Share

Bab 5

Author: Jalita Haira
last update Last Updated: 2024-11-08 11:51:39
Tatapan tajam Leon kembali mengarah ke balkon, memberi Joshua isyarat dengan pandangan matanya.

Joshua memeriksa sekeliling, "Pak, nggak ada siapa-siapa di sini!"

"Panggil dokter." Mata Leon berubah menjadi dingin. Dia menambahkan, "Beri tahu pihak rumah sakit untuk menutup semua pintu keluar. Hanya boleh ada masuk, nggak boleh ada yang keluar!"

"Baik!"

Setelah diperiksa oleh dokter dan dipastikan bahwa orang itu hanya mengambil darahnya tanpa melakukan hal lain, hati Mia yang semula waspada akhirnya merasa sedikit tenang.

Orang yang datang tidak diketahui asal-usulnya. Mengingat kondisinya yang rentan, tentu saja dia merasa takut.

Namun, dia tidak mengerti, kenapa orang itu bersusah payah mengambil darahnya?

Namun ....

Air mata Mia mengalir begitu dia menoleh menatap Leon. Dia berkata, "Paman, sebenarnya ada beberapa hal yang seharusnya nggak aku katakan. Tapi dia benar-benar sudah keterlaluan."

Ini adalah kesempatan yang bagus untuk menimpakan segalanya pada Violet, jadi dia tidak akan melewatkannya.

Sambil menggenggam tangan Leon, air matanya mengalir makin deras. Mia berujar, "Aku sudah hampir mati karena racun yang mematikan, kenapa dia masih nggak mau melepaskanku?

"Apakah dia merasa aku mati terlalu lambat, sehingga datang di tengah malam untuk mengambil darahku?"

Mata Leon tampak sedikit gelap, tetapi dia tidak menanggapi kata-katanya, hanya berujar, "Orang yang bisa menyembuhkanmu sudah ditemukan."

Ekspresi Mia langsung berubah meski hanya sebentar. Dia bertanya, "Bukankah katanya racun ini nggak ada obatnya?"

"Di atas langit masih ada langit. Kami sudah bernegosiasi dengan seorang dokter sakti terkenal bernama Elang Merah. Dia sudah setuju untuk menyembuhkanmu. Racunmu akan segera disembuhkan."

"Elang Merah?" tanya Mia dengan terkejut. "Apa dia hebat?"

"Ya, Pak Dimas yang sakit parah di Kota Barona sembuh berkat pengobatannya."

Nada suara Leon menjadi lebih lembut ketika berkata, "Tenang saja, aku akan mengurus semuanya."

Untuk Mia, pria itu mengatakan semuanya akan diurus olehnya ....

Sedangkan untuk Violet, semuanya tidak ada hubungannya dengan dia ....

Violet yang bersembunyi di dalam kamar mandi, mendengarkan kata-kata lembut Leon kepada Mia. Awalnya dia pikir dia tidak akan merasakan apa-apa lagi, tetapi ternyata tetap sulit untuk tidak merasakan apa pun.

Tidak tertarik untuk mendengar lebih lama lagi, Violet membuka jendela, lalu melompat keluar.

Seperti kelelawar di malam hari, dia menghilang dalam sekejap, bergerak begitu cepat hingga sulit untuk dilacak.

Di depan rumah sakit.

Sheva yang sedang menunggu dengan cemas, berencana untuk masuk membantu. Namun, akhirnya dia melihat Violet keluar.

Dia segera turun dari mobil, berjalan menghampirinya, berujar sambil memperhatikannya dari atas sampai bawah, "Bos, kamu nggak apa-apa, 'kan?"

"Memangnya apa yang bisa terjadi padaku?" Violet terus berjalan tanpa berhenti, lalu menambahkan, "Jangan terlalu khawatir."

Ada yang aneh dengan emosinya!

Secara logis, bosnya memiliki pengaruh dan koneksi yang kuat, jadi seharusnya dia memang tidak perlu terlalu khawatir.

Namun, insiden tiga tahun lalu di mana bosnya dijebak, meninggalkan bekas yang cukup mendalam di ingatan Sheva.

Sheva tidak akan pernah bisa melupakan momen saat dia melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika Violet jatuh dari tebing.

Selama tiga tahun, Sheva terus menyalahkan dirinya sendiri karena tidak dapat melindunginya sebagai bawahannya.

Jadi ketika dia menerima telepon dari bosnya dan tahu bahwa dia masih hidup, Sheva bersumpah dalam hati bahwa kali ini dia tidak akan membiarkan bosnya terluka sedikit pun, meski harus mengorbankan nyawanya.

Awalnya Sheva ingin menggantikannya dalam misi ini, tetapi Violet bersikeras untuk pergi sendiri.

Dari kaca spion, Sheva melirik Violet yang sejak naik ke mobil tidak mengatakan sepatah kata pun.

