obat sambil berkata, "Perawatannya akan dibagi menjadi empat tahap. Hari ini kita akan mulai dengan tahap pertama, akupunktur dan menguras darah."Mia tidak menyangka bahwa Violet akan menolaknya, meskipun dia sudah mengatakan semuanya.Kebencian yang samar langsung melintas di matanya. Akan tetapi, dia masih berpura-pura terlihat menyedihkan di permukaan seraya berkata, "Dokter Sakti, aku tahu permintaanku mungkin akan menyulitkanmu. Tapi aku benar-benar sudah nggak punya pilihan lain, jadi aku sudah nggak punya rasa malu dan datang meminta bantuanmu.""Kami sudah sangat mencintai satu sama lain, tapi mungkin ada kesenjangan besar dalam status keluarga, jadi neneknya selalu meremehkanku.""Kalau neneknya nggak setuju, kami nggak akan pernah bisa bersama.""Aku nggak berani menanyakan tentang status, aku cuma ingin menjadi wanitanya.""Jadi, Dokter Sakti. Aku mohon, kali ini bantu aku.

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 15

    Mia benar-benar tidak menyangka Violet akan merekamnya. Dia bahkan sengaja memotong percakapan awal dan akhir.Detak jantung Mia berdegup sangat cepat.Dia bahkan tidak berani menatap Leon.Selama bertahun-tahun, Mia selalu bersikap murni dan baik hati di hadapan Leon, jadi pria itu tidak meragukannya.Sekarang, Leon pasti sangat kecewa pada dirinya.Jika Leon menyadarinya bahwa Mia telah berbohong padanya selama ini ....Tidak, jangan biarkan Leon meragukan dirinya sendiri."Nggak, itu bukan aku ...." tandas Mia menjelaskan kepada Leon dengan ekspresi khawatir di wajahnya. Dia kembali berkata, "Paman, aku nggak pernah berkata seperti itu sama sekali."Mia menampar pintu yang tertutup dengan ekspresi marah di wajahnya sambil berkata, "Kamu dan aku nggak punya dendam di masa lalu dan dendam akhir-akhir ini. Siapa yang menyuruhmu untuk menyiramkan air kotor seperti itu padaku?""Aku pernah melihat orang nggak tahu malu, tapi aku belum pernah melihat orang se-nggak tahu malu ini."Sikap M

Latest chapter

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 416

    Pria itu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ternyata seperti itu!"Dia hanya mengatakan ini dan tidak mengatakan yang lain lagi.Pria itu tidak mengatakan apa pun dan Violet juga tidak bertanya. Setelah perjalanan ini berakhir, Violet menyerahkan kartu yang lain pada pria itu, "Ini adalah 200 juta untuk uang tipmu hari ini. Terima kasih karena sudah menemani kami sepanjang hari ini!"Violet sangat murah hati sampai membuat pria itu enggan menerima pemberian darinya lagi, "Kamu sudah memberiku cukup banyak uang, aku nggak boleh menerimanya lagi."Violet meletakkan kartu ke tangan pria itu dengan paksa dan berkata, "Terimalah, kamu pantas mendapatkannya! Pada awalnya suasana hatiku sangat buruk karena nggak menemukan siapa pun. Tapi kamu sudah menemaniku sepanjang hari dan suasana hatiku sudah membaik sekarang. Besok tolong bawa kami datangi tempat lain."Pria itu ingin mengatakan sesuatu, tapi dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun. Hanya saja dia mengembalikan kartu itu

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 415

    Awalnya berpikir bisa melihat Leon jika pergi ke sana, tapi siapa tahu ...."Kapan kamu melihatnya?"Orang yang mengaku melihat Leon adalah seorang pemuda berusia dua puluhan, juga warga setempat.Semua penduduk setempat di sini sangat tinggi, baik pria maupun wanita.Bahkan pria jangkung seperti Lukas pun terlihat agak kurus di hadapan penduduk setempat, seperti kekurangan gizi.Menanggapi pertanyaan Violet, pemuda itu menjawab, "Maaf, aku baru saja melihat foto itu dengan saksama lagi dan menyadari bahwa aku salah.""Orang itu memang sedikit mirip dengannya, tapi bukan orang yang kamu cari!"Lukas segera mencengkeram kerah pria itu dan berkata, "Tadi kamu bilang kamu benar-benar melihatnya, tapi sekarang kamu bilang salah lihat?"Pria itu segera menepis tangan Lukas dan berkata, "Aku memang salah lihat. Apa kamu nggak pernah salah lihat orang?"Lukas mengerutkan kening lebih erat. "Aku pikir kamu nggak salah lihat, tapi ada yang melarangmu mengatakannya."Mata pria itu berkedip. "Aku

