Share

Bab 6

Penulis: Jalita Haira
Wanita itu berbalik untuk menghadapnya. Begitu melihat dengan jelas wajahnya, wajah tampan Leon seketika menjadi sangat muram.

Punggung wanita itu memang mirip dengan Violet, tetapi wajahnya sama sekali berbeda.

Penampilannya biasa saja, jauh dari kecantikan luar biasa yang dimiliki Violet.

Ketika menyadari bahwa dirinya sempat menganggap Violet cantik, wajah Leon menjadi makin muram.

"Tampan, caramu mendekati orang unik sekali. Kamu punya gaya sendiri, aku suka."

Wanita itu menyandarkan dirinya ke arah Leon, lalu melanjutkan, "Rumahku ada di dekat sini, bagaimana kalau kita ...."

"Salah orang."

Saat Leon mundur, wanita itu hampir terjatuh. Namun, dia tidak terlihat kesal, malah kembali mendekat sambil berujar, "Jangan malu-malu. Kita berdua ini sudah dewasa, nggak perlu sungkan."

Sebuah tatapan dingin diarahkan pada Joshua yang mengikuti dari belakang.

Joshua segera maju untuk mengatasi situasi tersebut.

Setelah keduanya pergi dengan mobil, Violet naik ke mobil Sheva, lalu dengan perlahan melepas topeng kulit manusia yang dikenakannya.

Tadi dia pikir semua itu hanya kebetulan. Ternyata Leon memang sengaja mencarinya.

Hanya saja, yang membuatnya bingung adalah, apa yang diinginkan Leon darinya hingga perlu membuat keributan sebesar ini?

Violet sudah dengan sukarela menyerahkan posisinya. Apa lagi yang masih membuatnya merasa tidak puas?

Sheva juga merasa bingung. Terlalu banyak pertanyaan yang akhirnya tak bisa dia tahan. "Bos, aku baru saja mendengar kabar kalau Leon bukan mencari Elang Merah, tapi istrinya yang hilang ...."

"Ya, aku itu istrinya!"

Setelah sampai sejauh ini, tidak perlu lagi ada yang ditutup-tutupi.

"Kamu sudah menikah?" tanya Sheva yang tampak terkejut.

"Sudah. Tapi sekarang sudah cerai," jawab Violet.

"Apa karena Mia?"

Leon rela mengeluarkan dana 20 triliun hanya untuk Mia. Ini menunjukkan hubungan mereka yang tidak biasa.

Tak bisa menahan diri, Sheva langsung mengumpat dengan keras, "Buah memang nggak jatuh jauh dari pohonnya. Dia sama persis dengan ibunya."

Violet langsung menangkap maksud dari perkataan itu. "Kamu dan Keluarga Lenova ...."

"Aku dan Keluarga Lenova nggak ada hubungan apa-apa," ujar Sheva sambil menggenggam erat kemudi.

Itu adalah luka yang tidak ingin dia bicarakan. Jadi Sheva tidak pernah menceritakannya pada Violet, karena dia berniat membalaskan dendamnya sendiri.

Lagi pula, Violet juga punya dendamnya sendiri yang belum terbalaskan.

Ibu Mia adalah sepupu dari ibunya.

Karena sebuah kecelakaan, Ibu Mia menjadi yatim piatu. Nenek Sheva yang melihat ini merasa kasihan dan mengasuhnya.

Siapa sangka, dia malah mengasuh seekor serigala berbulu domba.

Di permukaan, Ibu Mia tampak lembut dan baik hati. Namun, kenyataannya dia berhati kejam.

Di usianya yang masih delapan tahun, Sheva menyaksikan sendiri ayahnya, Boni Lenova, berselingkuh di tempat tidur ibunya ketika sang Ibu sedang dalam perjalanan bisnis.

Kemudian, mereka memaksa ibunya hingga mati, bahkan mencoba membakarnya hidup-hidup.

Tubuh Sheva menderita luka bakar parah. Jika saat pelariannya dia tidak diselamatkan oleh Violet, mungkin Sheva sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Violet merawatnya, membantunya memulai hidup baru, membuatnya menjadi seperti sekarang ini. Meskipun dia berdiri di depan Boni, Sheva tidak akan dikenali.

