Share

Bab 2

Penulis: Jalita Haira
Keesokan harinya.

Pagi-pagi sekali.

Karena lukanya terasa sangat sakit, Mia meminta Leon untuk tetap tinggal, sehingga dia menghabiskan semalam lagi di rumah sakit.

Dalam perjalanan ke kantor, dia tiba-tiba memberi perintah pada sopir ketika melewati sebuah persimpangan, "Pergi ke Vila Aster."

Dia sudah memakai baju ini selama dua hari, sudah waktunya untuk diganti.

Jika tidak, tempat itu sebenarnya adalah tempat yang paling tidak ingin Leon datangi.

Siapa sangka, ketika kembali ke vila, yang menyambutnya bukan kehangatan seperti biasanya, melainkan dinginnya suasana di seluruh ruangan. Sementara di atas meja di ruang tamu ada ....

Surat cerai!

Melihat tanda tangan di bagian akhir dan kunci yang diletakkan di atas kertas itu, mata hitam Leon bersinar samar. Kemudian, dia berbalik untuk melangkah naik ke lantai atas.

Ini adalah pertama kalinya Leon masuk ke kamar Violet.

Biasanya mereka hidup dalam dunia mereka masing-masing.

Seperti yang diduganya, kamar itu sudah bersih dan rapi.

Selama tiga tahun terakhir, segala kebutuhan hidup Leon diurus secara langsung oleh Violet.

Harus diakui, dalam beberapa hal, Violet cukup memenuhi syarat sebagai seorang istri.

Saat menyadari arah pikirannya, Leon mengerutkan keningnya, melangkah mendekati lemari pakaiannya, lalu membukanya.

Pakaian, perhiasan, serta semua barang yang berkaitan dengan Keluarga Jiwono ditinggalkan di sana.

Seperti yang tertulis dalam surat cerainya, dia tidak meminta apa pun, pergi dengan tangan kosong.

Jadi ketika hari itu dia terus mengatakan akan segera mati, ternyata itu benar-benar hanya taktik yang menyedihkan!

Mata hitam Leon menampilkan seulas ejekan ketika dia bergumam, "Violet, aku ingin tahu permainan apa lagi yang ingin kamu mainkan kali ini."

Ponselnya berdering.

Leon mengeluarkannya dari saku, melihat nama di layar, lalu di kedalaman matanya tampak sedikit kekecewaan yang mungkin bahkan tidak disadarinya sendiri. "Ada apa?"

Suara asistennya, Joshua Wirya, terdengar sangat cemas di ujung telepon, "Pak Leon, Nona Mia mengalami masalah!"

Keningnya langsung berkerut. "Aku akan segera ke sana!"

Di rumah sakit.

Ada penjaga di depan pintu, sementara tidak ada yang mencurigakan dari rekaman kamera pengawas. Namun, Mia keracunan dan berada dalam kondisi kritis.

Dokter utama Mia menduga, "Pak Leon, kemungkinan besar Nona Mia sudah diberi racun bahkan sebelum tiba di rumah sakit ...."

Mia memotong pembicaraan dokter sebelum dia selesai berbicara, "Paman, jangan salahkan Kak Violet. Dia hanya berusaha melindungi pernikahannya! Kalau saja aku mendengarkannya dan menjauh darimu, aku nggak akan berakhir seperti ini. Jadi semua ini adalah kesalahanku sendiri ...."

"Dalam situasi seperti ini, yang harus kamu khawatirkan adalah dirimu sendiri, bukan wanita berhati dingin itu."

Leon mengeluarkan ponsel dengan mata yang berkilat dingin, ingin menelepon Violet.

"Maaf, nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif."

Kemarahan yang terpancar dari matanya hampir bisa menelan siapa pun. Kemudian, dia dengan suara dingin memerintahkan Joshua yang ada di samping, "Cari Violet di seluruh kota!"

Sementara itu, di Vila Magnolia.

"Hatsyim ...."

Begitu masuk, Violet langsung bersin, membuat Sheva yang berada di belakangnya langsung panik, "Bos, apa kamu masuk angin?"