Dia merasa bahwa hubungan antara bosnya dengan Mia tidaklah sesederhana itu.

Sepertinya dia perlu meminta orang untuk menyelidikinya secara diam-diam.

Pandangan Sheva belum sempat dialihkan, tetapi dia langsung ketahuan oleh Violet. Dia buru-buru berdeham, "Bos, sudah tahu racunnya jenis apa?"

Violet terdiam sejenak sebelum menjawab, "Racun Pemikat!"

"Ciitt ...."

Saking terkejutnya, Sheva langsung menginjak rem. Dia berkomentar, "Ternyata ini racun yang dulu menjadi karya besarmu! Bukankah tiga tahun lalu sudah kamu musnahkan bersama dengan resepnya?"

"Masih ada satu butir terakhir di Keluarga Hardi."

"Apa Adis yang melakukannya?" Sheva tampak tercengang. "Dendam macam apa yang dia punya sampai harus begitu kejam kepada seorang gadis muda?"

"Racun ini awalnya hanya menyebabkan ketidaknyamanan pada tubuhnya, tapi setelah racunnya kambuh kedua kalinya, korbannya akan berperilaku seperti anjing betina yang sedang birahi."

Bosnya membuat racun aneh ini dulu untuk menghadapi seorang iblis.

Violet pun tidak mengerti.

Keluarga Hardi tidak punya konflik apa pun dengan Keluarga Jiwono, bahkan mereka memiliki hubungan bisnis dengan Keluarga Lenova.

Jika racun itu benar dari Adis, insiden penculikan sebelumnya pasti tidak ada hubungannya dengan dia.

Bagaimanapun juga, dia tidak mungkin dan tidak akan membiarkan Violet hampir mati dalam ledakan itu.

Tak peduli siapa pun pelakunya, Violet harus menemukannya.

Ini bukan untuk membuktikan diri pada Leon, melainkan karena dia tidak akan tinggal diam menerima kekalahan begitu saja!

Baik itu masalah penculikan, pengkhianatan tiga tahun lalu, ataupun pembunuhan keluarganya dulu. Violet tidak akan melepaskan satu pun dari mereka!

Di kedalaman matanya tampak kebencian yang membara. Sheva tiba-tiba menyodorkan ponsel di depannya sambil berkata, "Bos, Leon baru saja mengirimkan pesan. Dia meminta agar segera dijadwalkan waktu untuk perawatan."

Terpikir kembali akan kelembutan pria bajingan itu, Violet tersenyum dingin, lalu menjawab, "Katakan padanya, perjanjian dibatalkan."

Dibandingkan dengan uang 20 triliun, yang saat ini paling dinantikan Violet adalah melihat kondisi Mia setelah racunnya kambuh kedua kalinya!

**

Di koridor luar kamar rawat Mia.

Meski wajah Leon tampak tanpa ekspresi, tetapi tatapannya dingin bagai es yang sudah berabad-abad. Dia berkata, "Katakan lagi, apa yang barusan kamu katakan?"

Joshua menguatkan diri, mengulangnya sekali lagi, "Elang Merah menyampaikan kalau perjanjian dibatalkan."

Joshua merasa menyesal sekarang.

Seharusnya dia tidak memberitahukan tentang dokter sakti ini pada bosnya hari itu.

Awalnya Elang Merah meminta bayaran yang besar. Sementara sekarang, dia malah membatalkan perjanjian.

Apakah dia tidak tahu seberapa buruk temperamen Leon?

Leon menahan amarahnya, lalu berkata, "Berikan teleponnya padaku."

Joshua buru-buru menyerahkan ponsel padanya.

Leon menekan nomor itu. Nada sambung terdengar, tetapi teleponnya tidak diangkat.

Jika ditelepon sekali tidak diangkat, dia akan menelepon untuk kedua kalinya. Hingga kesabaran Leon habis, akhirnya suara di seberang sana terdengar samar, "Maaf, aku tadi sedang sibuk."

Joshua yang ada di sampingnya buru-buru menyeka keringat yang hampir menetes ke lantai dari dahinya.

Untungnya teleponnya diangkat. Jika tidak, ponselnya pasti akan bernasib buruk.

Sebuah ponsel memang tidak berharga, tetapi data di dalamnya bernilai tak terhingga bagi Leon.

"Aku ingin bicara dengan Elang Merah," kata Leon langsung ke intinya.

"Dia sedang nggak bisa diganggu. Kalau ada sesuatu, kamu bisa menyampaikannya padaku. Nanti aku akan meneruskannya."

Mata hitam Leon menyipit. Dia berkata, "Harganya sudah disepakati, kenapa tiba-tiba dibatalkan?"

"Harap tenang, Pak Leon. Pembatalan sepihak ini memang nggak sopan, tapi kami juga punya alasan yang nggak bisa dihindari. Kalau nggak, mana mungkin kami mengabaikan uang 20 triliun!"

"Alasan apa?"