Violet bisa tahu dengan sekali pandang bahwa Sheva tidak berbohong.

Karena dia tidak ingin membahasnya, Violet tidak bertanya lebih lanjut.

Setiap orang memiliki rahasia masing-masing.

Dia mengalihkan topik, "Apa tugas yang aku berikan padamu sebelum pergi sudah selesai?"

Sheva membuka laci di depan kursi penumpang, mengeluarkan sebuah map biru, lalu berkata, "Hasil investigasi menunjukkan Keluarga Wijaya nggak punya hubungan atau dendam apa pun dengan Keluarga Ananta, baik dulu ataupun tiga tahun lalu. Selain itu, Keluarga Wijaya juga nggak mungkin tahu identitas aslimu."

Dia sebenarnya adalah putri dari Keluarga Ananta, keluarga terkaya di kota.

Beberapa tahun yang lalu, terjadi serangan pembunuhan. Hanya dalam satu malam, semua anggota Keluarga Ananta, termasuk para pelayan, dengan total tiga puluh nyawa, semuanya tewas.

Pelakunya sangat kejam, tak terbayangkan kejinya.

Semua orang mengira Keluarga Ananta sudah musnah tanpa tersisa. Namun, mereka tidak tahu ada seseorang yang mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Violet.

Selama bertahun-tahun ini, dia menyembunyikan identitasnya. Selain Sheva, Noah, Bertha, serta beberapa orang lainnya, tidak ada yang tahu siapa Violet sebenarnya.

Mereka yang tahu identitas Violet tidak akan pernah mengkhianatinya.

Violet membuka dokumen, lalu membaliknya satu per satu.

Memang semuanya terlihat normal.

Namun, tiga tahun yang lalu dia pernah mendengar para penjahat menyebut-nyebut tentang Keluarga Wijaya.

Setelah menutup dokumen itu, dia melemparkannya begitu saja. "Bisa lolos kali ini, tapi pasti akan terungkap lain waktu."

"Benar. Kalau memang ini ada kaitan dengan Keluarga Wijaya, sebesar apa pun kekuatan mereka, harga yang harus dibayar nggak akan terlewat sedikit pun." Sheva menambahkan, "Lalu bagaimana dengan Adis?"

Violet bersandar di sandaran kursi, memejamkan mata dengan santai, lalu menanggapi, "Dia pulang lebih awal, jadi aku nggak bertemu dengannya."

"Kalau begitu, apakah kita akan pergi ke Keluarga Hardi sekarang?"

"Nanti saja kita bicarakan lagi!"

Setelah berkeliling, Violet merasa cukup lelah. Lebih baik dia pulang dan tidur dulu.

Jika menghitung waktunya, malam ini adalah saat di mana Mia akan mengalami reaksi racun untuk yang kedua kalinya. Setelah istirahat dengan baik, Violet akan bersiap untuk menonton drama.

**

Malam itu, di rumah sakit.

Sejak makan malam, Mia terus merasa kehausan.

Meski sudah minum banyak air, tetap saja rasa hausnya tak kunjung hilang, justru makin terasa.

Dia tahu bahwa waktu efek serangan kedua racun telah tiba.

Jadi, dia buru-buru menelepon Leon.

"Paman, kamu di mana? Aku merasa sangat nggak nyaman ...."

Begitu panggilannya tersambung, dia langsung mengeluh dengan nada menggoda tanpa menunggu jawaban. Namun, ternyata yang menjawabnya adalah Loren Jiwono.

"Kalau kamu merasa nggak nyaman, panggil dokter. Apa gunanya menelepon kakakku?"

Loren sangat tidak menyukai Mia. "Selain itu, ini adalah peringatan terakhirku untukmu. Kakakku sudah menikah."

"Baik aku maupun Nenek, kami hanya akan mengakui Violet dalam hidup ini. Jadi sebaiknya kamu menjauh dari kakakku."

