Home / Romansa / Satu Miliar Untuk ART / Bab 4. Zahir bin Malik atau Nizam Alek Wiranata Kusuma

Share

Bab 4. Zahir bin Malik atau Nizam Alek Wiranata Kusuma

Author: UmiPutri
last update Last Updated: 2025-02-14 12:51:17

"lho, Memangnya bayi ini belum dikasih nama?" Tanya Titin heran.

"Boro-boro dikasih nama Bu, dilirik pun sama sekali tidak. Sayalah yang mengurusi bayi ini dari sejak lahir sampai sekarang," jawab Nilam.

"Betul apa yang dikatakan Nilam, bayi ini tidak mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Hanya para asisten rumah yang mengasihi bayi ini," tambah Pak sopir.

"Astagfirullah, kasihan sekali kamu Nak. Biarlah kamu dirawat sama kami di sini, bayi ini umurnya berapa hari?" Tanya Titin.

"Sekitar 3 Minggu Bu, anak ini belum aqiqah. Kasih tahu aku anak yang dilahirkan itu harus aqiqah Bu," jawab Nilam.

"Betul, kita nanti ada kan syukuran kecil-kecilan. Sekalian memberikan nama anak ini, Siapa tahu suatu hari nanti anak ini menjadi anak yang tumbuh dengan baik dan soleh," ucap Titin dengan suara tertahan.

"Betul apa yang dikatakan Bu Titin, semoga anak ini tumbuh menjadi anak yang sholeh," Pak sopir tidak bisa meneruskan kata-katanya lagi. Hatinya benar-benar pedih melihat nasib bayi ini yang diabaikan oleh keluarganya.

"Kalau begitu saya permisi dulu, Saya tidak mungkin lama-lama di sini," Pak sopir langsung permisi.

"Sebentar dulu Pak sopir, kita makan dulu. Pak sopir kan sudah diijinkan sama tuan dan nyonya. Pulang besok hari juga tidak apa-apa," ucap Nilam sengaja menahan kepergian Pak sopir.

"Maaf Nilam, saya masih banyak pekerjaan yang lain, nanti saya makan di jalan saja. Kebetulan anak saya besok minta diantar tamasya, biasalah acara dari sekolah, saya sengaja ambil libur, untuk mengantar anak saya. Jadi kalau besok pulang rasanya tidak mungkin," ungkap Pak sopir.

"Baiklah kalau begitu, tapi mau Tidak dibawakan oleh-oleh? Kebetulan ada buah nangka sama mangga, mau bawa nggak?" Tanya Udin.

"Aduh, Terima kasih Pak. Jangan repot-repot," Ucap pak sopir merasa tidak enak.

"Tidak boleh menolak rezeki Pak, sebentar ya saya bungkuskan dulu," Udin langsung bergegas ke dapur untuk mengambil buah-buahan yang baru diambilnya dari kebun.

"Wah, banyak sekali ini mangganya Pak. Sepertinya manis-manis, terima kasih ya Pak," ucap Pak sopir dengan wajah berbinar.

Akhirnya pak sopir itu berpamitan pulang, Udin dan Nilam mengantar sampai mobil hilang dari pandangan mereka.

Setelah keluarga berkumpul, kedua adik Nilam. Nia dan Nino ikut berkumpul melihat bayi yang dibawa sama Nilam.

"Bu ada yang harus hilang bicarakan," ucap Nilam setelah suasana dirasa cukup tenang.

"Ada apa Nilam? Sepertinya kamu serius ingin membicarakan sesuatu," tanya Titin.

"Betul Bu, Nilam dikasih uang satu milyar....."

"Apa!" Sebelum Nilam menyelesaikan bicaranya, keempat orang itu langsung terpekik, karena merasa kaget mendengar kata " Satu Milyar ".

"Kaget ya?" Tanya Nilam sambil terkekeh.

"Kamu jangan bercanda Nak, kamu tidak bohong kan?" Tanya Udin penasaran.