Violet mengusap hidungnya yang terasa sedikit gatal, lalu bersin lagi. Kemudian, dia menjawab, "Nggak apa-apa."

"Kamu sudah bersin dua kali, pasti kamu masuk angin!" Sheva meletakkan barang-barang Violet, lalu segera bergegas ke dapur. Dia berkata, "Aku harus cepat-cepat membuatkanmu minuman jahe."

Ketika melihat Sheva yang begitu cemas dan khawatir, Violet teringat dengan kata-kata Leon.

"Aku sudah bilang, hidup matinya nggak ada hubungannya denganku!"

Orang yang peduli padamu, akan selalu merasa khawatir meski kamu hanya bersin. Sedangkan orang yang tidak peduli, akan mengira kamu sedang bermain ayunan meski kamu menggantung dirimu.

Tiga tahun yang lalu, Violet menggunakan segala cara untuk bisa menikah dengannya. Untuk membalas budi, dia menekan sifat aslinya, rela merendahkan diri hingga menjadi pelayannya.

Sekarang kalau dipikir-pikir, pasti ada masalah dengan otaknya selama tiga tahun terakhir ini.

Meski tiga tahun lalu pria itu memang menyelamatkannya, saat itu juga adalah yang pertama kalinya bagi Violet. Sebenarnya Leon juga tidak dirugikan. Dia sama sekali tidak seharusnya punya pikiran konyol untuk membalas budi.

Violet dengan paksa menekan rasa sakit di dalam hatinya, lalu memanggil Sheva yang sudah sampai di pintu dapur, "Nggak perlu minuman jahe. Tapi mungkin aku perlu bantuanmu memperkenalkanku pada Keluarga Wijaya di Kota Barona."

"Keluarga Wijaya?"

Mata Violet tampak sedikit menyipit ketika berkata, "Pembunuh orangtuaku dulu, serta percobaan pembunuhanku tiga tahun lalu, mungkin ada kaitannya dengan Keluarga Wijaya."

Mendengar hal itu, kening Sheva langsung berkerut dalam. "Keluarga Wijaya terlibat dalam pemerintahan. Sepertinya ikan di balik layar ini lebih besar dari yang kita duga."

"Kebetulan, beberapa waktu terakhir kondisi kesehatan Pak Dimas menurun. Mereka sedang mencari dokter terkenal. Aku akan segera menyebarkan berita kalau kamu adalah seorang dokter sakti."

Sepuluh menit kemudian, Sheva memberi tahu Violet, "Bos, pihak Keluarga Wijaya sedang terburu-buru. Mereka ingin kamu datang secepatnya. Tapi lukamu ...."

Sebenarnya sejak pertama kali melihat Violet, Sheva sudah ingin menanyakan soal luka-lukanya dan ke mana saja dia selama tiga tahun terakhir ini. Kenapa Violet tidak pernah menghubungi mereka jika masih hidup?

Namun, Sheva sama sekali tidak pernah menyinggung hal itu selama perjalanan. Dia mengetahui sifat Violet, jadi dia juga tidak berani banyak bicara.

Violet tahu Sheva merasa khawatir padanya. Namun, Violet tidak ingin menyebutkan segala hal tentang Leon pada siapa pun.

Semua sudah berakhir, tidak akan ada urusan apa pun lagi di antara mereka. Jadi tidak perlu mengatakannya pada orang lain.

Namun, jika tidak mengatakan apa-apa, Sheva pasti tak akan tenang.

Setelah berpikir sejenak, dia berkata pada Sheva, "Aku merawat seekor anjing, tapi nggak jinak-jinak meski sudah tiga tahun. Dia malah menggigitku sekali."

Sheva langsung naik pitam. "Di mana binatang itu? Biar aku pergi mencabut taringnya!"

Berani-beraninya menyakiti bosnya! Siapa pun dia, Sheva tak akan mengampuninya!

"Sudah mati!" Mati di dalam hatinya. "Beri tahu Keluarga Wijaya, dua hari lagi, jam empat sore!"

