Share

Bab 7

Penulis: Jalita Haira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-08 11:51:39
Di rumah sakit.

Begitu Leon masuk, Mia langsung memeluknya dengan erat.

Wanita itu seperti seekor ular tanpa tulang, menggeliat di dalam pelukannya sambil berkata, "Paman, aku merasa nggak nyaman .... Benar-benar nggak nyaman ...."

"Di mana yang terasa nggak nyaman?" Leon mengulurkan tangan, mencoba mendorongnya, tetapi ini malah membuat Mia makin erat memeluknya.

"Di seluruh tubuhku ...." kata Mia sambil menggenggam tangan Leon, lalu menempelkannya ke dadanya. Dia melanjutkan, "Terutama di sini, seperti ada banyak semut yang merayap. Rasanya gatal dan sangat nggak nyaman."

"Paman, tolong aku ... selamatkan aku!"

Keadaan Mia ini jelas tidak normal. "Aku akan memanggil dokter untukmu," ucap Leon.

"Nggak, aku nggak mau dokter, aku hanya mau kamu." Mia memeluk Leon erat-erat seperti tumbuhan merambat yang melilit, bahkan mulai membuka kancing bajunya. Mia berkata, "Paman, tolong aku. Cepatlah, aku benar-benar merasa nggak nyaman .... Kalau kamu nggak menolongku, aku benar-benar akan mati ...."

Ketika melihat kancing bajunya hampir terbuka, Leon langsung menggenggam tangannya, lalu berkata, "Mia, tenanglah ...."

"Aku nggak bisa tenang ...." Mia berkata sambil mencoba mencium bibir Leon, "Paman, Paman ...."

Tepat ketika dia hampir berhasil, Leon tiba-tiba mendorongnya keras hingga dia terjatuh ke lantai.

Penolakan sangat jelas dalam tindakannya, meski dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Cahaya dingin melintas dengan cepat di mata Mia. Namun, ketika dia mengangkat wajahnya, yang tampak hanya kesedihan. "Paman, apa kamu membenciku?" tanya Mia.

Leon tidak menjawab, juga tidak membantu Mia bangun. Dia malah berbalik, lalu berujar, "Aku akan memanggilkan dokter."

Mia tidak memberinya kesempatan untuk pergi. Dia cepat-cepat bangkit, memeluknya dari belakang, lalu mulai merayu, "Aku sudah bilang, aku nggak mau dokter. Aku hanya mau kamu! Paman, apa kamu nggak menginginkanku?"

"Mia, kondisimu ini nggak normal." Leon mengerutkan bibirnya dengan erat. "Kamu harus diperiksa oleh dokter untuk melihat ada apa sebenarnya."

"Dokter nggak bisa menyembuhkanku, hanya kamu yang bisa menolongku." Tingkah Mia makin nekat. Sambil berbicara, dia mulai melepaskan pakaiannya sendiri. "Selamatkan aku, aku mohon."

Ketika Mia mengira dia hampir berhasil, tiba-tiba bagian belakang kepalanya terasa sakit. Kemudian, dia pun pingsan.

Violet yang sejak tadi bersembunyi di balik lemari, menarik kembali jarum perak yang nyaris dia lepaskan.

Ini bukan untuk membantu Leon. Dia hanya tidak ingin menyaksikan pemandangan yang tidak diinginkan. Takut hal itu bisa merusak pandangannya.

Namun, dia tidak menyangka bahwa Leon akan ....

Mia adalah wanita yang paling dicintainya, Violet tidak bisa memahami alasan pria itu malah membuatnya pingsan.

Kemudian, Leon menggendong Mia yang telah pingsan, meletakkannya di tempat tidur, lalu menekan tombol panggil untuk memanggil dokter.

Tak lama kemudian, dokter pun datang. Leon menjelaskan secara singkat tentang kondisi Mia tadi. Dia bertanya, "Apakah ini ada hubungannya dengan racun yang ada di tubuhnya?"

