Share

Bab 3

Author: Jalita Haira
Jarak Kota Barona hanya satu setengah jam perjalanan dari Kota Jimasta.

Violet tiba di rumah Keluarga Wijaya sesuai janji dengan menggunakan penyamaran.

Dengan alasan mengobati penyakit, dia memanfaatkan kesempatan untuk menghipnosis Dimas yang sudah lanjut usia.

Sayangnya, tidak ada informasi berguna yang bisa didapat.

Setelah usahanya tidak membuahkan hasil, Violet berjalan sambil menunduk, memikirkan sesuatu. Tiba-tiba dia merasakan sakit di dahinya.

"Maaf ...."

Kata-kata permintaan maaf itu terhenti di tenggorokan ketika melihat wajah orang yang ada di depannya.

Leon?

Kenapa dia ada di sini?

Memang benar, musuh akan selalu bertemu!

Hanya dalam waktu kurang dari dua detik, Violet mengalihkan pandangannya, lalu pergi tanpa ekspresi.

Leon tertegun.

Awalnya orang ini tampak akan meminta maaf, tetapi setelah melihatnya, sikapnya tiba-tiba berubah drastis. Terutama tatapan yang berubah seolah mereka punya dendam mendalam.

Leon berbalik, memandang ke arah kepergian wanita itu. Mata gelapnya sedikit menyusut. Punggung itu mirip dengan Violet ....

"Pak Leon, kami nggak tahu kalau kamu akan datang. Maaf nggak bisa menyambut dengan baik."

Suara kepala pelayan Keluarga Wijaya membuyarkan lamunan Leon. Saat kembali melihat, wanita itu sudah tidak tampak lagi.

Setelah mengikuti kepala pelayan untuk menemui Dimas, Leon melihat wajah Dimas tampak sehat dan segar, seperti sudah pulih dari sakitnya. Tanpa basa-basi, Leon langsung menyampaikan maksud kedatangannya.

Namun, pihak Keluarga Wijaya mengatakan bahwa dokter sakti itu sudah pergi. Selisih waktunya dengan kedatangan Leon hanya sebentar saja.

Leon tertegun.

Apakah wanita dengan wajah penuh bintik-bintik yang baru saja ditemuinya itu adalah si dokter sakti?

Meski tahu mengejar akan percuma, Leon tetap buru-buru berpamitan dengan Dimas.

Tak disangka, wanita itu ternyata belum pergi.

Leon berjalan menuju mobil wanita itu yang baru menyala dengan langkah cepat, lalu berkata, "Tunggu seben ...."

Belum selesai Leon berbicara, suaranya sudah tertelan oleh deru mesin yang meraung.

"Sialan!"

Kini Leon hampir yakin bahwa wanita itu memang punya dendam padanya.

Leon pun naik ke mobil, lalu mengejarnya.

Ketika melihat mobil Hummer berwarna hitam yang mengejar dari belakang, kening Violet sedikit berkerut.

Apa pria itu mengenalinya?

Bukannya mau membual, tetapi teknik penyamaran Violet sangatlah hebat. Meski kedua orang tuanya masih hidup, mereka tak akan mengenalinya. Jangankan lagi Leon yang tak pernah benar-benar memperhatikannya meski sudah menikah dengannya selama tiga tahun!

Apakah hanya karena tadi tidak meminta maaf, dia dikejar sampai sejauh ini?

"Heh ...." Sebuah seringai dingin muncul di sudut bibir Violet. Kemudian, dia menekan pedal gas hingga maksimal, lalu bergumam, "Kamu berutang padaku jauh lebih banyak daripada aku padamu!"

Mobil Maserati merah melaju kencang seperti kilat.

"Menarik!"

Mata hitam Leon tampak sedikit menyipit, lalu dia juga menambah kecepatannya.

Satu mobil merah, satu mobil hitam. Keduanya layaknya dua naga raksasa yang saling mengejar di jalanan berkelok di pegunungan.

