Tuan Alex terbangun dari tidurnya, tubuhnya tampak berkeringat, ternyata dia mimpi bertemu dengan Nizam. Lego menatap Tuan Alex karena merasa kaget tiba-tiba dia terbangun. Lego buru-buru mengambilkan tisu, lalu diberikan sama Tuan Alex, " elo mimpi ya?"Tuan Alex mengambil tisu di tangan Lego, lalu mengelap dahinya yang berkeringat, juga bagian leher belakangnya. "Entahlah, aku bermimpi, tiba-tiba anak itu memanggilku papa. Apa mungkin aku kangen sama dia ya?" Tanya tuan Alex."Yang namanya ikatan batin, ayah dan anak pasti ada. Jadi jangan heran, kamu pasti merindukan dia," jawab Lego.Tuan Alex terdiam, dia malah menyandarkan punggungnya di kursi, matanya terpejam. Entah kenapa tiba-tiba ada rasa kangen ingin sekali bertemu dengan Nizam.Lego yang mengetahui kegunaan hati sahabatnya, langsung memberikan saran. " Bagaimana kalau Nizam dibawa ke sini lagi juga sama Nilam. Biar kamu setiap hari bertemu, toh mungkin Nilam juga setuju."Tuan Alex menoleh ke arah Lego, " apa mungkin Ni
"Satu Milyar! Aku bayar kamu untuk merawat anakku!" Ucap seorang pria yang duduk di samping wanita cantik. Di depannya seorang gadis sederhana yang baru saja beberapa bulan bekerja di rumah mereka. Langsung terlonjak saking kagetnya, mendengar majikannya berkata seperti itu. Gadis sederhana itu bernama Nilam Sari, usianya baru 19 tahun, dia menerima pekerjaan sebagai asisten rumah. Gadis itu bekerja untuk membantu keluarganya di kampung. "Kami mau tinggal di luar negeri, kami tidak mungkin membawa bayi ini ke sana, apalagi dia penyakitan seperti ini. Aku mohon Nilam, bawalah anak itu ke kampung kamu," ucap wanita cantik itu dengan tatapan mata memelas. Sontak mata nilam hampir meloncat dari cangkangnya. Karena terkejut mendengar ucapan wanita cantik itu. "Iya Nilam, Kamu tahu kan istriku itu siapa? Dia ingin fokus berkarir dulu. Tidak mungkin orang tuaku merawat bayi ini, Kamu tahu kan usia mereka sudah uzur," tambah pria yang duduk di samping wanita cantik. Nilam diam
Nilam merasa aneh mendengar obrolan majikannya. Mereka sampai tidak mau mengakui darah daging mereka sendiri. Padahal bayi itu kelihatan tampan dan rupawan."Maafkan kami mah, belum bisa memberikan cucu yang sesuai harapan Mama dan papa," ucap Belda getir."Sudahlah tidak usah banyak basa-basi, kamu sekarang jadi berangkat kan? Jangan lupa bawa bayi yang penyakitan dan cacat itu," ucap Ibu Alex dengan suara ketus.Alek Kusuma dan Belda Gayatri pasangan muda yang sedang mengejar karir. Alex seorang pengusaha ternama, sedangkan Belda seorang foto model yang sedang meniti karir. Saat ini keduanya akan pergi ke Paris, Karena Belda ada tawaran pekerjaan di sana.Nilam duduk di dekat sopir, sedangkan Alex dan Belda duduk di belakang. Semua barang-barang diantar dengan mobil yang lain. Nilam menggendong bayi dengan perasaan tidak menentu. Dia terus menatap wajah bayi, ternyata walaupun kedua orang tuanya banyak harta, tetapi masih bayi itu disia-siakan oleh keluarganya sendiri. "Ibu kasihan
"Lho, itu kan Nilam!" Pekik ibunya Nilam."Iya Bu, tapi kok......" Ucapan Bapak Nilam terhenti, saat melihat tangan Nilam yang menggendong bayi."Lho, itu anak siapa yang dibawa Nilam?" Tanya Titin, ibunya Nilam."Ayo kita cepat ke sana Bu," ajak Udin, bapaknya Nilam.Perasaan Titin menjadi nu tidak enak, melihat bayi yang ada dalam gendongan anaknya. Sebagai seorang ibu tentunya Titin merasa terjadi sesuatu dengan Nilam anaknya. Padahal selama ini, Nilam selalu mengabarkan baik-baik tentang dirinya, bahkan gajinya beberapa bulan ke depan selalu dikirim untuk membantu biaya sekolah kedua adik-adiknya. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan Nilam? Siapakah bayi yang ada dalam gendongannya?" Hati Titin terus bertanya-tanya.Tapi Titin tidak mau berpikir yang bukan bukan dulu. Sebelum Nilam menjelaskan semuanya, karena takut menjadi fitnah, atau keributan. Titin menahan segala keingintahuannya, sebelum Nilam menjelaskan kepadanya nanti.Titin dan Udin langsung bergegas berjalan ke depan.