Setelah melakukan pemeriksaan singkat, dokter menyimpulkan, "Ya, tebakan Pak Leon benar. Racun yang mengenai Nona Mia memang sangat aneh."

"Saat keracunan terakhir kali, gejalanya nggak seperti ini. Sekarang tiba-tiba terjadi hal seperti ini. Di lain waktu, mungkin gejalanya akan berbeda lagi. Jadi kita harus segera mengatasinya."

Mengatasi racun ....

Elang Merah masih belum ditemukan. Mereka bahkan tidak mengangkat teleponnya.

Beberapa hari terakhir ini, Joshua terus mencoba menghubungi mereka, tetapi tidak ada satu panggilan pun yang dijawab.

Mengatasi racun ini jelas bukan hal yang mudah.

Untuk pertama kalinya, Leon merasa sudah dipermainkan oleh seorang wanita.

Keningnya berkerut saat dia berkata, "Cari cara untuk meringankan gejalanya sementara ini."

"Ini mungkin nggak akan mudah ...." Dokter menjelaskan, "Jenis racun ini belum pernah aku temui sebelumnya. Aku sama sekali nggak memahaminya. Aku khawatir kalau menggunakan obat lain, itu bukannya membantu meredakan gejalanya, malah akan memperburuk kondisinya. Jadi ...."

Dokter mengatupkan bibirnya sebelum melanjutkan, "Saat ini, mungkin cara yang paling aman adalah kalau Pak Leon sendiri yang membantu Nona Mia."

"Nggak mungkin!" Leon langsung menjawab tanpa berpikir. Dia melanjutkan, "Kalau memang nggak ada cara lain, gunakan saja obat penenang."

"Tapi itu mungkin saja berisiko ...."

"Setidaknya dengan begitu, dia bisa menjaga kesuciannya." Leon menatap Mia yang terbaring dengan mata tertutup. Suaranya terdengar rendah ketika dia berujar, "Aku nggak bisa membiarkannya diperlakukan seperti ini."

Ternyata ini bukan karena Leon tidak ingin menyentuhnya, melainkan dia tidak ingin Mia menjadi bahan gunjingan.

Violet teringat saat dia pergi ke kantor untuk mengantarkan dokumen yang tertinggal di rumah. Para karyawan di sana salah mengira bahwa dia hanyalah seorang asisten rumah tangga. Leon pun tidak menjelaskan apa pun dari awal hingga akhir.

Selama tiga tahun pernikahan mereka, Leon tidak pernah memberikan sedikit pun rasa hormat yang seharusnya diterima seorang istri. Namun, dia akan selalu melindungi Mia di setiap kesempatan.

Violet sebenarnya tidak ingin membandingkan, tetapi di momen-momen seperti ini, perasaan itu selalu muncul tanpa bisa dikendalikan.

Sungguh sia-sia menyaksikan drama yang membosankan ini. Dia pun memutuskan segera mencari kesempatan untuk pergi.

Kesempatan itu benar-benar datang di saat yang tepat.

Begitu dokter pergi keluar, ponsel Leon berdering.

Mungkin karena tidak ingin mengganggu tidur Mia, Leon membawa ponselnya keluar.

Violet memanfaatkan kesempatan ini untuk keluar dari lemari. Namun, baru saja dia melangkah keluar, Leon ternyata kembali masuk.

Yang satu di dalam, yang satu di luar, pandangan mereka pun bertemu.

Suasana seketika menjadi hening.

Violet dengan cepat bereaksi, langsung berlari ke arah balkon.

Gerakan Leon tidak kalah cepat. Dengan langkah panjang, dia langsung mengejarnya. Saat Violet hendak melompat dari balkon, dia berhasil menangkap bahunya, lalu menariknya kembali.

"Katakan, siapa yang mengirimmu ke sini?"