Pada awalnya, Leon merasa sangat percaya diri dengan kemampuan mengemudinya. Dia adalah seorang pria. Dia tidak percaya jika dia tidak bisa mengejar seorang wanita!

Namun, pada putaran terakhir, wanita itu tiba-tiba berputar balik, langsung menuju ke arahnya.

Leon memutar setir ke kanan secara refleks, menghindar sebelum wanita itu menabraknya. Namun, karena kecepatan yang terlalu tinggi, dia malah menabrak sisi bukit. Meski tidak terjadi apa-apa dengan dirinya, mobilnya terpaksa berhenti mendadak.

Dari balik kaca depan, pandangannya bertemu dengan tatapan wanita itu yang penuh ejekan. Wanita itu bahkan menunjukkan jempol ke bawah padanya.

Sombong sekali!

Kemudian, mobil wanita itu mundur dengan cepat, pergi begitu saja, tetap dengan kecepatan yang tak berkurang.

"Elang Merah ...."

Dia bisa menyembuhkan penyakit, juga jago balapan. Meski tampangnya biasa saja, kemampuannya ternyata cukup banyak.

Namun, kenapa begitu memusuhi dirinya?

Setelah kembali ke kantor, hal pertama yang dilakukan Leon adalah meminta Joshua untuk menyelidiki latar belakang Elang Merah. "Cari informasi sedetail mungkin."

Leon ingin tahu, apa yang sebenarnya sudah dia lakukan hingga wanita itu begitu marah padanya.

Setengah jam kemudian, Joshua masuk dengan wajah lesu. Dia melapor, "Pak, informasi tentang Elang Merah dilindungi dengan kata sandi. Beberapa teknisi sudah mencobanya, tapi nggak bisa menembusnya."

"Berikan alamat situsnya padaku!"

**

"Bos, ada yang sedang menyelidikimu!"

Sheva menyerahkan laptopnya kepada Violet yang sedang berbaring di sofa ruang tamu, asyik menonton drama. "Sudah dimulai sejak setengah jam yang lalu. Pihak mereka sudah mengganti beberapa orang. Yang terbaru ini cukup hebat, aku hampir nggak bisa menahannya."

"Benarkah?" Tatapan mata Violet sedikit menyipit. Dia bangkit dari sofa, lalu berujar, "Biarkan aku yang menghadapi dia!"

Jarinya mengetik dengan cepat di atas keyboard, membuat sederet kode berlarian di layar laptop.

Dalam waktu tak lebih dari sepuluh menit, Violet menutup laptopnya, lalu melemparkannya sembarangan ke sofa. Dia berdiri sambil meregangkan tubuh, lalu berkata, "Ayo kita makan."

Pada saat yang sama, di hadapan layar komputernya, Leon hampir melempar laptopnya ketika melihat kode yang ditampilkan oleh pihak lawan.

PECUNDANG!

Ketika melihat kata yang berkedip-kedip di layar, ada aura dingin yang terpancar dari tubuhnya. Joshua bahkan tidak berani bernapas.

Kemampuan meretas bosnya itu tidak hanya terkenal di Jimasta, tetapi bahkan di dunia. Namun, sekarang ....

Melihat wajah muram bosnya, haruskah dia memberikan sedikit penghiburan?

Setelah berpikir sejenak, Joshua dengan hati-hati membuka mulutnya, "Pak, mungkin pihak lawan nggak tahu siapa kamu. Dia nggak bermaksud menghinamu ...."

"Keluar!"

"Ya!"

"Tunggu sebentar." Leon memanggil Joshua yang hendak pergi, lalu berujar, "Hubungi dia dengan kontak yang diberikan oleh Keluarga Wijaya. Tawarkan biaya konsultasi 100 miliar!"

Tujuannya adalah mencari cara menyembuhkan racun Mia. Sedangkan hal lainnya ....

Kilatan gelap melintas cepat di mata kelamnya.

**

Begitu makanan disajikan di meja, ponsel Sheva berbunyi. Sebuah nomor asing muncul di layar.