"Buat apa saya bohong, sebentar saya....." Nilam langsung mengeluarkan ponselnya, terlihat jarinya menggeser layar ponsel. Lalu Nilam mencari aplikas m-bankin. Dia memperlihatkan nominal uang di rekeningnya.

"Ini pak, uang itu sudah masuk ke dalam rekening saya," Nilam memperlihatkan nominal uang yang tertera di rekeningnya.

Mata Udin melotot, Titin menggeser duduknya dan ikut melihat nominal uang itu. Mulut Titin ternganga lebar, karena masih tidak percaya dengan nilai nominal uang yang ada di rekening anaknya.

"Ibu dan bapak percayakan, ini uang dari tuan Alex dan nyonya Belda. Nilam ingin merawat anak ini dengan baik, sebenarnya Nilam sudah menolak Bu. Pasti banyak resiko yang akan dihadapi, Ibu tahu kan Dilan bekerja di kota. Pulang-pulang bawa anak kecil, pasti omongan tetangga yang benci sama kita, sudah pasti menuduh yang tidak-tidak," ucap Nilam sedih.

Suasana hening dan sepi, antara perasaan bahagia dan sedih. Bahagia mereka mendapatkan uang satu miliar, sedihnya pasti mereka harus tutup mata telinga mendengar omongan tetangga yang nyinyir dan julid.

"Tapi Nilam kasihan sama bayi ini. Seandainya bayi ini disimpan di panti asuhan, rasanya Nilam tidak tega juga. Sebelum kemarin juga tuan dan nyonya Alex memutuskan untuk memberikan bayi ini ke panti asuhan. Lalu mereka menawarkan sama Nilam, Karena rasa kasihan yang begitu besar, akhirnya Nilam menerima tawaran itu," lanjut Nilam lagi.

"Ya sudah, saat kita memutuskan sesuatu. Pasti ada resikonya, hidup ini antara enak dan tidak enak. Karena semua sudah diatur sama Tuhan, sudahlah sekarang jangan banyak pikiran. Abaikan saja omongan para tetangga, tidak usah meladeni dia. Menjelaskan apapun sama orang yang membenci kita, tidak akan masuk. Karena hati mereka sudah diliputi rasa kebencian yang begitu besar. Sekarang kita fokus mengurus bayi ini, Nia dan Nino, kalian harus membantu kakak kamu, karena setidaknya kehadiran bayi ini membutuhkan perhatian yang khusus dari kita," panjang lebar Udin berbicara.

"Siap pak, penting bagi kita sekarang, biaya sekolah jangan sampai terlambat. Semenjak Kak Nilam bekerja di Jakarta, Alhamdulillah biaya sekolah selalu tercukupi," ucap Nia.

"Jangan khawatir pula Bu, pak. Tuan dan nyonya Alex setiap bulan akan mengirimkan biaya untuk bayi ini, jadi kita tidak perlu repot-repot untuk membeli kebutuhan bayi ini. Buat susu dan keperluan lainnya," ucap Nilam.

"Masya Allah, tapi mereka baik juga ya mau mengirimkan uang," ucap Titin.

"Bagi mereka uang bukan masalah besar Bu, sebagai seorang pengusaha tentunya mereka banyak uang. Buktinya mereka memberikan uang satu miliar buatku asal mau mengurus bayi ini," tukas Nilam.

"Dan untuk uang ini, Nilam menyerahkan uang sama ibu dan bapak. Belilah kendaraan, dan renovasi rumah ini pak. Nilam menyarankan membeli kendaraan, agar kami transportasi lancar untuk memberi keperluan bayi. Untuk renovasi rumah, Nilam serahkan sama bapak," Nilam akhirnya memutuskan uang yang ada rekening diberikan sama kedua orang tuanya.

Udin dan Titin saling melempar pandangan, karena tidak menyangka Nilam akan mempercayakan uang sebesar itu.