Mia juga tak menyukai Loren. Dia langsung membalas, "Benarkah? Kamu belum tahu kalau mereka sudah bercerai, 'kan?"

"Selain itu, yang mengajukan cerai terlebih dulu adalah Violet."

"Kamu bicara omong kosong!" Loren tak memercayainya sama sekali. Dia melanjutkan, "Kakak iparku begitu mencintai kakakku, mana mungkin dia yang meminta cerai?"

"Kalau kamu nggak percaya, tanyakan saja pada kakakmu. Selain itu, kakak iparmu itu kabur dengan pria lain entah ke mana. Sampai sekarang dia masih belum ada kabarnya!"

"Perempuan jalang! Kalau kamu berani menghina kakak iparku lagi, lihat saja, aku akan merobek mulutmu ...."

Saat sedang mengumpat dengan penuh amarah, ponselnya direbut oleh sebuah tangan kokoh dengan jari-jari panjang.

Loren mendongak, lalu berujar, "Kakak, Mia si perempuan jalang ini bilang kalau Kakak Ipar menceraikanmu."

Leon menatapnya dengan tatapan dingin, lalu berkata, "Jaga sikapmu."

"Sikap sopanku lebih baik aku berikan pada anjing daripada untuk dia. Jawab saja, apa benar Kakak Ipar mau menceraikanmu?"

"Ini bukan urusanmu." Mata hitam Leon menjadi lebih gelap. Dia menambahkan, "Yang seharusnya kamu perhatikan adalah ujianmu besok pagi."

Setelah berkata demikian, dia berbalik.

Loren mengejarnya, terus bertanya, "Bagaimana mungkin ini bukan urusanku? Kakak Ipar adalah penyelamat Nenek. Kalau bukan karena dia menyelamatkan Nenek dulu, kita berdua sudah jadi yatim piatu sekarang."

"Jangan menjadi orang yang nggak tahu balas budi ...."

Tak peduli apa pun yang dikatakannya, Leon tidak berhenti sedikit pun.

Loren yang merasa kesal, mengentakkan kaki dengan penuh amarah. "Aku akan menelepon Nenek!"

Leon tahu bahwa Loren pasti akan mengadu pada Nenek mereka.

Entah mantra apa yang sudah diberikan oleh Violet pada nenek dan adik perempuannya ini hingga mereka begitu menyukainya.

Alasan Leon tidak berusaha secara terbuka mencari Violet adalah agar tidak membuat neneknya yang sedang beristirahat di pegunungan terganggu. Namun, sepertinya kali ini Leon tidak bisa menyembunyikannya lagi.

Ketika memikirkan itu, dia kembali menelepon Mia, ingin menanyakan dari mana dia tahu soal Violet yang menceraikannya.

"Paman, Paman ...."

Begitu panggilan tersambung, terdengar suara Mia yang sangat kesakitan. "Ada apa?" tanya Leon.

"Aku benar-benar merasa sangat nggak nyaman. Aku merasa hampir mati. Cepat datang dan selamatkan aku!"

"Kamu tenang dulu. Aku akan segera ke sana," ucap Leon.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
NOORULLHUDA BT MAT RIPIN KPM-Guru
Interesting
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 7

    Di rumah sakit.Begitu Leon masuk, Mia langsung memeluknya dengan erat.Wanita itu seperti seekor ular tanpa tulang, menggeliat di dalam pelukannya sambil berkata, "Paman, aku merasa nggak nyaman .... Benar-benar nggak nyaman ....""Di mana yang terasa nggak nyaman?" Leon mengulurkan tangan, mencoba mendorongnya, tetapi ini malah membuat Mia makin erat memeluknya."Di seluruh tubuhku ...." kata Mia sambil menggenggam tangan Leon, lalu menempelkannya ke dadanya. Dia melanjutkan, "Terutama di sini, seperti ada banyak semut yang merayap. Rasanya gatal dan sangat nggak nyaman.""Paman, tolong aku ... selamatkan aku!"Keadaan Mia ini jelas tidak normal. "Aku akan memanggil dokter untukmu," ucap Leon."Nggak, aku nggak mau dokter, aku hanya mau kamu." Mia memeluk Leon erat-erat seperti tumbuhan merambat yang melilit, bahkan mulai membuka kancing bajunya. Mia berkata, "Paman, tolong aku. Cepatlah, aku benar-benar merasa nggak nyaman .... Kalau kamu nggak menolongku, aku benar-benar akan mati

