Share

Bab 5

Penulis: Jalita Haira
Tatapan tajam Leon kembali mengarah ke balkon, memberi Joshua isyarat dengan pandangan matanya.

Joshua memeriksa sekeliling, "Pak, nggak ada siapa-siapa di sini!"

"Panggil dokter." Mata Leon berubah menjadi dingin. Dia menambahkan, "Beri tahu pihak rumah sakit untuk menutup semua pintu keluar. Hanya boleh ada masuk, nggak boleh ada yang keluar!"

"Baik!"

Setelah diperiksa oleh dokter dan dipastikan bahwa orang itu hanya mengambil darahnya tanpa melakukan hal lain, hati Mia yang semula waspada akhirnya merasa sedikit tenang.

Orang yang datang tidak diketahui asal-usulnya. Mengingat kondisinya yang rentan, tentu saja dia merasa takut.

Namun, dia tidak mengerti, kenapa orang itu bersusah payah mengambil darahnya?

Namun ....

Air mata Mia mengalir begitu dia menoleh menatap Leon. Dia berkata, "Paman, sebenarnya ada beberapa hal yang seharusnya nggak aku katakan. Tapi dia benar-benar sudah keterlaluan."

Ini adalah kesempatan yang bagus untuk menimpakan segalanya pada Violet, jadi dia tidak akan melewatkannya.

Sambil menggenggam tangan Leon, air matanya mengalir makin deras. Mia berujar, "Aku sudah hampir mati karena racun yang mematikan, kenapa dia masih nggak mau melepaskanku?

"Apakah dia merasa aku mati terlalu lambat, sehingga datang di tengah malam untuk mengambil darahku?"

Mata Leon tampak sedikit gelap, tetapi dia tidak menanggapi kata-katanya, hanya berujar, "Orang yang bisa menyembuhkanmu sudah ditemukan."

Ekspresi Mia langsung berubah meski hanya sebentar. Dia bertanya, "Bukankah katanya racun ini nggak ada obatnya?"

"Di atas langit masih ada langit. Kami sudah bernegosiasi dengan seorang dokter sakti terkenal bernama Elang Merah. Dia sudah setuju untuk menyembuhkanmu. Racunmu akan segera disembuhkan."

"Elang Merah?" tanya Mia dengan terkejut. "Apa dia hebat?"

"Ya, Pak Dimas yang sakit parah di Kota Barona sembuh berkat pengobatannya."

Nada suara Leon menjadi lebih lembut ketika berkata, "Tenang saja, aku akan mengurus semuanya."

Untuk Mia, pria itu mengatakan semuanya akan diurus olehnya ....

Sedangkan untuk Violet, semuanya tidak ada hubungannya dengan dia ....

Violet yang bersembunyi di dalam kamar mandi, mendengarkan kata-kata lembut Leon kepada Mia. Awalnya dia pikir dia tidak akan merasakan apa-apa lagi, tetapi ternyata tetap sulit untuk tidak merasakan apa pun.

Tidak tertarik untuk mendengar lebih lama lagi, Violet membuka jendela, lalu melompat keluar.

Seperti kelelawar di malam hari, dia menghilang dalam sekejap, bergerak begitu cepat hingga sulit untuk dilacak.

Di depan rumah sakit.

Sheva yang sedang menunggu dengan cemas, berencana untuk masuk membantu. Namun, akhirnya dia melihat Violet keluar.

Dia segera turun dari mobil, berjalan menghampirinya, berujar sambil memperhatikannya dari atas sampai bawah, "Bos, kamu nggak apa-apa, 'kan?"

"Memangnya apa yang bisa terjadi padaku?" Violet terus berjalan tanpa berhenti, lalu menambahkan, "Jangan terlalu khawatir."

Ada yang aneh dengan emosinya!

Secara logis, bosnya memiliki pengaruh dan koneksi yang kuat, jadi seharusnya dia memang tidak perlu terlalu khawatir.

Namun, insiden tiga tahun lalu di mana bosnya dijebak, meninggalkan bekas yang cukup mendalam di ingatan Sheva.

Sheva tidak akan pernah bisa melupakan momen saat dia melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika Violet jatuh dari tebing.

Selama tiga tahun, Sheva terus menyalahkan dirinya sendiri karena tidak dapat melindunginya sebagai bawahannya.

Jadi ketika dia menerima telepon dari bosnya dan tahu bahwa dia masih hidup, Sheva bersumpah dalam hati bahwa kali ini dia tidak akan membiarkan bosnya terluka sedikit pun, meski harus mengorbankan nyawanya.

Awalnya Sheva ingin menggantikannya dalam misi ini, tetapi Violet bersikeras untuk pergi sendiri.

Dari kaca spion, Sheva melirik Violet yang sejak naik ke mobil tidak mengatakan sepatah kata pun.

Dia merasa bahwa hubungan antara bosnya dengan Mia tidaklah sesederhana itu.