"Ini nggak bisa diungkapkan kepada Pak Leon. Yang jelas, lebih baik Pak Leon segera mencari ahli lain agar nggak menghambat waktu terbaik untuk pengobatan Nona Mia."

Setelah selesai bicara, Sheva langsung menutup telepon. Detik berikutnya ....

"Krak!"

Melihat ponsel yang akhirnya tidak luput dari nasib buruk, hati Joshua terasa lebih hancur daripada ponselnya sendiri.

"Cari dia!" geram Leon. Dia ingin tahu permainan apa yang sedang mereka mainkan kali ini.

Joshua ingin mengatakan bahwa ini tidak mudah.

Tidak hanya wanita itu, bahkan Violet masih hilang tanpa jejak hingga sekarang.

Apakah kedua wanita ini senang bermain petak umpet?

Mia terus mendengarkan pergerakan di luar kamar. Begitu Leon dan Joshua menjauh, dia segera mengunci pintu, lalu mengeluarkan ponsel lain yang disembunyikan di bawah bantalnya.

"Leon sudah menemukan orang yang bisa menyembuhkan racunku, tapi tadi aku mencuri dengar kalau orang itu sepertinya membatalkan perjanjiannya."

Mia mendengus, lalu melanjutkan, "Katanya orang bernama Elang Merah itu sangat hebat. Tapi menurutku dia cuma punya nama besar saja. Mungkin dia tahu dirinya nggak bisa menyembuhkannya, jadi dia memilih kabur."

"Dia sendiri yang menciptakan racun itu, bagaimana mungkin dia nggak bisa menyembuhkannya?"

"Jadi, apa kalian saling kenal? Kalau racun itu buatannya, kenapa tiba-tiba dia nggak mau? Padahal aku dengar Leon menawarkan imbalan 20 triliun!"

Bersedia mengeluarkan 20 triliun demi dirinya, ini sudah membuktikan posisi Mia di hati Leon.

Memang kenapa kalau semua ini palsu?

Begitu mereka menikah, dia mendapatkan posisi sebagai istri Leon yang sah.

Meski Leon tahu bahwa dia bukan penyelamatnya, dia tidak akan berbuat apa-apa padanya dengan dalamnya perasaannya terhadap dirinya.

Orang di telepon terdiam beberapa saat sebelum akhirnya bicara, "Bukankah ini justru sesuai keinginanmu? Nggak lama lagi racunmu akan kambuh lagi. Semoga keinginanmu tercapai."

"Terima kasih atas doa baikmu. Kalau aku berhasil merebut Leon, tentu aku nggak akan melupakan kebaikanmu."

**

Cara tercepat untuk mengetahui apakah racun itu benar-benar berasal dari Adis adalah dengan langsung menanyakannya.

Meskipun Violet merasa kecil kemungkinan itu adalah ulah Adis, dia tetap memutuskan untuk menemuinya.

Bagaimanapun juga, sudah tiga tahun sejak terakhir kali mereka bertemu.

Setelah kembali ke Vila Magnolia, hal pertama yang Violet lakukan adalah meminta Sheva untuk melacak keberadaan Adis.

Bahkan sebelum Violet menghabiskan satu apel, tugas itu sudah selesai.

"Adis pergi ke Negara Marta untuk urusan bisnis."

"Pesankan tiket untukku."

Keesokan paginya, Violet sudah naik pesawat menuju Negara Marta.

Sheva ingin ikut, tetapi Violet tidak mengizinkannya.

Dia memberinya instruksi untuk mengurus hal lain.

Setelah tiga tahun tidak naik pesawat, melihat awan di luar jendela membuat Violet merasakan kebebasan seperti burung yang kembali ke langit.

Selama tiga tahun itu, hidupnya hanya berisi Leon.

Demi menjadi istri yang baik, dia bahkan jarang keluar rumah. Setiap hari dia hanya memikirkan bagaimana merawat suaminya dengan lebih baik.

Pagi-pagi sekali, Violet akan bangun pukul lima untuk membuatkan sarapan.

Setiap pakaian Leon dicucinya dengan tangan, termasuk kaus kaki serta pakaian dalamnya.

Saat bekerja, Violet menghitung menit demi menit, menanti seperti batu penunggu, berharap pria itu akan segera pulang.

Sekarang, saat mengingat-ingat lagi, hidup seperti itu sudah dia jalani selama tiga tahun.

Seolah-olah otaknya sudah tidak berfungsi.

Setelah turun dari pesawat, Violet langsung menuju hotel tempat Adis menginap.

Namun, dia diberitahu, "Pak Adis sudah keluar dari hotel ini sejak pagi-pagi sekali."

Violet terdiam.

Tadinya, Violet ingin memberikan kejutan padanya.

Lupakan saja. Karena sudah sampai di sini, anggap saja ini sebagai liburan.

Violet berjalan-jalan sebentar, membeli banyak barang, lalu kembali dengan pesawat untuk pulang ke negara asalnya.

