Beranda / Romansa / Satelliciocis Satellite / ³ | Ruangan Tanpa Pintu dan Jendela

Share

³ | Ruangan Tanpa Pintu dan Jendela

Penulis: vegetarionn
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-23 00:17:54

Ia melirik arloji yang baru saja diraihnya dari dalam kantong celananya. Sudah mendekati waktu makan siang dan ia yakin sekali aula utama akan ramai dipenuhi anak-anak yang bersiap untuk makan bersama.

Namun, sebelum Louis tiba di ujung lorong, ada pemandangan tak wajar yang ditangkapnya dari arah sebuah kelas di sisi kiri jalan. Ia mendorong tubuhnya untuk mengintip dari kaca yang tertempel di wajah pintu. Tampak murid-murid di dalam sana sedang tak duduk di kursi mereka melainkan berjalan mondar-mandir tampak mencari sesuatu. Tak jarang beberapa di antara mereka bersorak kecil dengan secarik kertas di tangannya.

Louis tak tahu jika ayahnya menerapkan metode belajar yang seperti itu. Tampak tak biasa, bising, dan tak teratur. Semenjak dirinya masuk sekolah militer entah mengapa, keteraturan menjadi salah satu penyakitnya hampir seperti OCD dan ia merasa terganggu dengan ketidak teraturan yang terjadi di dalam kelas itu.

Untung saja beberapa menit setelahnya bel istirahat berbunyi sehingga ia menarik dirinya menjauh dari pintu membiarkan murid-murid berlarian dengan buku-buku tebal di pelukan mereka. Setelah kelas sepi menyisakan seorang wanita yang sedang merapikan mejanya, Louis melenggang masuk setelah mengetuk pintu kelas itu pelan membuat wanita itu mendongak menatapnya. "Apa itu tadi?" tanya Louis singkat namun wanita itu hanya memandangnya bingung.

"Maaf?" tanyanya dalam aksen Midlands yang kental. Louis sudah mendengar banyak orang berbicara dalam aksen Inggris yang berbeda-beda karena wilayah mereka yang memengaruhi pelafalan kata masyarakatnya, dan Louis jelas mengenali aksen Midlands sebab ayahnya sering kedatangan tamu dari berbagai belahan UK. Namun, aksen Midlandsnya itu terdengar agak berbeda. Mungkin ... mengesankan. Begitulah tanggapannya.

"Anda Nona—" Telunjuknya terulur mengarah keberadaan wanita itu seraya berusaha menemukan sesuatu yang dilupakan otaknya.

Wanita itu terkekeh singkat melihat ekspresi Louis yang berusaha menemukan sesuatu dalam pikirannya. "Harrel, Tuan Wistletone," jawabnya dengan senyuman.

"Ah ya, Nona Harrel. Anda wanita di dalam ruangan ... lupakan," ucap Louis cepat-cepat lalu melanjutkan, "Apa yang terjadi di kelas Anda tadi?"

Nona Harrel baru saja menumpuk buku terakhirnya sehingga tersusun buku-buku tebal yang mungkin setinggi tiga puluh centimeter. "Kami sedang membahas riddle, Tuan. Bab yang dimasukkan dalam kurikulum." 

"Membahas? Maaf, tapi ... yang kulihat mereka tampak mencari sesuatu, bersorak, dan tidak teratur."

Tetapi Nona Harrel hanya terkekeh singkat menanggapinya. "Maafkan saya, Tuan, maksud saya bukan membahas riddle ,tapi lebih tepatnya bermain riddle." 

Louis hanya membulatkan bibirnya merasa malu dan bingung harus melakukan apa setelah ini. Apakah dia harus meminta maaf kepada Nona Harrel saat ini juga? "Apa metode belajar itu sudah disetujui?" Ia merasa harus mengalihkan pembicaraannya agar tidak merasa lebih malu lagi.

