Share

Bab 11

Author: Jalita Haira
"Kak Violet?"

Loren mengusap matanya seraya berseru, "Ternyata itu benar kamu!"

Karena sudah tertangkap basah, jadi tidak bisa melarikan diri.

Jejak kekesalan melintas di mata Violet.

Karena berpikir sedang ada di wilayah sendiri dan tidak perlu berpura-pura. Siapa yang tahu bahwa secara kebetulan, Violet justru bertemu dengan mantan saudara iparnya sendiri.

Nasib antara mereka berdua dan takdir Violet benar-benar membuat wanita itu tidak bisa berkata-kata.

Setelah menenangkan diri, Violet mengerucutkan bibirnya pelan sambil menyahut, "Loren, kebetulan sekali."

"Benar, kebetulan sekali!" seru Loren sambil berlari ke arah Violet. Wanita itu meraih tangannya dan berkata, "Kak Violet, aku sudah mencarimu selama berhari-hari. Aku nggak menyangka akan bertemu denganmu di sini."

Saat melihat Violet, Loren terkejut dan juga bahagia. Wanita itu tidak bisa menahan kegembiraannya.

Alasan mengapa Loren ada di sini hari ini adalah karena seorang temannya melihatnya dalam suasana hati yang buruk, l
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Riwayati Ryena
dari awal penasaran judulnya ringan..pasti alurnya ringan dan jenaka...setelah dibaca ..bagus bikin penasaran dan tegang
goodnovel comment avatar
Iwiek Zakaria
sangat menarik dan buat penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 12

    Saat melihat teko teh yang terbang ke arahnya, mata hitam Leon langsung menjadi gelap.Awalnya tidak sulit bagi Leon untuk menghindar. Akan tetapi, begitu kejadian itu terjadi, Leon mendorong Loren untuk menjauh darinya, jadi dia melewatkan waktu terbaik untuk menghindar.Loren yang sudah didorong, sontak memanggil dengan cemas, "Kak ...."Bertha tampak terlihat bersalah, tetapi di dalam hatinya dia sangat menantikannya.Tehnya baru saja dibuat dan hari ini wajah Leon tidak akan bisa diselamatkan.Jika bukan karena khawatir, bosnya akan tetap menyimpan bajingan ini di dalam hatinya. Ini semua tidak hanya akan merusak wajah Leon, tetapi juga mengakhiri hidupnya sebagai bajingan.Tepat ketika semua orang, termasuk Leon sendiri, mengira sedang dalam bahaya. Teko yang hanya berjarak beberapa meter dari wajah Leon itu, tiba-tiba ditangkap oleh sepasang tangan.Tangannya ramping, seputih batu permata dan langsung menangkap teko itu dengan kuat.Leon menatap pada wanita yang sudah menghalangi

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 13

    Meskipun emosi Violet sudah disembunyikan dengan baik, Sheva masih menyadari ada yang tidak beres ketika dia kembali.Diam-diam dia menelepon Bertha dan mengetahui bahwa semua karena Leon. Sheva juga memiliki niat membunuh terhadap pria itu.Mantan suami atau apa pun itu, cuma akan memengaruhi suasana hati.Tentu saja, membunuh Leon tidaklah mudah. ​​Lebih baik mencari cara untuk membuat bosnya merasa lebih baik terlebih dahulu.Untuk makan siang, Sheva memasak banyak makanan lezat.Saat melihat meja yang penuh dengan hidangan, suasana hati Violet langsung membaik dan dia bahkan menambah semangkuk nasi.Melihat suasana hatinya membaik, Sheva berkata, "Sebaiknya besok pergi berobat denganku."Violet tidak akan berada dalam suasana hati yang buruk jika dia tidak melakukan kontak dengan orang-orang itu."Bertha sudah memberitahumu?" tanya Violet. Sheva diam-diam menelepon Bertha tadi dan Violet melihatnya."Bos, kalau kamu masih nggak bisa melepaskan Leon, cepat rebut dia kembali. Kalau c