Sepertinya dia perlu meminta orang untuk menyelidikinya secara diam-diam.

Pandangan Sheva belum sempat dialihkan, tetapi dia langsung ketahuan oleh Violet. Dia buru-buru berdeham, "Bos, sudah tahu racunnya jenis apa?"

Violet terdiam sejenak sebelum menjawab, "Racun Pemikat!"

"Ciitt ...."

Saking terkejutnya, Sheva langsung menginjak rem. Dia berkomentar, "Ternyata ini racun yang dulu menjadi karya besarmu! Bukankah tiga tahun lalu sudah kamu musnahkan bersama dengan resepnya?"

"Masih ada satu butir terakhir di Keluarga Hardi."

"Apa Adis yang melakukannya?" Sheva tampak tercengang. "Dendam macam apa yang dia punya sampai harus begitu kejam kepada seorang gadis muda?"

"Racun ini awalnya hanya menyebabkan ketidaknyamanan pada tubuhnya, tapi setelah racunnya kambuh kedua kalinya, korbannya akan berperilaku seperti anjing betina yang sedang birahi."

Bosnya membuat racun aneh ini dulu untuk menghadapi seorang iblis.

Violet pun tidak mengerti.

Keluarga Hardi tidak punya konflik apa pun dengan Keluarga Jiwono, bahkan mereka memiliki hubungan bisnis dengan Keluarga Lenova.

Jika racun itu benar dari Adis, insiden penculikan sebelumnya pasti tidak ada hubungannya dengan dia.

Bagaimanapun juga, dia tidak mungkin dan tidak akan membiarkan Violet hampir mati dalam ledakan itu.

Tak peduli siapa pun pelakunya, Violet harus menemukannya.

Ini bukan untuk membuktikan diri pada Leon, melainkan karena dia tidak akan tinggal diam menerima kekalahan begitu saja!

Baik itu masalah penculikan, pengkhianatan tiga tahun lalu, ataupun pembunuhan keluarganya dulu. Violet tidak akan melepaskan satu pun dari mereka!

Di kedalaman matanya tampak kebencian yang membara. Sheva tiba-tiba menyodorkan ponsel di depannya sambil berkata, "Bos, Leon baru saja mengirimkan pesan. Dia meminta agar segera dijadwalkan waktu untuk perawatan."

Terpikir kembali akan kelembutan pria bajingan itu, Violet tersenyum dingin, lalu menjawab, "Katakan padanya, perjanjian dibatalkan."

Dibandingkan dengan uang 20 triliun, yang saat ini paling dinantikan Violet adalah melihat kondisi Mia setelah racunnya kambuh kedua kalinya!

**

Di koridor luar kamar rawat Mia.

Meski wajah Leon tampak tanpa ekspresi, tetapi tatapannya dingin bagai es yang sudah berabad-abad. Dia berkata, "Katakan lagi, apa yang barusan kamu katakan?"

Joshua menguatkan diri, mengulangnya sekali lagi, "Elang Merah menyampaikan kalau perjanjian dibatalkan."

Joshua merasa menyesal sekarang.

Seharusnya dia tidak memberitahukan tentang dokter sakti ini pada bosnya hari itu.

Awalnya Elang Merah meminta bayaran yang besar. Sementara sekarang, dia malah membatalkan perjanjian.

Apakah dia tidak tahu seberapa buruk temperamen Leon?

Leon menahan amarahnya, lalu berkata, "Berikan teleponnya padaku."

Joshua buru-buru menyerahkan ponsel padanya.

Leon menekan nomor itu. Nada sambung terdengar, tetapi teleponnya tidak diangkat.

Jika ditelepon sekali tidak diangkat, dia akan menelepon untuk kedua kalinya. Hingga kesabaran Leon habis, akhirnya suara di seberang sana terdengar samar, "Maaf, aku tadi sedang sibuk."

Joshua yang ada di sampingnya buru-buru menyeka keringat yang hampir menetes ke lantai dari dahinya.

Untungnya teleponnya diangkat. Jika tidak, ponselnya pasti akan bernasib buruk.

Sebuah ponsel memang tidak berharga, tetapi data di dalamnya bernilai tak terhingga bagi Leon.

"Aku ingin bicara dengan Elang Merah," kata Leon langsung ke intinya.

"Dia sedang nggak bisa diganggu. Kalau ada sesuatu, kamu bisa menyampaikannya padaku. Nanti aku akan meneruskannya."

Mata hitam Leon menyipit. Dia berkata, "Harganya sudah disepakati, kenapa tiba-tiba dibatalkan?"

"Harap tenang, Pak Leon. Pembatalan sepihak ini memang nggak sopan, tapi kami juga punya alasan yang nggak bisa dihindari. Kalau nggak, mana mungkin kami mengabaikan uang 20 triliun!"

"Alasan apa?"