"lho, Memangnya bayi ini belum dikasih nama?" Tanya Titin heran. "Boro-boro dikasih nama Bu, dilirik pun sama sekali tidak. Sayalah yang mengurusi bayi ini dari sejak lahir sampai sekarang," jawab Nilam."Betul apa yang dikatakan Nilam, bayi ini tidak mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Hanya para asisten rumah yang mengasihi bayi ini," tambah Pak sopir. "Astagfirullah, kasihan sekali kamu Nak. Biarlah kamu dirawat sama kami di sini, bayi ini umurnya berapa hari?" Tanya Titin. "Sekitar 3 Minggu Bu, anak ini belum aqiqah. Kasih tahu aku anak yang dilahirkan itu harus aqiqah Bu," jawab Nilam."Betul, kita nanti ada kan syukuran kecil-kecilan. Sekalian memberikan nama anak ini, Siapa tahu suatu hari nanti anak ini menjadi anak yang tumbuh dengan baik dan soleh," ucap Titin dengan suara tertahan. "Betul apa yang dikatakan Bu Titin, semoga anak ini tumbuh menjadi anak yang sholeh," Pak sopir tidak bisa meneruskan kata-katanya lagi. Hatinya benar-benar pedih melihat nasib bayi i
"nama yang bagus, Zahir bin Malik nama anak ini," ujar Udin sambil menatap bayi yang ada dalam gendongan Titin, istrinya."Iya, nama yang bagus. Ibu setuju sekali, tapi....." Titin menghentikan ucapannya. "Tapi apa Bu?" Tanya Nilam cepat. "Nama anak-anak kita kan awalannya huruf "N". Alangkah baiknya nama anak ini juga awalan nya dari huruf itu," jawab Titin sambil terkekeh. "Bagaimana kalau Nizam bin Malik?" Nia adiknya Nilam mengajukan usul."Nah itu bagus, nama yang sangat bagus," tukas Udin."Ya sudah namanya Nizam bin Malik saja," akhirnya mereka setuju, nama bayi ini jadinya Nizam bin Malik bukan Zahir bin Malik. "Bu, besok Nilam ke bank dulu ya. Atau ke ATM dulu, terus untuk beli motor sama mobil setelah selesai acara syukuran saja. Satu-satu dulu saja," Nilam mengajukan usul. "Sebaiknya begitu, satu-satu dulu lah. Baru setelah acara syukuran selesai. Kita renovasi rumah beserta kendaraan," Udin setuju dengan usulan Nilam, begitu pula dengan Titin. Karena syukuran aqiqah N
Mereka menoleh ke arah sumber suara, ternyata Titin datang untuk berbelanja. Mereka semua diam, mulutnya langsung terkunci, mereka menatap Titin dengan wajah bersalah. Karena orang yang digosipkan berada di hadapan mereka. "Kenapa tidak dilanjutkan lagi omongannya ibu-ibu. Silakan lanjutkan lagi, saya ke sini untuk belanja sayuran," ujar Titin, tangannya sibuk memilih-milih sayuran beserta lauk yang lainnya. Ibu-ibu langsung melempar pandangan, mereka merasa malu dengan omongan Titin. Karena tadi mereka begitu bersemangat menggosipkan keluarganya. "Eh, Maaf Bu Titin. Tadi kami memang membicarakan Nilam. Karena jujur saja, kami merasa kaget. Karena tahu-tahu anak ibu pulang membawa seorang bayi. Ingin bertanya sama ibu rasanya sungkan," akhirnya Bu Nonik menjelaskan apa yang sebenarnya dibahas sewaktu tadi. Tapi perkataan Bu Eti yang pasti menyakiti hati keluarga Bu Titin, tidak dibicarakan kembali. Bu Nonik berhati-hati menyampaikannya. "Oh, memang benar. Anak saya pulang membaw