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 8

    Saat masker itu hampir saja ditarik, Violet dengan cepat mencabut jarum perak dari pinggangnya, lalu langsung menusukkannya ke telapak tangan Leon."Hiss ...."Rasa sakit tajam menyebar di telapak tangannya, memaksa Leon menarik kembali tangannya. Violet memanfaatkan kesempatan itu untuk melompat langsung dari balkon.Melihat wanita itu mendarat dengan stabil dari ketinggian lantai 11, mata hitam pekat Leon menyiratkan kekaguman sekaligus sorotan yang tajam.Dia mengeluarkan ponselnya, membuka halaman yang menunjukkan titik merah kecil.Sebenarnya, dia sudah menyadari bahwa di dalam kamar rawat ada orang lain selain dirinya dan Mia.Tepat ketika Mia bersiap melepaskan pakaian, ada suara dari dalam lemari.Meski suara itu sangat pelan dan hanya sekejap, Leon tetap menyadarinya.Tadi dia sengaja keluar untuk memancing musuh keluar dari persembunyian.Melihat titik merah di pelacak, mata hitam Leon menyipit. "Violet, sebaiknya bukan kamu dalang dibalik semuanya. Kalau nggak ...."**Viole

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 9

    Untuk undangan biasa, Leon mungkin tidak akan hadir secara pribadi, tetapi untuk Keluarga Hardi ....Leon harus memberikan sedikit penghormatan.Siapa sangka, begitu masuk ke rumah Keluarga Hardi, dia akan melihat sosok yang sangat mirip dengan Violet.Hampir secara naluriah, dia langsung mengejarnya.Wanita itu memiliki kewaspadaan tinggi. Hanya dalam waktu singkat, Leon sudah kehilangan jejaknya.Ini tidak seperti Violet. Wanita itu tidak secerdik ini, bahkan terkadang agak kikuk.Apakah dia salah mengenali orang lagi?Benar juga. Wanita itu hanyalah anak yatim piatu tanpa keluarga. Bagaimana mungkin dia punya hubungan dengan Keluarga Hardi?Orang tadi jelas sudah sangat familiar dengan rumah Keluarga Hardi.Tampaknya dia memang salah mengenali orang lagi.Sama seperti saat di pintu bandara waktu itu.Sudah dua kali hal ini terjadi. Mengapa ada begitu banyak orang yang terlihat mirip dengan Violet dari belakang? Bahkan Elang Merah itu pun juga. Atau mungkin semua wanita memang terlih

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 10

    Taman Bangau.Ini adalah sebuah resor bergaya paviliun yang menggabungkan restoran, tempat rekreasi, serta tempat hiburan.Waktu pengobatan dijadwalkan pada hari Senin, jadi Violet datang sehari sebelumnya untuk melakukan persiapan.Sebenarnya, dia cukup melakukan ini dengan menelepon saja. Namun, dia sengaja datang karena di tempat ini ada seseorang yang ingin dia temui. Orang itu juga ingin menemuinya.Begitu memasuki aula, Violet melambaikan tangan memanggil seorang pelayan muda yang mengenakan pakaian tradisional, "Aku mau pesan ruang VIP nomor satu.""Maaf, ruang VIP nomor satu nggak bisa dipesan oleh tamu umum."Violet berpura-pura bertanya, "Kenapa?"Pelayan pria itu menjelaskan, "Ruangan VIP ini adalah ruang eksklusif yang disediakan oleh pemilik kami untuk tamu istimewa. Sejak resor ini dibuka, ruangan ini nggak pernah dipesan oleh orang luar. Kalau kamu ingin memesan ruang VIP, silakan pilih salah satu ruangan lain selain ruang nomor satu ini."Violet mengangkat alis sambil b