Violet tersenyum sinis, lalu membalas, "Rumah sakit adalah tempat umum. Tentu saja aku datang ke sini sesuka hati. Apa aku perlu izin darimu?"

Dia sama sekali tidak merasa khawatir Leon akan mengenali suaranya. Karena setiap kali keluar, Violet terbiasa menggunakan obat pengubah suara.

Ini bukan untuk menghindari Leon, tetapi lebih karena sudah menjadi kebiasaannya selama bertahun-tahun. Mengingat dia punya identitas yang harus dijaga agar tidak terbongkar.

Hari ini, seperti pada malam itu, dia hanya mengenakan masker tanpa penyamaran.

Namun, meski begitu Leon tidak mungkin akan menyadarinya. Karena Violet tidak akan memberinya kesempatan untuk mengetahuinya.

"Datang sesuka hati, ya ...." Leon mengencangkan cengkeramannya di bahu Violet, lalu menambahkan, "Kalau begitu, jangan harap bisa pergi."

"Hati-hati, anginnya sedang kencang saat ini! Jangan sampai lidahmu tergigit!" Violet dengan lincah mengelak dari cengkeramannya, lalu melancarkan pukulan tajam ke arahnya.

Leon bukan orang yang mudah ditindas. Dia pun dengan mudah menghindar dari serangan Violet.

Yang satu memukul, sementara yang lain menendang. Mereka terlibat dalam pertarungan yang sengit.

Setelah beberapa puluh jurus, wanita itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kekalahan. Leon tersenyum simpul sambil berujar, "Keterampilanmu bagus juga."

Violet juga tersenyum, lalu membalas, "Pak Leon juga nggak kalah hebat."

Tiba-tiba, Leon mulai menyerang bagian perut Violet dengan tatapan tajam.

Ketika menyadari hal itu, Violet memusatkan pertahanan di bagian perutnya. Namun, tanpa diduga, Leon tiba-tiba berputar, mengulurkan tangannya ke arah masker yang menutupi wajah Violet.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Leli Rote Aurelia
bagus lanjutkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 8

    Saat masker itu hampir saja ditarik, Violet dengan cepat mencabut jarum perak dari pinggangnya, lalu langsung menusukkannya ke telapak tangan Leon."Hiss ...."Rasa sakit tajam menyebar di telapak tangannya, memaksa Leon menarik kembali tangannya. Violet memanfaatkan kesempatan itu untuk melompat langsung dari balkon.Melihat wanita itu mendarat dengan stabil dari ketinggian lantai 11, mata hitam pekat Leon menyiratkan kekaguman sekaligus sorotan yang tajam.Dia mengeluarkan ponselnya, membuka halaman yang menunjukkan titik merah kecil.Sebenarnya, dia sudah menyadari bahwa di dalam kamar rawat ada orang lain selain dirinya dan Mia.Tepat ketika Mia bersiap melepaskan pakaian, ada suara dari dalam lemari.Meski suara itu sangat pelan dan hanya sekejap, Leon tetap menyadarinya.Tadi dia sengaja keluar untuk memancing musuh keluar dari persembunyian.Melihat titik merah di pelacak, mata hitam Leon menyipit. "Violet, sebaiknya bukan kamu dalang dibalik semuanya. Kalau nggak ...."**Viole

