Jarak Kota Barona hanya satu setengah jam perjalanan dari Kota Jimasta.Violet tiba di rumah Keluarga Wijaya sesuai janji dengan menggunakan penyamaran.Dengan alasan mengobati penyakit, dia memanfaatkan kesempatan untuk menghipnosis Dimas yang sudah lanjut usia.Sayangnya, tidak ada informasi berguna yang bisa didapat.Setelah usahanya tidak membuahkan hasil, Violet berjalan sambil menunduk, memikirkan sesuatu. Tiba-tiba dia merasakan sakit di dahinya."Maaf ...."Kata-kata permintaan maaf itu terhenti di tenggorokan ketika melihat wajah orang yang ada di depannya.Leon?Kenapa dia ada di sini?Memang benar, musuh akan selalu bertemu!Hanya dalam waktu kurang dari dua detik, Violet mengalihkan pandangannya, lalu pergi tanpa ekspresi.Leon tertegun.Awalnya orang ini tampak akan meminta maaf, tetapi setelah melihatnya, sikapnya tiba-tiba berubah drastis. Terutama tatapan yang berubah seolah mereka punya dendam mendalam.Leon berbalik, memandang ke arah kepergian wanita itu. Mata gelapn
"Dua puluh triliun?"Leon tanpa ragu berkata, "Oke!"Tiga tahun lalu, setelah dirinya dijebak dan diberi obat, ada seorang gadis yang tetap menyelamatkan nyawanya meski dia sendiri terluka parah.Setelah semalaman mereka bersama, gadis itu sudah menghilang tanpa jejak setelah pagi datang.Malam itu begitu gelap sehingga Leon tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dia hanya bisa mencium aroma obat yang samar, mirip dengan aroma obat tradisional tertentu.Setelah kejadian itu, dia menyelidiki, hingga akhirnya menemukan Keluarga Lenova.Mia yang sejak kecil lemah dan sering sakit, sudah terbiasa mengonsumsi obat tradisional.Menurut penuturan langsung dari Mia, pada hari insiden itu terjadi, dia sedang diculik. Ketika akhirnya berhasil melarikan diri, dia bertemu dengan Leon.Tanpa memedulikan keselamatannya sendiri, Mia dengan tubuh penuh luka menyerahkan kesuciannya untuk menyelamatkan Leon.Saat itu, Mia baru berusia delapan belas tahun.Karena telah menyelamatkan nyawanya, Leon ber
Tatapan tajam Leon kembali mengarah ke balkon, memberi Joshua isyarat dengan pandangan matanya.Joshua memeriksa sekeliling, "Pak, nggak ada siapa-siapa di sini!""Panggil dokter." Mata Leon berubah menjadi dingin. Dia menambahkan, "Beri tahu pihak rumah sakit untuk menutup semua pintu keluar. Hanya boleh ada masuk, nggak boleh ada yang keluar!""Baik!"Setelah diperiksa oleh dokter dan dipastikan bahwa orang itu hanya mengambil darahnya tanpa melakukan hal lain, hati Mia yang semula waspada akhirnya merasa sedikit tenang.Orang yang datang tidak diketahui asal-usulnya. Mengingat kondisinya yang rentan, tentu saja dia merasa takut.Namun, dia tidak mengerti, kenapa orang itu bersusah payah mengambil darahnya?Namun ....Air mata Mia mengalir begitu dia menoleh menatap Leon. Dia berkata, "Paman, sebenarnya ada beberapa hal yang seharusnya nggak aku katakan. Tapi dia benar-benar sudah keterlaluan."Ini adalah kesempatan yang bagus untuk menimpakan segalanya pada Violet, jadi dia tidak ak