Harus diakui, menjadi lajang itu memang menyenangkan!

Makin jauh dirinya dari makhluk bernama pria, akan makin baik.

Di bandara, Violet dari kejauhan sudah melihat Sheva menunggunya.

"Di sini ...." Namun, senyum Violet langsung berubah kaku.

Leon?

Melihat Leon dikelilingi oleh orang-orang yang berjalan ke arahnya, Violet segera membalikkan badan.

Sepertinya hari ini bukan hari yang baik baginya.

Dia bukannya takut pada pria itu, hanya tidak ingin bertemu dengannya.

Dia yakin, pria itu juga tidak ingin melihat dirinya.

Demi menghindari situasi yang tidak diinginkan, Violet masuk ke kamar kecil.

Leon mencari di sekeliling, tetapi tidak melihat bayangan Violet. "Apa kamu yakin kalau dia naik pesawat ini?"

Joshua yang mengikutinya tampak mengeluarkan keringat di keningnya lagi. Joshua menjawab, "Sudah dikonfirmasi berkali-kali. Bu Violet memang naik penerbangan ini dari Negara Marta."

Siapa yang tahu betapa girangnya Joshua saat menerima kabar itu.

Hilangnya Violet, pembatalan janji oleh Elang Merah, serta wanita yang menyelinap masuk ke kamar rawat Mia malam itu, lalu berhasil kabur dari rumah sakit meski ada pengawasan ketat.

Singkatnya, akhir-akhir ini Leon sudah dibuat frustrasi oleh ketiga wanita tersebut, hampir meledak.

Untungnya, ada kabar tentang Violet. Jika tidak, begitu Leon meluapkan kemarahannya, orang pertama yang akan terkena imbasnya adalah dirinya.

Joshua menyeka keringat di dahinya, lalu berujar, "Sudah ada orang yang berjaga di setiap pintu keluar. Seharusnya Bu Violet akan segera ditemukan."

Setengah jam kemudian.

Nada suara Leon mulai berubah dingin saat dia bertanya, "Di mana orangnya?"

Joshua ingin sekali menggigit lidahnya sendiri.

Ternyata masih terlalu dini untuk mengatakan apa pun!

Namun, bagaimana mungkin Violet yang hanya seorang biasa ini sangat lihai dalam bersembunyi?

"Joshua, kemampuan kerjamu benar-benar makin buruk. Kalau begini terus, aku rasa aku perlu untuk mengirimmu ke Aftar Selatan untuk latihan."

Setelah mengatakan ini, Leon pun melangkah pergi.

Sudah setengah jam berlalu, sepertinya wanita itu sudah kabur jauh.

Dalam situasi seperti ini, dia tetap bisa melarikan diri. Ternyata dia memang meremehkan kemampuan wanita itu.

Di luar bandara, berjejer mobil hitam dengan mobil utama yang terlihat megah di bagian paling depan.

Joshua berlari kecil menghampiri, membukakan pintu mobil untuk Leon. Saat Leon hendak membungkuk masuk, di sudut matanya dia melihat ....

Pria itu berbalik, langsung berjalan cepat ke arah seorang wanita, lalu dengan cepat menahan bahunya dari belakang.

Related chapters

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 6

    Wanita itu berbalik untuk menghadapnya. Begitu melihat dengan jelas wajahnya, wajah tampan Leon seketika menjadi sangat muram.Punggung wanita itu memang mirip dengan Violet, tetapi wajahnya sama sekali berbeda.Penampilannya biasa saja, jauh dari kecantikan luar biasa yang dimiliki Violet.Ketika menyadari bahwa dirinya sempat menganggap Violet cantik, wajah Leon menjadi makin muram."Tampan, caramu mendekati orang unik sekali. Kamu punya gaya sendiri, aku suka."Wanita itu menyandarkan dirinya ke arah Leon, lalu melanjutkan, "Rumahku ada di dekat sini, bagaimana kalau kita ....""Salah orang."Saat Leon mundur, wanita itu hampir terjatuh. Namun, dia tidak terlihat kesal, malah kembali mendekat sambil berujar, "Jangan malu-malu. Kita berdua ini sudah dewasa, nggak perlu sungkan."Sebuah tatapan dingin diarahkan pada Joshua yang mengikuti dari belakang.Joshua segera maju untuk mengatasi situasi tersebut.Setelah keduanya pergi dengan mobil, Violet naik ke mobil Sheva, lalu dengan perl