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 9

    Untuk undangan biasa, Leon mungkin tidak akan hadir secara pribadi, tetapi untuk Keluarga Hardi ....Leon harus memberikan sedikit penghormatan.Siapa sangka, begitu masuk ke rumah Keluarga Hardi, dia akan melihat sosok yang sangat mirip dengan Violet.Hampir secara naluriah, dia langsung mengejarnya.Wanita itu memiliki kewaspadaan tinggi. Hanya dalam waktu singkat, Leon sudah kehilangan jejaknya.Ini tidak seperti Violet. Wanita itu tidak secerdik ini, bahkan terkadang agak kikuk.Apakah dia salah mengenali orang lagi?Benar juga. Wanita itu hanyalah anak yatim piatu tanpa keluarga. Bagaimana mungkin dia punya hubungan dengan Keluarga Hardi?Orang tadi jelas sudah sangat familiar dengan rumah Keluarga Hardi.Tampaknya dia memang salah mengenali orang lagi.Sama seperti saat di pintu bandara waktu itu.Sudah dua kali hal ini terjadi. Mengapa ada begitu banyak orang yang terlihat mirip dengan Violet dari belakang? Bahkan Elang Merah itu pun juga. Atau mungkin semua wanita memang terlih

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 10

    Taman Bangau.Ini adalah sebuah resor bergaya paviliun yang menggabungkan restoran, tempat rekreasi, serta tempat hiburan.Waktu pengobatan dijadwalkan pada hari Senin, jadi Violet datang sehari sebelumnya untuk melakukan persiapan.Sebenarnya, dia cukup melakukan ini dengan menelepon saja. Namun, dia sengaja datang karena di tempat ini ada seseorang yang ingin dia temui. Orang itu juga ingin menemuinya.Begitu memasuki aula, Violet melambaikan tangan memanggil seorang pelayan muda yang mengenakan pakaian tradisional, "Aku mau pesan ruang VIP nomor satu.""Maaf, ruang VIP nomor satu nggak bisa dipesan oleh tamu umum."Violet berpura-pura bertanya, "Kenapa?"Pelayan pria itu menjelaskan, "Ruangan VIP ini adalah ruang eksklusif yang disediakan oleh pemilik kami untuk tamu istimewa. Sejak resor ini dibuka, ruangan ini nggak pernah dipesan oleh orang luar. Kalau kamu ingin memesan ruang VIP, silakan pilih salah satu ruangan lain selain ruang nomor satu ini."Violet mengangkat alis sambil b

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 11

    "Kak Violet?"Loren mengusap matanya seraya berseru, "Ternyata itu benar kamu!"Karena sudah tertangkap basah, jadi tidak bisa melarikan diri.Jejak kekesalan melintas di mata Violet.Karena berpikir sedang ada di wilayah sendiri dan tidak perlu berpura-pura. Siapa yang tahu bahwa secara kebetulan, Violet justru bertemu dengan mantan saudara iparnya sendiri.Nasib antara mereka berdua dan takdir Violet benar-benar membuat wanita itu tidak bisa berkata-kata.Setelah menenangkan diri, Violet mengerucutkan bibirnya pelan sambil menyahut, "Loren, kebetulan sekali.""Benar, kebetulan sekali!" seru Loren sambil berlari ke arah Violet. Wanita itu meraih tangannya dan berkata, "Kak Violet, aku sudah mencarimu selama berhari-hari. Aku nggak menyangka akan bertemu denganmu di sini."Saat melihat Violet, Loren terkejut dan juga bahagia. Wanita itu tidak bisa menahan kegembiraannya.Alasan mengapa Loren ada di sini hari ini adalah karena seorang temannya melihatnya dalam suasana hati yang buruk, l

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 12

    Saat melihat teko teh yang terbang ke arahnya, mata hitam Leon langsung menjadi gelap.Awalnya tidak sulit bagi Leon untuk menghindar. Akan tetapi, begitu kejadian itu terjadi, Leon mendorong Loren untuk menjauh darinya, jadi dia melewatkan waktu terbaik untuk menghindar.Loren yang sudah didorong, sontak memanggil dengan cemas, "Kak ...."Bertha tampak terlihat bersalah, tetapi di dalam hatinya dia sangat menantikannya.Tehnya baru saja dibuat dan hari ini wajah Leon tidak akan bisa diselamatkan.Jika bukan karena khawatir, bosnya akan tetap menyimpan bajingan ini di dalam hatinya. Ini semua tidak hanya akan merusak wajah Leon, tetapi juga mengakhiri hidupnya sebagai bajingan.Tepat ketika semua orang, termasuk Leon sendiri, mengira sedang dalam bahaya. Teko yang hanya berjarak beberapa meter dari wajah Leon itu, tiba-tiba ditangkap oleh sepasang tangan.Tangannya ramping, seputih batu permata dan langsung menangkap teko itu dengan kuat.Leon menatap pada wanita yang sudah menghalangi