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 11

    "Kak Violet?"Loren mengusap matanya seraya berseru, "Ternyata itu benar kamu!"Karena sudah tertangkap basah, jadi tidak bisa melarikan diri.Jejak kekesalan melintas di mata Violet.Karena berpikir sedang ada di wilayah sendiri dan tidak perlu berpura-pura. Siapa yang tahu bahwa secara kebetulan, Violet justru bertemu dengan mantan saudara iparnya sendiri.Nasib antara mereka berdua dan takdir Violet benar-benar membuat wanita itu tidak bisa berkata-kata.Setelah menenangkan diri, Violet mengerucutkan bibirnya pelan sambil menyahut, "Loren, kebetulan sekali.""Benar, kebetulan sekali!" seru Loren sambil berlari ke arah Violet. Wanita itu meraih tangannya dan berkata, "Kak Violet, aku sudah mencarimu selama berhari-hari. Aku nggak menyangka akan bertemu denganmu di sini."Saat melihat Violet, Loren terkejut dan juga bahagia. Wanita itu tidak bisa menahan kegembiraannya.Alasan mengapa Loren ada di sini hari ini adalah karena seorang temannya melihatnya dalam suasana hati yang buruk, l

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 12

    Saat melihat teko teh yang terbang ke arahnya, mata hitam Leon langsung menjadi gelap.Awalnya tidak sulit bagi Leon untuk menghindar. Akan tetapi, begitu kejadian itu terjadi, Leon mendorong Loren untuk menjauh darinya, jadi dia melewatkan waktu terbaik untuk menghindar.Loren yang sudah didorong, sontak memanggil dengan cemas, "Kak ...."Bertha tampak terlihat bersalah, tetapi di dalam hatinya dia sangat menantikannya.Tehnya baru saja dibuat dan hari ini wajah Leon tidak akan bisa diselamatkan.Jika bukan karena khawatir, bosnya akan tetap menyimpan bajingan ini di dalam hatinya. Ini semua tidak hanya akan merusak wajah Leon, tetapi juga mengakhiri hidupnya sebagai bajingan.Tepat ketika semua orang, termasuk Leon sendiri, mengira sedang dalam bahaya. Teko yang hanya berjarak beberapa meter dari wajah Leon itu, tiba-tiba ditangkap oleh sepasang tangan.Tangannya ramping, seputih batu permata dan langsung menangkap teko itu dengan kuat.Leon menatap pada wanita yang sudah menghalangi

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 13

    Meskipun emosi Violet sudah disembunyikan dengan baik, Sheva masih menyadari ada yang tidak beres ketika dia kembali.Diam-diam dia menelepon Bertha dan mengetahui bahwa semua karena Leon. Sheva juga memiliki niat membunuh terhadap pria itu.Mantan suami atau apa pun itu, cuma akan memengaruhi suasana hati.Tentu saja, membunuh Leon tidaklah mudah. ​​Lebih baik mencari cara untuk membuat bosnya merasa lebih baik terlebih dahulu.Untuk makan siang, Sheva memasak banyak makanan lezat.Saat melihat meja yang penuh dengan hidangan, suasana hati Violet langsung membaik dan dia bahkan menambah semangkuk nasi.Melihat suasana hatinya membaik, Sheva berkata, "Sebaiknya besok pergi berobat denganku."Violet tidak akan berada dalam suasana hati yang buruk jika dia tidak melakukan kontak dengan orang-orang itu."Bertha sudah memberitahumu?" tanya Violet. Sheva diam-diam menelepon Bertha tadi dan Violet melihatnya."Bos, kalau kamu masih nggak bisa melepaskan Leon, cepat rebut dia kembali. Kalau c