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 14

    Saat melihat Mia yang sedang menatap penuh harap, Violet mengeluarkan satu set jarum perak dari kotak obat sambil berkata, "Perawatannya akan dibagi menjadi empat tahap. Hari ini kita akan mulai dengan tahap pertama, akupunktur dan menguras darah."Mia tidak menyangka bahwa Violet akan menolaknya, meskipun dia sudah mengatakan semuanya.Kebencian yang samar langsung melintas di matanya. Akan tetapi, dia masih berpura-pura terlihat menyedihkan di permukaan seraya berkata, "Dokter Sakti, aku tahu permintaanku mungkin akan menyulitkanmu. Tapi aku benar-benar sudah nggak punya pilihan lain, jadi aku sudah nggak punya rasa malu dan datang meminta bantuanmu.""Kami sudah sangat mencintai satu sama lain, tapi mungkin ada kesenjangan besar dalam status keluarga, jadi neneknya selalu meremehkanku.""Kalau neneknya nggak setuju, kami nggak akan pernah bisa bersama.""Aku nggak berani menanyakan tentang status, aku cuma ingin menjadi wanitanya.""Jadi, Dokter Sakti. Aku mohon, kali ini bantu aku.

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 15

    Mia benar-benar tidak menyangka Violet akan merekamnya. Dia bahkan sengaja memotong percakapan awal dan akhir.Detak jantung Mia berdegup sangat cepat.Dia bahkan tidak berani menatap Leon.Selama bertahun-tahun, Mia selalu bersikap murni dan baik hati di hadapan Leon, jadi pria itu tidak meragukannya.Sekarang, Leon pasti sangat kecewa pada dirinya.Jika Leon menyadarinya bahwa Mia telah berbohong padanya selama ini ....Tidak, jangan biarkan Leon meragukan dirinya sendiri."Nggak, itu bukan aku ...." tandas Mia menjelaskan kepada Leon dengan ekspresi khawatir di wajahnya. Dia kembali berkata, "Paman, aku nggak pernah berkata seperti itu sama sekali."Mia menampar pintu yang tertutup dengan ekspresi marah di wajahnya sambil berkata, "Kamu dan aku nggak punya dendam di masa lalu dan dendam akhir-akhir ini. Siapa yang menyuruhmu untuk menyiramkan air kotor seperti itu padaku?""Aku pernah melihat orang nggak tahu malu, tapi aku belum pernah melihat orang se-nggak tahu malu ini."Sikap M

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 16

    Begitu mobil berhenti, Violet langsung keluar dari mobil. Dia mencari kunci untuk beberapa saat, tetapi tidak dapat menemukannya. Violet sangat kesal sehingga dia mengetuk pintu dan berkata, "Leon, buka pintunya.""Apa kamu dengar? Cepat buka pintunya."Setelah memanggil lama sekali, pintunya tetap tidak terbuka. Violet meletakkan tangannya di pinggul sambil bergumam, "Apa menurutmu aku nggak akan bisa masuk, kalau kamu nggak membuka pintunya?"Setelah mundur beberapa langkah, Violet terlihat berlari ke atas. Dengan lompatan yang ringan, Violet langsung melompat ke atas gerbang.Setelah mendarat dengan selamat, dia menepuk-nepuk tangannya dengan bangga sambil berkata, "Kamu juga terlalu meremehkanku."Violet benar-benar sudah mabuk. Dia berjalan dengan langkah gontai, mulai dari gerbang sampai ruang utama dan hampir jatuh beberapa kali.Bisa dibilang, meskipun mabuk dan jika Violet masih punya akal sehat, dia tidak akan pernah berakhir di tempat yang sudah membuatnya sedih selama tiga

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 17

    Leon mendorong pintu kamar Violet dan menemukan bahwa tidak ada sosok Violet di dalam kamar tersebut.Cahaya di matanya langsung meredup.Tiba-tiba, dia mendengar suara berisik dari kamar tidur utama.Sebuah harapan muncul kembali di matanya, lalu dia segera mengubah arah.Leon ragu-ragu sejenak sebelum membuka pintu.Ketika pintu terbuka dan dia melihat wanita itu terbaring terlentang di atas tempat tidur, bibir tipis Leon langsung melengkung dan mengencang pada detik berikutnya. Leon berjalan ke tempat tidur sambil menendang kaki tempat tidur dan berkata, "Bangun."Wanita di atas tempat tidur itu tidak bereaksi sama sekali dan hanya tidur dengan nyenyak."Bangun!"Leon menaikkan nada suaranya, tetapi tetap sama. Violet bahkan tidak mengangkat kelopak matanya.Leon mengulurkan tangannya untuk menarik Violet, tetapi wanita itu menariknya kembali sesaat sebelum Leon menyentuhnya sambil berkata, "Aku mengantuk. Aku akan menyelesaikan masalahnya denganmu besok."Violet menempati sebagian