Wanita itu berbalik untuk menghadapnya. Begitu melihat dengan jelas wajahnya, wajah tampan Leon seketika menjadi sangat muram.Punggung wanita itu memang mirip dengan Violet, tetapi wajahnya sama sekali berbeda.Penampilannya biasa saja, jauh dari kecantikan luar biasa yang dimiliki Violet.Ketika menyadari bahwa dirinya sempat menganggap Violet cantik, wajah Leon menjadi makin muram."Tampan, caramu mendekati orang unik sekali. Kamu punya gaya sendiri, aku suka."Wanita itu menyandarkan dirinya ke arah Leon, lalu melanjutkan, "Rumahku ada di dekat sini, bagaimana kalau kita ....""Salah orang."Saat Leon mundur, wanita itu hampir terjatuh. Namun, dia tidak terlihat kesal, malah kembali mendekat sambil berujar, "Jangan malu-malu. Kita berdua ini sudah dewasa, nggak perlu sungkan."Sebuah tatapan dingin diarahkan pada Joshua yang mengikuti dari belakang.Joshua segera maju untuk mengatasi situasi tersebut.Setelah keduanya pergi dengan mobil, Violet naik ke mobil Sheva, lalu dengan perl
Di rumah sakit.Begitu Leon masuk, Mia langsung memeluknya dengan erat.Wanita itu seperti seekor ular tanpa tulang, menggeliat di dalam pelukannya sambil berkata, "Paman, aku merasa nggak nyaman .... Benar-benar nggak nyaman ....""Di mana yang terasa nggak nyaman?" Leon mengulurkan tangan, mencoba mendorongnya, tetapi ini malah membuat Mia makin erat memeluknya."Di seluruh tubuhku ...." kata Mia sambil menggenggam tangan Leon, lalu menempelkannya ke dadanya. Dia melanjutkan, "Terutama di sini, seperti ada banyak semut yang merayap. Rasanya gatal dan sangat nggak nyaman.""Paman, tolong aku ... selamatkan aku!"Keadaan Mia ini jelas tidak normal. "Aku akan memanggil dokter untukmu," ucap Leon."Nggak, aku nggak mau dokter, aku hanya mau kamu." Mia memeluk Leon erat-erat seperti tumbuhan merambat yang melilit, bahkan mulai membuka kancing bajunya. Mia berkata, "Paman, tolong aku. Cepatlah, aku benar-benar merasa nggak nyaman .... Kalau kamu nggak menolongku, aku benar-benar akan mati
Saat masker itu hampir saja ditarik, Violet dengan cepat mencabut jarum perak dari pinggangnya, lalu langsung menusukkannya ke telapak tangan Leon."Hiss ...."Rasa sakit tajam menyebar di telapak tangannya, memaksa Leon menarik kembali tangannya. Violet memanfaatkan kesempatan itu untuk melompat langsung dari balkon.Melihat wanita itu mendarat dengan stabil dari ketinggian lantai 11, mata hitam pekat Leon menyiratkan kekaguman sekaligus sorotan yang tajam.Dia mengeluarkan ponselnya, membuka halaman yang menunjukkan titik merah kecil.Sebenarnya, dia sudah menyadari bahwa di dalam kamar rawat ada orang lain selain dirinya dan Mia.Tepat ketika Mia bersiap melepaskan pakaian, ada suara dari dalam lemari.Meski suara itu sangat pelan dan hanya sekejap, Leon tetap menyadarinya.Tadi dia sengaja keluar untuk memancing musuh keluar dari persembunyian.Melihat titik merah di pelacak, mata hitam Leon menyipit. "Violet, sebaiknya bukan kamu dalang dibalik semuanya. Kalau nggak ...."**Viole
Untuk undangan biasa, Leon mungkin tidak akan hadir secara pribadi, tetapi untuk Keluarga Hardi ....Leon harus memberikan sedikit penghormatan.Siapa sangka, begitu masuk ke rumah Keluarga Hardi, dia akan melihat sosok yang sangat mirip dengan Violet.Hampir secara naluriah, dia langsung mengejarnya.Wanita itu memiliki kewaspadaan tinggi. Hanya dalam waktu singkat, Leon sudah kehilangan jejaknya.Ini tidak seperti Violet. Wanita itu tidak secerdik ini, bahkan terkadang agak kikuk.Apakah dia salah mengenali orang lagi?Benar juga. Wanita itu hanyalah anak yatim piatu tanpa keluarga. Bagaimana mungkin dia punya hubungan dengan Keluarga Hardi?Orang tadi jelas sudah sangat familiar dengan rumah Keluarga Hardi.Tampaknya dia memang salah mengenali orang lagi.Sama seperti saat di pintu bandara waktu itu.Sudah dua kali hal ini terjadi. Mengapa ada begitu banyak orang yang terlihat mirip dengan Violet dari belakang? Bahkan Elang Merah itu pun juga. Atau mungkin semua wanita memang terlih