Dia menatap Violet yang duduk di seberangnya. Setelah melihatnya mengangguk, Sheva pun menekan tombol untuk menjawab panggilan, lalu mengaktifkan pengeras suara.

"Apakah ini dokter sakti Elang Merah?"

Joshua!

Tangan Violet yang hendak mengambil makanan berhenti sejenak.

Jadi Leon masih mengejar permintaan maaf darinya?

Tentu saja, Leon Jiwono yang tak pernah merasa direndahkan, pastinya akan sulit menerima kekalahan beruntun darinya.

Tidak ingin berurusan dengannya lagi, Violet memberi isyarat kepada Sheva untuk menutup teleponnya.

"Maaf, aku bukan orang yang kamu cari."

Ketika Sheva hendak menutup telepon, Joshua buru-buru berkata, "Tunggu sebentar! Di sini ada seorang pasien yang sangat membutuhkan pertolongan dari dokter sakti. Kami bersedia menawarkan biaya konsultasi sebesar 100 miliar!"

Violet terdiam.

Jadi ini tujuan Leon terus mengejarnya?

Pergi ke Keluarga Wijaya juga bukan kebetulan?

Jika sampai Leon turun tangan sendiri dan menawarkan biaya sebesar itu ....

Mungkin masalah ini menyangkut Mia yang dia perlakukan dengan sangat baik itu. Dengan gerakan bibir, dia meminta Sheva untuk bertanya lebih lanjut.

Sheva berkata, "Bisa tolong kirimkan informasi singkat pasien itu ke ponselku?"

Begitu mendengar ada peluang, Joshua segera berkata, "Baik, aku akan segera mengirimkannya."

Hampir seketika setelah panggilan ditutup, Joshua mengirimkan semua informasi terkait. Ketika Violet melihat bahwa pasien yang perlu diselamatkan adalah Mia, dia melempar ponsel itu ke arah Sheva sambil berkata, "Beri tahu dia kalau aku nggak mencari uang ketika mengobati orang. Semua hanya bergantung pada takdir. Astrologi pasien ini nggak cocok denganku!"

Sheva tertegun.

Sejak kapan ada aturan seperti itu?

Meskipun merasa ada sesuatu yang aneh dengan ekspresi Violet, Sheva tidak banyak bertanya, langsung menyampaikan pesan itu ke Joshua.

Setelah menerima balasan, Joshua buru-buru menemui Leon.

Mata hitam pekat itu menyipit sedikit, lalu dia membalas, "Tambah 100 miliar lagi!"

Dia tidak percaya wanita itu bisa menolak uang sebanyak itu!

Violet tertawa sinis sambil bergumam, "Dua ratus miliar?"

Dia tiba-tiba merasa ingin tahu, berapa sebenarnya nilai Mia di hati Leon.

Mata Violet yang berkilauan menyipit, lalu dia berkata, "Beri tahu dia, aku akan datang kalau mereka setuju dengan 20 triliun. Nggak kurang sepeser pun!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
kuras we ampe bangkrut,,pengen tau j mau ga klo leon jd kismin
goodnovel comment avatar
Ninuk Besole
bgus lanjutkan
goodnovel comment avatar
Retno Setyorini
nilai yang menggiurkan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 4

    "Dua puluh triliun?"Leon tanpa ragu berkata, "Oke!"Tiga tahun lalu, setelah dirinya dijebak dan diberi obat, ada seorang gadis yang tetap menyelamatkan nyawanya meski dia sendiri terluka parah.Setelah semalaman mereka bersama, gadis itu sudah menghilang tanpa jejak setelah pagi datang.Malam itu begitu gelap sehingga Leon tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dia hanya bisa mencium aroma obat yang samar, mirip dengan aroma obat tradisional tertentu.Setelah kejadian itu, dia menyelidiki, hingga akhirnya menemukan Keluarga Lenova.Mia yang sejak kecil lemah dan sering sakit, sudah terbiasa mengonsumsi obat tradisional.Menurut penuturan langsung dari Mia, pada hari insiden itu terjadi, dia sedang diculik. Ketika akhirnya berhasil melarikan diri, dia bertemu dengan Leon.Tanpa memedulikan keselamatannya sendiri, Mia dengan tubuh penuh luka menyerahkan kesuciannya untuk menyelamatkan Leon.Saat itu, Mia baru berusia delapan belas tahun.Karena telah menyelamatkan nyawanya, Leon ber