Nia dan Nino melempar pandangan, wajah mereka berharap dibelikan kendaraan. Karena selama pergi ke sekolah mereka naik angkutan umum.

"Beli saja mobil dulu Pak, cari mobil yang kira-kira harganya kisaran 100 juta, beli juga motor buat Nino dan Nia, Mereka pergi ke sekolah," saran Nilam.

Toh uang 1 miliar cukup untuk dibelikan kendaraan juga renovasi rumah. Sisanya akan Nilam pergunakan untuk modal usaha. Samping ngurus bayi rencananya Nilam mau membuka toko kecil-kecilan, kebetulan di sekitar tempat tinggalnya belum banyak yang membuka warung.

Udin menghela nafasnya dalam-dalam, perasaan hatinya bercampur aduk, antara bahagia dan sedih.

"Tapi menurut ibu, utamakan dulu acara syukuran aqiqah anak ini, paling habis berapa. Kasihan anak ini belum aqiqah juga belum dikasih nama," ungkap Titin.

"Benar juga apa yang dikatakan ibu, terus nama anak ini siapa?" Tanya Nilam.

"Zahir bin Malik atau Nizam Alek Wiranata Kusumah?....."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 5. Tuduhan Kejam

    "nama yang bagus, Zahir bin Malik nama anak ini," ujar Udin sambil menatap bayi yang ada dalam gendongan Titin, istrinya."Iya, nama yang bagus. Ibu setuju sekali, tapi....." Titin menghentikan ucapannya. "Tapi apa Bu?" Tanya Nilam cepat. "Nama anak-anak kita kan awalannya huruf "N". Alangkah baiknya nama anak ini juga awalan nya dari huruf itu," jawab Titin sambil terkekeh. "Bagaimana kalau Nizam bin Malik?" Nia adiknya Nilam mengajukan usul."Nah itu bagus, nama yang sangat bagus," tukas Udin."Ya sudah namanya Nizam bin Malik saja," akhirnya mereka setuju, nama bayi ini jadinya Nizam bin Malik bukan Zahir bin Malik. "Bu, besok Nilam ke bank dulu ya. Atau ke ATM dulu, terus untuk beli motor sama mobil setelah selesai acara syukuran saja. Satu-satu dulu saja," Nilam mengajukan usul. "Sebaiknya begitu, satu-satu dulu lah. Baru setelah acara syukuran selesai. Kita renovasi rumah beserta kendaraan," Udin setuju dengan usulan Nilam, begitu pula dengan Titin. Karena syukuran aqiqah N

    Last Updated : 2025-02-14
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 6. Kebencian berujung ramah

    Mereka menoleh ke arah sumber suara, ternyata Titin datang untuk berbelanja. Mereka semua diam, mulutnya langsung terkunci, mereka menatap Titin dengan wajah bersalah. Karena orang yang digosipkan berada di hadapan mereka. "Kenapa tidak dilanjutkan lagi omongannya ibu-ibu. Silakan lanjutkan lagi, saya ke sini untuk belanja sayuran," ujar Titin, tangannya sibuk memilih-milih sayuran beserta lauk yang lainnya. Ibu-ibu langsung melempar pandangan, mereka merasa malu dengan omongan Titin. Karena tadi mereka begitu bersemangat menggosipkan keluarganya. "Eh, Maaf Bu Titin. Tadi kami memang membicarakan Nilam. Karena jujur saja, kami merasa kaget. Karena tahu-tahu anak ibu pulang membawa seorang bayi. Ingin bertanya sama ibu rasanya sungkan," akhirnya Bu Nonik menjelaskan apa yang sebenarnya dibahas sewaktu tadi. Tapi perkataan Bu Eti yang pasti menyakiti hati keluarga Bu Titin, tidak dibicarakan kembali. Bu Nonik berhati-hati menyampaikannya. "Oh, memang benar. Anak saya pulang membaw

    Last Updated : 2025-04-04
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 7. Mulai Terkuak