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 7

    Di rumah sakit.Begitu Leon masuk, Mia langsung memeluknya dengan erat.Wanita itu seperti seekor ular tanpa tulang, menggeliat di dalam pelukannya sambil berkata, "Paman, aku merasa nggak nyaman .... Benar-benar nggak nyaman ....""Di mana yang terasa nggak nyaman?" Leon mengulurkan tangan, mencoba mendorongnya, tetapi ini malah membuat Mia makin erat memeluknya."Di seluruh tubuhku ...." kata Mia sambil menggenggam tangan Leon, lalu menempelkannya ke dadanya. Dia melanjutkan, "Terutama di sini, seperti ada banyak semut yang merayap. Rasanya gatal dan sangat nggak nyaman.""Paman, tolong aku ... selamatkan aku!"Keadaan Mia ini jelas tidak normal. "Aku akan memanggil dokter untukmu," ucap Leon."Nggak, aku nggak mau dokter, aku hanya mau kamu." Mia memeluk Leon erat-erat seperti tumbuhan merambat yang melilit, bahkan mulai membuka kancing bajunya. Mia berkata, "Paman, tolong aku. Cepatlah, aku benar-benar merasa nggak nyaman .... Kalau kamu nggak menolongku, aku benar-benar akan mati

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 8

    Saat masker itu hampir saja ditarik, Violet dengan cepat mencabut jarum perak dari pinggangnya, lalu langsung menusukkannya ke telapak tangan Leon."Hiss ...."Rasa sakit tajam menyebar di telapak tangannya, memaksa Leon menarik kembali tangannya. Violet memanfaatkan kesempatan itu untuk melompat langsung dari balkon.Melihat wanita itu mendarat dengan stabil dari ketinggian lantai 11, mata hitam pekat Leon menyiratkan kekaguman sekaligus sorotan yang tajam.Dia mengeluarkan ponselnya, membuka halaman yang menunjukkan titik merah kecil.Sebenarnya, dia sudah menyadari bahwa di dalam kamar rawat ada orang lain selain dirinya dan Mia.Tepat ketika Mia bersiap melepaskan pakaian, ada suara dari dalam lemari.Meski suara itu sangat pelan dan hanya sekejap, Leon tetap menyadarinya.Tadi dia sengaja keluar untuk memancing musuh keluar dari persembunyian.Melihat titik merah di pelacak, mata hitam Leon menyipit. "Violet, sebaiknya bukan kamu dalang dibalik semuanya. Kalau nggak ...."**Viole

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 9

    Untuk undangan biasa, Leon mungkin tidak akan hadir secara pribadi, tetapi untuk Keluarga Hardi ....Leon harus memberikan sedikit penghormatan.Siapa sangka, begitu masuk ke rumah Keluarga Hardi, dia akan melihat sosok yang sangat mirip dengan Violet.Hampir secara naluriah, dia langsung mengejarnya.Wanita itu memiliki kewaspadaan tinggi. Hanya dalam waktu singkat, Leon sudah kehilangan jejaknya.Ini tidak seperti Violet. Wanita itu tidak secerdik ini, bahkan terkadang agak kikuk.Apakah dia salah mengenali orang lagi?Benar juga. Wanita itu hanyalah anak yatim piatu tanpa keluarga. Bagaimana mungkin dia punya hubungan dengan Keluarga Hardi?Orang tadi jelas sudah sangat familiar dengan rumah Keluarga Hardi.Tampaknya dia memang salah mengenali orang lagi.Sama seperti saat di pintu bandara waktu itu.Sudah dua kali hal ini terjadi. Mengapa ada begitu banyak orang yang terlihat mirip dengan Violet dari belakang? Bahkan Elang Merah itu pun juga. Atau mungkin semua wanita memang terlih

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 10

    Taman Bangau.Ini adalah sebuah resor bergaya paviliun yang menggabungkan restoran, tempat rekreasi, serta tempat hiburan.Waktu pengobatan dijadwalkan pada hari Senin, jadi Violet datang sehari sebelumnya untuk melakukan persiapan.Sebenarnya, dia cukup melakukan ini dengan menelepon saja. Namun, dia sengaja datang karena di tempat ini ada seseorang yang ingin dia temui. Orang itu juga ingin menemuinya.Begitu memasuki aula, Violet melambaikan tangan memanggil seorang pelayan muda yang mengenakan pakaian tradisional, "Aku mau pesan ruang VIP nomor satu.""Maaf, ruang VIP nomor satu nggak bisa dipesan oleh tamu umum."Violet berpura-pura bertanya, "Kenapa?"Pelayan pria itu menjelaskan, "Ruangan VIP ini adalah ruang eksklusif yang disediakan oleh pemilik kami untuk tamu istimewa. Sejak resor ini dibuka, ruangan ini nggak pernah dipesan oleh orang luar. Kalau kamu ingin memesan ruang VIP, silakan pilih salah satu ruangan lain selain ruang nomor satu ini."Violet mengangkat alis sambil b