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 5

    Tatapan tajam Leon kembali mengarah ke balkon, memberi Joshua isyarat dengan pandangan matanya.Joshua memeriksa sekeliling, "Pak, nggak ada siapa-siapa di sini!""Panggil dokter." Mata Leon berubah menjadi dingin. Dia menambahkan, "Beri tahu pihak rumah sakit untuk menutup semua pintu keluar. Hanya boleh ada masuk, nggak boleh ada yang keluar!""Baik!"Setelah diperiksa oleh dokter dan dipastikan bahwa orang itu hanya mengambil darahnya tanpa melakukan hal lain, hati Mia yang semula waspada akhirnya merasa sedikit tenang.Orang yang datang tidak diketahui asal-usulnya. Mengingat kondisinya yang rentan, tentu saja dia merasa takut.Namun, dia tidak mengerti, kenapa orang itu bersusah payah mengambil darahnya?Namun ....Air mata Mia mengalir begitu dia menoleh menatap Leon. Dia berkata, "Paman, sebenarnya ada beberapa hal yang seharusnya nggak aku katakan. Tapi dia benar-benar sudah keterlaluan."Ini adalah kesempatan yang bagus untuk menimpakan segalanya pada Violet, jadi dia tidak ak

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 6

    Wanita itu berbalik untuk menghadapnya. Begitu melihat dengan jelas wajahnya, wajah tampan Leon seketika menjadi sangat muram.Punggung wanita itu memang mirip dengan Violet, tetapi wajahnya sama sekali berbeda.Penampilannya biasa saja, jauh dari kecantikan luar biasa yang dimiliki Violet.Ketika menyadari bahwa dirinya sempat menganggap Violet cantik, wajah Leon menjadi makin muram."Tampan, caramu mendekati orang unik sekali. Kamu punya gaya sendiri, aku suka."Wanita itu menyandarkan dirinya ke arah Leon, lalu melanjutkan, "Rumahku ada di dekat sini, bagaimana kalau kita ....""Salah orang."Saat Leon mundur, wanita itu hampir terjatuh. Namun, dia tidak terlihat kesal, malah kembali mendekat sambil berujar, "Jangan malu-malu. Kita berdua ini sudah dewasa, nggak perlu sungkan."Sebuah tatapan dingin diarahkan pada Joshua yang mengikuti dari belakang.Joshua segera maju untuk mengatasi situasi tersebut.Setelah keduanya pergi dengan mobil, Violet naik ke mobil Sheva, lalu dengan perl

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 7

    Di rumah sakit.Begitu Leon masuk, Mia langsung memeluknya dengan erat.Wanita itu seperti seekor ular tanpa tulang, menggeliat di dalam pelukannya sambil berkata, "Paman, aku merasa nggak nyaman .... Benar-benar nggak nyaman ....""Di mana yang terasa nggak nyaman?" Leon mengulurkan tangan, mencoba mendorongnya, tetapi ini malah membuat Mia makin erat memeluknya."Di seluruh tubuhku ...." kata Mia sambil menggenggam tangan Leon, lalu menempelkannya ke dadanya. Dia melanjutkan, "Terutama di sini, seperti ada banyak semut yang merayap. Rasanya gatal dan sangat nggak nyaman.""Paman, tolong aku ... selamatkan aku!"Keadaan Mia ini jelas tidak normal. "Aku akan memanggil dokter untukmu," ucap Leon."Nggak, aku nggak mau dokter, aku hanya mau kamu." Mia memeluk Leon erat-erat seperti tumbuhan merambat yang melilit, bahkan mulai membuka kancing bajunya. Mia berkata, "Paman, tolong aku. Cepatlah, aku benar-benar merasa nggak nyaman .... Kalau kamu nggak menolongku, aku benar-benar akan mati