    "Eh, iya Mas," wajah Belda terlihat panik, saat melihat kedatangan Alex suaminya. Dia buru-buru bangkit dari tempat duduknya. Seorang pria tampan yang duduk di hadapan Belda menatap ke arah Alex. Belda langsung berjalan mendekati suaminya."Siapa laki-laki itu?" Tanya Alex sambil menatap tajam ke arah pria yang duduk di hadapan Belda."Dia, eh, anu, dia. Oh ya, temanku Mas," jawab Belda gugup.Alex menautkan kedua alisnya heran, hatinya mulai curiga dengan jawaban Belda yang terlihat gugup. Pria itu langsung bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan mendekati Alex, dia tersenyum ramah sama Alex."Kenalkan, saya sahabatnya Belda. Kebetulan kami bertemu di sini, kerjaan Saya seorang fotografer," si pria itu mengulurkan tangannya. Alex terlihat ragu-ragu mengulurkan tangannya, selalu menyambut uluran tangan pria itu, sambil menyebutkan namanya. "Alex, suaminya Belda.""Perta, Perta Cristian.""Mari kita duduk-duduk dulu, Belda belum selesai pemotretannya," Perta mengajak Alex untuk

    Last Updated : 2025-04-04
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 8. Sebuah Pengakuan

    Alex tidak bisa menikmati keindahan malam ini, hatinya sakit setelah melihat kenyataan kalau istrinya berselingkuh. Di dalam foto itu jelas-jelas istrinya sedang berada di sebuah kamar hotel dengan sahabatnya sendiri. "Kenapa hidupku bisa seperti ini? Apa salahku sama Belda? Padahal aku sudah menuruti segala keinginannya, sampai-sampai aku tega meninggalkan anakku sendiri. Bahkan anakku sekarang ada di bawah pengasuhan seorang art," Alex terus aja beli celoteh di dalam hatinya.Di wajahnya terlihat guratan penyesalan. Malam yang indah di kota Paris ini, seharusnya dilewati Alex dengan penuh kebahagiaan. Tapi sebuah kenyataan pahit yang kini dihadapi Alex. Tanpa berpikir panjang lagi, Alex langsung menyiapkan diri untuk segera kembali ke Indonesia. " Aku bawa luka di hati ini, mungkin kembalinya aku ke Indonesia, bisa melupakan rasa sakit hati ini," Alex bersiap-siap pulang ke Indonesia. Sebelum keluar dari apartemen, Alex menatap ke sekeliling ruangan, di mana apartemen ini menja

    Last Updated : 2025-04-12
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 9. Rindu Tak Tertahankan

    Alex menundukkan kepala, tidak bisa menjawab pertanyaan dari mamahnya. Hatinya sedang dilandak kebingungan, entah apa harus berkata bohong atau jujur. Kalau jujur sudah pasti mamahna memarahinya habis-habisan, kalau bohong suatu hari pasti akan ketahuan juga. "Jawab Alex!" Sentak Tuan Kusuma Wiranata.Nyonya Arimbi menatap tajam ke arah anaknya, "Memangnya apa yang terjadi sama kamu Alex?" Tanya Nyonya Arimbi dengan suara keras. Alex terdiam, masih belum berani berbicara sedikitpun, tatapan tajam dari orang tuanya. Membuat nyali Alex menciut. "Jawab Alex! Apakah beda sudah membuat hatimu sakit?" Tanya Nyonya Arimbi. "Kalau dia diam berarti benar, sudah papa bilang berkali-kali. Bahkan kami sudah mengingatkan, siapa Belda itu. Tapi kamu tetap ngeyel, dan memaksa ingin menikahinya," ucap tuanku semua tegas. "Maafkan Alex mah, pah. Karena tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini," Sekali lagi maafkan Alex," ucap Alex dengan suara pelan. "Sebenarnya, kami kemarin menguji kalian

    Last Updated : 2025-04-12
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 10. Kedatangan Alex