Dua hari berlalu dengan cepat.

Di kantor CEO Grup Jiwono.

Leon menatap Joshua yang baru masuk, lalu langsung bertanya, "Masih belum ketemu?"

"Dokter yang bisa menyembuhkan racun belum ditemukan ...."

Joshua memberanikan diri untuk melanjutkan, "Selain itu, karena Bu Violet seorang yatim piatu tanpa keluarga, seluruh catatan kehidupannya selama tiga tahun terakhir juga berkaitan denganmu, nggak ada hal mencurigakan sama sekali. Jadi ... dia juga belum ditemukan."

"Sudah dua hari ...."

Apakah dia sengaja menghindar karena merasa bersalah atau dia juga ....

Sadar bahwa dia ternyata mengkhawatirkan wanita itu, kening Leon berkerut dalam. Dia memerintahkan, "Tingkatkan upaya pencariannya!"

"Baik!"

Di depan jendela besar, Leon memandang ke kejauhan. Mata gelapnya menunjukkan emosi rumit yang bahkan dia sendiri tidak sadari. "Violet, kamu sebaiknya benar-benar bisa bersembunyi seumur hidup."

"Pak ...."

Baru saja Joshua keluar tidak sampai satu menit, tetapi dia sudah kembali dengan terburu-buru, bahkan tidak sempat mengetuk pintu. Dia berkata, "Lihat ini!"

Leon mengira ini kabar tentang Violet. Namun, ketika melihat ponsel ....

"Elang Merah?"

"Seorang dokter sakti terkenal di dunia pengobatan tradisional!" Joshua menjelaskan dengan sangat bersemangat, "Dia bisa menyembuhkan berbagai racun, serta menyembuhkan segala macam penyakit. Orang-orang memanggilnya Dokter Dewi. Dia punya kemampuan menyembuhkan orang yang mau mati, serta menyambung tulang."

"Tiga tahun yang lalu, entah karena alasan apa, dia tiba-tiba menghilang. Semua orang mengira dia sudah meninggal. Namun, belakangan ini dia mendadak muncul kembali."

"Kami baru saja menerima informasi terpercaya. Hari ini jam empat sore, dia akan pergi ke Keluarga Wijaya di Kota Barona untuk merawat Pak Dimas. Apakah kamu ingin mencobanya untuk Nona Mia?"

"Keluarga Wijaya di Kota Barona ...."

Jika dia sampai diundang oleh Keluarga Wijaya, sepertinya orang ini memang punya kemampuan. Leon berkata, "Pergi undang dia!"

Setelah berpikir sejenak, Leon memanggil kembali Joshua yang sudah sampai di pintu, "Aku akan pergi sendiri."

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
leon dsn msh buta yah,,yg mn yg berlian yg mn yg batu
goodnovel comment avatar
Ninuk Besole
baguuus bagus aku sukas
goodnovel comment avatar
Retno Setyorini
awal yang bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 3

    Jarak Kota Barona hanya satu setengah jam perjalanan dari Kota Jimasta.Violet tiba di rumah Keluarga Wijaya sesuai janji dengan menggunakan penyamaran.Dengan alasan mengobati penyakit, dia memanfaatkan kesempatan untuk menghipnosis Dimas yang sudah lanjut usia.Sayangnya, tidak ada informasi berguna yang bisa didapat.Setelah usahanya tidak membuahkan hasil, Violet berjalan sambil menunduk, memikirkan sesuatu. Tiba-tiba dia merasakan sakit di dahinya."Maaf ...."Kata-kata permintaan maaf itu terhenti di tenggorokan ketika melihat wajah orang yang ada di depannya.Leon?Kenapa dia ada di sini?Memang benar, musuh akan selalu bertemu!Hanya dalam waktu kurang dari dua detik, Violet mengalihkan pandangannya, lalu pergi tanpa ekspresi.Leon tertegun.Awalnya orang ini tampak akan meminta maaf, tetapi setelah melihatnya, sikapnya tiba-tiba berubah drastis. Terutama tatapan yang berubah seolah mereka punya dendam mendalam.Leon berbalik, memandang ke arah kepergian wanita itu. Mata gelapn