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 8

    Saat masker itu hampir saja ditarik, Violet dengan cepat mencabut jarum perak dari pinggangnya, lalu langsung menusukkannya ke telapak tangan Leon."Hiss ...."Rasa sakit tajam menyebar di telapak tangannya, memaksa Leon menarik kembali tangannya. Violet memanfaatkan kesempatan itu untuk melompat langsung dari balkon.Melihat wanita itu mendarat dengan stabil dari ketinggian lantai 11, mata hitam pekat Leon menyiratkan kekaguman sekaligus sorotan yang tajam.Dia mengeluarkan ponselnya, membuka halaman yang menunjukkan titik merah kecil.Sebenarnya, dia sudah menyadari bahwa di dalam kamar rawat ada orang lain selain dirinya dan Mia.Tepat ketika Mia bersiap melepaskan pakaian, ada suara dari dalam lemari.Meski suara itu sangat pelan dan hanya sekejap, Leon tetap menyadarinya.Tadi dia sengaja keluar untuk memancing musuh keluar dari persembunyian.Melihat titik merah di pelacak, mata hitam Leon menyipit. "Violet, sebaiknya bukan kamu dalang dibalik semuanya. Kalau nggak ...."**Viole

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 9

    Untuk undangan biasa, Leon mungkin tidak akan hadir secara pribadi, tetapi untuk Keluarga Hardi ....Leon harus memberikan sedikit penghormatan.Siapa sangka, begitu masuk ke rumah Keluarga Hardi, dia akan melihat sosok yang sangat mirip dengan Violet.Hampir secara naluriah, dia langsung mengejarnya.Wanita itu memiliki kewaspadaan tinggi. Hanya dalam waktu singkat, Leon sudah kehilangan jejaknya.Ini tidak seperti Violet. Wanita itu tidak secerdik ini, bahkan terkadang agak kikuk.Apakah dia salah mengenali orang lagi?Benar juga. Wanita itu hanyalah anak yatim piatu tanpa keluarga. Bagaimana mungkin dia punya hubungan dengan Keluarga Hardi?Orang tadi jelas sudah sangat familiar dengan rumah Keluarga Hardi.Tampaknya dia memang salah mengenali orang lagi.Sama seperti saat di pintu bandara waktu itu.Sudah dua kali hal ini terjadi. Mengapa ada begitu banyak orang yang terlihat mirip dengan Violet dari belakang? Bahkan Elang Merah itu pun juga. Atau mungkin semua wanita memang terlih

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 10

    Taman Bangau.Ini adalah sebuah resor bergaya paviliun yang menggabungkan restoran, tempat rekreasi, serta tempat hiburan.Waktu pengobatan dijadwalkan pada hari Senin, jadi Violet datang sehari sebelumnya untuk melakukan persiapan.Sebenarnya, dia cukup melakukan ini dengan menelepon saja. Namun, dia sengaja datang karena di tempat ini ada seseorang yang ingin dia temui. Orang itu juga ingin menemuinya.Begitu memasuki aula, Violet melambaikan tangan memanggil seorang pelayan muda yang mengenakan pakaian tradisional, "Aku mau pesan ruang VIP nomor satu.""Maaf, ruang VIP nomor satu nggak bisa dipesan oleh tamu umum."Violet berpura-pura bertanya, "Kenapa?"Pelayan pria itu menjelaskan, "Ruangan VIP ini adalah ruang eksklusif yang disediakan oleh pemilik kami untuk tamu istimewa. Sejak resor ini dibuka, ruangan ini nggak pernah dipesan oleh orang luar. Kalau kamu ingin memesan ruang VIP, silakan pilih salah satu ruangan lain selain ruang nomor satu ini."Violet mengangkat alis sambil b