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 18

    Faktanya, dalam analisis terakhir, Violet sedikit merasa bersalah.Dalam tiga tahun terakhir, dia benar-benar bertindak seperti seorang pengecut. Dia tidak berani menunjukkan harga dirinya di hadapan Leon dan benar-benar kehilangan dirinya sendiri.Saat ini, Violet ingin mendapatkan kembali martabat yang layak diterimanya.Keesokan harinya.Violet tidak membuka matanya, tetapi dia justru merasa sakit di sekujur tubuhnya, seperti ada mobil yang menabraknya.Apalagi di bagian pinggang, rasanya sakit sekali seolah akan patah.Mulutku juga sangat haus dan terasa seperti terbakar.Dengan mata yang masih terpejam, Violet berteriak, "Sheva ....""Siapa Sheva?"Violet dikejutkan oleh suara berat pria yang terdengar di telinganya. Matanya yang semula tertutup langsung terbuka lebar.Saat melihat sekeliling, dia tercengang saat melihat Leon yang sedang telanjang dan berbaring di sampingnya.Apakah ini mimpi?Ya, ini pasti mimpi, kalau tidak mereka tidak akan pernah tidur di ranjang yang sama.Ji

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 19

    Surat cerai, menikah lagi ....Dengan siapa?Pria bernama Sheva itu?Bibir tipis Leon sedikit melengkung, lalu dia berkata, "Violet, harus kubilang kamu sudah berusaha keras untuk mendapatkannya berkali-kali, tapi cuma kali ini yang paling pantas."Violet mempelajarinya, lalu menyahut, "Jadi, apa aku berhasil menarik perhatian Pak Leon?""Oh, jarang sekali. Dalam tiga tahun terakhir, aku bahkan nggak bisa membuat Pak Leon memperhatikan aku lebih jauh. Aku nggak menyangka situasinya akan berbeda setelah bercerai."Saat mengatakannya, Violet sengaja merangkul leher Leon dan berkata, "Kenapa kita nggak memberi tahu Nona Mia kabar baik ini dan membuatnya bahagia?""Kamu masih berani menyebutnya ...."Melihat ekspresi Leon yang berubah secara tiba-tiba, tatapan penuh seringai melintas di mata Violet.Benar saja, Mia adalah titik sensitif Leon yang tidak bisa disentuh."Apa maksudmu Pak Leon?" Violet mengangkat bahu, lalu melanjutkan, "Oh, aku ingat. Pak Leon mengira aku yang bertanggung jaw

Latest chapter

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 416

    Pria itu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ternyata seperti itu!"Dia hanya mengatakan ini dan tidak mengatakan yang lain lagi.Pria itu tidak mengatakan apa pun dan Violet juga tidak bertanya. Setelah perjalanan ini berakhir, Violet menyerahkan kartu yang lain pada pria itu, "Ini adalah 200 juta untuk uang tipmu hari ini. Terima kasih karena sudah menemani kami sepanjang hari ini!"Violet sangat murah hati sampai membuat pria itu enggan menerima pemberian darinya lagi, "Kamu sudah memberiku cukup banyak uang, aku nggak boleh menerimanya lagi."Violet meletakkan kartu ke tangan pria itu dengan paksa dan berkata, "Terimalah, kamu pantas mendapatkannya! Pada awalnya suasana hatiku sangat buruk karena nggak menemukan siapa pun. Tapi kamu sudah menemaniku sepanjang hari dan suasana hatiku sudah membaik sekarang. Besok tolong bawa kami datangi tempat lain."Pria itu ingin mengatakan sesuatu, tapi dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun. Hanya saja dia mengembalikan kartu itu

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 415

    Awalnya berpikir bisa melihat Leon jika pergi ke sana, tapi siapa tahu ...."Kapan kamu melihatnya?"Orang yang mengaku melihat Leon adalah seorang pemuda berusia dua puluhan, juga warga setempat.Semua penduduk setempat di sini sangat tinggi, baik pria maupun wanita.Bahkan pria jangkung seperti Lukas pun terlihat agak kurus di hadapan penduduk setempat, seperti kekurangan gizi.Menanggapi pertanyaan Violet, pemuda itu menjawab, "Maaf, aku baru saja melihat foto itu dengan saksama lagi dan menyadari bahwa aku salah.""Orang itu memang sedikit mirip dengannya, tapi bukan orang yang kamu cari!"Lukas segera mencengkeram kerah pria itu dan berkata, "Tadi kamu bilang kamu benar-benar melihatnya, tapi sekarang kamu bilang salah lihat?"Pria itu segera menepis tangan Lukas dan berkata, "Aku memang salah lihat. Apa kamu nggak pernah salah lihat orang?"Lukas mengerutkan kening lebih erat. "Aku pikir kamu nggak salah lihat, tapi ada yang melarangmu mengatakannya."Mata pria itu berkedip. "Aku