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 4

    "Dua puluh triliun?"Leon tanpa ragu berkata, "Oke!"Tiga tahun lalu, setelah dirinya dijebak dan diberi obat, ada seorang gadis yang tetap menyelamatkan nyawanya meski dia sendiri terluka parah.Setelah semalaman mereka bersama, gadis itu sudah menghilang tanpa jejak setelah pagi datang.Malam itu begitu gelap sehingga Leon tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dia hanya bisa mencium aroma obat yang samar, mirip dengan aroma obat tradisional tertentu.Setelah kejadian itu, dia menyelidiki, hingga akhirnya menemukan Keluarga Lenova.Mia yang sejak kecil lemah dan sering sakit, sudah terbiasa mengonsumsi obat tradisional.Menurut penuturan langsung dari Mia, pada hari insiden itu terjadi, dia sedang diculik. Ketika akhirnya berhasil melarikan diri, dia bertemu dengan Leon.Tanpa memedulikan keselamatannya sendiri, Mia dengan tubuh penuh luka menyerahkan kesuciannya untuk menyelamatkan Leon.Saat itu, Mia baru berusia delapan belas tahun.Karena telah menyelamatkan nyawanya, Leon ber

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 5

    Tatapan tajam Leon kembali mengarah ke balkon, memberi Joshua isyarat dengan pandangan matanya.Joshua memeriksa sekeliling, "Pak, nggak ada siapa-siapa di sini!""Panggil dokter." Mata Leon berubah menjadi dingin. Dia menambahkan, "Beri tahu pihak rumah sakit untuk menutup semua pintu keluar. Hanya boleh ada masuk, nggak boleh ada yang keluar!""Baik!"Setelah diperiksa oleh dokter dan dipastikan bahwa orang itu hanya mengambil darahnya tanpa melakukan hal lain, hati Mia yang semula waspada akhirnya merasa sedikit tenang.Orang yang datang tidak diketahui asal-usulnya. Mengingat kondisinya yang rentan, tentu saja dia merasa takut.Namun, dia tidak mengerti, kenapa orang itu bersusah payah mengambil darahnya?Namun ....Air mata Mia mengalir begitu dia menoleh menatap Leon. Dia berkata, "Paman, sebenarnya ada beberapa hal yang seharusnya nggak aku katakan. Tapi dia benar-benar sudah keterlaluan."Ini adalah kesempatan yang bagus untuk menimpakan segalanya pada Violet, jadi dia tidak ak

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 6

    Wanita itu berbalik untuk menghadapnya. Begitu melihat dengan jelas wajahnya, wajah tampan Leon seketika menjadi sangat muram.Punggung wanita itu memang mirip dengan Violet, tetapi wajahnya sama sekali berbeda.Penampilannya biasa saja, jauh dari kecantikan luar biasa yang dimiliki Violet.Ketika menyadari bahwa dirinya sempat menganggap Violet cantik, wajah Leon menjadi makin muram."Tampan, caramu mendekati orang unik sekali. Kamu punya gaya sendiri, aku suka."Wanita itu menyandarkan dirinya ke arah Leon, lalu melanjutkan, "Rumahku ada di dekat sini, bagaimana kalau kita ....""Salah orang."Saat Leon mundur, wanita itu hampir terjatuh. Namun, dia tidak terlihat kesal, malah kembali mendekat sambil berujar, "Jangan malu-malu. Kita berdua ini sudah dewasa, nggak perlu sungkan."Sebuah tatapan dingin diarahkan pada Joshua yang mengikuti dari belakang.Joshua segera maju untuk mengatasi situasi tersebut.Setelah keduanya pergi dengan mobil, Violet naik ke mobil Sheva, lalu dengan perl