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 11

    "Kak Violet?"Loren mengusap matanya seraya berseru, "Ternyata itu benar kamu!"Karena sudah tertangkap basah, jadi tidak bisa melarikan diri.Jejak kekesalan melintas di mata Violet.Karena berpikir sedang ada di wilayah sendiri dan tidak perlu berpura-pura. Siapa yang tahu bahwa secara kebetulan, Violet justru bertemu dengan mantan saudara iparnya sendiri.Nasib antara mereka berdua dan takdir Violet benar-benar membuat wanita itu tidak bisa berkata-kata.Setelah menenangkan diri, Violet mengerucutkan bibirnya pelan sambil menyahut, "Loren, kebetulan sekali.""Benar, kebetulan sekali!" seru Loren sambil berlari ke arah Violet. Wanita itu meraih tangannya dan berkata, "Kak Violet, aku sudah mencarimu selama berhari-hari. Aku nggak menyangka akan bertemu denganmu di sini."Saat melihat Violet, Loren terkejut dan juga bahagia. Wanita itu tidak bisa menahan kegembiraannya.Alasan mengapa Loren ada di sini hari ini adalah karena seorang temannya melihatnya dalam suasana hati yang buruk, l

Latest chapter

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 416

    Pria itu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ternyata seperti itu!"Dia hanya mengatakan ini dan tidak mengatakan yang lain lagi.Pria itu tidak mengatakan apa pun dan Violet juga tidak bertanya. Setelah perjalanan ini berakhir, Violet menyerahkan kartu yang lain pada pria itu, "Ini adalah 200 juta untuk uang tipmu hari ini. Terima kasih karena sudah menemani kami sepanjang hari ini!"Violet sangat murah hati sampai membuat pria itu enggan menerima pemberian darinya lagi, "Kamu sudah memberiku cukup banyak uang, aku nggak boleh menerimanya lagi."Violet meletakkan kartu ke tangan pria itu dengan paksa dan berkata, "Terimalah, kamu pantas mendapatkannya! Pada awalnya suasana hatiku sangat buruk karena nggak menemukan siapa pun. Tapi kamu sudah menemaniku sepanjang hari dan suasana hatiku sudah membaik sekarang. Besok tolong bawa kami datangi tempat lain."Pria itu ingin mengatakan sesuatu, tapi dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun. Hanya saja dia mengembalikan kartu itu

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 415

    Awalnya berpikir bisa melihat Leon jika pergi ke sana, tapi siapa tahu ...."Kapan kamu melihatnya?"Orang yang mengaku melihat Leon adalah seorang pemuda berusia dua puluhan, juga warga setempat.Semua penduduk setempat di sini sangat tinggi, baik pria maupun wanita.Bahkan pria jangkung seperti Lukas pun terlihat agak kurus di hadapan penduduk setempat, seperti kekurangan gizi.Menanggapi pertanyaan Violet, pemuda itu menjawab, "Maaf, aku baru saja melihat foto itu dengan saksama lagi dan menyadari bahwa aku salah.""Orang itu memang sedikit mirip dengannya, tapi bukan orang yang kamu cari!"Lukas segera mencengkeram kerah pria itu dan berkata, "Tadi kamu bilang kamu benar-benar melihatnya, tapi sekarang kamu bilang salah lihat?"Pria itu segera menepis tangan Lukas dan berkata, "Aku memang salah lihat. Apa kamu nggak pernah salah lihat orang?"Lukas mengerutkan kening lebih erat. "Aku pikir kamu nggak salah lihat, tapi ada yang melarangmu mengatakannya."Mata pria itu berkedip. "Aku

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 414

    Lukas merasa agak sulit menerimanya. "Maksudmu yang sebelumnya bukan Leon, tapi Adis?""Ya!" Suara Violet terdengar serak, "Sebelumnya Adis berpura-pura menjadi Leon, bahkan nggak tahu di mana Leon yang asli sekarang.""Aku sudah mencarinya hampir di mana-mana, tapi tetap nggak bisa menemukannya. Jadi, aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya dan memintamu untuk mengajukan permohonan ke organisasi untuk membantu mencarinya."Violet benar-benar putus asa, mana mungkin akan merahasiakannya dari Lukas untuk sementara waktu.Lagi pula, hanya akan membuat lebih banyak orang khawatir tentang Leon.Mungkin juga akan sampai ke telinga Nenek.Kesehatan Nenek baru saja membaik sedikit akhir-akhir ini, Violet tidak ingin sesuatu terjadi padanya lagi.Lukas sangat marah. "Pantas saja aku merasa ada salah.""Saat melihatnya di pulau itu, aku merasa bukan seperti Leon, tapi kemudian aku berpikir mungkin aku terlalu banyak berpikir, jadi aku nggak meragukannya lagi. Ternyata dia bukan Leon!""Ya

