Share

Bab 5

Author: Jalita Haira
last update Last Updated: 2024-11-08 11:51:39
Tatapan tajam Leon kembali mengarah ke balkon, memberi Joshua isyarat dengan pandangan matanya.

Joshua memeriksa sekeliling, "Pak, nggak ada siapa-siapa di sini!"

"Panggil dokter." Mata Leon berubah menjadi dingin. Dia menambahkan, "Beri tahu pihak rumah sakit untuk menutup semua pintu keluar. Hanya boleh ada masuk, nggak boleh ada yang keluar!"

"Baik!"

Setelah diperiksa oleh dokter dan dipastikan bahwa orang itu hanya mengambil darahnya tanpa melakukan hal lain, hati Mia yang semula waspada akhirnya merasa sedikit tenang.

Orang yang datang tidak diketahui asal-usulnya. Mengingat kondisinya yang rentan, tentu saja dia merasa takut.

Namun, dia tidak mengerti, kenapa orang itu bersusah payah mengambil darahnya?

Namun ....

Air mata Mia mengalir begitu dia menoleh menatap Leon. Dia berkata, "Paman, sebenarnya ada beberapa hal yang seharusnya nggak aku katakan. Tapi dia benar-benar sudah keterlaluan."

Ini adalah kesempatan yang bagus untuk menimpakan segalanya pada Violet, jadi dia tidak akan melewatkannya.

Sambil menggenggam tangan Leon, air matanya mengalir makin deras. Mia berujar, "Aku sudah hampir mati karena racun yang mematikan, kenapa dia masih nggak mau melepaskanku?

"Apakah dia merasa aku mati terlalu lambat, sehingga datang di tengah malam untuk mengambil darahku?"

Mata Leon tampak sedikit gelap, tetapi dia tidak menanggapi kata-katanya, hanya berujar, "Orang yang bisa menyembuhkanmu sudah ditemukan."

Ekspresi Mia langsung berubah meski hanya sebentar. Dia bertanya, "Bukankah katanya racun ini nggak ada obatnya?"

"Di atas langit masih ada langit. Kami sudah bernegosiasi dengan seorang dokter sakti terkenal bernama Elang Merah. Dia sudah setuju untuk menyembuhkanmu. Racunmu akan segera disembuhkan."

"Elang Merah?" tanya Mia dengan terkejut. "Apa dia hebat?"

"Ya, Pak Dimas yang sakit parah di Kota Barona sembuh berkat pengobatannya."

Nada suara Leon menjadi lebih lembut ketika berkata, "Tenang saja, aku akan mengurus semuanya."

Untuk Mia, pria itu mengatakan semuanya akan diurus olehnya ....

Sedangkan untuk Violet, semuanya tidak ada hubungannya dengan dia ....

Violet yang bersembunyi di dalam kamar mandi, mendengarkan kata-kata lembut Leon kepada Mia. Awalnya dia pikir dia tidak akan merasakan apa-apa lagi, tetapi ternyata tetap sulit untuk tidak merasakan apa pun.

Tidak tertarik untuk mendengar lebih lama lagi, Violet membuka jendela, lalu melompat keluar.

Seperti kelelawar di malam hari, dia menghilang dalam sekejap, bergerak begitu cepat hingga sulit untuk dilacak.

Di depan rumah sakit.

Sheva yang sedang menunggu dengan cemas, berencana untuk masuk membantu. Namun, akhirnya dia melihat Violet keluar.

Dia segera turun dari mobil, berjalan menghampirinya, berujar sambil memperhatikannya dari atas sampai bawah, "Bos, kamu nggak apa-apa, 'kan?"

"Memangnya apa yang bisa terjadi padaku?" Violet terus berjalan tanpa berhenti, lalu menambahkan, "Jangan terlalu khawatir."

Ada yang aneh dengan emosinya!

Secara logis, bosnya memiliki pengaruh dan koneksi yang kuat, jadi seharusnya dia memang tidak perlu terlalu khawatir.

Namun, insiden tiga tahun lalu di mana bosnya dijebak, meninggalkan bekas yang cukup mendalam di ingatan Sheva.

Sheva tidak akan pernah bisa melupakan momen saat dia melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika Violet jatuh dari tebing.

Selama tiga tahun, Sheva terus menyalahkan dirinya sendiri karena tidak dapat melindunginya sebagai bawahannya.

Jadi ketika dia menerima telepon dari bosnya dan tahu bahwa dia masih hidup, Sheva bersumpah dalam hati bahwa kali ini dia tidak akan membiarkan bosnya terluka sedikit pun, meski harus mengorbankan nyawanya.

Awalnya Sheva ingin menggantikannya dalam misi ini, tetapi Violet bersikeras untuk pergi sendiri.

Dari kaca spion, Sheva melirik Violet yang sejak naik ke mobil tidak mengatakan sepatah kata pun.

Dia merasa bahwa hubungan antara bosnya dengan Mia tidaklah sesederhana itu.