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 14

    Saat melihat Mia yang sedang menatap penuh harap, Violet mengeluarkan satu set jarum perak dari kotak obat sambil berkata, "Perawatannya akan dibagi menjadi empat tahap. Hari ini kita akan mulai dengan tahap pertama, akupunktur dan menguras darah."Mia tidak menyangka bahwa Violet akan menolaknya, meskipun dia sudah mengatakan semuanya.Kebencian yang samar langsung melintas di matanya. Akan tetapi, dia masih berpura-pura terlihat menyedihkan di permukaan seraya berkata, "Dokter Sakti, aku tahu permintaanku mungkin akan menyulitkanmu. Tapi aku benar-benar sudah nggak punya pilihan lain, jadi aku sudah nggak punya rasa malu dan datang meminta bantuanmu.""Kami sudah sangat mencintai satu sama lain, tapi mungkin ada kesenjangan besar dalam status keluarga, jadi neneknya selalu meremehkanku.""Kalau neneknya nggak setuju, kami nggak akan pernah bisa bersama.""Aku nggak berani menanyakan tentang status, aku cuma ingin menjadi wanitanya.""Jadi, Dokter Sakti. Aku mohon, kali ini bantu aku.

Bab terbaru

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 388

    Nenek belum sempat bicara, Leon sudah lebih dulu membuka mulut, "Aku antar kamu pulang!"Menerima isyarat darinya, Violet mengangguk, "Baik!"Baru saja mereka pergi, Lukas yang terkenal suka bergosip langsung mulai menyebar gosip, "Kalian lihat, 'kan? Mereka saling melempar pandang. Terutama sikap Violet pada Leon, dulu 'kan mereka selalu berdebat. Tapi sekarang, dia malah terlihat begitu lembut. Apa ini berarti hati Violet mulai hidup kembali untuk Leon?"Loren setuju dan mengangguk, "Aku juga merasa begitu. Sikap Kak Violet pada kakakku kali ini jauh lebih baik dari sebelumnya.""Kalau ini terjadi dulu, kakakku bilang mau antar, jangankan setuju, mungkin dia malah akan menyindir kakakku. Tapi tadi, dia sama sekali nggak berkata apa-apa dan langsung setuju."Nenek juga merasa hal yang sama, "Memang ada yang berbeda!"Lukas makin bersemangat, "Kalau begini terus, bukan nggak mungkin kita bisa segera hadiri pernikahan mereka!"Di sepanjang jalan menuju gerbang, Violet beberapa kali bers

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 387

    Rombongan mereka kembali ke Kota Bona, dan Violet ikut kembali ke rumah lama Keluarga Jiwono bersama Leon.Bagaimanapun juga, Violet harus menyerahkan Leon langsung ke neneknya.Soal racun di tubuhnya ....Saat masih di pulau, ketika Lukas pergi menjemput Leon, Violet sudah memeriksa denyut nadinya.Dari denyut nadinya, memang menunjukkan bahwa Leon diracuni, dan racunnya cukup kuat. Namun, untuk jenis racunnya, masih belum jelas.Butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahuinya.Namun, satu hal yang pasti, itu jelas racun kronis, jika tidak, Leon pasti sudah mati keracunan.Ini agaknya bukan gaya Adis. Mengingat Adis sudah menyeret Leon ikut mati bersamanya, mengapa di saat-saat terakhir hidupnya, dia tidak langsung membuat mereka mati bersama?Apakah itu karena Adis hanya memiliki racun jenis ini?Karena racun ini tidak langsung mematikan, lebih baik membawa Leon pulang dulu untuk menemui neneknya. Kalau tidak, bisa-bisa neneknya menangis sampai matanya buta.Beberapa hari terakhir

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 386

    Beberapa saat yang lalu ketika di pesawat, Lukas menerima telepon dari Violet yang memintanya pulang untuk menjemput Leon. Dirinya sempat curiga kalau itu hanya mimpi karena dirinya terlalu merindukan Leon.Saat ini, walau wajah Leon terpampang di depannya, Lukas masih kurang yakin.Dengan cepat melangkah maju, Lukas mencubit lengan Leon, "Sakit nggak?"Leon mengerutkan kening, "Menurutmu?""Kalau sakit, berarti aku nggak sedang mimpi!"Sambil berbicara, Lukas tiba-tiba memeluk Leon erat-erat, "Leon, kamu kejutkan aku! Aku tahu kamu nggak mungkin mati semudah itu!"Namun, Leon yang tidak sabar dengan sentuhan itu segera menepiskan Lukas, memperlihatkan ekspresi tak senang, "Kalau mau bicara, bicara saja! Jangan pegang-pegang!""Wah wah wah, baru 'mati' beberapa hari saja, kamu sudah jadi begitu angkuh. Padahal dulu kita sering tidur di ranjang yang sama!"Makin Leon menghindar, makin Lukas sengaja mengulurkan tangan untuk menyentuhnya.Wajah Leon menjadi makin serius, "Lukas, kamu suda