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 414

    Lukas merasa agak sulit menerimanya. "Maksudmu yang sebelumnya bukan Leon, tapi Adis?""Ya!" Suara Violet terdengar serak, "Sebelumnya Adis berpura-pura menjadi Leon, bahkan nggak tahu di mana Leon yang asli sekarang.""Aku sudah mencarinya hampir di mana-mana, tapi tetap nggak bisa menemukannya. Jadi, aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya dan memintamu untuk mengajukan permohonan ke organisasi untuk membantu mencarinya."Violet benar-benar putus asa, mana mungkin akan merahasiakannya dari Lukas untuk sementara waktu.Lagi pula, hanya akan membuat lebih banyak orang khawatir tentang Leon.Mungkin juga akan sampai ke telinga Nenek.Kesehatan Nenek baru saja membaik sedikit akhir-akhir ini, Violet tidak ingin sesuatu terjadi padanya lagi.Lukas sangat marah. "Pantas saja aku merasa ada salah.""Saat melihatnya di pulau itu, aku merasa bukan seperti Leon, tapi kemudian aku berpikir mungkin aku terlalu banyak berpikir, jadi aku nggak meragukannya lagi. Ternyata dia bukan Leon!""Ya

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 413

    Entah metode apa pun yang digunakan Violet, pria itu selalu tidak mau mengungkapkan keberadaan Leon. Mulutnya sekeras Adis.Kalaupun Violet memberi tahu bahwa Adis sudah meninggal, pria itu tetap menolak untuk mengatakan sepatah kata pun."Tuanku sudah meninggal, tapi perintahnya masih ada. Tuanku bilang jangan sampai mengungkapkan keberadaan Leon."Pria itu penuh luka, tapi tetap tidak mau mengkhianati Adis, meski Adis sudah tidak ada lagi.Memang Adis cukup berhasil dalam melatih orang.Tidak seperti Violet ....Violet langsung memikirkan Lisa dan Sandy.Sekalipun ada alasan di balik pengkhianatannya, hal itu tetap membuktikan bahwa Violet gagal.Violet mengerutkan kening dan menatap pria itu dengan tatapan lebih dingin, "Kalaupun aku ingin membunuhmu, kamu nggak akan memberitahuku?""Nggak!" Pria itu berkata tanpa ragu, "Kalaupun kamu membunuhku, aku nggak akan memberitahumu, jadi jangan buang-buang energimu, bunuh saja aku!""Mau mati dengan mudah?" Violet hanya menyuapi pria itu d

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 412

    "Mana mungkin Sandy begitu berani?"Kapan tepatnya itu terjadi?Anak itu berusia lima tahun, Sandy sudah merahasiakannya darinya selama lima tahun!Tidak, itu tidak benar!"Sandy sangat mencintaimu hingga melakukan banyak hal untukmu secara diam-diam." Violet menasihati, "Jadi jangan terobsesi dengan hal-hal yang nggak seharusnya. Hiduplah dengan baik. Sandy sudah tiada, anak itu membutuhkanmu!""Membutuhkan aku ...."Adis mengerutkan kening. "Oh, dia masih anak-anak, bisa hidup dengan siapa saja! Violet, kalau kamu benar-benar merasa kasihan padanya, bawa saja dia untuk tinggal bersamamu!""Aku ...."Sambil berkata demikian, Adis mencabut pisaunya dan menusukkan pisaunya lagi ke tubuhnya. "Violet, kalau aku nggak bisa mendapatkan cintamu, aku benar-benar nggak bisa hidup!""Setelah bertahun-tahun, aku lelah!"Setelah bertahun-tahun berusaha, pada akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Adis benar-benar lelah dan tidak ingin terus berjuang."Oh ...." Adis memikirkan sesuatu sebelum meningg