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 11

    "Kak Violet?"Loren mengusap matanya seraya berseru, "Ternyata itu benar kamu!"Karena sudah tertangkap basah, jadi tidak bisa melarikan diri.Jejak kekesalan melintas di mata Violet.Karena berpikir sedang ada di wilayah sendiri dan tidak perlu berpura-pura. Siapa yang tahu bahwa secara kebetulan, Violet justru bertemu dengan mantan saudara iparnya sendiri.Nasib antara mereka berdua dan takdir Violet benar-benar membuat wanita itu tidak bisa berkata-kata.Setelah menenangkan diri, Violet mengerucutkan bibirnya pelan sambil menyahut, "Loren, kebetulan sekali.""Benar, kebetulan sekali!" seru Loren sambil berlari ke arah Violet. Wanita itu meraih tangannya dan berkata, "Kak Violet, aku sudah mencarimu selama berhari-hari. Aku nggak menyangka akan bertemu denganmu di sini."Saat melihat Violet, Loren terkejut dan juga bahagia. Wanita itu tidak bisa menahan kegembiraannya.Alasan mengapa Loren ada di sini hari ini adalah karena seorang temannya melihatnya dalam suasana hati yang buruk, l

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 12

    Saat melihat teko teh yang terbang ke arahnya, mata hitam Leon langsung menjadi gelap.Awalnya tidak sulit bagi Leon untuk menghindar. Akan tetapi, begitu kejadian itu terjadi, Leon mendorong Loren untuk menjauh darinya, jadi dia melewatkan waktu terbaik untuk menghindar.Loren yang sudah didorong, sontak memanggil dengan cemas, "Kak ...."Bertha tampak terlihat bersalah, tetapi di dalam hatinya dia sangat menantikannya.Tehnya baru saja dibuat dan hari ini wajah Leon tidak akan bisa diselamatkan.Jika bukan karena khawatir, bosnya akan tetap menyimpan bajingan ini di dalam hatinya. Ini semua tidak hanya akan merusak wajah Leon, tetapi juga mengakhiri hidupnya sebagai bajingan.Tepat ketika semua orang, termasuk Leon sendiri, mengira sedang dalam bahaya. Teko yang hanya berjarak beberapa meter dari wajah Leon itu, tiba-tiba ditangkap oleh sepasang tangan.Tangannya ramping, seputih batu permata dan langsung menangkap teko itu dengan kuat.Leon menatap pada wanita yang sudah menghalangi

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 13

    Meskipun emosi Violet sudah disembunyikan dengan baik, Sheva masih menyadari ada yang tidak beres ketika dia kembali.Diam-diam dia menelepon Bertha dan mengetahui bahwa semua karena Leon. Sheva juga memiliki niat membunuh terhadap pria itu.Mantan suami atau apa pun itu, cuma akan memengaruhi suasana hati.Tentu saja, membunuh Leon tidaklah mudah. ​​Lebih baik mencari cara untuk membuat bosnya merasa lebih baik terlebih dahulu.Untuk makan siang, Sheva memasak banyak makanan lezat.Saat melihat meja yang penuh dengan hidangan, suasana hati Violet langsung membaik dan dia bahkan menambah semangkuk nasi.Melihat suasana hatinya membaik, Sheva berkata, "Sebaiknya besok pergi berobat denganku."Violet tidak akan berada dalam suasana hati yang buruk jika dia tidak melakukan kontak dengan orang-orang itu."Bertha sudah memberitahumu?" tanya Violet. Sheva diam-diam menelepon Bertha tadi dan Violet melihatnya."Bos, kalau kamu masih nggak bisa melepaskan Leon, cepat rebut dia kembali. Kalau c

Latest chapter

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 93

    Violet menyelamatkan Pak Dimas, dan sebagai anak, Lewis tentu harus datang untuk mengucapkan terima kasih kepada Violet."Bu Violet, kamu telah menyelamatkan ayahku, aku sangat berterima kasih atas kebaikanmu."Meskipun Lewis sudah berusia lima puluh tahun, namun dia terlihat seperti baru berusia tiga puluhan.Dia mengenakan jas hitam yang dikerjakan dengan sangat baik dan rapi. Rambutnya juga disisir dengan sangat rapi, dan kacamata dengan bingkai emas memberinya kesan intelektual."Pak Lewis, jangan segan-segan. Saat itu aku hanya kebetulan lewat, bukan cuma aku, siapa pun pasti nggak akan biarkan seseorang terjatuh begitu saja ...."Begitu berkata, Violet dengan ekspresi khawatir bertanya kepadanya, "Pak Dimas nggak apa-apa, 'kan?""Ayahku baik-baik saja.""Kalau begitu, syukurlah ... syukurlah ...." Violet seolah tidak sengaja berkata, "Orang tua paling takut terjatuh, untungnya aku cukup cepat, kalau aku sedikit lebih lambat, akibatnya bisa sangat buruk."Mata Lewis sedikit beruba