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 13

    Meskipun emosi Violet sudah disembunyikan dengan baik, Sheva masih menyadari ada yang tidak beres ketika dia kembali.Diam-diam dia menelepon Bertha dan mengetahui bahwa semua karena Leon. Sheva juga memiliki niat membunuh terhadap pria itu.Mantan suami atau apa pun itu, cuma akan memengaruhi suasana hati.Tentu saja, membunuh Leon tidaklah mudah. ​​Lebih baik mencari cara untuk membuat bosnya merasa lebih baik terlebih dahulu.Untuk makan siang, Sheva memasak banyak makanan lezat.Saat melihat meja yang penuh dengan hidangan, suasana hati Violet langsung membaik dan dia bahkan menambah semangkuk nasi.Melihat suasana hatinya membaik, Sheva berkata, "Sebaiknya besok pergi berobat denganku."Violet tidak akan berada dalam suasana hati yang buruk jika dia tidak melakukan kontak dengan orang-orang itu."Bertha sudah memberitahumu?" tanya Violet. Sheva diam-diam menelepon Bertha tadi dan Violet melihatnya."Bos, kalau kamu masih nggak bisa melepaskan Leon, cepat rebut dia kembali. Kalau c

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 14

    Saat melihat Mia yang sedang menatap penuh harap, Violet mengeluarkan satu set jarum perak dari kotak obat sambil berkata, "Perawatannya akan dibagi menjadi empat tahap. Hari ini kita akan mulai dengan tahap pertama, akupunktur dan menguras darah."Mia tidak menyangka bahwa Violet akan menolaknya, meskipun dia sudah mengatakan semuanya.Kebencian yang samar langsung melintas di matanya. Akan tetapi, dia masih berpura-pura terlihat menyedihkan di permukaan seraya berkata, "Dokter Sakti, aku tahu permintaanku mungkin akan menyulitkanmu. Tapi aku benar-benar sudah nggak punya pilihan lain, jadi aku sudah nggak punya rasa malu dan datang meminta bantuanmu.""Kami sudah sangat mencintai satu sama lain, tapi mungkin ada kesenjangan besar dalam status keluarga, jadi neneknya selalu meremehkanku.""Kalau neneknya nggak setuju, kami nggak akan pernah bisa bersama.""Aku nggak berani menanyakan tentang status, aku cuma ingin menjadi wanitanya.""Jadi, Dokter Sakti. Aku mohon, kali ini bantu aku.

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 15

    Mia benar-benar tidak menyangka Violet akan merekamnya. Dia bahkan sengaja memotong percakapan awal dan akhir.Detak jantung Mia berdegup sangat cepat.Dia bahkan tidak berani menatap Leon.Selama bertahun-tahun, Mia selalu bersikap murni dan baik hati di hadapan Leon, jadi pria itu tidak meragukannya.Sekarang, Leon pasti sangat kecewa pada dirinya.Jika Leon menyadarinya bahwa Mia telah berbohong padanya selama ini ....Tidak, jangan biarkan Leon meragukan dirinya sendiri."Nggak, itu bukan aku ...." tandas Mia menjelaskan kepada Leon dengan ekspresi khawatir di wajahnya. Dia kembali berkata, "Paman, aku nggak pernah berkata seperti itu sama sekali."Mia menampar pintu yang tertutup dengan ekspresi marah di wajahnya sambil berkata, "Kamu dan aku nggak punya dendam di masa lalu dan dendam akhir-akhir ini. Siapa yang menyuruhmu untuk menyiramkan air kotor seperti itu padaku?""Aku pernah melihat orang nggak tahu malu, tapi aku belum pernah melihat orang se-nggak tahu malu ini."Sikap M