Sepertinya dia perlu meminta orang untuk menyelidikinya secara diam-diam.

Pandangan Sheva belum sempat dialihkan, tetapi dia langsung ketahuan oleh Violet. Dia buru-buru berdeham, "Bos, sudah tahu racunnya jenis apa?"

Violet terdiam sejenak sebelum menjawab, "Racun Pemikat!"

"Ciitt ...."

Saking terkejutnya, Sheva langsung menginjak rem. Dia berkomentar, "Ternyata ini racun yang dulu menjadi karya besarmu! Bukankah tiga tahun lalu sudah kamu musnahkan bersama dengan resepnya?"

"Masih ada satu butir terakhir di Keluarga Hardi."

"Apa Adis yang melakukannya?" Sheva tampak tercengang. "Dendam macam apa yang dia punya sampai harus begitu kejam kepada seorang gadis muda?"

"Racun ini awalnya hanya menyebabkan ketidaknyamanan pada tubuhnya, tapi setelah racunnya kambuh kedua kalinya, korbannya akan berperilaku seperti anjing betina yang sedang birahi."

Bosnya membuat racun aneh ini dulu untuk menghadapi seorang iblis.

Violet pun tidak mengerti.

Keluarga Hardi tidak punya konflik apa pun dengan Keluarga Jiwono, bahkan mereka memiliki hubungan bisnis dengan Keluarga Lenova.

Jika racun itu benar dari Adis, insiden penculikan sebelumnya pasti tidak ada hubungannya dengan dia.

Bagaimanapun juga, dia tidak mungkin dan tidak akan membiarkan Violet hampir mati dalam ledakan itu.

Tak peduli siapa pun pelakunya, Violet harus menemukannya.

Ini bukan untuk membuktikan diri pada Leon, melainkan karena dia tidak akan tinggal diam menerima kekalahan begitu saja!

Baik itu masalah penculikan, pengkhianatan tiga tahun lalu, ataupun pembunuhan keluarganya dulu. Violet tidak akan melepaskan satu pun dari mereka!

Di kedalaman matanya tampak kebencian yang membara. Sheva tiba-tiba menyodorkan ponsel di depannya sambil berkata, "Bos, Leon baru saja mengirimkan pesan. Dia meminta agar segera dijadwalkan waktu untuk perawatan."

Terpikir kembali akan kelembutan pria bajingan itu, Violet tersenyum dingin, lalu menjawab, "Katakan padanya, perjanjian dibatalkan."

Dibandingkan dengan uang 20 triliun, yang saat ini paling dinantikan Violet adalah melihat kondisi Mia setelah racunnya kambuh kedua kalinya!

**

Di koridor luar kamar rawat Mia.

Meski wajah Leon tampak tanpa ekspresi, tetapi tatapannya dingin bagai es yang sudah berabad-abad. Dia berkata, "Katakan lagi, apa yang barusan kamu katakan?"

Joshua menguatkan diri, mengulangnya sekali lagi, "Elang Merah menyampaikan kalau perjanjian dibatalkan."

Joshua merasa menyesal sekarang.

Seharusnya dia tidak memberitahukan tentang dokter sakti ini pada bosnya hari itu.

Awalnya Elang Merah meminta bayaran yang besar. Sementara sekarang, dia malah membatalkan perjanjian.

Apakah dia tidak tahu seberapa buruk temperamen Leon?

Leon menahan amarahnya, lalu berkata, "Berikan teleponnya padaku."

Joshua buru-buru menyerahkan ponsel padanya.

Leon menekan nomor itu. Nada sambung terdengar, tetapi teleponnya tidak diangkat.

Jika ditelepon sekali tidak diangkat, dia akan menelepon untuk kedua kalinya. Hingga kesabaran Leon habis, akhirnya suara di seberang sana terdengar samar, "Maaf, aku tadi sedang sibuk."

Joshua yang ada di sampingnya buru-buru menyeka keringat yang hampir menetes ke lantai dari dahinya.

Untungnya teleponnya diangkat. Jika tidak, ponselnya pasti akan bernasib buruk.

Sebuah ponsel memang tidak berharga, tetapi data di dalamnya bernilai tak terhingga bagi Leon.

"Aku ingin bicara dengan Elang Merah," kata Leon langsung ke intinya.

"Dia sedang nggak bisa diganggu. Kalau ada sesuatu, kamu bisa menyampaikannya padaku. Nanti aku akan meneruskannya."

Mata hitam Leon menyipit. Dia berkata, "Harganya sudah disepakati, kenapa tiba-tiba dibatalkan?"

"Harap tenang, Pak Leon. Pembatalan sepihak ini memang nggak sopan, tapi kami juga punya alasan yang nggak bisa dihindari. Kalau nggak, mana mungkin kami mengabaikan uang 20 triliun!"

"Alasan apa?"