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 413

    Entah metode apa pun yang digunakan Violet, pria itu selalu tidak mau mengungkapkan keberadaan Leon. Mulutnya sekeras Adis.Kalaupun Violet memberi tahu bahwa Adis sudah meninggal, pria itu tetap menolak untuk mengatakan sepatah kata pun."Tuanku sudah meninggal, tapi perintahnya masih ada. Tuanku bilang jangan sampai mengungkapkan keberadaan Leon."Pria itu penuh luka, tapi tetap tidak mau mengkhianati Adis, meski Adis sudah tidak ada lagi.Memang Adis cukup berhasil dalam melatih orang.Tidak seperti Violet ....Violet langsung memikirkan Lisa dan Sandy.Sekalipun ada alasan di balik pengkhianatannya, hal itu tetap membuktikan bahwa Violet gagal.Violet mengerutkan kening dan menatap pria itu dengan tatapan lebih dingin, "Kalaupun aku ingin membunuhmu, kamu nggak akan memberitahuku?""Nggak!" Pria itu berkata tanpa ragu, "Kalaupun kamu membunuhku, aku nggak akan memberitahumu, jadi jangan buang-buang energimu, bunuh saja aku!""Mau mati dengan mudah?" Violet hanya menyuapi pria itu d

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 412

    "Mana mungkin Sandy begitu berani?"Kapan tepatnya itu terjadi?Anak itu berusia lima tahun, Sandy sudah merahasiakannya darinya selama lima tahun!Tidak, itu tidak benar!"Sandy sangat mencintaimu hingga melakukan banyak hal untukmu secara diam-diam." Violet menasihati, "Jadi jangan terobsesi dengan hal-hal yang nggak seharusnya. Hiduplah dengan baik. Sandy sudah tiada, anak itu membutuhkanmu!""Membutuhkan aku ...."Adis mengerutkan kening. "Oh, dia masih anak-anak, bisa hidup dengan siapa saja! Violet, kalau kamu benar-benar merasa kasihan padanya, bawa saja dia untuk tinggal bersamamu!""Aku ...."Sambil berkata demikian, Adis mencabut pisaunya dan menusukkan pisaunya lagi ke tubuhnya. "Violet, kalau aku nggak bisa mendapatkan cintamu, aku benar-benar nggak bisa hidup!""Setelah bertahun-tahun, aku lelah!"Setelah bertahun-tahun berusaha, pada akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Adis benar-benar lelah dan tidak ingin terus berjuang."Oh ...." Adis memikirkan sesuatu sebelum meningg

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 411

    "Adis!"Violet mencoba menghentikannya dengan cepat, tapi sudah terlambat.Adis menatap Violet yang berlari ke arahnya. "Violet, kalau kamu nggak mau tahu keberadaan Leon, kamu mungkin nggak akan peduli dengan hidup dan matiku sama sekali, 'kan?""Bukan seperti itu!" Violet tak kuasa menahan tangisnya. "Kak Adis, sebenarnya aku nggak pernah membencimu.""Entah apa pun yang sudah kamu lakukan, kamu adalah penyelamatku.""Kalau kamu nggak menyelamatkanku dari Carmelia, aku nggak akan pernah selamat.""Setelah itu, kamu selalu menjadi orang yang melindungiku secara diam-diam.""Aku tahu semua yang sudah kamu lakukan untukku, jadi aku nggak membencimu, aku hanya nggak bisa memberimu apa yang kamu inginkan."Violet berkata demikian bukan untuk menipu Adis, melainkan dari lubuk hatinya.Dia benar-benar tidak membenci Adis.Semua hal salah yang dilakukannya adalah karena Adis terlalu mencintainya, yang membuatnya gila.Jadi Violet tidak pernah berpikir untuk membalas dendam.Kalau tidak, deng