"Ini nggak bisa diungkapkan kepada Pak Leon. Yang jelas, lebih baik Pak Leon segera mencari ahli lain agar nggak menghambat waktu terbaik untuk pengobatan Nona Mia."

Setelah selesai bicara, Sheva langsung menutup telepon. Detik berikutnya ....

"Krak!"

Melihat ponsel yang akhirnya tidak luput dari nasib buruk, hati Joshua terasa lebih hancur daripada ponselnya sendiri.

"Cari dia!" geram Leon. Dia ingin tahu permainan apa yang sedang mereka mainkan kali ini.

Joshua ingin mengatakan bahwa ini tidak mudah.

Tidak hanya wanita itu, bahkan Violet masih hilang tanpa jejak hingga sekarang.

Apakah kedua wanita ini senang bermain petak umpet?

Mia terus mendengarkan pergerakan di luar kamar. Begitu Leon dan Joshua menjauh, dia segera mengunci pintu, lalu mengeluarkan ponsel lain yang disembunyikan di bawah bantalnya.

"Leon sudah menemukan orang yang bisa menyembuhkan racunku, tapi tadi aku mencuri dengar kalau orang itu sepertinya membatalkan perjanjiannya."

Mia mendengus, lalu melanjutkan, "Katanya orang bernama Elang Merah itu sangat hebat. Tapi menurutku dia cuma punya nama besar saja. Mungkin dia tahu dirinya nggak bisa menyembuhkannya, jadi dia memilih kabur."

"Dia sendiri yang menciptakan racun itu, bagaimana mungkin dia nggak bisa menyembuhkannya?"

"Jadi, apa kalian saling kenal? Kalau racun itu buatannya, kenapa tiba-tiba dia nggak mau? Padahal aku dengar Leon menawarkan imbalan 20 triliun!"

Bersedia mengeluarkan 20 triliun demi dirinya, ini sudah membuktikan posisi Mia di hati Leon.

Memang kenapa kalau semua ini palsu?

Begitu mereka menikah, dia mendapatkan posisi sebagai istri Leon yang sah.

Meski Leon tahu bahwa dia bukan penyelamatnya, dia tidak akan berbuat apa-apa padanya dengan dalamnya perasaannya terhadap dirinya.

Orang di telepon terdiam beberapa saat sebelum akhirnya bicara, "Bukankah ini justru sesuai keinginanmu? Nggak lama lagi racunmu akan kambuh lagi. Semoga keinginanmu tercapai."

"Terima kasih atas doa baikmu. Kalau aku berhasil merebut Leon, tentu aku nggak akan melupakan kebaikanmu."

**

Cara tercepat untuk mengetahui apakah racun itu benar-benar berasal dari Adis adalah dengan langsung menanyakannya.

Meskipun Violet merasa kecil kemungkinan itu adalah ulah Adis, dia tetap memutuskan untuk menemuinya.

Bagaimanapun juga, sudah tiga tahun sejak terakhir kali mereka bertemu.

Setelah kembali ke Vila Magnolia, hal pertama yang Violet lakukan adalah meminta Sheva untuk melacak keberadaan Adis.

Bahkan sebelum Violet menghabiskan satu apel, tugas itu sudah selesai.

"Adis pergi ke Negara Marta untuk urusan bisnis."

"Pesankan tiket untukku."

Keesokan paginya, Violet sudah naik pesawat menuju Negara Marta.

Sheva ingin ikut, tetapi Violet tidak mengizinkannya.

Dia memberinya instruksi untuk mengurus hal lain.

Setelah tiga tahun tidak naik pesawat, melihat awan di luar jendela membuat Violet merasakan kebebasan seperti burung yang kembali ke langit.

Selama tiga tahun itu, hidupnya hanya berisi Leon.

Demi menjadi istri yang baik, dia bahkan jarang keluar rumah. Setiap hari dia hanya memikirkan bagaimana merawat suaminya dengan lebih baik.

Pagi-pagi sekali, Violet akan bangun pukul lima untuk membuatkan sarapan.

Setiap pakaian Leon dicucinya dengan tangan, termasuk kaus kaki serta pakaian dalamnya.

Saat bekerja, Violet menghitung menit demi menit, menanti seperti batu penunggu, berharap pria itu akan segera pulang.

Sekarang, saat mengingat-ingat lagi, hidup seperti itu sudah dia jalani selama tiga tahun.

Seolah-olah otaknya sudah tidak berfungsi.

Setelah turun dari pesawat, Violet langsung menuju hotel tempat Adis menginap.

Namun, dia diberitahu, "Pak Adis sudah keluar dari hotel ini sejak pagi-pagi sekali."

Violet terdiam.

Tadinya, Violet ingin memberikan kejutan padanya.

Lupakan saja. Karena sudah sampai di sini, anggap saja ini sebagai liburan.

Violet berjalan-jalan sebentar, membeli banyak barang, lalu kembali dengan pesawat untuk pulang ke negara asalnya.