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 385

    Begitu menghadapi pertanyaan Violet, Leon tersenyum pahit. "Karena umurku nggak akan lama lagi, lebih baik aku biarkan kalian memperlakukanku seolah-olah aku sudah mati!""Apa maksudmu umurmu nggak akan lama lagi?"Violet menatapnya dari atas ke bawah dengan nada mengejek, "Hanya peluru yang mengenai perut saja. Sebagai pemimpin Pasukan Yeager, apa kamu akan mati hanya karena luka sekecil itu?"Leon pasti sama seperti dirinya yang menderita banyak sekali luka, baik besar maupun kecil, tapi masih hidup dan sehat.Selain itu, ada Violet. Kecuali sudah tidak bisa lagi ditolong dengan obat, Violet masih bisa menolongnya.Leon menatap Violet dengan enggan. "Adis meracuniku sebelum meninggal!""Adis sudah meninggal?""Ya!" Leon mengangguk. "Setelah menyeretku ke dalam air hari itu, mungkin sudah menghabiskan terlalu banyak energi. Saat berenang ke mekanisme di kedalaman laut yang mengarah ke pulau itu, Adis sudah nggak punya banyak kekuatan yang tersisa.""Aku memanfaatkan kesempatan itu unt

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 384

    Sayangnya Sandy sudah meninggal dan dibunuh oleh Adis sendiri.Saat Violet menemukannya, Sandy sudah meninggal.Hanya mata yang tidak terpejam yang dipenuhi rasa bersalah serta penyesalan.Bagaimanapun Sandy sudah lama bersamanya, jadi Violet tidak menyimpan dendam dan menyuruh Sheva serta Bertha menguburkan Sandy.Violet tetap di pulau itu.Pasti ada sebuah mekanisme di sini, tapi belum ditemukan saja. Mungkin mereka berdua belum mati.Jadi Violet tidak berencana meninggalkan pulau itu sampai menemukan mereka berdua.Setelah berkeliling pulau, Violet menemukan bahwa pulau ini dibangun oleh Adis sesuai dengan kesukaannya.Saat masih sangat muda, Violet pernah bilang bahwa dirinya mempunyai mimpi, yaitu membeli pulau sendiri dan menanam banyak bunga di pulau itu.Lalu peliharalah beberapa hewan kecil yang lucu, seperti burung, anjing, kucing dan yang lainnya.Pulau ini ada semua yang dikatakannya.Violet secara alami dapat merasakan cinta Adis padanya.Namun, Violet benar-benar tidak me

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 383

    Violet tidak pernah menyangka Adis bisa begitu gila hingga memilih mati bersama Leon.Aliran airnya sangat deras, dalam sekejap keduanya tersapu jauh.Violet melihat Leon meronta, Adis menggunakan tangan dan kakinya untuk memegangnya erat-erat guna mencegahnya melarikan diri.Leon sudah terluka, energinya juga sudah terbuang banyak, jadi perlawanannya tidak berguna bagi Adis lagi ....Violet menundukkan kepalanya dan bersiap untuk melompat turun ...."Violet, kalau kamu berani melompat turun, aku akan membunuh Leon sekarang juga!" Adis mengarahkan pistolnya ke dahi Leon untuk mengancam Violet.Begitu melihat Violet benar-benar berhenti, Adis merasa semakin kesal. "Sampai saat ini orang yang kamu sayang masih Leon!"Dari awal hingga akhir, matanya terpaku pada Leon, matanya penuh kekhawatiran terhadap Leon.Perbedaan sikap Violet ini membuat Adis semakin sakit hati. Pada saat ini, Adis akhirnya memahami kesenjangan antara dirinya dan Leon.Meskipun Violet mengaku bahwa dirinya tidak lag