"Eh, iya Mas," wajah Belda terlihat panik, saat melihat kedatangan Alex suaminya. Dia buru-buru bangkit dari tempat duduknya. Seorang pria tampan yang duduk di hadapan Belda menatap ke arah Alex. Belda langsung berjalan mendekati suaminya."Siapa laki-laki itu?" Tanya Alex sambil menatap tajam ke arah pria yang duduk di hadapan Belda."Dia, eh, anu, dia. Oh ya, temanku Mas," jawab Belda gugup.Alex menautkan kedua alisnya heran, hatinya mulai curiga dengan jawaban Belda yang terlihat gugup. Pria itu langsung bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan mendekati Alex, dia tersenyum ramah sama Alex."Kenalkan, saya sahabatnya Belda. Kebetulan kami bertemu di sini, kerjaan Saya seorang fotografer," si pria itu mengulurkan tangannya. Alex terlihat ragu-ragu mengulurkan tangannya, selalu menyambut uluran tangan pria itu, sambil menyebutkan namanya. "Alex, suaminya Belda.""Perta, Perta Cristian.""Mari kita duduk-duduk dulu, Belda belum selesai pemotretannya," Perta mengajak Alex untuk
Tuan Alex terbangun dari tidurnya, tubuhnya tampak berkeringat, ternyata dia mimpi bertemu dengan Nizam. Lego menatap Tuan Alex karena merasa kaget tiba-tiba dia terbangun. Lego buru-buru mengambilkan tisu, lalu diberikan sama Tuan Alex, " elo mimpi ya?"Tuan Alex mengambil tisu di tangan Lego, lalu mengelap dahinya yang berkeringat, juga bagian leher belakangnya. "Entahlah, aku bermimpi, tiba-tiba anak itu memanggilku papa. Apa mungkin aku kangen sama dia ya?" Tanya tuan Alex."Yang namanya ikatan batin, ayah dan anak pasti ada. Jadi jangan heran, kamu pasti merindukan dia," jawab Lego.Tuan Alex terdiam, dia malah menyandarkan punggungnya di kursi, matanya terpejam. Entah kenapa tiba-tiba ada rasa kangen ingin sekali bertemu dengan Nizam.Lego yang mengetahui kegunaan hati sahabatnya, langsung memberikan saran. " Bagaimana kalau Nizam dibawa ke sini lagi juga sama Nilam. Biar kamu setiap hari bertemu, toh mungkin Nilam juga setuju."Tuan Alex menoleh ke arah Lego, " apa mungkin Ni
"Iya, itu mobil dan motor punya siapa?" Tanya ibu-ibu yang kebetulan sedang berkerumun di sebuah warung. "Kok sepertinya mobil itu berhenti di depan rumah Pak Udin ya?" Tanya Bu Nurma sambil menunjuk ke rumah Udin."Benar, Masa sih Pak Udin membeli mobil? Mana motornya 2 buah lagi," jawab Bu Rita, kepalanya melongok ke kanan dan ke kiri, melihat ke rumah Udin. "Iya, wah, wah. Rupanya mereka habis membeli mobil dan motor. Mereka punya uang dari mana ya?" Tanya Ceu Dede pemilik warung."Jangan-jangan....." Bu Nurma menghentikan ucapannya. "Jangan-jangan apa Bu Nurma?" Tanya Ceu Dede."Ah, tidak," jawab Bu Nurma."Lho, kenapa tidak diteruskan? Dengar-dengar ya, si Nilam itu dinikahi sama majikannya. Dan anaknya dibawa ke sini," ujar Bu Rita."Eh, kabar itu tidak benar Bu Rita. Aku sendiri mendengar dari kakaknya Pak Udin. Kalau Nilam itu membawa anak majikannya yang cacat dan penyakitan. Dia dikasih uang sebanyak 1 miliar," tukas Bu Nurma. "Hah!" Mata kedua ibu-ibu itu hendak melompa
Udin dan Nilam menoleh ke arah belakang, ternyata seorang pria yang berpakaian rapi, sedang berdiri sambil berkacak pinggang. Matanya menatap tajam ke arah 2 SPG yang sombong itu. Salah seorang SPG langsung mendekati si pria berpakaian rapi itu, " ini Pak Bos ada orang yang hendak melamar pekerjaan ke sini, tapi kan lihat penampilannya dulu. Tadi aku sempat menegur karena memegang mobil. Pak Bos tahu sendiri kan mobil harus kelihatan bersih."Nilam dan Udin terkejut mendengar perkataan si SPG