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 7

    Di rumah sakit.Begitu Leon masuk, Mia langsung memeluknya dengan erat.Wanita itu seperti seekor ular tanpa tulang, menggeliat di dalam pelukannya sambil berkata, "Paman, aku merasa nggak nyaman .... Benar-benar nggak nyaman ....""Di mana yang terasa nggak nyaman?" Leon mengulurkan tangan, mencoba mendorongnya, tetapi ini malah membuat Mia makin erat memeluknya."Di seluruh tubuhku ...." kata Mia sambil menggenggam tangan Leon, lalu menempelkannya ke dadanya. Dia melanjutkan, "Terutama di sini, seperti ada banyak semut yang merayap. Rasanya gatal dan sangat nggak nyaman.""Paman, tolong aku ... selamatkan aku!"Keadaan Mia ini jelas tidak normal. "Aku akan memanggil dokter untukmu," ucap Leon."Nggak, aku nggak mau dokter, aku hanya mau kamu." Mia memeluk Leon erat-erat seperti tumbuhan merambat yang melilit, bahkan mulai membuka kancing bajunya. Mia berkata, "Paman, tolong aku. Cepatlah, aku benar-benar merasa nggak nyaman .... Kalau kamu nggak menolongku, aku benar-benar akan mati

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 8

    Saat masker itu hampir saja ditarik, Violet dengan cepat mencabut jarum perak dari pinggangnya, lalu langsung menusukkannya ke telapak tangan Leon."Hiss ...."Rasa sakit tajam menyebar di telapak tangannya, memaksa Leon menarik kembali tangannya. Violet memanfaatkan kesempatan itu untuk melompat langsung dari balkon.Melihat wanita itu mendarat dengan stabil dari ketinggian lantai 11, mata hitam pekat Leon menyiratkan kekaguman sekaligus sorotan yang tajam.Dia mengeluarkan ponselnya, membuka halaman yang menunjukkan titik merah kecil.Sebenarnya, dia sudah menyadari bahwa di dalam kamar rawat ada orang lain selain dirinya dan Mia.Tepat ketika Mia bersiap melepaskan pakaian, ada suara dari dalam lemari.Meski suara itu sangat pelan dan hanya sekejap, Leon tetap menyadarinya.Tadi dia sengaja keluar untuk memancing musuh keluar dari persembunyian.Melihat titik merah di pelacak, mata hitam Leon menyipit. "Violet, sebaiknya bukan kamu dalang dibalik semuanya. Kalau nggak ...."**Viole

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 9

    Untuk undangan biasa, Leon mungkin tidak akan hadir secara pribadi, tetapi untuk Keluarga Hardi ....Leon harus memberikan sedikit penghormatan.Siapa sangka, begitu masuk ke rumah Keluarga Hardi, dia akan melihat sosok yang sangat mirip dengan Violet.Hampir secara naluriah, dia langsung mengejarnya.Wanita itu memiliki kewaspadaan tinggi. Hanya dalam waktu singkat, Leon sudah kehilangan jejaknya.Ini tidak seperti Violet. Wanita itu tidak secerdik ini, bahkan terkadang agak kikuk.Apakah dia salah mengenali orang lagi?Benar juga. Wanita itu hanyalah anak yatim piatu tanpa keluarga. Bagaimana mungkin dia punya hubungan dengan Keluarga Hardi?Orang tadi jelas sudah sangat familiar dengan rumah Keluarga Hardi.Tampaknya dia memang salah mengenali orang lagi.Sama seperti saat di pintu bandara waktu itu.Sudah dua kali hal ini terjadi. Mengapa ada begitu banyak orang yang terlihat mirip dengan Violet dari belakang? Bahkan Elang Merah itu pun juga. Atau mungkin semua wanita memang terlih