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 414

    Lukas merasa agak sulit menerimanya. "Maksudmu yang sebelumnya bukan Leon, tapi Adis?""Ya!" Suara Violet terdengar serak, "Sebelumnya Adis berpura-pura menjadi Leon, bahkan nggak tahu di mana Leon yang asli sekarang.""Aku sudah mencarinya hampir di mana-mana, tapi tetap nggak bisa menemukannya. Jadi, aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya dan memintamu untuk mengajukan permohonan ke organisasi untuk membantu mencarinya."Violet benar-benar putus asa, mana mungkin akan merahasiakannya dari Lukas untuk sementara waktu.Lagi pula, hanya akan membuat lebih banyak orang khawatir tentang Leon.Mungkin juga akan sampai ke telinga Nenek.Kesehatan Nenek baru saja membaik sedikit akhir-akhir ini, Violet tidak ingin sesuatu terjadi padanya lagi.Lukas sangat marah. "Pantas saja aku merasa ada salah.""Saat melihatnya di pulau itu, aku merasa bukan seperti Leon, tapi kemudian aku berpikir mungkin aku terlalu banyak berpikir, jadi aku nggak meragukannya lagi. Ternyata dia bukan Leon!""Ya

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 413

    Entah metode apa pun yang digunakan Violet, pria itu selalu tidak mau mengungkapkan keberadaan Leon. Mulutnya sekeras Adis.Kalaupun Violet memberi tahu bahwa Adis sudah meninggal, pria itu tetap menolak untuk mengatakan sepatah kata pun."Tuanku sudah meninggal, tapi perintahnya masih ada. Tuanku bilang jangan sampai mengungkapkan keberadaan Leon."Pria itu penuh luka, tapi tetap tidak mau mengkhianati Adis, meski Adis sudah tidak ada lagi.Memang Adis cukup berhasil dalam melatih orang.Tidak seperti Violet ....Violet langsung memikirkan Lisa dan Sandy.Sekalipun ada alasan di balik pengkhianatannya, hal itu tetap membuktikan bahwa Violet gagal.Violet mengerutkan kening dan menatap pria itu dengan tatapan lebih dingin, "Kalaupun aku ingin membunuhmu, kamu nggak akan memberitahuku?""Nggak!" Pria itu berkata tanpa ragu, "Kalaupun kamu membunuhku, aku nggak akan memberitahumu, jadi jangan buang-buang energimu, bunuh saja aku!""Mau mati dengan mudah?" Violet hanya menyuapi pria itu d

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 412

    "Mana mungkin Sandy begitu berani?"Kapan tepatnya itu terjadi?Anak itu berusia lima tahun, Sandy sudah merahasiakannya darinya selama lima tahun!Tidak, itu tidak benar!"Sandy sangat mencintaimu hingga melakukan banyak hal untukmu secara diam-diam." Violet menasihati, "Jadi jangan terobsesi dengan hal-hal yang nggak seharusnya. Hiduplah dengan baik. Sandy sudah tiada, anak itu membutuhkanmu!""Membutuhkan aku ...."Adis mengerutkan kening. "Oh, dia masih anak-anak, bisa hidup dengan siapa saja! Violet, kalau kamu benar-benar merasa kasihan padanya, bawa saja dia untuk tinggal bersamamu!""Aku ...."Sambil berkata demikian, Adis mencabut pisaunya dan menusukkan pisaunya lagi ke tubuhnya. "Violet, kalau aku nggak bisa mendapatkan cintamu, aku benar-benar nggak bisa hidup!""Setelah bertahun-tahun, aku lelah!"Setelah bertahun-tahun berusaha, pada akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Adis benar-benar lelah dan tidak ingin terus berjuang."Oh ...." Adis memikirkan sesuatu sebelum meningg