"Ini nggak bisa diungkapkan kepada Pak Leon. Yang jelas, lebih baik Pak Leon segera mencari ahli lain agar nggak menghambat waktu terbaik untuk pengobatan Nona Mia."

Setelah selesai bicara, Sheva langsung menutup telepon. Detik berikutnya ....

"Krak!"

Melihat ponsel yang akhirnya tidak luput dari nasib buruk, hati Joshua terasa lebih hancur daripada ponselnya sendiri.

"Cari dia!" geram Leon. Dia ingin tahu permainan apa yang sedang mereka mainkan kali ini.

Joshua ingin mengatakan bahwa ini tidak mudah.

Tidak hanya wanita itu, bahkan Violet masih hilang tanpa jejak hingga sekarang.

Apakah kedua wanita ini senang bermain petak umpet?

Mia terus mendengarkan pergerakan di luar kamar. Begitu Leon dan Joshua menjauh, dia segera mengunci pintu, lalu mengeluarkan ponsel lain yang disembunyikan di bawah bantalnya.

"Leon sudah menemukan orang yang bisa menyembuhkan racunku, tapi tadi aku mencuri dengar kalau orang itu sepertinya membatalkan perjanjiannya."

Mia mendengus, lalu melanjutkan, "Katanya orang bernama Elang Merah itu sangat hebat. Tapi menurutku dia cuma punya nama besar saja. Mungkin dia tahu dirinya nggak bisa menyembuhkannya, jadi dia memilih kabur."

"Dia sendiri yang menciptakan racun itu, bagaimana mungkin dia nggak bisa menyembuhkannya?"

"Jadi, apa kalian saling kenal? Kalau racun itu buatannya, kenapa tiba-tiba dia nggak mau? Padahal aku dengar Leon menawarkan imbalan 20 triliun!"

Bersedia mengeluarkan 20 triliun demi dirinya, ini sudah membuktikan posisi Mia di hati Leon.

Memang kenapa kalau semua ini palsu?

Begitu mereka menikah, dia mendapatkan posisi sebagai istri Leon yang sah.

Meski Leon tahu bahwa dia bukan penyelamatnya, dia tidak akan berbuat apa-apa padanya dengan dalamnya perasaannya terhadap dirinya.

Orang di telepon terdiam beberapa saat sebelum akhirnya bicara, "Bukankah ini justru sesuai keinginanmu? Nggak lama lagi racunmu akan kambuh lagi. Semoga keinginanmu tercapai."

"Terima kasih atas doa baikmu. Kalau aku berhasil merebut Leon, tentu aku nggak akan melupakan kebaikanmu."

**

Cara tercepat untuk mengetahui apakah racun itu benar-benar berasal dari Adis adalah dengan langsung menanyakannya.

Meskipun Violet merasa kecil kemungkinan itu adalah ulah Adis, dia tetap memutuskan untuk menemuinya.

Bagaimanapun juga, sudah tiga tahun sejak terakhir kali mereka bertemu.

Setelah kembali ke Vila Magnolia, hal pertama yang Violet lakukan adalah meminta Sheva untuk melacak keberadaan Adis.

Bahkan sebelum Violet menghabiskan satu apel, tugas itu sudah selesai.

"Adis pergi ke Negara Marta untuk urusan bisnis."

"Pesankan tiket untukku."

Keesokan paginya, Violet sudah naik pesawat menuju Negara Marta.

Sheva ingin ikut, tetapi Violet tidak mengizinkannya.

Dia memberinya instruksi untuk mengurus hal lain.

Setelah tiga tahun tidak naik pesawat, melihat awan di luar jendela membuat Violet merasakan kebebasan seperti burung yang kembali ke langit.

Selama tiga tahun itu, hidupnya hanya berisi Leon.

Demi menjadi istri yang baik, dia bahkan jarang keluar rumah. Setiap hari dia hanya memikirkan bagaimana merawat suaminya dengan lebih baik.

Pagi-pagi sekali, Violet akan bangun pukul lima untuk membuatkan sarapan.

Setiap pakaian Leon dicucinya dengan tangan, termasuk kaus kaki serta pakaian dalamnya.

Saat bekerja, Violet menghitung menit demi menit, menanti seperti batu penunggu, berharap pria itu akan segera pulang.

Sekarang, saat mengingat-ingat lagi, hidup seperti itu sudah dia jalani selama tiga tahun.

Seolah-olah otaknya sudah tidak berfungsi.

Setelah turun dari pesawat, Violet langsung menuju hotel tempat Adis menginap.

Namun, dia diberitahu, "Pak Adis sudah keluar dari hotel ini sejak pagi-pagi sekali."

Violet terdiam.

Tadinya, Violet ingin memberikan kejutan padanya.

Lupakan saja. Karena sudah sampai di sini, anggap saja ini sebagai liburan.

Violet berjalan-jalan sebentar, membeli banyak barang, lalu kembali dengan pesawat untuk pulang ke negara asalnya.