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 411

    "Adis!"Violet mencoba menghentikannya dengan cepat, tapi sudah terlambat.Adis menatap Violet yang berlari ke arahnya. "Violet, kalau kamu nggak mau tahu keberadaan Leon, kamu mungkin nggak akan peduli dengan hidup dan matiku sama sekali, 'kan?""Bukan seperti itu!" Violet tak kuasa menahan tangisnya. "Kak Adis, sebenarnya aku nggak pernah membencimu.""Entah apa pun yang sudah kamu lakukan, kamu adalah penyelamatku.""Kalau kamu nggak menyelamatkanku dari Carmelia, aku nggak akan pernah selamat.""Setelah itu, kamu selalu menjadi orang yang melindungiku secara diam-diam.""Aku tahu semua yang sudah kamu lakukan untukku, jadi aku nggak membencimu, aku hanya nggak bisa memberimu apa yang kamu inginkan."Violet berkata demikian bukan untuk menipu Adis, melainkan dari lubuk hatinya.Dia benar-benar tidak membenci Adis.Semua hal salah yang dilakukannya adalah karena Adis terlalu mencintainya, yang membuatnya gila.Jadi Violet tidak pernah berpikir untuk membalas dendam.Kalau tidak, deng

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 410

    Meskipun baru saja mengatakannya dengan tegas, Adis tetap tidak bisa tetap acuh tak acuh saat melihat Violet benar-benar akan menyerang dirinya sendiri.Adis segera membungkuk, mengambil batu kecil dari tanah dan melemparkannya ke Violet.Batu itu mengenai pergelangan tangan Violet dan pisaunya jatuh ke tanah.Mata Adis memerah saat menatap Violet. "Kalau ... kalau saja kamu nggak bertemu Leon, apa kamu akan memilihku?"Jika mereka nggak berpisah saat itu dan selalu bersama, apa Violet akan jatuh cinta padanya, bukan pada Leon?Violet tahu bahwa kebenaran itu terlalu kejam bagi Adis, terutama sekarang Violet tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, tapi tetap tidak ingin berbohong kepadanya!"Nggak!" Violet mengatakan hal yang sama, "Kamu hanyalah Kakak bagiku! Kalaupun nggak ada Leon, akan ada orang lain. Jadi situasi saat ini antara kamu dan aku nggak ada hubungannya dengan Leon.""Haha!" Adis tertawa, tetapi air mata mengalir dari sudut matanya. "Violet, kamu terus bilang bahwa kamu m

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 409

    "Kamu lebih baik mati daripada bersamaku?"Tidak ada yang lebih menyakiti Adis selain kata-kata Violet.Adis sudah melakukan banyak hal hanya untuk bersama Violet.Bahkan sampai berpura-pura menjadi Leon, tapi pada akhirnya, tetap dengan mudah diungkap olehnya.Bukan hanya itu saja, Violet juga sangat tidak berperasaan terhadapnya!"Adis, entah kamu menggunakan identitas mana pun, jiwamu nggak akan pernah berubah. Perasaanku padamu ...."Violet menatap Adis dengan serius. "Aku juga!""Entah aku menggunakan identitas apa pun, kamu nggak akan pernah jatuh cinta padaku!" Adis merasa seolah-olah hatinya sedang dipotong olehnya dengan pisau.Awalnya berpikir bisa memenangkan cintanya dengan mengubah identitasnya menjadi Leon.Meski bukan untuknya tapi untuk Leon, yang penting bisa bersamanya.Demi mencintainya, Adis betul-betul merendahkan dirinya, tapi yang diberikannya hanyalah sikap yang kejam.Adis semakin tidak rela memikirkannya. Saat menatap Violet, tatapan matanya berangsur-angsur b

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 408

    "Terserahmu saja!" Violet tidak ingin berkata terlalu banyak padanya. "Adis, aku akan memberimu waktu tiga hari lagi untuk memikirkannya. Sebaiknya kamu katakan apa yang ingin aku ketahui, kalau nggak ....""Haha, nggak perlu menunggu tiga hari. Aku sudah memberitahumu apa yang perlu kamu ketahui. Jangan lagi berkhayal. Semua yang aku katakan padamu memang benar!"Adis segera menyela perkataannya. "Adapun mayat Leon, sama saja seperti yang aku katakan padamu di awal. Mayatnya sudah jadi makanan ikan.""Kawanan ikan itu sangat besar. Aku mengoleskan obat ke mayatnya dan dalam waktu kurang dari lima menit, mayatnya sudah habis.""..."Violet mengepalkan tangannya, tidak berkata apa-apa lagi, berbalik dan pergi, meninggalkan Adis sendirian di ruang pengobatan.Yang tidak diketahuinya adalah bahwa Adis sangat akrab dengan ruang pengobatan ini.Karena di sinilah Adis membunuh gurunya dengan tangannya sendiri.Alasannya adalah ....Begitulah kejadian hari itu, gurunya bertemu dengannya di lu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status