Nona Harrel mengangguk. "Jika Anda melihat saya di ruangan ayah Anda, saya baru saja membicarakan itu dengan beliau. Memang terlihat aneh dan tak disiplin tapi kita harus mencobanya, bukan? Sebenarnya itu salah satu strategi untuk meningkatkan semangat belajar siswa. Kita tak harus belajar dengan terus duduk di atas kursi, mendengarkan, membaca, dan menulis di sana pula. Ada banyak cara untuk mendapatkan ilmu dan saya tak ingin mengajar hanya berdiri di depan papan tulis seraya menjelaskan semua yang saya tahu sedangkan murid-murid saya bahkan tak paham satu kata pun dari apa yang saya ajarkan. Jika itu terjadi, saya merasa gagal menjadi seorang guru."

Louis tersenyum mendengar penjelasannya dan sekarang berjalan lebih dekat lagi menuju Nona Harrel yang masih berdiri di depan mejanya. "Jadi, bagaimana itu? Bagaimana metode pembelajaran yang Anda terapkan, Nona Harrel?"

Wanita itu kini berdiri di depan kelas menatap seisi ruang kelasnya. Ia tersenyum setelah mendapatkan suatu objek di sudut ruangan lalu meminta Louis berdiri di sampingnya. "What kind of room has no door and window?" tanyanya dan Louis terdiam. Louis berharap ia bertanya soal hukum Newton atau sebagainya daripada riddle seperti itu. 

"Dorm room?" ucapnya seraya menggidikan bahunya, sedangkan kedua tangannya disembunyikan di dalam saku celana. Namun, Nona Harrel menggeleng sehingga Louis kembali berpikir. "Common room?" Wanita itu hanya terkekeh seraya menggeleng menanggapinya. "Ayolah! Common room di Wistletone's School tidak ada jendelanya!" 

"Tapi memiliki pintu."

"Bisa diterima." Dan pria itu pun kembali berpikir membiarkan Nona Harrel menutupi bibirnya yang menampakkan kekehan kecil.

"Anda tak akan bisa menemukan jawabannya jika hanya berdiri di sini, Tuan Wistletone. Setidaknya ajaklah mata Anda untuk menjelajahi ruangan ini." Louis terdiam lalu mulai berjalan beberapa langkah ke depan—memandangi setiap sudut kelas tapi tetap tak menemukan apa pun.

"Baiklah, aku menyerah."

Nona Harrel pun menertawakannya sedikit lalu berjalan ke sudut ruangan di mana rak buku terdapat. Telunjuknya terulur ke arah sesuatu yang tak asing baginya. "Mushroom," ucapnya dengan senyuman membuat Louis menepuk dahinya sendiri. 

"Ya Tuhan, aku bodoh sekali."

Dan wanita itu kembali berjalan menuju Louis lalu berhenti di hadapannya. "Begitulah kami bermain riddle, Tuan Wistletone." 

       "Menarik," gumam Louis ketika wanita itu kembali ke bagian mejanya dan mengangkat semua buku-bukunya. 

       "Jika Anda tak keberatan, saya pamit untuk makan siang." 

       Louis seketika mengangguk. "Silakan, Nona Harrel. Maaf membuang sedikit waktu Anda." 

Nona Harrel hanya tersenyum lalu berkata, "Selamat siang." 

Yang setelahnya dibalas dengan anggukan singkat dari seorang Louis Wistletone.

Bab terkait

  • Satelliciocis Satellite   ⁴ | Putri yang Enggan Pulang

    Malam harinya benar saja. Baik Anthony, Richard, maupun Louis pulang ke rumah untuk makan malam bersama. Sayang sekali Celestine belum tampak keberadaannya di sekitar meja makan membuat Louis semakin jengkel dengan sosok Joseph Stefar si bajingan nyaris miskin. Namun, ia tak bermaksud menghancurkan malam pertamanya di Newcastle dengan berteriak memaki-maki nama Joseph Stefar di meja makannya. Ia memilih untuk diam seolah menikmati makan malamnya. Bahkan ketika adiknya, Virginia Wistletone, menawarinya segelas wine, ia hanya mengangguk tak menjawab ya atau tidak. Rasanya makan malam, malam itu, begitu sepi tak ada topik yang bisa dibicarakan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-23
  • Satelliciocis Satellite   ⁵ | Pria di Balik Perginya Celestine