Harus diakui, menjadi lajang itu memang menyenangkan!

Makin jauh dirinya dari makhluk bernama pria, akan makin baik.

Di bandara, Violet dari kejauhan sudah melihat Sheva menunggunya.

"Di sini ...." Namun, senyum Violet langsung berubah kaku.

Leon?

Melihat Leon dikelilingi oleh orang-orang yang berjalan ke arahnya, Violet segera membalikkan badan.

Sepertinya hari ini bukan hari yang baik baginya.

Dia bukannya takut pada pria itu, hanya tidak ingin bertemu dengannya.

Dia yakin, pria itu juga tidak ingin melihat dirinya.

Demi menghindari situasi yang tidak diinginkan, Violet masuk ke kamar kecil.

Leon mencari di sekeliling, tetapi tidak melihat bayangan Violet. "Apa kamu yakin kalau dia naik pesawat ini?"

Joshua yang mengikutinya tampak mengeluarkan keringat di keningnya lagi. Joshua menjawab, "Sudah dikonfirmasi berkali-kali. Bu Violet memang naik penerbangan ini dari Negara Marta."

Siapa yang tahu betapa girangnya Joshua saat menerima kabar itu.

Hilangnya Violet, pembatalan janji oleh Elang Merah, serta wanita yang menyelinap masuk ke kamar rawat Mia malam itu, lalu berhasil kabur dari rumah sakit meski ada pengawasan ketat.

Singkatnya, akhir-akhir ini Leon sudah dibuat frustrasi oleh ketiga wanita tersebut, hampir meledak.

Untungnya, ada kabar tentang Violet. Jika tidak, begitu Leon meluapkan kemarahannya, orang pertama yang akan terkena imbasnya adalah dirinya.

Joshua menyeka keringat di dahinya, lalu berujar, "Sudah ada orang yang berjaga di setiap pintu keluar. Seharusnya Bu Violet akan segera ditemukan."

Setengah jam kemudian.

Nada suara Leon mulai berubah dingin saat dia bertanya, "Di mana orangnya?"

Joshua ingin sekali menggigit lidahnya sendiri.

Ternyata masih terlalu dini untuk mengatakan apa pun!

Namun, bagaimana mungkin Violet yang hanya seorang biasa ini sangat lihai dalam bersembunyi?

"Joshua, kemampuan kerjamu benar-benar makin buruk. Kalau begini terus, aku rasa aku perlu untuk mengirimmu ke Aftar Selatan untuk latihan."

Setelah mengatakan ini, Leon pun melangkah pergi.

Sudah setengah jam berlalu, sepertinya wanita itu sudah kabur jauh.

Dalam situasi seperti ini, dia tetap bisa melarikan diri. Ternyata dia memang meremehkan kemampuan wanita itu.

Di luar bandara, berjejer mobil hitam dengan mobil utama yang terlihat megah di bagian paling depan.

Joshua berlari kecil menghampiri, membukakan pintu mobil untuk Leon. Saat Leon hendak membungkuk masuk, di sudut matanya dia melihat ....

Pria itu berbalik, langsung berjalan cepat ke arah seorang wanita, lalu dengan cepat menahan bahunya dari belakang.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mimy Sukur
ga msk akal crt nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 6

    Wanita itu berbalik untuk menghadapnya. Begitu melihat dengan jelas wajahnya, wajah tampan Leon seketika menjadi sangat muram.Punggung wanita itu memang mirip dengan Violet, tetapi wajahnya sama sekali berbeda.Penampilannya biasa saja, jauh dari kecantikan luar biasa yang dimiliki Violet.Ketika menyadari bahwa dirinya sempat menganggap Violet cantik, wajah Leon menjadi makin muram."Tampan, caramu mendekati orang unik sekali. Kamu punya gaya sendiri, aku suka."Wanita itu menyandarkan dirinya ke arah Leon, lalu melanjutkan, "Rumahku ada di dekat sini, bagaimana kalau kita ....""Salah orang."Saat Leon mundur, wanita itu hampir terjatuh. Namun, dia tidak terlihat kesal, malah kembali mendekat sambil berujar, "Jangan malu-malu. Kita berdua ini sudah dewasa, nggak perlu sungkan."Sebuah tatapan dingin diarahkan pada Joshua yang mengikuti dari belakang.Joshua segera maju untuk mengatasi situasi tersebut.Setelah keduanya pergi dengan mobil, Violet naik ke mobil Sheva, lalu dengan perl

    Last Updated : 2024-11-08
  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 7