Harus diakui, menjadi lajang itu memang menyenangkan!

Makin jauh dirinya dari makhluk bernama pria, akan makin baik.

Di bandara, Violet dari kejauhan sudah melihat Sheva menunggunya.

"Di sini ...." Namun, senyum Violet langsung berubah kaku.

Leon?

Melihat Leon dikelilingi oleh orang-orang yang berjalan ke arahnya, Violet segera membalikkan badan.

Sepertinya hari ini bukan hari yang baik baginya.

Dia bukannya takut pada pria itu, hanya tidak ingin bertemu dengannya.

Dia yakin, pria itu juga tidak ingin melihat dirinya.

Demi menghindari situasi yang tidak diinginkan, Violet masuk ke kamar kecil.

Leon mencari di sekeliling, tetapi tidak melihat bayangan Violet. "Apa kamu yakin kalau dia naik pesawat ini?"

Joshua yang mengikutinya tampak mengeluarkan keringat di keningnya lagi. Joshua menjawab, "Sudah dikonfirmasi berkali-kali. Bu Violet memang naik penerbangan ini dari Negara Marta."

Siapa yang tahu betapa girangnya Joshua saat menerima kabar itu.

Hilangnya Violet, pembatalan janji oleh Elang Merah, serta wanita yang menyelinap masuk ke kamar rawat Mia malam itu, lalu berhasil kabur dari rumah sakit meski ada pengawasan ketat.

Singkatnya, akhir-akhir ini Leon sudah dibuat frustrasi oleh ketiga wanita tersebut, hampir meledak.

Untungnya, ada kabar tentang Violet. Jika tidak, begitu Leon meluapkan kemarahannya, orang pertama yang akan terkena imbasnya adalah dirinya.

Joshua menyeka keringat di dahinya, lalu berujar, "Sudah ada orang yang berjaga di setiap pintu keluar. Seharusnya Bu Violet akan segera ditemukan."

Setengah jam kemudian.

Nada suara Leon mulai berubah dingin saat dia bertanya, "Di mana orangnya?"

Joshua ingin sekali menggigit lidahnya sendiri.

Ternyata masih terlalu dini untuk mengatakan apa pun!

Namun, bagaimana mungkin Violet yang hanya seorang biasa ini sangat lihai dalam bersembunyi?

"Joshua, kemampuan kerjamu benar-benar makin buruk. Kalau begini terus, aku rasa aku perlu untuk mengirimmu ke Aftar Selatan untuk latihan."

Setelah mengatakan ini, Leon pun melangkah pergi.

Sudah setengah jam berlalu, sepertinya wanita itu sudah kabur jauh.

Dalam situasi seperti ini, dia tetap bisa melarikan diri. Ternyata dia memang meremehkan kemampuan wanita itu.

Di luar bandara, berjejer mobil hitam dengan mobil utama yang terlihat megah di bagian paling depan.

Joshua berlari kecil menghampiri, membukakan pintu mobil untuk Leon. Saat Leon hendak membungkuk masuk, di sudut matanya dia melihat ....

Pria itu berbalik, langsung berjalan cepat ke arah seorang wanita, lalu dengan cepat menahan bahunya dari belakang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Idaatto
lanjut bos
goodnovel comment avatar
Ma E
aku suka ini authornya pandai banget...lanjut thor
goodnovel comment avatar
Mimy Sukur
ga msk akal crt nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 6

    Wanita itu berbalik untuk menghadapnya. Begitu melihat dengan jelas wajahnya, wajah tampan Leon seketika menjadi sangat muram.Punggung wanita itu memang mirip dengan Violet, tetapi wajahnya sama sekali berbeda.Penampilannya biasa saja, jauh dari kecantikan luar biasa yang dimiliki Violet.Ketika menyadari bahwa dirinya sempat menganggap Violet cantik, wajah Leon menjadi makin muram."Tampan, caramu mendekati orang unik sekali. Kamu punya gaya sendiri, aku suka."Wanita itu menyandarkan dirinya ke arah Leon, lalu melanjutkan, "Rumahku ada di dekat sini, bagaimana kalau kita ....""Salah orang."Saat Leon mundur, wanita itu hampir terjatuh. Namun, dia tidak terlihat kesal, malah kembali mendekat sambil berujar, "Jangan malu-malu. Kita berdua ini sudah dewasa, nggak perlu sungkan."Sebuah tatapan dingin diarahkan pada Joshua yang mengikuti dari belakang.Joshua segera maju untuk mengatasi situasi tersebut.Setelah keduanya pergi dengan mobil, Violet naik ke mobil Sheva, lalu dengan perl