Bab terbaru

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 93

    Violet menyelamatkan Pak Dimas, dan sebagai anak, Lewis tentu harus datang untuk mengucapkan terima kasih kepada Violet."Bu Violet, kamu telah menyelamatkan ayahku, aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu."Meskipun Lewis sudah berusia lima puluh tahun, namun dia terlihat seperti baru berusia tiga puluhan.Dia mengenakan jas hitam yang dikerjakan dengan sangat baik dan rapi. Rambutnya juga disisir dengan sangat rapi, dan kacamata dengan bingkai emas memberinya kesan intelektual."Pak Lewis, jangan segan-segan. Saat itu aku hanya kebetulan lewat, bukan cuma aku, siapa pun pasti nggak akan biarkan seseorang terjatuh begitu saja ...."Begitu berkata, Violet dengan ekspresi khawatir bertanya kepadanya, "Pak Dimas nggak apa-apa, 'kan?""Ayahku baik-baik saja.""Kalau begitu, syukurlah ... syukurlah ...." Violet seolah tidak sengaja berkata, "Orang tua paling takut terjatuh, untungnya aku cukup cepat, kalau aku sedikit lebih lambat, akibatnya bisa sangat buruk."Mata Lewis sedikit beruba

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 92

    Adis tersenyum tipis. "Kamu lakukan dulu, baru bilang aku."Violet mengerutkan hidung, tidak berkata apa-apa lagi, melambaikan tangan dan berbalik pergi.Melihat punggungnya yang berjalan menjauh, mata Adis yang awalnya tampak jernih, seketika berubah menjadi dalam tak terukur.Keesokan harinya.Setelah dipersiapkan oleh Adis, Violet membawa banyak hadiah dan berangkat ke rumah Keluarga Wijaya.Sudah dua bulan berlalu sejak terakhir kali dia merawat ayah Lewis.Awalnya, dia pikir bisa mendapatkan sedikit informasi dari mulut Pak Dimas, tetapi ternyata usahanya sia-sia.Sepertinya ada beberapa hal yang mungkin sama sekali tidak diketahui Pak Dimas.Jadi, dari awal, dia sudah salah target. Kalau tidak, masalah ini tidak akan berlarut-larut tanpa kemajuan apa pun hingga sekarang.Di ruang tamu, Violet menunggu lama, tetapi Lewis tidak datang. Akhirnya, pelayan datang dan berkata, "Bu Violet, tuan kami tiba-tiba ada urusan mendadak dan harus pergi. Dia meminta maaf atas ketidakhadirannya."

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 91

    Yang membuat Violet terkejut adalah, meskipun dia sudah berkata dengan nada sangat tajam, Leon bukan hanya tidak marah, tetapi malah benar-benar mulai makan sisa makanan itu.Violet terpaku sejenak, lalu berdiri, "Pak Leon sepertinya benar-benar lapar, kalau begitu, makanlah lebih banyak!"Leon tidak menghalangi Violet yang pergi. Saat dia mencapai pintu, Leon dengan nada santai berkata, "Bagaimana persiapan Adis untuk pengajuan hak paten?"Langkah Violet terhenti, tetapi dia tidak berbalik. "Hasilnya mungkin akan membuat Pak Leon kecewa."Mata gelap Leon menatap punggung Violet, dirinya tertawa kecil, "Kalau begitu, mari kita tunggu hasilnya."Violet tidak menjawab lagi dan melangkah keluar.Leon tetap duduk tanpa bergerak, bahkan menuangkan teh untuk dirinya sendiri. Namun, saat dia baru mengangkat cangkir itu, tiba-tiba cangkir tersebut pecah.Pecahannya melukai jarinya, darah segar bercampur dengan teh menetes ke bawah. Menatap mata yang merah terang seperti sebuah danau dalam, per