    Betapa terkejutnya Alex, melihat foto yang dikirimkan sama Lego. Dalam foto itu terlihat Belda dengan Perta di sebuah hotel yang cukup ternama di kota Jakarta. "Tapi....." Alex terlihat bingung, kenapa Perta sewaktu di Paris mengatakan kalau dirinya sudah lama tinggal di sana. "Kamu pasti kaget dan bingung," Lego Langsung menebak pikiran Alex. "Kamu itu terlalu bodoh, dan mau saja dibodoh-bodohi sama istrimu yang jadi foto model itu. Bisa saja kan mereka berangkat bareng dan satu pesawat sama kamu, tapi berbeda ruangan. Kamu tidak menyadari hal itu," cerocos Lego. "Ya Tuhanku, ternyata aku tidak menyadari semua itu, ternyata sudah direncanakan dari sebelumnya," ucap Alex sambil menyadarkan punggungnya di kursi kerja."Makanya sejak awal gue bilang, cinta itu jangan 100%, sisakan 20 atau 30%, bila kita kehilangan orang yang dicintai, tidak merasa sakit," ucap Lego sambil terkekeh.Wajah Alex terlihat merenggut kesal, tapi memang apa yang dikatakan Lego benar, dirinya terlalu mencin

    Last Updated : 2025-04-17
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 11.

    "Maafkan aku Nilam, aku datang ke sini untuk melihat bayiku," jawab tuan Alex pelan. "Apa saya tidak salah dengan Tuan?" Tanya Nilam kembali. Semua orang yang ada di ruangan itu terdiam, suasana hening menyelimuti ruangan itu. Nilam, Udin dan Titin tidak menyangka akan kedatangan Alex dan Lego. Sedangkan Nia dan Nino berada di dalam kamar menjaga Nizam yang sudah tertidur pulas. "Sekali lagi maafkan aku Nilam, aku bersalah sudah meninggalkan anakku," jawab tuan Alex."Aku kira Tuan tidak akan ingat sama anak lagi," ucap Nilan sambil tersenyum sinis."Aku...." Ucapan tuan Alex menggantung, melihat mata Lego melotot. "Aku apa Tuan? Bukannya aturan sudah membuang anak itu? Bahkan tuan dan nyonya mengatakan kalau tidak mau merawat anak yang cacat dan penyakitan," suara Nilam masih terdengar ketus.Tiba-tiba Lego angkat bicara, dia tidak ingin terjadi ketegangan antara Nilam dan Alex."Maafkan atas kesalahan Tuan Alex, apa yang dikatakan Nilam memang benar adanya. Tuan Alex sedang men

    Last Updated : 2025-04-17
  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 12

    Tuan Alex dan Lego menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Nilam membawa dua cangkir kopi yang masih mengepul. "Silakan tuan-tuan, Maaf kopinya tidak seenak yang ada di kota, maklum ini kopi kampung," ucap Nilam sambil meletakkan nampan di atas bale-bale."Terima kasih Nilam, padahal tidak usah repot-repot," ucap Lego. "Tidak merepotkan Tuan, cuma kopi saja kok. Saya ke dalam dulu ya," Nilam bergegas masuk ke dalam untuk membantu ibunya. "Go, ini bau ikan asin ya? Kok wanginya sama seperti di rumahku?" Tanya Tuan Alex sambil mengendus-ngendus hidungnya. "Dasar orang kaya, tidak pernah makan ikan asin," gerutu Lego dalam hati."Iya itu ikan asin, makan akan bertambah nikmat bila lauknya ikan asin ditambah sambal terasi. Bukan ikan salmon ditambah saus keju," jawab Lego ketus.Tuan Alex terkekeh geli melihat ekspresi wajah Lego.Udin terlihat keluar dari dalam, membawa tikar. Rencananya mereka akan makan sambil lesehan. Lama kemudian terlihat Titin dan Nilam membawa makanan langsung