Taman Bangau.Ini adalah sebuah resor bergaya paviliun yang menggabungkan restoran, tempat rekreasi, serta tempat hiburan.Waktu pengobatan dijadwalkan pada hari Senin, jadi Violet datang sehari sebelumnya untuk melakukan persiapan.Sebenarnya, dia cukup melakukan ini dengan menelepon saja. Namun, dia sengaja datang karena di tempat ini ada seseorang yang ingin dia temui. Orang itu juga ingin menemuinya.Begitu memasuki aula, Violet melambaikan tangan memanggil seorang pelayan muda yang mengenakan pakaian tradisional, "Aku mau pesan ruang VIP nomor satu.""Maaf, ruang VIP nomor satu nggak bisa dipesan oleh tamu umum."Violet berpura-pura bertanya, "Kenapa?"Pelayan pria itu menjelaskan, "Ruangan VIP ini adalah ruang eksklusif yang disediakan oleh pemilik kami untuk tamu istimewa. Sejak resor ini dibuka, ruangan ini nggak pernah dipesan oleh orang luar. Kalau kamu ingin memesan ruang VIP, silakan pilih salah satu ruangan lain selain ruang nomor satu ini."Violet mengangkat alis sambil b
Pria itu mengerutkan bibirnya dan berkata, "Ternyata seperti itu!"Dia hanya mengatakan ini dan tidak mengatakan yang lain lagi.Pria itu tidak mengatakan apa pun dan Violet juga tidak bertanya. Setelah perjalanan ini berakhir, Violet menyerahkan kartu yang lain pada pria itu, "Ini adalah 200 juta untuk uang tipmu hari ini. Terima kasih karena sudah menemani kami sepanjang hari ini!"Violet sangat murah hati sampai membuat pria itu enggan menerima pemberian darinya lagi, "Kamu sudah memberiku cukup banyak uang, aku nggak boleh menerimanya lagi."Violet meletakkan kartu ke tangan pria itu dengan paksa dan berkata, "Terimalah, kamu pantas mendapatkannya! Pada awalnya suasana hatiku sangat buruk karena nggak menemukan siapa pun. Tapi kamu sudah menemaniku sepanjang hari dan suasana hatiku sudah membaik sekarang. Besok tolong bawa kami datangi tempat lain."Pria itu ingin mengatakan sesuatu, tapi dia mengerutkan bibirnya dan tidak mengatakan apa pun. Hanya saja dia mengembalikan kartu itu
Awalnya berpikir bisa melihat Leon jika pergi ke sana, tapi siapa tahu ...."Kapan kamu melihatnya?"Orang yang mengaku melihat Leon adalah seorang pemuda berusia dua puluhan, juga warga setempat.Semua penduduk setempat di sini sangat tinggi, baik pria maupun wanita.Bahkan pria jangkung seperti Lukas pun terlihat agak kurus di hadapan penduduk setempat, seperti kekurangan gizi.Menanggapi pertanyaan Violet, pemuda itu menjawab, "Maaf, aku baru saja melihat foto itu dengan saksama lagi dan menyadari bahwa aku salah.""Orang itu memang sedikit mirip dengannya, tapi bukan orang yang kamu cari!"Lukas segera mencengkeram kerah pria itu dan berkata, "Tadi kamu bilang kamu benar-benar melihatnya, tapi sekarang kamu bilang salah lihat?"Pria itu segera menepis tangan Lukas dan berkata, "Aku memang salah lihat. Apa kamu nggak pernah salah lihat orang?"Lukas mengerutkan kening lebih erat. "Aku pikir kamu nggak salah lihat, tapi ada yang melarangmu mengatakannya."Mata pria itu berkedip. "Aku