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 90

    Leon berpaling, matanya mencari-cari seseorang yang dari tadi berdiri di pintu, "Saudaraku, dulu kamu pernah merugi, tapi sekarang kamu jelas beruntung."Sambil berkata, dia juga menasihati Adis, "Pak Adis, meskipun kakimu nggak bagus, nggak perlu mengambil sepatu usang yang sudah nggak dipakai orang lain.""Plak!"Violet baru saja ingin membalas, tetapi Adis lebih dulu dengan keras meletakkan sendok dari genggamannya, "Pak Lukas, tolong jaga ucapanmu!""Heh ...." Lukas mencemooh, "Aku cuma ingatkan dengan niat baik, kalau kamu nggak hargai ucapanku, anggap saja aku nggak pernah berkata apa-apa!""Leon, ayo kita pergi!"Namun, Leon malah berjalan masuk, "Karena sudah kebetulan, ayo makan bersama!"Tindakan Leon sungguh di luar dugaan LukasGila!Karena Leon sudah masuk, Lukas tidak punya pilihan selain ikut dengan berat hati.Lukas yang jarang diajak Leon, dia langsung setuju. Siapa tahu malah ketemu hal memuakkan seperti ini!Ngomong-ngomong, kenapa harus makan satu meja?Meski sudah

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 89

    "Achoo ...."Baru saja makan siang, Violet sudah bersin berkali-kali. Adis tampak cemas, "Nggak enak badan?""Nggak ...." Violet menggosok hidungnya. "Mungkin makanannya agak pedas. Ngomong-ngomong, cabai di restoran ini gratis ya?""Memangnya nggak apa-apa?""Nggak apa-apa kok!"Meski dia bilang tidak apa-apa, Adis tetap menuangkan segelas air hangat untuknya. "Minumlah air hangat.""Sakit perut minum air hangat, flu minum air hangat, apakah semua pria benar-benar mengira air hangat bisa sembuhkan segala penyakit?" Violet sedikit mengejek tapi tetap mengambil dan meminum seteguk. "Untukku ini bisa diterima, tapi nanti kalau kamu bertemu wanita yang kamu suka, jangan lakukan ini. Benar-benar bisa merusak kesan!"Mata Adis sedikit gelap. "Benarkah?""Tatapanmu barusan agak aneh ...." Violet tiba-tiba mendekat dengan wajah penuh rasa ingin tahu. "Siapa dia?"Adis tersenyum tipis. "Nggak ada!""Aku nggak percaya!" Violet cemberut. "Bahkan kepadaku yang kamu anggap seperti adik nggak mau b

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 88

    Leon kembali memandang Mia, "Aku pergi dulu."Melihat Leon baru saja datang tetapi sudah akan pergi, Mia menahan rasa sakit luar biasa di tubuhnya. Dia buru-buru turun dari ranjang, berjalan cepat ke sisi Leon, dan langsung memeluk lengannya, "Paman, apa karena insiden di rapat lelang terakhir kali, kamu merasa aku menipumu, jadi ...."Leon menjatuhkan pandangannya pada lengan yang sedang dipeluk Mia. Samar-samar, terlihat matanya meredup sejenak, "Ada urusan perusahaan."Wajah Mia tampak penuh rasa kecewa, "Beberapa hari lalu aku ke kantor cari kamu, tapi kamu nggak mau temui aku. Sekarang kamu bahkan baru datang sudah mau pergi. Aku tahu kamu sibuk, tapi aku memang kurang enak sekarang, bisakah kamu temaniku sebentar?"Hera segera menyela, "Mia, jangan nggak tahu diri. Pak Leon sudah menyempatkan diri datang di tengah kesibukannya, kamu harus bersyukur."Setelah bicara, dia memberi Boni pandangan penuh makna.Menerima isyarat istrinya, Boni yang penuh siasat segera mendapat tanggapan