    Last Updated : 2025-04-20

Latest chapter

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 16

    Tuan Alex terbangun dari tidurnya, tubuhnya tampak berkeringat, ternyata dia mimpi bertemu dengan Nizam. Lego menatap Tuan Alex karena merasa kaget tiba-tiba dia terbangun. Lego buru-buru mengambilkan tisu, lalu diberikan sama Tuan Alex, " elo mimpi ya?"Tuan Alex mengambil tisu di tangan Lego, lalu mengelap dahinya yang berkeringat, juga bagian leher belakangnya. "Entahlah, aku bermimpi, tiba-tiba anak itu memanggilku papa. Apa mungkin aku kangen sama dia ya?" Tanya tuan Alex."Yang namanya ikatan batin, ayah dan anak pasti ada. Jadi jangan heran, kamu pasti merindukan dia," jawab Lego.Tuan Alex terdiam, dia malah menyandarkan punggungnya di kursi, matanya terpejam. Entah kenapa tiba-tiba ada rasa kangen ingin sekali bertemu dengan Nizam.Lego yang mengetahui kegunaan hati sahabatnya, langsung memberikan saran. " Bagaimana kalau Nizam dibawa ke sini lagi juga sama Nilam. Biar kamu setiap hari bertemu, toh mungkin Nilam juga setuju."Tuan Alex menoleh ke arah Lego, " apa mungkin Ni

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 15

    "Iya, itu mobil dan motor punya siapa?" Tanya ibu-ibu yang kebetulan sedang berkerumun di sebuah warung. "Kok sepertinya mobil itu berhenti di depan rumah Pak Udin ya?" Tanya Bu Nurma sambil menunjuk ke rumah Udin."Benar, Masa sih Pak Udin membeli mobil? Mana motornya 2 buah lagi," jawab Bu Rita, kepalanya melongok ke kanan dan ke kiri, melihat ke rumah Udin. "Iya, wah, wah. Rupanya mereka habis membeli mobil dan motor. Mereka punya uang dari mana ya?" Tanya Ceu Dede pemilik warung."Jangan-jangan....." Bu Nurma menghentikan ucapannya. "Jangan-jangan apa Bu Nurma?" Tanya Ceu Dede."Ah, tidak," jawab Bu Nurma."Lho, kenapa tidak diteruskan? Dengar-dengar ya, si Nilam itu dinikahi sama majikannya. Dan anaknya dibawa ke sini," ujar Bu Rita."Eh, kabar itu tidak benar Bu Rita. Aku sendiri mendengar dari kakaknya Pak Udin. Kalau Nilam itu membawa anak majikannya yang cacat dan penyakitan. Dia dikasih uang sebanyak 1 miliar," tukas Bu Nurma. "Hah!" Mata kedua ibu-ibu itu hendak melompa

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 14

    Udin dan Nilam menoleh ke arah belakang, ternyata seorang pria yang berpakaian rapi, sedang berdiri sambil berkacak pinggang. Matanya menatap tajam ke arah 2 SPG yang sombong itu. Salah seorang SPG langsung mendekati si pria berpakaian rapi itu, " ini Pak Bos ada orang yang hendak melamar pekerjaan ke sini, tapi kan lihat penampilannya dulu. Tadi aku sempat menegur karena memegang mobil. Pak Bos tahu sendiri kan mobil harus kelihatan bersih."Nilam dan Udin terkejut mendengar perkataan si SPG itu. Wajah Nilam langsung terlihat emosi, padahal mereka sudah mengatakan kedatangannya ke dealer untuk membeli mobil. Si pria berdasi itu langsung menatap ke arah Nilam dan Udin. Tatapan matanya sangat tajam, seakan-akan curiga dengan kedatangan Nilam dan Udin. "Benar apa yang dikatakan sama pegawai saya?" Tanya si pria itu. "Maaf kedatangan saya ke sini ingin membeli mobil, Saya tidak ingin melamar pekerjaan," jawab Udin tegas. "Alahhh, jangan ngeles Pak. Mana mungkin orang seperti Bapak m