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 382

    Saat hendak menembak Leon, Adis tiba-tiba mendengar deru helikopter.Jelaslah bahwa Violet mengejarnya. Adis menunduk dan tiba-tiba tertawa, "Leon, kamu lebih peduli pada Violet daripada keselamatanmu sendiri! Aku nggak tahu apa ada Violet saat helikopter ini mendarat.""Bagaimana kalau aku menambaknya jauh-jauh?""Adis, katakan padaku, apa maumu?"Entah ada Violet atau tidak, tidak bisa bercanda dengan menyangkut nyawa, apalagi kemungkinan besar ada teman baiknya, Lukas dan Jerry!"Haha, kamu sudah tahu, jadi aku nggak akan bertele-tele denganmu. Aku ingin membuat kesepakatan denganmu. Aku akan menggunakan nyawamu sebagai ganti nyawa semua orang di helikopter. Kesepakatan ini sama sekali nggak akan merugikanmu!"Ya, ini adalah kesepakatan yang pasti menguntungkan, tapi ...."Apa kamu sudah memikirkannya? Kesabaranku terbatas. Aku memberimu waktu tiga detik ....""Seharusnya waktu ini untukmu saja!"Sebelum Leon sempat menjawab, Violet tiba-tiba muncul di belakangnya.Adis menatap Viol

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 381

    Sandy sebenarnya juga ingin menguji untuk melihat apakah Adis benar-benar tidak mempunyai perasaan sama sekali padanya.Meskipun sudah tahu jawabannya, Sandy masih ingin mencobanya sekali lagi.Alhasil, Adis tiba-tiba tersenyum pada Sandy yang tampak sudah siap mati lalu berkata, "Baiklah, karena kamu ingin mati, sekarang aku akan mengabulkan keinginanmu!"Hampir tanpa ragu, Adis siap untuk menembak. Pada saat ini, Leon menggunakan seluruh kekuatannya untuk berdiri dan langsung bergegas menuju Adis.Setelah mendorong Adis mundur beberapa langkah, Leon berkata pada Sandy, "Pergi!"Meskipun sudah tidak berdaya, Leon tetap berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkannya.Sambil mengerutkan kening, Sandy mengeluarkan penawar racun dari sakunya dan menyerahkannya pada Leon, "Kali ini, setelah kamu meninggalkan tempat ini dan menemui bos, bantu aku meminta maaf padanya."Setelah mengatakan itu, Sandy berlari ke arah Adis, yang berjalan ke arah mereka dengan ekspresi marah di wajahnya dan memel

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 380

    Adis tidak mendengarkannya lagi. "Enyahlah, ini nggak ada hubungannya denganmu. Kamu harusnya paham identitasmu sendiri. Jangan berpikir bahwa identitasmu berbeda hanya karena kamu sudah tidur denganku beberapa kali. Dari awal hingga akhir, kamu hanyalah seekor anjing bagiku. Apa pun yang aku lakukan, bukan hakmu untuk ikut campur!"Kata-katanya begitu kejam sehingga bahkan Leon tidak tahan mendengarnya. Namun, Leon tidak berhak mengatakan apa pun karena telah memperlakukan Violet dengan cara yang sama di masa lalu!Begitu memikirkan kata-kata tak berperasaan yang diucapkannya kepada Violet, Leon merasa menyesal lagi.Wajah Sandy yang tadinya pucat kini menjadi semakin pucat, tapi terus membujuknya, "Dulu kamu nggak seperti ini. Aku masih ingat dirimu yang dulu yang sangat ceria, memberikan kesan yang sangat hangat pada semua orang, tapi lihatlah dirimu sekarang?""Saat kamu melihat ke cermin, kamu mungkin bahkan nggak mengenali dirimu sendiri!""Diam!"Sandy seakan tidak mendengar dan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status