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 10

    Taman Bangau.Ini adalah sebuah resor bergaya paviliun yang menggabungkan restoran, tempat rekreasi, serta tempat hiburan.Waktu pengobatan dijadwalkan pada hari Senin, jadi Violet datang sehari sebelumnya untuk melakukan persiapan.Sebenarnya, dia cukup melakukan ini dengan menelepon saja. Namun, dia sengaja datang karena di tempat ini ada seseorang yang ingin dia temui. Orang itu juga ingin menemuinya.Begitu memasuki aula, Violet melambaikan tangan memanggil seorang pelayan muda yang mengenakan pakaian tradisional, "Aku mau pesan ruang VIP nomor satu.""Maaf, ruang VIP nomor satu nggak bisa dipesan oleh tamu umum."Violet berpura-pura bertanya, "Kenapa?"Pelayan pria itu menjelaskan, "Ruangan VIP ini adalah ruang eksklusif yang disediakan oleh pemilik kami untuk tamu istimewa. Sejak resor ini dibuka, ruangan ini nggak pernah dipesan oleh orang luar. Kalau kamu ingin memesan ruang VIP, silakan pilih salah satu ruangan lain selain ruang nomor satu ini."Violet mengangkat alis sambil b

Bab terbaru

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 388

    Nenek belum sempat bicara, Leon sudah lebih dulu membuka mulut, "Aku antar kamu pulang!"Menerima isyarat darinya, Violet mengangguk, "Baik!"Baru saja mereka pergi, Lukas yang terkenal suka bergosip langsung mulai menyebar gosip, "Kalian lihat, 'kan? Mereka saling melempar pandang. Terutama sikap Violet pada Leon, dulu 'kan mereka selalu berdebat. Tapi sekarang, dia malah terlihat begitu lembut. Apa ini berarti hati Violet mulai hidup kembali untuk Leon?"Loren setuju dan mengangguk, "Aku juga merasa begitu. Sikap Kak Violet pada kakakku kali ini jauh lebih baik dari sebelumnya.""Kalau ini terjadi dulu, kakakku bilang mau antar, jangankan setuju, mungkin dia malah akan menyindir kakakku. Tapi tadi, dia sama sekali nggak berkata apa-apa dan langsung setuju."Nenek juga merasa hal yang sama, "Memang ada yang berbeda!"Lukas makin bersemangat, "Kalau begini terus, bukan nggak mungkin kita bisa segera hadiri pernikahan mereka!"Di sepanjang jalan menuju gerbang, Violet beberapa kali bers

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 387

    Rombongan mereka kembali ke Kota Bona, dan Violet ikut kembali ke rumah lama Keluarga Jiwono bersama Leon.Bagaimanapun juga, Violet harus menyerahkan Leon langsung ke neneknya.Soal racun di tubuhnya ....Saat masih di pulau, ketika Lukas pergi menjemput Leon, Violet sudah memeriksa denyut nadinya.Dari denyut nadinya, memang menunjukkan bahwa Leon diracuni, dan racunnya cukup kuat. Namun, untuk jenis racunnya, masih belum jelas.Butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahuinya.Namun, satu hal yang pasti, itu jelas racun kronis, jika tidak, Leon pasti sudah mati keracunan.Ini agaknya bukan gaya Adis. Mengingat Adis sudah menyeret Leon ikut mati bersamanya, mengapa di saat-saat terakhir hidupnya, dia tidak langsung membuat mereka mati bersama?Apakah itu karena Adis hanya memiliki racun jenis ini?Karena racun ini tidak langsung mematikan, lebih baik membawa Leon pulang dulu untuk menemui neneknya. Kalau tidak, bisa-bisa neneknya menangis sampai matanya buta.Beberapa hari terakhir

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 386

    Beberapa saat yang lalu ketika di pesawat, Lukas menerima telepon dari Violet yang memintanya pulang untuk menjemput Leon. Dirinya sempat curiga kalau itu hanya mimpi karena dirinya terlalu merindukan Leon.Saat ini, walau wajah Leon terpampang di depannya, Lukas masih kurang yakin.Dengan cepat melangkah maju, Lukas mencubit lengan Leon, "Sakit nggak?"Leon mengerutkan kening, "Menurutmu?""Kalau sakit, berarti aku nggak sedang mimpi!"Sambil berbicara, Lukas tiba-tiba memeluk Leon erat-erat, "Leon, kamu kejutkan aku! Aku tahu kamu nggak mungkin mati semudah itu!"Namun, Leon yang tidak sabar dengan sentuhan itu segera menepiskan Lukas, memperlihatkan ekspresi tak senang, "Kalau mau bicara, bicara saja! Jangan pegang-pegang!""Wah wah wah, baru 'mati' beberapa hari saja, kamu sudah jadi begitu angkuh. Padahal dulu kita sering tidur di ranjang yang sama!"Makin Leon menghindar, makin Lukas sengaja mengulurkan tangan untuk menyentuhnya.Wajah Leon menjadi makin serius, "Lukas, kamu suda