    Di rumah sakit.Begitu Leon masuk, Mia langsung memeluknya dengan erat.Wanita itu seperti seekor ular tanpa tulang, menggeliat di dalam pelukannya sambil berkata, "Paman, aku merasa nggak nyaman .... Benar-benar nggak nyaman ....""Di mana yang terasa nggak nyaman?" Leon mengulurkan tangan, mencoba mendorongnya, tetapi ini malah membuat Mia makin erat memeluknya."Di seluruh tubuhku ...." kata Mia sambil menggenggam tangan Leon, lalu menempelkannya ke dadanya. Dia melanjutkan, "Terutama di sini, seperti ada banyak semut yang merayap. Rasanya gatal dan sangat nggak nyaman.""Paman, tolong aku ... selamatkan aku!"Keadaan Mia ini jelas tidak normal. "Aku akan memanggil dokter untukmu," ucap Leon."Nggak, aku nggak mau dokter, aku hanya mau kamu." Mia memeluk Leon erat-erat seperti tumbuhan merambat yang melilit, bahkan mulai membuka kancing bajunya. Mia berkata, "Paman, tolong aku. Cepatlah, aku benar-benar merasa nggak nyaman .... Kalau kamu nggak menolongku, aku benar-benar akan mati

    Last Updated : 2024-11-08
  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 8

    Saat masker itu hampir saja ditarik, Violet dengan cepat mencabut jarum perak dari pinggangnya, lalu langsung menusukkannya ke telapak tangan Leon."Hiss ...."Rasa sakit tajam menyebar di telapak tangannya, memaksa Leon menarik kembali tangannya. Violet memanfaatkan kesempatan itu untuk melompat langsung dari balkon.Melihat wanita itu mendarat dengan stabil dari ketinggian lantai 11, mata hitam pekat Leon menyiratkan kekaguman sekaligus sorotan yang tajam.Dia mengeluarkan ponselnya, membuka halaman yang menunjukkan titik merah kecil.Sebenarnya, dia sudah menyadari bahwa di dalam kamar rawat ada orang lain selain dirinya dan Mia.Tepat ketika Mia bersiap melepaskan pakaian, ada suara dari dalam lemari.Meski suara itu sangat pelan dan hanya sekejap, Leon tetap menyadarinya.Tadi dia sengaja keluar untuk memancing musuh keluar dari persembunyian.Melihat titik merah di pelacak, mata hitam Leon menyipit. "Violet, sebaiknya bukan kamu dalang dibalik semuanya. Kalau nggak ...."**Viole

    Last Updated : 2024-11-08
  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 9

    Untuk undangan biasa, Leon mungkin tidak akan hadir secara pribadi, tetapi untuk Keluarga Hardi ....Leon harus memberikan sedikit penghormatan.Siapa sangka, begitu masuk ke rumah Keluarga Hardi, dia akan melihat sosok yang sangat mirip dengan Violet.Hampir secara naluriah, dia langsung mengejarnya.Wanita itu memiliki kewaspadaan tinggi. Hanya dalam waktu singkat, Leon sudah kehilangan jejaknya.Ini tidak seperti Violet. Wanita itu tidak secerdik ini, bahkan terkadang agak kikuk.Apakah dia salah mengenali orang lagi?Benar juga. Wanita itu hanyalah anak yatim piatu tanpa keluarga. Bagaimana mungkin dia punya hubungan dengan Keluarga Hardi?Orang tadi jelas sudah sangat familiar dengan rumah Keluarga Hardi.Tampaknya dia memang salah mengenali orang lagi.Sama seperti saat di pintu bandara waktu itu.Sudah dua kali hal ini terjadi. Mengapa ada begitu banyak orang yang terlihat mirip dengan Violet dari belakang? Bahkan Elang Merah itu pun juga. Atau mungkin semua wanita memang terlih

    Last Updated : 2024-11-08
  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 10

    Taman Bangau.Ini adalah sebuah resor bergaya paviliun yang menggabungkan restoran, tempat rekreasi, serta tempat hiburan.Waktu pengobatan dijadwalkan pada hari Senin, jadi Violet datang sehari sebelumnya untuk melakukan persiapan.Sebenarnya, dia cukup melakukan ini dengan menelepon saja. Namun, dia sengaja datang karena di tempat ini ada seseorang yang ingin dia temui. Orang itu juga ingin menemuinya.Begitu memasuki aula, Violet melambaikan tangan memanggil seorang pelayan muda yang mengenakan pakaian tradisional, "Aku mau pesan ruang VIP nomor satu.""Maaf, ruang VIP nomor satu nggak bisa dipesan oleh tamu umum."Violet berpura-pura bertanya, "Kenapa?"Pelayan pria itu menjelaskan, "Ruangan VIP ini adalah ruang eksklusif yang disediakan oleh pemilik kami untuk tamu istimewa. Sejak resor ini dibuka, ruangan ini nggak pernah dipesan oleh orang luar. Kalau kamu ingin memesan ruang VIP, silakan pilih salah satu ruangan lain selain ruang nomor satu ini."Violet mengangkat alis sambil b

    Last Updated : 2024-11-08
  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 11