itu. Wajah Nilam langsung terlihat emosi, padahal mereka sudah mengatakan kedatangannya ke dealer untuk membeli mobil. Si pria berdasi itu langsung menatap ke arah Nilam dan Udin. Tatapan matanya sangat tajam, seakan-akan curiga dengan kedatangan Nilam dan Udin. "Benar apa yang dikatakan sama pegawai saya?" Tanya si pria itu. "Maaf kedatangan saya ke sini ingin membeli mobil, Saya tidak ingin melamar pekerjaan," jawab Udin tegas. "Alahhh, jangan ngeles Pak. Mana mungkin orang seperti Bapak m
"Sudahlah Belda, jangan hiraukan lagi sih Alex itu. Bukannya kamu ingin bercerai dengan dia? Kamu kan sekarang sudah menjadi bintang foto model. Dulu kamu menikah dengan Alex hanya karena kamu terkendala biaya kan? Sudahlah tidak usah banyak pikiran lagi. Kita bisa menikah di sini," ucap Perta terlihat santai. "Tidak bisa begitu Perta! Aku ini masih istri orang. Masa aku harus menikah dengan kamu!" Sentak Belda."Ya harus bagaimana lagi, dia sudah meninggalkan kamu, karena mengetahui perselingkuhan kita. Mungkin dia sedang mengurus perceraian di sana," tukas Alex dengan nada sinis.Belda menghembuskan nafasnya kasar, perasaannya tidak karuan. Di satu sisi dia membutuhkan Alex selalu memberikan kemewahan. Satu sisi Dia sangat mencintai Perta, laki-laki cinta pertamanya dulu. "Ya sudahlah kalau, aku bereskan dulu pekerjaan sampai kontrak kerjaku selesai. Selama 2 tahun aku tinggal dulu di Paris, setelah 2 tahun aku kembali ke Indonesia. Biar aku jalani saja hidup seperti ini," akhirny
Tuan Alex dan Lego menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Nilam membawa dua cangkir kopi yang masih mengepul. "Silakan tuan-tuan, Maaf kopinya tidak seenak yang ada di kota, maklum ini kopi kampung," ucap Nilam sambil meletakkan nampan di atas bale-bale."Terima kasih Nilam, padahal tidak usah repot-repot," ucap Lego. "Tidak merepotkan Tuan, cuma kopi saja kok. Saya ke dalam dulu ya," Nilam bergegas masuk ke dalam untuk membantu ibunya. "Go, ini bau ikan asin ya? Kok wanginya sama seperti di rumahku?" Tanya Tuan Alex sambil mengendus-ngendus hidungnya. "Dasar orang kaya, tidak pernah makan ikan asin," gerutu Lego dalam hati."Iya itu ikan asin, makan akan bertambah nikmat bila lauknya ikan asin ditambah sambal terasi. Bukan ikan salmon ditambah saus keju," jawab Lego ketus.Tuan Alex terkekeh geli melihat ekspresi wajah Lego.Udin terlihat keluar dari dalam, membawa tikar. Rencananya mereka akan makan sambil lesehan. Lama kemudian terlihat Titin dan Nilam membawa makanan langsung
"Maafkan aku Nilam, aku datang ke sini untuk melihat bayiku," jawab tuan Alex pelan. "Apa saya tidak salah dengan Tuan?" Tanya Nilam kembali. Semua orang yang ada di ruangan itu terdiam, suasana hening menyelimuti ruangan itu. Nilam, Udin dan Titin tidak menyangka akan kedatangan Alex dan Lego. Sedangkan Nia dan Nino berada di dalam kamar menjaga Nizam yang sudah tertidur pulas. "Sekali lagi maafkan aku Nilam, aku bersalah sudah meninggalkan anakku," jawab tuan Alex."Aku kira Tuan tidak akan ingat sama anak lagi," ucap Nilan sambil tersenyum sinis."Aku...." Ucapan tuan Alex menggantung, melihat mata Lego melotot. "Aku apa Tuan? Bukannya aturan sudah membuang anak itu? Bahkan tuan dan nyonya mengatakan kalau tidak mau merawat anak yang cacat dan penyakitan," suara Nilam masih terdengar ketus.Tiba-tiba Lego angkat bicara, dia tidak ingin terjadi ketegangan antara Nilam dan Alex."Maafkan atas kesalahan Tuan Alex, apa yang dikatakan Nilam memang benar adanya. Tuan Alex sedang men