    "Ini seharusnya tak terjadi padamu."Namun dengan cepat Celestine menarik tubuhnya menjauh dan menggelengkan kepalanya setelah mengusap wajahnya. Senyuman pun tercipta saat itu juga. "Aku tak menyesalinya, Lou. Aku dan Joseph saling mencintai dan kami sudah memiliki seorang putri sekarang. Setidaknya sekarang aku mempunyai alasan untuk tetap bersama Joseph m

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-22
  • Satelliciocis Satellite   ⁶ | Dan si Zoologist

    Tak memiliki pilihan setelah pernyataan ayahnya didengar, Jasper pun mendorong tubuhnya untuk masuk ke dalam rumah dan dari balik jendela, tampak Jasper sedang memaksa istrinya untuk keluar memberikan Abigail kepada Louis. Meskipun wanita itu ragu, pada akhirnya ia keluar dengan Abigail dalam gendongannya membuat Louis sedikit terbelalak mengetahui fakta bahwa Abigail bukan lagi seorang bayi karena dia muncul dalam balutan baju tidur yang cantik dengan rambut pendek mencapai daun telinganya. Tampak sangat cantik dan membuat Louis tersenyum ketika menarik Abigail ke dalam gendongannya karena gadis kecil itu memiliki mata Celestine tapi lebih gelap jadi tampak seperti biru miliknya yang tak t

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-22
  • Satelliciocis Satellite   ⁷ | Kembalinya Blighty Boys

    Malam hari itu bintang-bintang tampak mengadakan pertemuan mereka sendiri di atas langit—menyingkirkan uap air yang berusaha menghalangi mereka sehingga orang-orang bisa mengintip pertemuan para bintang dari bawahnya ketika kepala mereka menengadah dan tercipta pantulan bintang-bintang itu di mata mereka. Namun, lain halnya dengan Louis yang sekarang sedang di dalam kamarnya mencoba mencocokan antara setelan jas dan warna dasinya selagi berdiri di depan cermin, pria itu menyunggingkan senyuman sekilas begitu melihat setelan jasnya sudah sempurna—ditambah dengan beberapa ml gel rambut yang membuat penampilannya kelewat sempurna untuk sebuah pesta musim gugur.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Satelliciocis Satellite   ⁸ | Dia Menghadiri Pesta di Fenham

    "Audere est Facere" adalah kata pembuka pertemuan mereka."Kita harus mengadakan pertemuan Blighty Boys lagi," ucap Louis yang membuat Ian justru memasang wajah jijiknya

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Satelliciocis Satellite   ⁹ | Cinderella Tanpa Sepatu Kaca

    Kehadiran Louis mengejutkan wanita itu. Namun, sedetik kemudian ia memberikan senyuman manisnya. "Bolehkah aku duduk di sampingmu?" tanya Louis kepadanya yang dibalas dengan anggukan sehingga pria itu bisa mendudukkan bokongnya di sana. "Kau sendirian, Nona Harrel?"Emma Harrel menggeleng singkat tanpa jawaban, tapi setelahnya ia berkata, "Saya bersama teman

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Satelliciocis Satellite   ¹⁰ | Pertemuan Aliansi

    Pagi hari di The Teahouse saat itu terasa berbeda karena empat jiwa lama yang tak lagi berkeliaran di sana dikembalikan hari ini juga mengubah suasana sepi dan tentram di The Teahouse menjadi sedikit bising daripada hari-hari normal sebelum mereka tiba. Di sudut teahouse, seorang wanita dengan topi di kepalanya dan buku yang bersandar di atas kedua tangannya, merasa terganggu dengan cekikikan kecil Ian dan Pete yang terdengar lebih keras daripada milik Louis. Sedangkan Dan saat ini sedang menceritakan sebuah kisah tentangnya dan kelelawar dalam balutan lelucon karangannya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Satelliciocis Satellite   ¹¹ | Yang Menghadiri Pesta Semalam