    "Kak Violet?"Loren mengusap matanya seraya berseru, "Ternyata itu benar kamu!"Karena sudah tertangkap basah, jadi tidak bisa melarikan diri.Jejak kekesalan melintas di mata Violet.Karena berpikir sedang ada di wilayah sendiri dan tidak perlu berpura-pura. Siapa yang tahu bahwa secara kebetulan, Violet justru bertemu dengan mantan saudara iparnya sendiri.Nasib antara mereka berdua dan takdir Violet benar-benar membuat wanita itu tidak bisa berkata-kata.Setelah menenangkan diri, Violet mengerucutkan bibirnya pelan sambil menyahut, "Loren, kebetulan sekali.""Benar, kebetulan sekali!" seru Loren sambil berlari ke arah Violet. Wanita itu meraih tangannya dan berkata, "Kak Violet, aku sudah mencarimu selama berhari-hari. Aku nggak menyangka akan bertemu denganmu di sini."Saat melihat Violet, Loren terkejut dan juga bahagia. Wanita itu tidak bisa menahan kegembiraannya.Alasan mengapa Loren ada di sini hari ini adalah karena seorang temannya melihatnya dalam suasana hati yang buruk, l

    Last Updated : 2024-11-08
  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 12

    Saat melihat teko teh yang terbang ke arahnya, mata hitam Leon langsung menjadi gelap.Awalnya tidak sulit bagi Leon untuk menghindar. Akan tetapi, begitu kejadian itu terjadi, Leon mendorong Loren untuk menjauh darinya, jadi dia melewatkan waktu terbaik untuk menghindar.Loren yang sudah didorong, sontak memanggil dengan cemas, "Kak ...."Bertha tampak terlihat bersalah, tetapi di dalam hatinya dia sangat menantikannya.Tehnya baru saja dibuat dan hari ini wajah Leon tidak akan bisa diselamatkan.Jika bukan karena khawatir, bosnya akan tetap menyimpan bajingan ini di dalam hatinya. Ini semua tidak hanya akan merusak wajah Leon, tetapi juga mengakhiri hidupnya sebagai bajingan.Tepat ketika semua orang, termasuk Leon sendiri, mengira sedang dalam bahaya. Teko yang hanya berjarak beberapa meter dari wajah Leon itu, tiba-tiba ditangkap oleh sepasang tangan.Tangannya ramping, seputih batu permata dan langsung menangkap teko itu dengan kuat.Leon menatap pada wanita yang sudah menghalangi

    Last Updated : 2024-11-08
  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 13

    Meskipun emosi Violet sudah disembunyikan dengan baik, Sheva masih menyadari ada yang tidak beres ketika dia kembali.Diam-diam dia menelepon Bertha dan mengetahui bahwa semua karena Leon. Sheva juga memiliki niat membunuh terhadap pria itu.Mantan suami atau apa pun itu, cuma akan memengaruhi suasana hati.Tentu saja, membunuh Leon tidaklah mudah. ​​Lebih baik mencari cara untuk membuat bosnya merasa lebih baik terlebih dahulu.Untuk makan siang, Sheva memasak banyak makanan lezat.Saat melihat meja yang penuh dengan hidangan, suasana hati Violet langsung membaik dan dia bahkan menambah semangkuk nasi.Melihat suasana hatinya membaik, Sheva berkata, "Sebaiknya besok pergi berobat denganku."Violet tidak akan berada dalam suasana hati yang buruk jika dia tidak melakukan kontak dengan orang-orang itu."Bertha sudah memberitahumu?" tanya Violet. Sheva diam-diam menelepon Bertha tadi dan Violet melihatnya."Bos, kalau kamu masih nggak bisa melepaskan Leon, cepat rebut dia kembali. Kalau c

    Last Updated : 2024-11-08

Latest chapter

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 188

    Melihat Violet agak marah, Leon melembutkan sikapnya dan berkata, "Nggak peduli apa yang benar atau salah di masa lalu, kelak aku pasti akan menebusnya untukmu.""Nggak perlu!" Violet langsung menolak, "Aku nggak perlu kamu menebusnya untukku dan nggak mengharapkan rasa sukamu."Tidak mengharapkan ....Hati Leon tiba-tiba sakit dan dia langsung menahannya lagi, "Aku harus bagaimana baru kamu bisa tenang?"Bukan hal yang aneh, itu hanya ungkapan marah.Violet mengerutkan kening setelah mendengar ini, "Kamu pikir aku marah?""Heh!""Leon, siapa yang memberimu kepercayaan diri untuk berpikir aku akan mencintaimu selamanya!?"Menatap lurus sepasang mata Leon, Violet mengangkat sudut bibirnya, "Leon, pakai telingamu dan dengarkan dengan jelas!""Aku sudah lama mengakhiri perasaanku padamu. Bagiku, kamu nggak berbeda dengan orang asing yang kutemui di jalanan!"Leon sama sekali tidak percaya, "Karena kamu nggak mencintaiku lagi, kenapa kamu masih peduli dengan hidup dan matiku?"Kalau memang