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 13

    "Sudahlah Belda, jangan hiraukan lagi sih Alex itu. Bukannya kamu ingin bercerai dengan dia? Kamu kan sekarang sudah menjadi bintang foto model. Dulu kamu menikah dengan Alex hanya karena kamu terkendala biaya kan? Sudahlah tidak usah banyak pikiran lagi. Kita bisa menikah di sini," ucap Perta terlihat santai. "Tidak bisa begitu Perta! Aku ini masih istri orang. Masa aku harus menikah dengan kamu!" Sentak Belda."Ya harus bagaimana lagi, dia sudah meninggalkan kamu, karena mengetahui perselingkuhan kita. Mungkin dia sedang mengurus perceraian di sana," tukas Alex dengan nada sinis.Belda menghembuskan nafasnya kasar, perasaannya tidak karuan. Di satu sisi dia membutuhkan Alex selalu memberikan kemewahan. Satu sisi Dia sangat mencintai Perta, laki-laki cinta pertamanya dulu. "Ya sudahlah kalau, aku bereskan dulu pekerjaan sampai kontrak kerjaku selesai. Selama 2 tahun aku tinggal dulu di Paris, setelah 2 tahun aku kembali ke Indonesia. Biar aku jalani saja hidup seperti ini," akhirny

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 12

    Tuan Alex dan Lego menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Nilam membawa dua cangkir kopi yang masih mengepul. "Silakan tuan-tuan, Maaf kopinya tidak seenak yang ada di kota, maklum ini kopi kampung," ucap Nilam sambil meletakkan nampan di atas bale-bale."Terima kasih Nilam, padahal tidak usah repot-repot," ucap Lego. "Tidak merepotkan Tuan, cuma kopi saja kok. Saya ke dalam dulu ya," Nilam bergegas masuk ke dalam untuk membantu ibunya. "Go, ini bau ikan asin ya? Kok wanginya sama seperti di rumahku?" Tanya Tuan Alex sambil mengendus-ngendus hidungnya. "Dasar orang kaya, tidak pernah makan ikan asin," gerutu Lego dalam hati."Iya itu ikan asin, makan akan bertambah nikmat bila lauknya ikan asin ditambah sambal terasi. Bukan ikan salmon ditambah saus keju," jawab Lego ketus.Tuan Alex terkekeh geli melihat ekspresi wajah Lego.Udin terlihat keluar dari dalam, membawa tikar. Rencananya mereka akan makan sambil lesehan. Lama kemudian terlihat Titin dan Nilam membawa makanan langsung

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 11.

    "Maafkan aku Nilam, aku datang ke sini untuk melihat bayiku," jawab tuan Alex pelan. "Apa saya tidak salah dengan Tuan?" Tanya Nilam kembali. Semua orang yang ada di ruangan itu terdiam, suasana hening menyelimuti ruangan itu. Nilam, Udin dan Titin tidak menyangka akan kedatangan Alex dan Lego. Sedangkan Nia dan Nino berada di dalam kamar menjaga Nizam yang sudah tertidur pulas. "Sekali lagi maafkan aku Nilam, aku bersalah sudah meninggalkan anakku," jawab tuan Alex."Aku kira Tuan tidak akan ingat sama anak lagi," ucap Nilan sambil tersenyum sinis."Aku...." Ucapan tuan Alex menggantung, melihat mata Lego melotot. "Aku apa Tuan? Bukannya aturan sudah membuang anak itu? Bahkan tuan dan nyonya mengatakan kalau tidak mau merawat anak yang cacat dan penyakitan," suara Nilam masih terdengar ketus.Tiba-tiba Lego angkat bicara, dia tidak ingin terjadi ketegangan antara Nilam dan Alex."Maafkan atas kesalahan Tuan Alex, apa yang dikatakan Nilam memang benar adanya. Tuan Alex sedang men