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 385

    Begitu menghadapi pertanyaan Violet, Leon tersenyum pahit. "Karena umurku nggak akan lama lagi, lebih baik aku biarkan kalian memperlakukanku seolah-olah aku sudah mati!""Apa maksudmu umurmu nggak akan lama lagi?"Violet menatapnya dari atas ke bawah dengan nada mengejek, "Hanya peluru yang mengenai perut saja. Sebagai pemimpin Pasukan Yeager, apa kamu akan mati hanya karena luka sekecil itu?"Leon pasti sama seperti dirinya yang menderita banyak sekali luka, baik besar maupun kecil, tapi masih hidup dan sehat.Selain itu, ada Violet. Kecuali sudah tidak bisa lagi ditolong dengan obat, Violet masih bisa menolongnya.Leon menatap Violet dengan enggan. "Adis meracuniku sebelum meninggal!""Adis sudah meninggal?""Ya!" Leon mengangguk. "Setelah menyeretku ke dalam air hari itu, mungkin sudah menghabiskan terlalu banyak energi. Saat berenang ke mekanisme di kedalaman laut yang mengarah ke pulau itu, Adis sudah nggak punya banyak kekuatan yang tersisa.""Aku memanfaatkan kesempatan itu unt

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 384

    Sayangnya Sandy sudah meninggal dan dibunuh oleh Adis sendiri.Saat Violet menemukannya, Sandy sudah meninggal.Hanya mata yang tidak terpejam yang dipenuhi rasa bersalah serta penyesalan.Bagaimanapun Sandy sudah lama bersamanya, jadi Violet tidak menyimpan dendam dan menyuruh Sheva serta Bertha menguburkan Sandy.Violet tetap di pulau itu.Pasti ada sebuah mekanisme di sini, tapi belum ditemukan saja. Mungkin mereka berdua belum mati.Jadi Violet tidak berencana meninggalkan pulau itu sampai menemukan mereka berdua.Setelah berkeliling pulau, Violet menemukan bahwa pulau ini dibangun oleh Adis sesuai dengan kesukaannya.Saat masih sangat muda, Violet pernah bilang bahwa dirinya mempunyai mimpi, yaitu membeli pulau sendiri dan menanam banyak bunga di pulau itu.Lalu peliharalah beberapa hewan kecil yang lucu, seperti burung, anjing, kucing dan yang lainnya.Pulau ini ada semua yang dikatakannya.Violet secara alami dapat merasakan cinta Adis padanya.Namun, Violet benar-benar tidak me

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 383

    Violet tidak pernah menyangka Adis bisa begitu gila hingga memilih mati bersama Leon.Aliran airnya sangat deras, dalam sekejap keduanya tersapu jauh.Violet melihat Leon meronta, Adis menggunakan tangan dan kakinya untuk memegangnya erat-erat guna mencegahnya melarikan diri.Leon sudah terluka, energinya juga sudah terbuang banyak, jadi perlawanannya tidak berguna bagi Adis lagi ....Violet menundukkan kepalanya dan bersiap untuk melompat turun ...."Violet, kalau kamu berani melompat turun, aku akan membunuh Leon sekarang juga!" Adis mengarahkan pistolnya ke dahi Leon untuk mengancam Violet.Begitu melihat Violet benar-benar berhenti, Adis merasa semakin kesal. "Sampai saat ini orang yang kamu sayang masih Leon!"Dari awal hingga akhir, matanya terpaku pada Leon, matanya penuh kekhawatiran terhadap Leon.Perbedaan sikap Violet ini membuat Adis semakin sakit hati. Pada saat ini, Adis akhirnya memahami kesenjangan antara dirinya dan Leon.Meskipun Violet mengaku bahwa dirinya tidak lag