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 410

    Meskipun baru saja mengatakannya dengan tegas, Adis tetap tidak bisa tetap acuh tak acuh saat melihat Violet benar-benar akan menyerang dirinya sendiri.Adis segera membungkuk, mengambil batu kecil dari tanah dan melemparkannya ke Violet.Batu itu mengenai pergelangan tangan Violet dan pisaunya jatuh ke tanah.Mata Adis memerah saat menatap Violet. "Kalau ... kalau saja kamu nggak bertemu Leon, apa kamu akan memilihku?"Jika mereka nggak berpisah saat itu dan selalu bersama, apa Violet akan jatuh cinta padanya, bukan pada Leon?Violet tahu bahwa kebenaran itu terlalu kejam bagi Adis, terutama sekarang Violet tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, tapi tetap tidak ingin berbohong kepadanya!"Nggak!" Violet mengatakan hal yang sama, "Kamu hanyalah Kakak bagiku! Kalaupun nggak ada Leon, akan ada orang lain. Jadi situasi saat ini antara kamu dan aku nggak ada hubungannya dengan Leon.""Haha!" Adis tertawa, tetapi air mata mengalir dari sudut matanya. "Violet, kamu terus bilang bahwa kamu m

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 409

    "Kamu lebih baik mati daripada bersamaku?"Tidak ada yang lebih menyakiti Adis selain kata-kata Violet.Adis sudah melakukan banyak hal hanya untuk bersama Violet.Bahkan sampai berpura-pura menjadi Leon, tapi pada akhirnya, tetap dengan mudah diungkap olehnya.Bukan hanya itu saja, Violet juga sangat tidak berperasaan terhadapnya!"Adis, entah kamu menggunakan identitas mana pun, jiwamu nggak akan pernah berubah. Perasaanku padamu ...."Violet menatap Adis dengan serius. "Aku juga!""Entah aku menggunakan identitas apa pun, kamu nggak akan pernah jatuh cinta padaku!" Adis merasa seolah-olah hatinya sedang dipotong olehnya dengan pisau.Awalnya berpikir bisa memenangkan cintanya dengan mengubah identitasnya menjadi Leon.Meski bukan untuknya tapi untuk Leon, yang penting bisa bersamanya.Demi mencintainya, Adis betul-betul merendahkan dirinya, tapi yang diberikannya hanyalah sikap yang kejam.Adis semakin tidak rela memikirkannya. Saat menatap Violet, tatapan matanya berangsur-angsur b

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 408

    "Terserahmu saja!" Violet tidak ingin berkata terlalu banyak padanya. "Adis, aku akan memberimu waktu tiga hari lagi untuk memikirkannya. Sebaiknya kamu katakan apa yang ingin aku ketahui, kalau nggak ....""Haha, nggak perlu menunggu tiga hari. Aku sudah memberitahumu apa yang perlu kamu ketahui. Jangan lagi berkhayal. Semua yang aku katakan padamu memang benar!"Adis segera menyela perkataannya. "Adapun mayat Leon, sama saja seperti yang aku katakan padamu di awal. Mayatnya sudah jadi makanan ikan.""Kawanan ikan itu sangat besar. Aku mengoleskan obat ke mayatnya dan dalam waktu kurang dari lima menit, mayatnya sudah habis.""..."Violet mengepalkan tangannya, tidak berkata apa-apa lagi, berbalik dan pergi, meninggalkan Adis sendirian di ruang pengobatan.Yang tidak diketahuinya adalah bahwa Adis sangat akrab dengan ruang pengobatan ini.Karena di sinilah Adis membunuh gurunya dengan tangannya sendiri.Alasannya adalah ....Begitulah kejadian hari itu, gurunya bertemu dengannya di lu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status