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 7

    Di rumah sakit.Begitu Leon masuk, Mia langsung memeluknya dengan erat.Wanita itu seperti seekor ular tanpa tulang, menggeliat di dalam pelukannya sambil berkata, "Paman, aku merasa nggak nyaman .... Benar-benar nggak nyaman ....""Di mana yang terasa nggak nyaman?" Leon mengulurkan tangan, mencoba mendorongnya, tetapi ini malah membuat Mia makin erat memeluknya."Di seluruh tubuhku ...." kata Mia sambil menggenggam tangan Leon, lalu menempelkannya ke dadanya. Dia melanjutkan, "Terutama di sini, seperti ada banyak semut yang merayap. Rasanya gatal dan sangat nggak nyaman.""Paman, tolong aku ... selamatkan aku!"Keadaan Mia ini jelas tidak normal. "Aku akan memanggil dokter untukmu," ucap Leon."Nggak, aku nggak mau dokter, aku hanya mau kamu." Mia memeluk Leon erat-erat seperti tumbuhan merambat yang melilit, bahkan mulai membuka kancing bajunya. Mia berkata, "Paman, tolong aku. Cepatlah, aku benar-benar merasa nggak nyaman .... Kalau kamu nggak menolongku, aku benar-benar akan mati

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 8

    Saat masker itu hampir saja ditarik, Violet dengan cepat mencabut jarum perak dari pinggangnya, lalu langsung menusukkannya ke telapak tangan Leon."Hiss ...."Rasa sakit tajam menyebar di telapak tangannya, memaksa Leon menarik kembali tangannya. Violet memanfaatkan kesempatan itu untuk melompat langsung dari balkon.Melihat wanita itu mendarat dengan stabil dari ketinggian lantai 11, mata hitam pekat Leon menyiratkan kekaguman sekaligus sorotan yang tajam.Dia mengeluarkan ponselnya, membuka halaman yang menunjukkan titik merah kecil.Sebenarnya, dia sudah menyadari bahwa di dalam kamar rawat ada orang lain selain dirinya dan Mia.Tepat ketika Mia bersiap melepaskan pakaian, ada suara dari dalam lemari.Meski suara itu sangat pelan dan hanya sekejap, Leon tetap menyadarinya.Tadi dia sengaja keluar untuk memancing musuh keluar dari persembunyian.Melihat titik merah di pelacak, mata hitam Leon menyipit. "Violet, sebaiknya bukan kamu dalang dibalik semuanya. Kalau nggak ...."**Viole

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 9

    Untuk undangan biasa, Leon mungkin tidak akan hadir secara pribadi, tetapi untuk Keluarga Hardi ....Leon harus memberikan sedikit penghormatan.Siapa sangka, begitu masuk ke rumah Keluarga Hardi, dia akan melihat sosok yang sangat mirip dengan Violet.Hampir secara naluriah, dia langsung mengejarnya.Wanita itu memiliki kewaspadaan tinggi. Hanya dalam waktu singkat, Leon sudah kehilangan jejaknya.Ini tidak seperti Violet. Wanita itu tidak secerdik ini, bahkan terkadang agak kikuk.Apakah dia salah mengenali orang lagi?Benar juga. Wanita itu hanyalah anak yatim piatu tanpa keluarga. Bagaimana mungkin dia punya hubungan dengan Keluarga Hardi?Orang tadi jelas sudah sangat familiar dengan rumah Keluarga Hardi.Tampaknya dia memang salah mengenali orang lagi.Sama seperti saat di pintu bandara waktu itu.Sudah dua kali hal ini terjadi. Mengapa ada begitu banyak orang yang terlihat mirip dengan Violet dari belakang? Bahkan Elang Merah itu pun juga. Atau mungkin semua wanita memang terlih

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 10

    Taman Bangau.Ini adalah sebuah resor bergaya paviliun yang menggabungkan restoran, tempat rekreasi, serta tempat hiburan.Waktu pengobatan dijadwalkan pada hari Senin, jadi Violet datang sehari sebelumnya untuk melakukan persiapan.Sebenarnya, dia cukup melakukan ini dengan menelepon saja. Namun, dia sengaja datang karena di tempat ini ada seseorang yang ingin dia temui. Orang itu juga ingin menemuinya.Begitu memasuki aula, Violet melambaikan tangan memanggil seorang pelayan muda yang mengenakan pakaian tradisional, "Aku mau pesan ruang VIP nomor satu.""Maaf, ruang VIP nomor satu nggak bisa dipesan oleh tamu umum."Violet berpura-pura bertanya, "Kenapa?"Pelayan pria itu menjelaskan, "Ruangan VIP ini adalah ruang eksklusif yang disediakan oleh pemilik kami untuk tamu istimewa. Sejak resor ini dibuka, ruangan ini nggak pernah dipesan oleh orang luar. Kalau kamu ingin memesan ruang VIP, silakan pilih salah satu ruangan lain selain ruang nomor satu ini."Violet mengangkat alis sambil b