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 382

    Saat hendak menembak Leon, Adis tiba-tiba mendengar deru helikopter.Jelaslah bahwa Violet mengejarnya. Adis menunduk dan tiba-tiba tertawa, "Leon, kamu lebih peduli pada Violet daripada keselamatanmu sendiri! Aku nggak tahu apa ada Violet saat helikopter ini mendarat.""Bagaimana kalau aku menambaknya jauh-jauh?""Adis, katakan padaku, apa maumu?"Entah ada Violet atau tidak, tidak bisa bercanda dengan menyangkut nyawa, apalagi kemungkinan besar ada teman baiknya, Lukas dan Jerry!"Haha, kamu sudah tahu, jadi aku nggak akan bertele-tele denganmu. Aku ingin membuat kesepakatan denganmu. Aku akan menggunakan nyawamu sebagai ganti nyawa semua orang di helikopter. Kesepakatan ini sama sekali nggak akan merugikanmu!"Ya, ini adalah kesepakatan yang pasti menguntungkan, tapi ...."Apa kamu sudah memikirkannya? Kesabaranku terbatas. Aku memberimu waktu tiga detik ....""Seharusnya waktu ini untukmu saja!"Sebelum Leon sempat menjawab, Violet tiba-tiba muncul di belakangnya.Adis menatap Viol

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 381

    Sandy sebenarnya juga ingin menguji untuk melihat apakah Adis benar-benar tidak mempunyai perasaan sama sekali padanya.Meskipun sudah tahu jawabannya, Sandy masih ingin mencobanya sekali lagi.Alhasil, Adis tiba-tiba tersenyum pada Sandy yang tampak sudah siap mati lalu berkata, "Baiklah, karena kamu ingin mati, sekarang aku akan mengabulkan keinginanmu!"Hampir tanpa ragu, Adis siap untuk menembak. Pada saat ini, Leon menggunakan seluruh kekuatannya untuk berdiri dan langsung bergegas menuju Adis.Setelah mendorong Adis mundur beberapa langkah, Leon berkata pada Sandy, "Pergi!"Meskipun sudah tidak berdaya, Leon tetap berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkannya.Sambil mengerutkan kening, Sandy mengeluarkan penawar racun dari sakunya dan menyerahkannya pada Leon, "Kali ini, setelah kamu meninggalkan tempat ini dan menemui bos, bantu aku meminta maaf padanya."Setelah mengatakan itu, Sandy berlari ke arah Adis, yang berjalan ke arah mereka dengan ekspresi marah di wajahnya dan memel

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 380

    Adis tidak mendengarkannya lagi. "Enyahlah, ini nggak ada hubungannya denganmu. Kamu harusnya paham identitasmu sendiri. Jangan berpikir bahwa identitasmu berbeda hanya karena kamu sudah tidur denganku beberapa kali. Dari awal hingga akhir, kamu hanyalah seekor anjing bagiku. Apa pun yang aku lakukan, bukan hakmu untuk ikut campur!"Kata-katanya begitu kejam sehingga bahkan Leon tidak tahan mendengarnya. Namun, Leon tidak berhak mengatakan apa pun karena telah memperlakukan Violet dengan cara yang sama di masa lalu!Begitu memikirkan kata-kata tak berperasaan yang diucapkannya kepada Violet, Leon merasa menyesal lagi.Wajah Sandy yang tadinya pucat kini menjadi semakin pucat, tapi terus membujuknya, "Dulu kamu nggak seperti ini. Aku masih ingat dirimu yang dulu yang sangat ceria, memberikan kesan yang sangat hangat pada semua orang, tapi lihatlah dirimu sekarang?""Saat kamu melihat ke cermin, kamu mungkin bahkan nggak mengenali dirimu sendiri!""Diam!"Sandy seakan tidak mendengar dan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status