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 92

    Adis tersenyum tipis. "Kamu lakukan dulu, baru bilang aku."Violet mengerutkan hidung, tidak berkata apa-apa lagi, melambaikan tangan dan berbalik pergi.Melihat punggungnya yang berjalan menjauh, mata Adis yang awalnya tampak jernih, seketika berubah menjadi dalam tak terukur.Keesokan harinya.Setelah dipersiapkan oleh Adis, Violet membawa banyak hadiah dan berangkat ke rumah Keluarga Wijaya.Sudah dua bulan berlalu sejak terakhir kali dia merawat ayah Lewis.Awalnya, dia pikir bisa mendapatkan sedikit informasi dari mulut Pak Dimas, tetapi ternyata usahanya sia-sia.Sepertinya ada beberapa hal yang mungkin sama sekali tidak diketahui Pak Dimas.Jadi, dari awal, dia sudah salah target. Kalau tidak, masalah ini tidak akan berlarut-larut tanpa kemajuan apa pun hingga sekarang.Di ruang tamu, Violet menunggu lama, tetapi Lewis tidak datang. Akhirnya, pelayan datang dan berkata, "Bu Violet, tuan kami tiba-tiba ada urusan mendadak dan harus pergi. Dia meminta maaf atas ketidakhadirannya."

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 91

    Yang membuat Violet terkejut adalah, meskipun dia sudah berkata dengan nada sangat tajam, Leon bukan hanya tidak marah, tetapi malah benar-benar mulai makan sisa makanan itu.Violet terpaku sejenak, lalu berdiri, "Pak Leon sepertinya benar-benar lapar, kalau begitu, makanlah lebih banyak!"Leon tidak menghalangi Violet yang pergi. Saat dia mencapai pintu, Leon dengan nada santai berkata, "Bagaimana persiapan Adis untuk pengajuan hak paten?"Langkah Violet terhenti, tetapi dia tidak berbalik. "Hasilnya mungkin akan membuat Pak Leon kecewa."Mata gelap Leon menatap punggung Violet, dirinya tertawa kecil, "Kalau begitu, mari kita tunggu hasilnya."Violet tidak menjawab lagi dan melangkah keluar.Leon tetap duduk tanpa bergerak, bahkan menuangkan teh untuk dirinya sendiri. Namun, saat dia baru mengangkat cangkir itu, tiba-tiba cangkir tersebut pecah.Pecahannya melukai jarinya, darah segar bercampur dengan teh menetes ke bawah. Menatap mata yang merah terang seperti sebuah danau dalam, per

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 90

    Leon berpaling, matanya mencari-cari seseorang yang dari tadi berdiri di pintu, "Saudaraku, dulu kamu pernah merugi, tapi sekarang kamu jelas beruntung."Sambil berkata, dia juga menasihati Adis, "Pak Adis, meskipun kakimu nggak bagus, nggak perlu mengambil sepatu usang yang sudah nggak dipakai orang lain.""Plak!"Violet baru saja ingin membalas, tetapi Adis lebih dulu dengan keras meletakkan sendok dari genggamannya, "Pak Lukas, tolong jaga ucapanmu!""Heh ...." Lukas mencemooh, "Aku cuma ingatkan dengan niat baik, kalau kamu nggak hargai ucapanku, anggap saja aku nggak pernah berkata apa-apa!""Leon, ayo kita pergi!"Namun, Leon malah berjalan masuk, "Karena sudah kebetulan, ayo makan bersama!"Tindakan Leon sungguh di luar dugaan LukasGila!Karena Leon sudah masuk, Lukas tidak punya pilihan selain ikut dengan berat hati.Lukas yang jarang diajak Leon, dia langsung setuju. Siapa tahu malah ketemu hal memuakkan seperti ini!Ngomong-ngomong, kenapa harus makan satu meja?Meski sudah

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 89

    "Achoo ...."Baru saja makan siang, Violet sudah bersin berkali-kali. Adis tampak cemas, "Nggak enak badan?""Nggak ...." Violet menggosok hidungnya. "Mungkin makanannya agak pedas. Ngomong-ngomong, cabai di restoran ini gratis ya?""Memangnya nggak apa-apa?""Nggak apa-apa kok!"Meski dia bilang tidak apa-apa, Adis tetap menuangkan segelas air hangat untuknya. "Minumlah air hangat.""Sakit perut minum air hangat, flu minum air hangat, apakah semua pria benar-benar mengira air hangat bisa sembuhkan segala penyakit?" Violet sedikit mengejek tapi tetap mengambil dan meminum seteguk. "Untukku ini bisa diterima, tapi nanti kalau kamu bertemu wanita yang kamu suka, jangan lakukan ini. Benar-benar bisa merusak kesan!"Mata Adis sedikit gelap. "Benarkah?""Tatapanmu barusan agak aneh ...." Violet tiba-tiba mendekat dengan wajah penuh rasa ingin tahu. "Siapa dia?"Adis tersenyum tipis. "Nggak ada!""Aku nggak percaya!" Violet cemberut. "Bahkan kepadaku yang kamu anggap seperti adik nggak mau b