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 187

    "Karena aku menyukaimu!"Sejujurnya, ucapan Leon cukup mengejutkan Violet.Dalam tiga tahun terakhir, kebenciannya terhadap wanita itu masih tergambar jelas di benaknya. Sekarang mereka baru bercerai beberapa hari dan sikapnya tiba-tiba berubah?Bahkan Sheva yang sudah lama menebak niat Leon juga tercengang dengan pernyataan perasaan mendadaknya.Meskipun sudah lama melihat beberapa petunjuk, rasanya masih berbeda saat pria itu langsung mengakuinya sendiri.Sheva tidak tahan lagi dan melihat ke arah Violet.Meski berbeda dari wanita biasa, Leon adalah satu-satunya pria yang pernah dia cintai.Dalam tiga tahun terakhir, Violet telah memberikan segalanya untuk Leon dan sekarang ucapan itu bisa dikatakan harapannya telah tercapai.Meskipun bilang tidak akan kembali, itu karena dia tidak tahu Leon akan berubah pikiran.Sekarang situasinya telah berubah, takutnya dia akan ...."Terus?"Setelah tertegun beberapa saat, Violet langsung menenangkan diri sambil menepis tangan Leon dan berkata de

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 186

    Violet sangat ingin mengetahui berita apa yang diketahui Sheva, jadi dia sangat muak dengan Leon yang masih tidak ingin pergi, "Apa hubungannya denganmu?"Sheva menjawab dari samping, "Bos benar. Kamu pikir kamu ini siapa? Apa aku harus melaporkan hubunganku dengan bos padamu?"Melihat sikap bosnya, sepertinya tadi bos tidak ingin rujuk dengannya, melainkan Leon yang sengaja melecehkannya.Karena ini masalahnya, tidak perlu bersikap sopan pada pria ini.Leon malah tersenyum alih-alih marah, "Karena kamu nggak tahu siapa aku, biarkan aku memperkenalkan diri. Namaku Leon dan aku ...."Violet menjadi lebih kesal lagi, "Nggak perlu perkenalkan diri, dia tahu siapa kamu.""..."Pria ini benar-benar mengenalnya?Jadi pria ini sangat penting bagi Violet. Kalau tidak, mana mungkin dia akan memberitahukan identitasnya?Satu Adis dan satu Sheva tidaklah cukup, sekarang muncul lagi pria tampan lainnya.Dilihat dari keduanya, ini bukanlah pertama kali mereka bersama.Melihat wajah Leon yang sangat

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 185

    Pertanyaan ini jelas sudah terjawab sebelumnya dan alasan mengapa Violet mengungkitnya lagi pasti karena dia tidak puas dengan jawaban sebelumnya.Bukan tanpa alasan, pasti ada sesuatu yang menudingnya lagi.Melihat Leon tidak berbicara, mata Violet menyipit dengan penuh ancaman, "Kenapa diam saja? Terakhir kali kamu sudah menjawabnya, seharusnya nggak sulit bagimu!""Jawabanku tetap sama, tapi apakah kamu akan percaya kalau aku mengatakannya?" Leon langsung melihat ke arahnya, "Kalau kamu nggak percaya, untuk apa aku repot-repot bicara terlalu banyak!?"Violet tidak mengatakan apa-apa. Dia menyalakan ponselnya dan memutar video pertemuan Leon dan Lewis di tengah malam, "Kalau nggak ada hubungan dengannya, untuk apa bertemu dengannya di tengah malam?"Melihat adegan dalam video pertemuan dirinya dan Lewis di tengah malam, Leon ragu sejenak sebelum memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya, "Bagaimana kalau kubilang aku ingin membantumu menyelidiki kebenaran saat itu?""Membantuku men

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 184

    "Nggak cuma itu, juga benar-benar besar kepala!"Ternyata hal-hal yang nggak ada hubungannya juga bisa disatukan. Benar-benar mengagumkan!Melihat Leon akan berbicara lagi, Violet melepaskan tangannya dari cengkeraman pria itu dan memberi isyarat untuk berhenti, "Diam kalau mau ganti balutan!"Setelah mengatakan itu, dia menunjuk ke sofa di tengah ruangan dan berkata, "Duduklah di sana."Sadar akan emosinya saat ini, Leon tidak berkata apa-apa dan berjalan menuju sofa sesuai apa yang Violet katakan.Violet pergi mengambil kotak obat dan berdiri di belakang Leon untuk membantunya melepas jahitan serta mengganti balutan.Setelah melepas kain kasa dan melihat luka bernanah, Violet langsung mengerutkan kening dan berkata, "Apa yang telah kamu lakukan dalam dua hari ini?"Kalimat ini hanyalah pertanyaan biasa dari seorang dokter.Jangankan Leon. Kalau ada orang lain yang lukanya menjadi seperti ini, Violet sebagai dokter pasti akan mengatakan sesuatu."Aku nggak melakukan apa pun." Mata Leo