    Keheningan tercipta pasca bencana yang Ian bagi kepada aliansi itu. Hati memang berbicara lebih banyak ketimbang bibir, dan itu bukanlah hal yang wajar terjadi di pertemuan aliansi bernama Blighty Boys. Jelas salah satu dari mereka ingin menyuarakan hati. Meski tak sepenuhnya sesuai, setidaknya ada yang bersedia memecah duka terselimuti keheningan ini."Hey,

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23

Bab terbaru

  • Satelliciocis Satellite   Pete Kennedy

    Dua bulan semenjak pertemuannya dengan Dan Nordstrom, dia masih belum menemukan jawaban. Sebuah kotak—sama persis dengan milik Louis Wistletone ketika ia masih menjadi kepala sekolah di sana—berdiri di sudut meja yang sama. Kebenaran dan kebohongan ada di dalamnya. Apabila Pete mencoba memilih mana yang harus dikatakan lebih dulu, ia tak tahu. Keduanya harus dikatakan bersamaan. Sehingga sore ini ia memilih untuk pulang, kendati tinggal di asrama Wistletone’s School seperti beberapa hari sebelumnya.Jikalau kotak itu milik Louis yang diwariskan untuknya, maka ia memiliki benda untuk diwariskan pula nantinya; sebuah jurnal. Mungkin terdengar tak menyenangkan, tapi sama seperti kotak Louis dengan rahasia di dalamnya, ia juga memiliki beberapa di dalam jurnal itu. Yang Pete butuhkan hanyalah seseorang untuk dipercaya menjaga rahasia dalam jurnal dia.Ia baru saja menuruni beberapa anak tangga ketika kotak itu nyaris lolos dari dekapannya sebab sepasang anak laki-laki berumur 14 tahunan b

  • Satelliciocis Satellite   Blighty Boys

    The Teahouse tampak berbeda di abad kedua puluh satu. Tidak, bukan karena pelayannya telah digantikan robot semenjak Nyonya Bache pergi. Tidak juga karena interior antiknya berubah mengusung gaya Inggris modern. Mereka tetap serupa, tapi di bawah naungan atmosfer yang berbeda. Bahkan tempat ini sekarang menyajikan kopi semenjak kebudayaan mengonsumsi kopi tak lagi asing di lidah masyarakat Inggris. Tempat ini pun memiliki tambahan & Cafè setelah kata Teahouse dan mereka menghapus awalan The. Meskipun demikian, pria dengan koper persegi panjang di lantai tak pernah mengubah selera tehnya meski kopi mulai menjajaki daftar terfavorit.Pria itu kini memandang beberapa lembar kertas di dalam sebuah stopmap selagi menanti teh pesanannya tiba untuk dicicipi. Ketika ia selesai menumpuk rapi semua kertas dan memasukkannya kembali ke dalam koper, sebuah jurnal dari dalam sana mengganti posisi si stopmap. Tangan menarikan pena itu untuk menulis 28 April 2010. Tak ada perubahan. Masih aku. Masih

  • Satelliciocis Satellite   Sir Louis Cornelius Wistletone

    Ketika halaman Wistletone's School tampak senyap sebab semua orang disibukkan dengan pembelajaran, sepasang anak laki-laki justru mengendap-endap menuju sisi lain lapangan utama Wistletone's untuk sebuah aksi. Salah satu dari mereka tampak ketakutan dan hampir mengurungkan aksi yang terencana, tapi satunya lagi justru tampak bersemangat dan berkata, "Jangan khawatir, Alexis. Ini akan menyenangkan! Aku berani jamin!" Ia pun mendorong diri lebih jauh menuju objek incarannya."Tapi kita bisa terlibat masalah, Knox! Aku tak ingin dimarahi ayah lagi."Teman sebayanya pun segera melambaikan tangan di udara. "Jangan pedulikan. Ikuti saja perintahku untuk lari setelah ini, maka kau akan selamat dari kejaran bapa."Meski Alexis tampak ingin melontarkan patah kata lainnya, si anak bernama Knox sudah dulu memegangi sebuah tali yang cukup tebal.Kini, Alexis pun terpaksa menggenggam tali itu dan keduanya menghitung dengan cekikikan—atau justru hanya Knox yang tampak bersemangat. "Satu, dua, tiga!