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 11

    "Kak Violet?"Loren mengusap matanya seraya berseru, "Ternyata itu benar kamu!"Karena sudah tertangkap basah, jadi tidak bisa melarikan diri.Jejak kekesalan melintas di mata Violet.Karena berpikir sedang ada di wilayah sendiri dan tidak perlu berpura-pura. Siapa yang tahu bahwa secara kebetulan, Violet justru bertemu dengan mantan saudara iparnya sendiri.Nasib antara mereka berdua dan takdir Violet benar-benar membuat wanita itu tidak bisa berkata-kata.Setelah menenangkan diri, Violet mengerucutkan bibirnya pelan sambil menyahut, "Loren, kebetulan sekali.""Benar, kebetulan sekali!" seru Loren sambil berlari ke arah Violet. Wanita itu meraih tangannya dan berkata, "Kak Violet, aku sudah mencarimu selama berhari-hari. Aku nggak menyangka akan bertemu denganmu di sini."Saat melihat Violet, Loren terkejut dan juga bahagia. Wanita itu tidak bisa menahan kegembiraannya.Alasan mengapa Loren ada di sini hari ini adalah karena seorang temannya melihatnya dalam suasana hati yang buruk, l

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 12

    Saat melihat teko teh yang terbang ke arahnya, mata hitam Leon langsung menjadi gelap.Awalnya tidak sulit bagi Leon untuk menghindar. Akan tetapi, begitu kejadian itu terjadi, Leon mendorong Loren untuk menjauh darinya, jadi dia melewatkan waktu terbaik untuk menghindar.Loren yang sudah didorong, sontak memanggil dengan cemas, "Kak ...."Bertha tampak terlihat bersalah, tetapi di dalam hatinya dia sangat menantikannya.Tehnya baru saja dibuat dan hari ini wajah Leon tidak akan bisa diselamatkan.Jika bukan karena khawatir, bosnya akan tetap menyimpan bajingan ini di dalam hatinya. Ini semua tidak hanya akan merusak wajah Leon, tetapi juga mengakhiri hidupnya sebagai bajingan.Tepat ketika semua orang, termasuk Leon sendiri, mengira sedang dalam bahaya. Teko yang hanya berjarak beberapa meter dari wajah Leon itu, tiba-tiba ditangkap oleh sepasang tangan.Tangannya ramping, seputih batu permata dan langsung menangkap teko itu dengan kuat.Leon menatap pada wanita yang sudah menghalangi

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 13

    Meskipun emosi Violet sudah disembunyikan dengan baik, Sheva masih menyadari ada yang tidak beres ketika dia kembali.Diam-diam dia menelepon Bertha dan mengetahui bahwa semua karena Leon. Sheva juga memiliki niat membunuh terhadap pria itu.Mantan suami atau apa pun itu, cuma akan memengaruhi suasana hati.Tentu saja, membunuh Leon tidaklah mudah. ​​Lebih baik mencari cara untuk membuat bosnya merasa lebih baik terlebih dahulu.Untuk makan siang, Sheva memasak banyak makanan lezat.Saat melihat meja yang penuh dengan hidangan, suasana hati Violet langsung membaik dan dia bahkan menambah semangkuk nasi.Melihat suasana hatinya membaik, Sheva berkata, "Sebaiknya besok pergi berobat denganku."Violet tidak akan berada dalam suasana hati yang buruk jika dia tidak melakukan kontak dengan orang-orang itu."Bertha sudah memberitahumu?" tanya Violet. Sheva diam-diam menelepon Bertha tadi dan Violet melihatnya."Bos, kalau kamu masih nggak bisa melepaskan Leon, cepat rebut dia kembali. Kalau c

Bab terbaru

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 416

    Pria itu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ternyata seperti itu!"Dia hanya mengatakan ini dan tidak mengatakan yang lain lagi.Pria itu tidak mengatakan apa pun dan Violet juga tidak bertanya. Setelah perjalanan ini berakhir, Violet menyerahkan kartu yang lain pada pria itu, "Ini adalah 200 juta untuk uang tipmu hari ini. Terima kasih karena sudah menemani kami sepanjang hari ini!"Violet sangat murah hati sampai membuat pria itu enggan menerima pemberian darinya lagi, "Kamu sudah memberiku cukup banyak uang, aku nggak boleh menerimanya lagi."Violet meletakkan kartu ke tangan pria itu dengan paksa dan berkata, "Terimalah, kamu pantas mendapatkannya! Pada awalnya suasana hatiku sangat buruk karena nggak menemukan siapa pun. Tapi kamu sudah menemaniku sepanjang hari dan suasana hatiku sudah membaik sekarang. Besok tolong bawa kami datangi tempat lain."Pria itu ingin mengatakan sesuatu, tapi dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun. Hanya saja dia mengembalikan kartu itu