Lukas merasa agak sulit menerimanya. "Maksudmu yang sebelumnya bukan Leon, tapi Adis?""Ya!" Suara Violet terdengar serak, "Sebelumnya Adis berpura-pura menjadi Leon, bahkan nggak tahu di mana Leon yang asli sekarang.""Aku sudah mencarinya hampir di mana-mana, tapi tetap nggak bisa menemukannya. Jadi, aku berpikir untuk mengatakan yang sebenarnya dan memintamu untuk mengajukan permohonan ke organisasi untuk membantu mencarinya."Violet benar-benar putus asa, mana mungkin akan merahasiakannya dari Lukas untuk sementara waktu.Lagi pula, hanya akan membuat lebih banyak orang khawatir tentang Leon.Mungkin juga akan sampai ke telinga Nenek.Kesehatan Nenek baru saja membaik sedikit akhir-akhir ini, Violet tidak ingin sesuatu terjadi padanya lagi.Lukas sangat marah. "Pantas saja aku merasa ada salah.""Saat melihatnya di pulau itu, aku merasa bukan seperti Leon, tapi kemudian aku berpikir mungkin aku terlalu banyak berpikir, jadi aku nggak meragukannya lagi. Ternyata dia bukan Leon!""Ya
Entah metode apa pun yang digunakan Violet, pria itu selalu tidak mau mengungkapkan keberadaan Leon. Mulutnya sekeras Adis.Kalaupun Violet memberi tahu bahwa Adis sudah meninggal, pria itu tetap menolak untuk mengatakan sepatah kata pun."Tuanku sudah meninggal, tapi perintahnya masih ada. Tuanku bilang jangan sampai mengungkapkan keberadaan Leon."Pria itu penuh luka, tapi tetap tidak mau mengkhianati Adis, meski Adis sudah tidak ada lagi.Memang Adis cukup berhasil dalam melatih orang.Tidak seperti Violet ....Violet langsung memikirkan Lisa dan Sandy.Sekalipun ada alasan di balik pengkhianatannya, hal itu tetap membuktikan bahwa Violet gagal.Violet mengerutkan kening dan menatap pria itu dengan tatapan lebih dingin, "Kalaupun aku ingin membunuhmu, kamu nggak akan memberitahuku?""Nggak!" Pria itu berkata tanpa ragu, "Kalaupun kamu membunuhku, aku nggak akan memberitahumu, jadi jangan buang-buang energimu, bunuh saja aku!""Mau mati dengan mudah?" Violet hanya menyuapi pria itu d
"Mana mungkin Sandy begitu berani?"Kapan tepatnya itu terjadi?Anak itu berusia lima tahun, Sandy sudah merahasiakannya darinya selama lima tahun!Tidak, itu tidak benar!"Sandy sangat mencintaimu hingga melakukan banyak hal untukmu secara diam-diam." Violet menasihati, "Jadi jangan terobsesi dengan hal-hal yang nggak seharusnya. Hiduplah dengan baik. Sandy sudah tiada, anak itu membutuhkanmu!""Membutuhkan aku ...."Adis mengerutkan kening. "Oh, dia masih anak-anak, bisa hidup dengan siapa saja! Violet, kalau kamu benar-benar merasa kasihan padanya, bawa saja dia untuk tinggal bersamamu!""Aku ...."Sambil berkata demikian, Adis mencabut pisaunya dan menusukkan pisaunya lagi ke tubuhnya. "Violet, kalau aku nggak bisa mendapatkan cintamu, aku benar-benar nggak bisa hidup!""Setelah bertahun-tahun, aku lelah!"Setelah bertahun-tahun berusaha, pada akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Adis benar-benar lelah dan tidak ingin terus berjuang."Oh ...." Adis memikirkan sesuatu sebelum meningg
"Adis!"Violet mencoba menghentikannya dengan cepat, tapi sudah terlambat.Adis menatap Violet yang berlari ke arahnya. "Violet, kalau kamu nggak mau tahu keberadaan Leon, kamu mungkin nggak akan peduli dengan hidup dan matiku sama sekali, 'kan?""Bukan seperti itu!" Violet tak kuasa menahan tangisnya. "Kak Adis, sebenarnya aku nggak pernah membencimu.""Entah apa pun yang sudah kamu lakukan, kamu adalah penyelamatku.""Kalau kamu nggak menyelamatkanku dari Carmelia, aku nggak akan pernah selamat.""Setelah itu, kamu selalu menjadi orang yang melindungiku secara diam-diam.""Aku tahu semua yang sudah kamu lakukan untukku, jadi aku nggak membencimu, aku hanya nggak bisa memberimu apa yang kamu inginkan."Violet berkata demikian bukan untuk menipu Adis, melainkan dari lubuk hatinya.Dia benar-benar tidak membenci Adis.Semua hal salah yang dilakukannya adalah karena Adis terlalu mencintainya, yang membuatnya gila.Jadi Violet tidak pernah berpikir untuk membalas dendam.Kalau tidak, deng