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 411

    "Adis!"Violet mencoba menghentikannya dengan cepat, tapi sudah terlambat.Adis menatap Violet yang berlari ke arahnya. "Violet, kalau kamu nggak mau tahu keberadaan Leon, kamu mungkin nggak akan peduli dengan hidup dan matiku sama sekali, 'kan?""Bukan seperti itu!" Violet tak kuasa menahan tangisnya. "Kak Adis, sebenarnya aku nggak pernah membencimu.""Entah apa pun yang sudah kamu lakukan, kamu adalah penyelamatku.""Kalau kamu nggak menyelamatkanku dari Carmelia, aku nggak akan pernah selamat.""Setelah itu, kamu selalu menjadi orang yang melindungiku secara diam-diam.""Aku tahu semua yang sudah kamu lakukan untukku, jadi aku nggak membencimu, aku hanya nggak bisa memberimu apa yang kamu inginkan."Violet berkata demikian bukan untuk menipu Adis, melainkan dari lubuk hatinya.Dia benar-benar tidak membenci Adis.Semua hal salah yang dilakukannya adalah karena Adis terlalu mencintainya, yang membuatnya gila.Jadi Violet tidak pernah berpikir untuk membalas dendam.Kalau tidak, deng

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 410

    Meskipun baru saja mengatakannya dengan tegas, Adis tetap tidak bisa tetap acuh tak acuh saat melihat Violet benar-benar akan menyerang dirinya sendiri.Adis segera membungkuk, mengambil batu kecil dari tanah dan melemparkannya ke Violet.Batu itu mengenai pergelangan tangan Violet dan pisaunya jatuh ke tanah.Mata Adis memerah saat menatap Violet. "Kalau ... kalau saja kamu nggak bertemu Leon, apa kamu akan memilihku?"Jika mereka nggak berpisah saat itu dan selalu bersama, apa Violet akan jatuh cinta padanya, bukan pada Leon?Violet tahu bahwa kebenaran itu terlalu kejam bagi Adis, terutama sekarang Violet tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, tapi tetap tidak ingin berbohong kepadanya!"Nggak!" Violet mengatakan hal yang sama, "Kamu hanyalah Kakak bagiku! Kalaupun nggak ada Leon, akan ada orang lain. Jadi situasi saat ini antara kamu dan aku nggak ada hubungannya dengan Leon.""Haha!" Adis tertawa, tetapi air mata mengalir dari sudut matanya. "Violet, kamu terus bilang bahwa kamu m

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 409

    "Kamu lebih baik mati daripada bersamaku?"Tidak ada yang lebih menyakiti Adis selain kata-kata Violet.Adis sudah melakukan banyak hal hanya untuk bersama Violet.Bahkan sampai berpura-pura menjadi Leon, tapi pada akhirnya, tetap dengan mudah diungkap olehnya.Bukan hanya itu saja, Violet juga sangat tidak berperasaan terhadapnya!"Adis, entah kamu menggunakan identitas mana pun, jiwamu nggak akan pernah berubah. Perasaanku padamu ...."Violet menatap Adis dengan serius. "Aku juga!""Entah aku menggunakan identitas apa pun, kamu nggak akan pernah jatuh cinta padaku!" Adis merasa seolah-olah hatinya sedang dipotong olehnya dengan pisau.Awalnya berpikir bisa memenangkan cintanya dengan mengubah identitasnya menjadi Leon.Meski bukan untuknya tapi untuk Leon, yang penting bisa bersamanya.Demi mencintainya, Adis betul-betul merendahkan dirinya, tapi yang diberikannya hanyalah sikap yang kejam.Adis semakin tidak rela memikirkannya. Saat menatap Violet, tatapan matanya berangsur-angsur b

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 408

    "Terserahmu saja!" Violet tidak ingin berkata terlalu banyak padanya. "Adis, aku akan memberimu waktu tiga hari lagi untuk memikirkannya. Sebaiknya kamu katakan apa yang ingin aku ketahui, kalau nggak ....""Haha, nggak perlu menunggu tiga hari. Aku sudah memberitahumu apa yang perlu kamu ketahui. Jangan lagi berkhayal. Semua yang aku katakan padamu memang benar!"Adis segera menyela perkataannya. "Adapun mayat Leon, sama saja seperti yang aku katakan padamu di awal. Mayatnya sudah jadi makanan ikan.""Kawanan ikan itu sangat besar. Aku mengoleskan obat ke mayatnya dan dalam waktu kurang dari lima menit, mayatnya sudah habis.""..."Violet mengepalkan tangannya, tidak berkata apa-apa lagi, berbalik dan pergi, meninggalkan Adis sendirian di ruang pengobatan.Yang tidak diketahuinya adalah bahwa Adis sangat akrab dengan ruang pengobatan ini.Karena di sinilah Adis membunuh gurunya dengan tangannya sendiri.Alasannya adalah ....Begitulah kejadian hari itu, gurunya bertemu dengannya di lu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status