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 183

    Violet hanya membutuhkan waktu lima menit untuk berhasil meretas situs web yang dienkripsi ganda.Meskipun isi di dalamnya bersifat rahasia, tidak begitu berguna untuknya karena yang Violet cari adalah pemimpin pasukan.Mengenai identitasnya, Violet sama sekali tidak menemukan petunjuk setelah mengutak-atik situs web.Violet tidak menyerah. Dia kembali ke rumah Keluarga Hardi sepulang kerja dan memeriksa situs web luar serta dalam, tetapi tetap tidak mengubah apa pun.Siapa itu, begitu misterius?Violet mencoba memulai dari aspek lain, seperti Keluarga Wijaya.Kalau Pasukan Yeager memang terkait dengan Keluarga Wijaya, mustahil tidak ada hubungan di antara mereka.Akan tetapi, tidaklah mudah untuk mendapatkan sesuatu dari mulut Lewis.Tidak hanya tegas dalam ucapan, dia juga waspada dalam setiap tindakan yang dia lakukan.Setelah mengutus orang untuk mengikutinya secara diam-diam begitu lama, Lewis tidak melakukan kontak rahasia dengan siapa pun kecuali Leon.Leon ....Setelah memikirk

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 182

    Dia melambaikan tangan. Bawahannya maju selangkah dan membisikkan sesuatu di telinganya .......Mengikuti petunjuk itu, Sheva menyelidikinya selama hampir dua hari sebelum akhirnya mendapatkan beberapa petunjuk.Hasil penyelidikan diletakkan di meja Violet, "Bos, rangkaian nomor itu sudah ditemukan."Violet meletakkan pena tanda tangan di tangannya dan membuka dokumen itu. Ketika dia melihat Pasukan Yeager tertulis di atasnya, matanya menyipit dengan penuh ancaman, "Sudah dikonfirmasi kebenarannya?""Aku sudah memeriksanya dua kali dan yakin kabarnya benar!" Sheva juga tidak menyangka inilah hasilnya, "Pasukan Yeager milik negara dan nggak ada hubungannya dengan Falcon."Awalnya, Sheva juga curiga itu adalah Falcon.Meski berbagai hasil investigasi belakangan ini menunjukkan tidak ada hubungan antara Falcon dan pembunuh lebih dari 20 tahun lalu, Sheva selalu merasa Falcon bukanlah orang biasa.Apalagi setelah mengetahui dia dan Adis adalah saudara kembar.Secara keseluruhan, pria itu

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 181

    "Aku nggak pernah menyentuh Mia!"Yang terjadi tiga tahun yang lalu tidak masuk hitungan.Itu juga terjadi tanpa sepengetahuannya, jadi Leon tidak berbohong.Leon merasa sudah waktunya untuk memberi tahu Violet, "Violet, aku nggak cuma nggak pernah menyentuh Mia, perasaanku padanya juga nggak ....""Kak ...."Suara ketakutan Loren di luar pintu menyela ucapan Leon yang belum selesai.Mendengar Loren sudah bangun, Violet buru-buru keluar tanpa memedulikan hal lainnya.Leon, "..."Dia hanya ingin mengungkapkan perasaannya kepada Violet, tetapi mengapa dia selalu disela?Sepasang alisnya berkerut, dia juga keluar dari kamar sambil menahan rasa sakit.Bagaimanapun, dia akan berada di sini dalam beberapa hari ke depan, jadi lebih baik cari waktu lain.Akan tetapi, Violet sama sekali tidak memberinya waktu. Setengah jam kemudian, dia siap naik helikopter yang datang menjemputnya.Melihat Loren yang tidak peduli dengan kepergiannya, Leon berjalan mendekat dan berkata dengan suara rendah, "Kam

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 180

    Membiarkannya berbaring di atas kasur dan bersiap untuk melakukan operasi sederhana padanya.Hanya ada beberapa obat tradisional yang bisa membantu Loren menghilangkan bekas luka di sini, tetapi sama sekali bukan obat penghilang rasa sakit atau anestesi.Tadi dia juga menyuruh Leon untuk menahannya saat mengeluarkan selongsong peluru untuknya, jadi kali ini juga sama.Harus dikatakan daya tahan Leon cukup baik dan tidak bersuara selama seluruh proses. Kalau bukan karena butiran keringat yang jatuh di dahinya, Violet curiga pria ini sama sekali tidak merasakan sakit.Akhirnya pendarahan berhenti setelah menyambung kembali pembuluh darah yang pecah. Setelah dibalut kembali, Violet hendak berbalik dan mengemasi barang-barangnya sebelum tubuhnya diputar dan ditekan oleh Leon."Kenapa, mengira hidupmu terlalu panjang?" Kali ini Violet tidak menunjukkan reaksi yang terlalu berlebihan, tetapi suaranya sangat dingin."Diam!""..." Kalau bukan suaranya yang terlalu lama, Violet menjamin akan me

DMCA.com Protection Status