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 415

    Awalnya berpikir bisa melihat Leon jika pergi ke sana, tapi siapa tahu ...."Kapan kamu melihatnya?"Orang yang mengaku melihat Leon adalah seorang pemuda berusia dua puluhan, juga warga setempat.Semua penduduk setempat di sini sangat tinggi, baik pria maupun wanita.Bahkan pria jangkung seperti Lukas pun terlihat agak kurus di hadapan penduduk setempat, seperti kekurangan gizi.Menanggapi pertanyaan Violet, pemuda itu menjawab, "Maaf, aku baru saja melihat foto itu dengan saksama lagi dan menyadari bahwa aku salah.""Orang itu memang sedikit mirip dengannya, tapi bukan orang yang kamu cari!"Lukas segera mencengkeram kerah pria itu dan berkata, "Tadi kamu bilang kamu benar-benar melihatnya, tapi sekarang kamu bilang salah lihat?"Pria itu segera menepis tangan Lukas dan berkata, "Aku memang salah lihat. Apa kamu nggak pernah salah lihat orang?"Lukas mengerutkan kening lebih erat. "Aku pikir kamu nggak salah lihat, tapi ada yang melarangmu mengatakannya."Mata pria itu berkedip. "Aku

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 414

    Lukas merasa agak sulit menerimanya. "Maksudmu yang sebelumnya bukan Leon, tapi Adis?""Ya!" Suara Violet terdengar serak, "Sebelumnya Adis berpura-pura menjadi Leon, bahkan nggak tahu di mana Leon yang asli sekarang.""Aku sudah mencarinya hampir di mana-mana, tapi tetap nggak bisa menemukannya. Jadi, aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya dan memintamu untuk mengajukan permohonan ke organisasi untuk membantu mencarinya."Violet benar-benar putus asa, mana mungkin akan merahasiakannya dari Lukas untuk sementara waktu.Lagi pula, hanya akan membuat lebih banyak orang khawatir tentang Leon.Mungkin juga akan sampai ke telinga Nenek.Kesehatan Nenek baru saja membaik sedikit akhir-akhir ini, Violet tidak ingin sesuatu terjadi padanya lagi.Lukas sangat marah. "Pantas saja aku merasa ada salah.""Saat melihatnya di pulau itu, aku merasa bukan seperti Leon, tapi kemudian aku berpikir mungkin aku terlalu banyak berpikir, jadi aku nggak meragukannya lagi. Ternyata dia bukan Leon!""Ya

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 413

    Entah metode apa pun yang digunakan Violet, pria itu selalu tidak mau mengungkapkan keberadaan Leon. Mulutnya sekeras Adis.Kalaupun Violet memberi tahu bahwa Adis sudah meninggal, pria itu tetap menolak untuk mengatakan sepatah kata pun."Tuanku sudah meninggal, tapi perintahnya masih ada. Tuanku bilang jangan sampai mengungkapkan keberadaan Leon."Pria itu penuh luka, tapi tetap tidak mau mengkhianati Adis, meski Adis sudah tidak ada lagi.Memang Adis cukup berhasil dalam melatih orang.Tidak seperti Violet ....Violet langsung memikirkan Lisa dan Sandy.Sekalipun ada alasan di balik pengkhianatannya, hal itu tetap membuktikan bahwa Violet gagal.Violet mengerutkan kening dan menatap pria itu dengan tatapan lebih dingin, "Kalaupun aku ingin membunuhmu, kamu nggak akan memberitahuku?""Nggak!" Pria itu berkata tanpa ragu, "Kalaupun kamu membunuhku, aku nggak akan memberitahumu, jadi jangan buang-buang energimu, bunuh saja aku!""Mau mati dengan mudah?" Violet hanya menyuapi pria itu d

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 412

    "Mana mungkin Sandy begitu berani?"Kapan tepatnya itu terjadi?Anak itu berusia lima tahun, Sandy sudah merahasiakannya darinya selama lima tahun!Tidak, itu tidak benar!"Sandy sangat mencintaimu hingga melakukan banyak hal untukmu secara diam-diam." Violet menasihati, "Jadi jangan terobsesi dengan hal-hal yang nggak seharusnya. Hiduplah dengan baik. Sandy sudah tiada, anak itu membutuhkanmu!""Membutuhkan aku ...."Adis mengerutkan kening. "Oh, dia masih anak-anak, bisa hidup dengan siapa saja! Violet, kalau kamu benar-benar merasa kasihan padanya, bawa saja dia untuk tinggal bersamamu!""Aku ...."Sambil berkata demikian, Adis mencabut pisaunya dan menusukkan pisaunya lagi ke tubuhnya. "Violet, kalau aku nggak bisa mendapatkan cintamu, aku benar-benar nggak bisa hidup!""Setelah bertahun-tahun, aku lelah!"Setelah bertahun-tahun berusaha, pada akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Adis benar-benar lelah dan tidak ingin terus berjuang."Oh ...." Adis memikirkan sesuatu sebelum meningg