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 88

    Leon kembali memandang Mia, "Aku pergi dulu."Melihat Leon baru saja datang tetapi sudah akan pergi, Mia menahan rasa sakit luar biasa di tubuhnya. Dia buru-buru turun dari ranjang, berjalan cepat ke sisi Leon, dan langsung memeluk lengannya, "Paman, apa karena insiden di rapat lelang terakhir kali, kamu merasa aku menipumu, jadi ...."Leon menjatuhkan pandangannya pada lengan yang sedang dipeluk Mia. Samar-samar, terlihat matanya meredup sejenak, "Ada urusan perusahaan."Wajah Mia tampak penuh rasa kecewa, "Beberapa hari lalu aku ke kantor cari kamu, tapi kamu nggak mau temui aku. Sekarang kamu bahkan baru datang sudah mau pergi. Aku tahu kamu sibuk, tapi aku memang kurang enak sekarang, bisakah kamu temaniku sebentar?"Hera segera menyela, "Mia, jangan nggak tahu diri. Pak Leon sudah menyempatkan diri datang di tengah kesibukannya, kamu harus bersyukur."Setelah bicara, dia memberi Boni pandangan penuh makna.Menerima isyarat istrinya, Boni yang penuh siasat segera mendapat tanggapan

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 87

    Masalah pengajuan paten proyek, Violet memutuskan untuk sementara tidak memberi tahu Adis.Tentang rencana Leon yang ingin ikut campur, dia juga tidak berniat memberitahukan Adis.Pokoknya, jika ada hal yang bisa membuat Adis tidak perlu repot, maka dia akan melakukannya.Andi hanya perlu menjaga suasana hati tetap baik dan fokus pada penyembuhan kakinya.Kakinya, setelah dua kali terapi rendaman obat dan akupunktur, perlahan mulai merasakan sesuatu.Bagaimanapun caranya, Violet bersumpah akan mengusahakan agar Adis bisa berdiri lagi!Berbicara soal itu, Violet menghitung waktu.Mia seharusnya sudah terkena efek racunnya sejak lama, tetapi hingga kini tidak ada tanda-tanda apa pun.Dia menelepon Sheva, "Ada kemungkinan sesuatu berubah dengan Mia, kamu harus lebih waspada.""Aku juga mau bicara soal itu!" Sheva di ujung telepon berkata, "Mia sudah terkena efek racunnya, sekarang dia ada di rumah sakit. Hera langsung memberi tahu Leon, tapi aku nggak tahu, apa Leon akan menjenguknya atau

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 86

    "Aneh rasanya, padahal sebelumnya pihak Grup Hardi nggak ada niat seperti itu. Kalau bukan demikian, proyek ini sudah hampir siap diluncurkan, dan belum terdengar kabar mereka tanda tangani kontrak dengan ahli di bidang ini.""Tim proyek tersebut juga hanya terdiri dari beberapa lulusan baru.""Mungkin seperti kita, yang diam-diam selalu berhubungan dengan Tina, karena Tina adalah seorang ahli besar di bidang ini. Kalau Keluarga Hardi memang berencana kembangkan energi baru, kenapa mereka cuma gunakan lulusan baru seperti yang tampak di permukaan?"Leon memandang ke arah kepergian Violet, matanya menyiratkan ejekan, "Adis nggak sehebat yang kamu bayangkan."...Setelah meninggalkan Hotel Imperial, Violet tidak pergi ke Grup Hardi, apalagi pulang ke rumah keluarga Hardi, melainkan langsung menuju Taman Bangau.Bertha sangat terkejut saat melihat Violet, "Angin apa yang bawa bosku ke sini?"Violet menjawab dengan nada jengkel, "Angin barat laut! Cepat beri aku makan, aku lapar sekali!"P

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 85

    Melihat dua orang yang berjalan keluar dari lift, Violet diam-diam mengerutkan kening.Dia sengaja menghitung waktu dan merasa mereka sudah pergi sebelum keluar dari kamar, tetapi tidak disangka dia akan bertemu dengan mereka.Apakah Leon merencanakan sesuatu?Sepasang mata Leon berkilat dengan emosi yang tidak bisa dimengerti setelah melihat Violet yang seharusnya tidak berada di sini.Setelah dilihat dengan jelas, sepertinya memang agak panik, "Tadi kamu juga ada di sana?""Benar!" Violet langsung menjawab, "Kenapa, kamu boleh bertemu Tina, sementara aku nggak boleh?""Seperti yang tadi kamu katakan, Grup Hardi belum mengajukan paten dan bertemu Tina bukanlah hak istimewamu.""..." Sepasang mata yang dalam berkilat dan Leon melirik ke arah Joshua.Joshua langsung mengerti, "Karena sekarang sudah bertemu, bagaimana kalau kita makan bersama?""Makan siang atau makan malam?" Violet bertanya sambil tersenyum, "Sepertinya saat ini nggak terlalu cocok untuk makan siang atau makan malam. Se

DMCA.com Protection Status