Meskipun baru saja mengatakannya dengan tegas, Adis tetap tidak bisa tetap acuh tak acuh saat melihat Violet benar-benar akan menyerang dirinya sendiri.Adis segera membungkuk, mengambil batu kecil dari tanah dan melemparkannya ke Violet.Batu itu mengenai pergelangan tangan Violet dan pisaunya jatuh ke tanah.Mata Adis memerah saat menatap Violet. "Kalau ... kalau saja kamu nggak bertemu Leon, apa kamu akan memilihku?"Jika mereka nggak berpisah saat itu dan selalu bersama, apa Violet akan jatuh cinta padanya, bukan pada Leon?Violet tahu bahwa kebenaran itu terlalu kejam bagi Adis, terutama sekarang Violet tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, tapi tetap tidak ingin berbohong kepadanya!"Nggak!" Violet mengatakan hal yang sama, "Kamu hanyalah Kakak bagiku! Kalaupun nggak ada Leon, akan ada orang lain. Jadi situasi saat ini antara kamu dan aku nggak ada hubungannya dengan Leon.""Haha!" Adis tertawa, tetapi air mata mengalir dari sudut matanya. "Violet, kamu terus bilang bahwa kamu m
"Kamu lebih baik mati daripada bersamaku?"Tidak ada yang lebih menyakiti Adis selain kata-kata Violet.Adis sudah melakukan banyak hal hanya untuk bersama Violet.Bahkan sampai berpura-pura menjadi Leon, tapi pada akhirnya, tetap dengan mudah diungkap olehnya.Bukan hanya itu saja, Violet juga sangat tidak berperasaan terhadapnya!"Adis, entah kamu menggunakan identitas mana pun, jiwamu nggak akan pernah berubah. Perasaanku padamu ...."Violet menatap Adis dengan serius. "Aku juga!""Entah aku menggunakan identitas apa pun, kamu nggak akan pernah jatuh cinta padaku!" Adis merasa seolah-olah hatinya sedang dipotong olehnya dengan pisau.Awalnya berpikir bisa memenangkan cintanya dengan mengubah identitasnya menjadi Leon.Meski bukan untuknya tapi untuk Leon, yang penting bisa bersamanya.Demi mencintainya, Adis betul-betul merendahkan dirinya, tapi yang diberikannya hanyalah sikap yang kejam.Adis semakin tidak rela memikirkannya. Saat menatap Violet, tatapan matanya berangsur-angsur b
"Terserahmu saja!" Violet tidak ingin berkata terlalu banyak padanya. "Adis, aku akan memberimu waktu tiga hari lagi untuk memikirkannya. Sebaiknya kamu katakan apa yang ingin aku ketahui, kalau nggak ....""Haha, nggak perlu menunggu tiga hari. Aku sudah memberitahumu apa yang perlu kamu ketahui. Jangan lagi berkhayal. Semua yang aku katakan padamu memang benar!"Adis segera menyela perkataannya. "Adapun mayat Leon, sama saja seperti yang aku katakan padamu di awal. Mayatnya sudah jadi makanan ikan.""Kawanan ikan itu sangat besar. Aku mengoleskan obat ke mayatnya dan dalam waktu kurang dari lima menit, mayatnya sudah habis.""..."Violet mengepalkan tangannya, tidak berkata apa-apa lagi, berbalik dan pergi, meninggalkan Adis sendirian di ruang pengobatan.Yang tidak diketahuinya adalah bahwa Adis sangat akrab dengan ruang pengobatan ini.Karena di sinilah Adis membunuh gurunya dengan tangannya sendiri.Alasannya adalah ....Begitulah kejadian hari itu, gurunya bertemu dengannya di lu