  • Satelliciocis Satellite   Epilog

    Semalam, awan menangis hebat untuk alasan yang tak pasti. Sehingga pagi ini, dedaunan masih berkeringat dingin menanti sang surya membasuh peluh itu. Atmosfer pun mendingin meski sinar surya berhasil menembus kumpulan awan tipis yang menjulurkan leher mereka untuk mengintip kehidupan di Newcastle pada awal musim gugur, tepatnya pada tanggal sembilan september seribu sembilan ratus delapah puluh sembilan.Seorang pria yang telah mengenakan kemeja dengan balutan vest pun masih berdiri di hadapan kaca selagi gigi saling bergulat menghancurkan secuil roti di dalam mulut. Ia menarik sebuah sisir dari tempatnya untuk merapikan tatanan rambut yang sudah sempurna. Bahkan pagi ini, ia baru saja membersihkan kumis dan berewok seolah sungguh bersiap untuk sebuah pertemuan istimewa.Begitu suara ketukan pintu terdengar, ia segera meletakkan sisirnya dan meneguk habis teh dalam cangkir. Ditariklah gagang pintu itu menampakkan seorang pria dengan sebuket bunga besar yang tampak segar. Ia pun puas m

  • Satelliciocis Satellite   ¹⁰⁰ | Para Eternitarian

    Sang surya terus didorong rotasi bumi menuju cakrawala yang masih jauh di seberang sana. Sementara itu, Ruenna sendiri baru saja melambaikan tangan setelah mengucapkan terima kasih sehingga Anthony bisa melanjutkan perjalanannya menuju Grainger Town yang diramaikan beberapa pelayat pula untuk jamuan.Puluhan topik melilit percakapan antara dua orang bahkan lebih ketika Louis mendorong diri mengisi salah satu ruang di ruang tamunya. Beberapa hidangan pun tampak mulai dicicipi lidah-lidah para pelayat yang sempat menunjukkan simpati mereka kepada Louis. Pria itu hanya mengangguk, tapi tak tertarik untuk melibatkan diri pada topik yang mereka tawarkan. Sebagai gantinya, ia mencoba menemukan Sylvia yang masih bersama Virginia di perpustakaan sejak ia menuju Jesmond.Ia menyadari bahwa Judith Hope baru saja mendorong diri meninggalkan perpustakaan dengan nampan di tangan. Ketika ia mencoba mengacuhkan wanita itu, ia justru mengelus bahu Louis sekilas selagi netra mencoba memberikan kekuata

  • Satelliciocis Satellite   ⁹⁹ | Tak Ada yang Bisa Menggantikanmu

    Ketika para pelayat mulai berdatangan dan ibadah penghiburan terlalui sudah, peti Emma kembali mengisi ruang di perut ambulan menuju tempat di mana jutaan kisah tinggal. Kali ini Louis ada di sisinya tanpa Sylvia yang kemungkinan berada di bawah asuhan Virginia. Sementara seberhenti ambulan itu tepat di hadapan gerbang berkarat setinggi perut milik pemakaman Jesmond, beberapa orang sudah mendahului Louis mengisi ruang di beberapa sisi lubang galian untuk peti Emma.Pintu ambulan yang terbuka membuat Richard bertatapan dengan emosi Louis yang baru saja menetes tanpa disadari. Pria itu pun menarik napas perlahan sebelum melarikan tangan untuk menggenggam tangan putranya. ❝Whose heart plowing an ungainly perpetually, will never find an undaunted space.❞Namun, ucapan itu membuat Louis menggelengkan kepala sehingga tetesan emosi lainnya luruh sudah. "Jangan memberiku nasihat yang tak bisa dipraktikan, Pap. Aku sudah menyinggung soal kehidupan kita yang berbeda. Semua ini tak akan mudah un