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 411

    "Adis!"Violet mencoba menghentikannya dengan cepat, tapi sudah terlambat.Adis menatap Violet yang berlari ke arahnya. "Violet, kalau kamu nggak mau tahu keberadaan Leon, kamu mungkin nggak akan peduli dengan hidup dan matiku sama sekali, 'kan?""Bukan seperti itu!" Violet tak kuasa menahan tangisnya. "Kak Adis, sebenarnya aku nggak pernah membencimu.""Entah apa pun yang sudah kamu lakukan, kamu adalah penyelamatku.""Kalau kamu nggak menyelamatkanku dari Carmelia, aku nggak akan pernah selamat.""Setelah itu, kamu selalu menjadi orang yang melindungiku secara diam-diam.""Aku tahu semua yang sudah kamu lakukan untukku, jadi aku nggak membencimu, aku hanya nggak bisa memberimu apa yang kamu inginkan."Violet berkata demikian bukan untuk menipu Adis, melainkan dari lubuk hatinya.Dia benar-benar tidak membenci Adis.Semua hal salah yang dilakukannya adalah karena Adis terlalu mencintainya, yang membuatnya gila.Jadi Violet tidak pernah berpikir untuk membalas dendam.Kalau tidak, deng

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 410

    Meskipun baru saja mengatakannya dengan tegas, Adis tetap tidak bisa tetap acuh tak acuh saat melihat Violet benar-benar akan menyerang dirinya sendiri.Adis segera membungkuk, mengambil batu kecil dari tanah dan melemparkannya ke Violet.Batu itu mengenai pergelangan tangan Violet dan pisaunya jatuh ke tanah.Mata Adis memerah saat menatap Violet. "Kalau ... kalau saja kamu nggak bertemu Leon, apa kamu akan memilihku?"Jika mereka nggak berpisah saat itu dan selalu bersama, apa Violet akan jatuh cinta padanya, bukan pada Leon?Violet tahu bahwa kebenaran itu terlalu kejam bagi Adis, terutama sekarang Violet tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, tapi tetap tidak ingin berbohong kepadanya!"Nggak!" Violet mengatakan hal yang sama, "Kamu hanyalah Kakak bagiku! Kalaupun nggak ada Leon, akan ada orang lain. Jadi situasi saat ini antara kamu dan aku nggak ada hubungannya dengan Leon.""Haha!" Adis tertawa, tetapi air mata mengalir dari sudut matanya. "Violet, kamu terus bilang bahwa kamu m

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 409

    "Kamu lebih baik mati daripada bersamaku?"Tidak ada yang lebih menyakiti Adis selain kata-kata Violet.Adis sudah melakukan banyak hal hanya untuk bersama Violet.Bahkan sampai berpura-pura menjadi Leon, tapi pada akhirnya, tetap dengan mudah diungkap olehnya.Bukan hanya itu saja, Violet juga sangat tidak berperasaan terhadapnya!"Adis, entah kamu menggunakan identitas mana pun, jiwamu nggak akan pernah berubah. Perasaanku padamu ...."Violet menatap Adis dengan serius. "Aku juga!""Entah aku menggunakan identitas apa pun, kamu nggak akan pernah jatuh cinta padaku!" Adis merasa seolah-olah hatinya sedang dipotong olehnya dengan pisau.Awalnya berpikir bisa memenangkan cintanya dengan mengubah identitasnya menjadi Leon.Meski bukan untuknya tapi untuk Leon, yang penting bisa bersamanya.Demi mencintainya, Adis betul-betul merendahkan dirinya, tapi yang diberikannya hanyalah sikap yang kejam.Adis semakin tidak rela memikirkannya. Saat menatap Violet, tatapan matanya berangsur-angsur b

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 408

    "Terserahmu saja!" Violet tidak ingin berkata terlalu banyak padanya. "Adis, aku akan memberimu waktu tiga hari lagi untuk memikirkannya. Sebaiknya kamu katakan apa yang ingin aku ketahui, kalau nggak ....""Haha, nggak perlu menunggu tiga hari. Aku sudah memberitahumu apa yang perlu kamu ketahui. Jangan lagi berkhayal. Semua yang aku katakan padamu memang benar!"Adis segera menyela perkataannya. "Adapun mayat Leon, sama saja seperti yang aku katakan padamu di awal. Mayatnya sudah jadi makanan ikan.""Kawanan ikan itu sangat besar. Aku mengoleskan obat ke mayatnya dan dalam waktu kurang dari lima menit, mayatnya sudah habis.""..."Violet mengepalkan tangannya, tidak berkata apa-apa lagi, berbalik dan pergi, meninggalkan Adis sendirian di ruang pengobatan.Yang tidak diketahuinya adalah bahwa Adis sangat akrab dengan ruang pengobatan ini.Karena di sinilah Adis membunuh gurunya dengan tangannya sendiri.Alasannya adalah ....Begitulah kejadian hari itu, gurunya bertemu dengannya di lu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status