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 87

    Masalah pengajuan paten proyek, Violet memutuskan untuk sementara tidak memberi tahu Adis.Tentang rencana Leon yang ingin ikut campur, dia juga tidak berniat memberitahukan Adis.Pokoknya, jika ada hal yang bisa membuat Adis tidak perlu repot, maka dia akan melakukannya.Andi hanya perlu menjaga suasana hati tetap baik dan fokus pada penyembuhan kakinya.Kakinya, setelah dua kali terapi rendaman obat dan akupunktur, perlahan mulai merasakan sesuatu.Bagaimanapun caranya, Violet bersumpah akan mengusahakan agar Adis bisa berdiri lagi!Berbicara soal itu, Violet menghitung waktu.Mia seharusnya sudah terkena efek racunnya sejak lama, tetapi hingga kini tidak ada tanda-tanda apa pun.Dia menelepon Sheva, "Ada kemungkinan sesuatu berubah dengan Mia, kamu harus lebih waspada.""Aku juga mau bicara soal itu!" Sheva di ujung telepon berkata, "Mia sudah terkena efek racunnya, sekarang dia ada di rumah sakit. Hera langsung memberi tahu Leon, tapi aku nggak tahu, apa Leon akan menjenguknya atau

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 86

    "Aneh rasanya, padahal sebelumnya pihak Grup Hardi nggak ada niat seperti itu. Kalau bukan demikian, proyek ini sudah hampir siap diluncurkan, dan belum terdengar kabar mereka tanda tangani kontrak dengan ahli di bidang ini.""Tim proyek tersebut juga hanya terdiri dari beberapa lulusan baru.""Mungkin seperti kita, yang diam-diam selalu berhubungan dengan Tina, karena Tina adalah seorang ahli besar di bidang ini. Kalau Keluarga Hardi memang berencana kembangkan energi baru, kenapa mereka cuma gunakan lulusan baru seperti yang tampak di permukaan?"Leon memandang ke arah kepergian Violet, matanya menyiratkan ejekan, "Adis nggak sehebat yang kamu bayangkan."...Setelah meninggalkan Hotel Imperial, Violet tidak pergi ke Grup Hardi, apalagi pulang ke rumah keluarga Hardi, melainkan langsung menuju Taman Bangau.Bertha sangat terkejut saat melihat Violet, "Angin apa yang bawa bosku ke sini?"Violet menjawab dengan nada jengkel, "Angin barat laut! Cepat beri aku makan, aku lapar sekali!"P

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 85

    Melihat dua orang yang berjalan keluar dari lift, Violet diam-diam mengerutkan kening.Dia sengaja menghitung waktu dan merasa mereka sudah pergi sebelum keluar dari kamar, tetapi tidak disangka dia akan bertemu dengan mereka.Apakah Leon merencanakan sesuatu?Sepasang mata Leon berkilat dengan emosi yang tidak bisa dimengerti setelah melihat Violet yang seharusnya tidak berada di sini.Setelah dilihat dengan jelas, sepertinya memang agak panik, "Tadi kamu juga ada di sana?""Benar!" Violet langsung menjawab, "Kenapa, kamu boleh bertemu Tina, sementara aku nggak boleh?""Seperti yang tadi kamu katakan, Grup Hardi belum mengajukan paten dan bertemu Tina bukanlah hak istimewamu.""..." Sepasang mata yang dalam berkilat dan Leon melirik ke arah Joshua.Joshua langsung mengerti, "Karena sekarang sudah bertemu, bagaimana kalau kita makan bersama?""Makan siang atau makan malam?" Violet bertanya sambil tersenyum, "Sepertinya saat ini nggak terlalu cocok untuk makan siang atau makan malam. Se

DMCA.com Protection Status