  • Satelliciocis Satellite   ⁹⁸ | Kisah Ini Belanjut tapi Bagian Kita Berakhir Di sini

    Ketika rembulan belum bersedia ditelan cakrawala, tak ada satu hal pun yang mampu menyelamatkannya dari duka. Bahkan memori kebohongan semalam pun sempat terganti begitu beberapa orang melenggang masuk ke dalam kamarnya hanya untuk membawa Emma pergi dari belenggu kehidupan yang ingin ditinggalkan.Orang-orang dari rumah sakit segera mengevakuasi tubuh tak tersentuh kehidupan itu beberapa jam setelah semua sandiwara Louis terlaksana. Hal itu pula yang menyebabkan beberapa orang dari rumah sakit tak menyimpan banyak tanda tanya di kepala begitu melihat wajah Colin Marlowe.Tampaknya skenario kebohongan Louis yang terencana disetujui oleh Tuhan seolah Tuhan pun ingin menyelamatkan nasib Louis kali ini yang terikat nama keluarga dan latar belakang Sylvia—Joan Creveld. Namun, semua skenario yang telah ditulis tak sama sekali membantu Louis menerima takdir ketika kakinya menginjak lantai rumah sakit untuk menyaksikan betapa kering tubuh Emma seperti harapan si wanita. Ia merasa bersalah se

  • Satelliciocis Satellite   ⁹⁷ | Pergi Tanpa Kehormatan

    Sepasang iris Louis berdetak menyaksikan seseorang tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia pun mendorong kaki itu cepat menuju seorang wanita yang terbaring lemah di atas ubin yang sangat terawat. Begitu si wanita sudah dalam jangkauan, diangkatlah kepala itu mencoba membawanya kembali ke kehidupan. Tubuh pun sempat diguncang berkali-kali sementara jantung Louis sudah diramaikan ketakutan."Emma!" pekiknya cukup keras selagi tangan menampar pelan pipinya. Namun, wanita itu tak membuka netra. Tubuhnya pun tampak tak bergerak sama sekali. Meski itu gerakan alamiah untuk menunjukkan bekerjanya pernapasan pun, hal itu tak mampu Louis lihat. Sementara sepanjang pipi hingga dagu menampakkan jejak tangisan yang kentara sekali belum sempat dihapus.Ketika Louis mendorong telunjuk mencoba menemukan deru napas meluncur dari lubang hidungnya, hal itu tak dapat dirasakan. Digeletakkan lagi wanita itu di atas ubin, denyut nadi maupun jantung tak lagi bergejolak seolah tubuh itu sudah kehilangan segala

  • Satelliciocis Satellite   ⁹⁶ | Dia Pergi untuk Kembali, Bukan?

    Beberapa momen tercipta sangatlah serupa dengan ekspetasi. Beberapa lagi tercipta lebih baik dari garis rata-rata ekspetasi. Namun, kali ini, momen tak begitu menyenangkan kembali menghampiri akibat waktu yang selalu merespons layaknya gazelle di balik semak-semak. Mereka berlarian begitu cepat untuk mengubah jam menjadi hari. Akibat ulah si waktu yang kelewat cepat untuk sebuah hal fana, sepasang kekasih yang telah mencicipi berbagai rasa kehidupan kembali disaksikan stasiun serupa.Mungkin beberapa hal tampak sama di netra Louis. Namun, selalu ada hal berbeda yang disuguhkan untuknya setiap kali kata perpisahan mengantarkan ke area stasiun bersama setelan jasnya. Bibir masih terkatup ketika tangan itu bertengger di sisi wajah Emma sementara Sylvia ada di gendongan Alma. Gigi gerahamnya bertemu menciptakan bunyi ting yang sangatlah pelan guna menghapus keraguan."Aku tak akan pergi untuk selamanya. Jangan berikan aku kejutan, Emma. Ketika aku pulang, tak ada lagi kesengsaraan yang ka

DMCA.com Protection Status