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 10. Kedatangan Alex

    Betapa terkejutnya Alex, melihat foto yang dikirimkan sama Lego. Dalam foto itu terlihat Belda dengan Perta di sebuah hotel yang cukup ternama di kota Jakarta. "Tapi....." Alex terlihat bingung, kenapa Perta sewaktu di Paris mengatakan kalau dirinya sudah lama tinggal di sana. "Kamu pasti kaget dan bingung," Lego Langsung menebak pikiran Alex. "Kamu itu terlalu bodoh, dan mau saja dibodoh-bodohi sama istrimu yang jadi foto model itu. Bisa saja kan mereka berangkat bareng dan satu pesawat sama kamu, tapi berbeda ruangan. Kamu tidak menyadari hal itu," cerocos Lego. "Ya Tuhanku, ternyata aku tidak menyadari semua itu, ternyata sudah direncanakan dari sebelumnya," ucap Alex sambil menyadarkan punggungnya di kursi kerja."Makanya sejak awal gue bilang, cinta itu jangan 100%, sisakan 20 atau 30%, bila kita kehilangan orang yang dicintai, tidak merasa sakit," ucap Lego sambil terkekeh.Wajah Alex terlihat merenggut kesal, tapi memang apa yang dikatakan Lego benar, dirinya terlalu mencin

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 9. Rindu Tak Tertahankan

    Alex menundukkan kepala, tidak bisa menjawab pertanyaan dari mamahnya. Hatinya sedang dilandak kebingungan, entah apa harus berkata bohong atau jujur. Kalau jujur sudah pasti mamahna memarahinya habis-habisan, kalau bohong suatu hari pasti akan ketahuan juga. "Jawab Alex!" Sentak Tuan Kusuma Wiranata.Nyonya Arimbi menatap tajam ke arah anaknya, "Memangnya apa yang terjadi sama kamu Alex?" Tanya Nyonya Arimbi dengan suara keras. Alex terdiam, masih belum berani berbicara sedikitpun, tatapan tajam dari orang tuanya. Membuat nyali Alex menciut. "Jawab Alex! Apakah beda sudah membuat hatimu sakit?" Tanya Nyonya Arimbi. "Kalau dia diam berarti benar, sudah papa bilang berkali-kali. Bahkan kami sudah mengingatkan, siapa Belda itu. Tapi kamu tetap ngeyel, dan memaksa ingin menikahinya," ucap tuanku semua tegas. "Maafkan Alex mah, pah. Karena tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini," Sekali lagi maafkan Alex," ucap Alex dengan suara pelan. "Sebenarnya, kami kemarin menguji kalian

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 8. Sebuah Pengakuan

    Alex tidak bisa menikmati keindahan malam ini, hatinya sakit setelah melihat kenyataan kalau istrinya berselingkuh. Di dalam foto itu jelas-jelas istrinya sedang berada di sebuah kamar hotel dengan sahabatnya sendiri. "Kenapa hidupku bisa seperti ini? Apa salahku sama Belda? Padahal aku sudah menuruti segala keinginannya, sampai-sampai aku tega meninggalkan anakku sendiri. Bahkan anakku sekarang ada di bawah pengasuhan seorang art," Alex terus aja beli celoteh di dalam hatinya.Di wajahnya terlihat guratan penyesalan. Malam yang indah di kota Paris ini, seharusnya dilewati Alex dengan penuh kebahagiaan. Tapi sebuah kenyataan pahit yang kini dihadapi Alex. Tanpa berpikir panjang lagi, Alex langsung menyiapkan diri untuk segera kembali ke Indonesia. " Aku bawa luka di hati ini, mungkin kembalinya aku ke Indonesia, bisa melupakan rasa sakit hati ini," Alex bersiap-siap pulang ke Indonesia. Sebelum keluar dari apartemen, Alex menatap ke sekeliling ruangan, di mana apartemen ini menja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status