Betapa terkejutnya Alex, melihat foto yang dikirimkan sama Lego. Dalam foto itu terlihat Belda dengan Perta di sebuah hotel yang cukup ternama di kota Jakarta. "Tapi....." Alex terlihat bingung, kenapa Perta sewaktu di Paris mengatakan kalau dirinya sudah lama tinggal di sana. "Kamu pasti kaget dan bingung," Lego Langsung menebak pikiran Alex. "Kamu itu terlalu bodoh, dan mau saja dibodoh-bodohi sama istrimu yang jadi foto model itu. Bisa saja kan mereka berangkat bareng dan satu pesawat sama kamu, tapi berbeda ruangan. Kamu tidak menyadari hal itu," cerocos Lego. "Ya Tuhanku, ternyata aku tidak menyadari semua itu, ternyata sudah direncanakan dari sebelumnya," ucap Alex sambil menyadarkan punggungnya di kursi kerja."Makanya sejak awal gue bilang, cinta itu jangan 100%, sisakan 20 atau 30%, bila kita kehilangan orang yang dicintai, tidak merasa sakit," ucap Lego sambil terkekeh.Wajah Alex terlihat merenggut kesal, tapi memang apa yang dikatakan Lego benar, dirinya terlalu mencin
Alex menundukkan kepala, tidak bisa menjawab pertanyaan dari mamahnya. Hatinya sedang dilandak kebingungan, entah apa harus berkata bohong atau jujur. Kalau jujur sudah pasti mamahna memarahinya habis-habisan, kalau bohong suatu hari pasti akan ketahuan juga. "Jawab Alex!" Sentak Tuan Kusuma Wiranata.Nyonya Arimbi menatap tajam ke arah anaknya, "Memangnya apa yang terjadi sama kamu Alex?" Tanya Nyonya Arimbi dengan suara keras. Alex terdiam, masih belum berani berbicara sedikitpun, tatapan tajam dari orang tuanya. Membuat nyali Alex menciut. "Jawab Alex! Apakah beda sudah membuat hatimu sakit?" Tanya Nyonya Arimbi. "Kalau dia diam berarti benar, sudah papa bilang berkali-kali. Bahkan kami sudah mengingatkan, siapa Belda itu. Tapi kamu tetap ngeyel, dan memaksa ingin menikahinya," ucap tuanku semua tegas. "Maafkan Alex mah, pah. Karena tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini," Sekali lagi maafkan Alex," ucap Alex dengan suara pelan. "Sebenarnya, kami kemarin menguji kalian
Alex tidak bisa menikmati keindahan malam ini, hatinya sakit setelah melihat kenyataan kalau istrinya berselingkuh. Di dalam foto itu jelas-jelas istrinya sedang berada di sebuah kamar hotel dengan sahabatnya sendiri. "Kenapa hidupku bisa seperti ini? Apa salahku sama Belda? Padahal aku sudah menuruti segala keinginannya, sampai-sampai aku tega meninggalkan anakku sendiri. Bahkan anakku sekarang ada di bawah pengasuhan seorang art," Alex terus aja beli celoteh di dalam hatinya.Di wajahnya terlihat guratan penyesalan. Malam yang indah di kota Paris ini, seharusnya dilewati Alex dengan penuh kebahagiaan. Tapi sebuah kenyataan pahit yang kini dihadapi Alex. Tanpa berpikir panjang lagi, Alex langsung menyiapkan diri untuk segera kembali ke Indonesia. " Aku bawa luka di hati ini, mungkin kembalinya aku ke Indonesia, bisa melupakan rasa sakit hati ini," Alex bersiap-siap pulang ke Indonesia. Sebelum keluar dari apartemen, Alex menatap ke sekeliling ruangan, di mana apartemen ini menja