Beranda / Romansa / Satelliciocis Satellite / ⁶ | Dan si Zoologist

Share

⁶ | Dan si Zoologist

Penulis: vegetarionn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-22 14:35:39

Tak memiliki pilihan setelah pernyataan ayahnya didengar, Jasper pun mendorong tubuhnya untuk masuk ke dalam rumah dan dari balik jendela, tampak Jasper sedang memaksa istrinya untuk keluar memberikan Abigail kepada Louis. Meskipun wanita itu ragu, pada akhirnya ia keluar dengan Abigail dalam gendongannya membuat Louis sedikit terbelalak mengetahui fakta bahwa Abigail bukan lagi seorang bayi karena dia muncul dalam balutan baju tidur yang cantik dengan rambut pendek mencapai daun telinganya. Tampak sangat cantik dan membuat Louis tersenyum ketika menarik Abigail ke dalam gendongannya karena gadis kecil itu memiliki mata Celestine tapi lebih gelap jadi tampak seperti biru miliknya yang tak terlalu terang.

"Ya, ucapan ayahmu membuktikan bahwa Abigail memang lebih baik bersamaku daripada denganmu, Joseph. Terima saja." Joseph hanya meludahi rumputnya sekali dan Louis pergi setelah seringainya. Namun, ia berbalik dengan cepat ketika Celestine memanggil namanya.

Lalu tangan Celestine menggenggam milik Joseph sehingga kedua pasang mata itu bertemu. "Aku harus ikut dengan Louie. Bagaimanapun, Abigail adalah putriku dan dia bisa menangis kapan saja. Setidaknya, aku harus ada di sana untuk menjaganya. Jika tidak, aku akan merasa sangat khawatir." Telapak sebelah kanan Celestine kini beralih untuk menangkup satu sisi pipi kekasihnya itu. "Kau mengizinkanku, Joseph? Kumohon, untuk putri kita."

Joseph mengalihkan pandangannya untuk menatap Louis dengan seringainya sekilas yang membuatnya mual tiba-tiba lalu beralih menatap wajah cantik nan polos milik Abigail dan berakhir menatap Celestine di hadapannya. Dengan begitu, Joseph pun membuat keputusan dan berkata, "Baiklah." Sehingga senyum Celestine mengembang seketika.

"Aku berjanji akan segera pulang bersama Abbie." Dan ia pun memberikan kecupan singkat pada pipi Joseph yang lalu membuat pria itu menautkan bibirnya dengan milik Celestine mendorong tangan Louis terangkat menutupi sepasang mata biru Abigail seraya memutar kepalanya agar tak lagi menatap pemandangan menjijikan itu bagi Louis. Setelah itu, Celestine pun menghilang untuk mengepak barang dan menghilang bersama Louis dan Abigail meninggalkan pekarangan rumah Stefar dengan mobil Louis.

Abigail yang terduduk di pangkuan Celestine di samping Louis, sesekali tertawa karena candaan ringan buatan pamannya yang menuntun bibir Celestine untuk menumbuhkan senyuman lainnya.

Pada dasarnya, Celestine memang sudah bahagia bersama Joseph dan keluarga kecilnya. Namun, terkadang ia juga merindukan kebahagiaan lainnya seperti; menghabiskan waktu untuk bercanda atau sekadar mengobrol dengan keluarganya seperti dulu, atau bahkan merindukan hal-hal kecil seperti senyuman Louis yang menampakkan gigi-gigi tak rapihnya yang menggemaskan (karena hanya Louis yang memiliki gigi tak rapih dalam keluarga) atau wajah kesal Anthony apabila ayahnya kembali membicarakan soal Pendidikan ataupun Wistletone's School, atau menatap gaun ibunya dengan motif bunga-bunga yang cerah serasi dengan pemilihan topi yang terkadang miring di kepalanya, atau pelukan Virginia yang paling sering dirasakannya dalam suka maupun duka, atau bahkan, kisah yang diceritakan ayahnya pada hari lenggangnya meskipun ia sudah dewasa.

Semua itu dirindukannya dan mengingat fakta ia akan kembali sekarang, semua perasaan itu berkumpul memenuhi hatinya membawa kembali air mata bahagia lama yang pernah menghampirinya.

"Oh, Celestine, kau menangis? Mengapa?" Saat itu pula Celestine menghapus air matanya sebelum jatuh lebih banyak daripada sebelumnya.

"Tidak, tapi hanya salah satu wujud kebahagiaan yang jarang diperhatikan." Louis tersenyum menanggapi sehingga Celestine pun melanjutkan ucapannya sembari mengelus rambut Abigail dengan penuh kasih sayang. "Untuk apa senyuman itu?"

"Kupikir kau lebih pantas menjadi penerus pap daripada Anthony. Maksudku, kau memang terbiasa mengembangkan kata-katamu lalu merangkainya menjadi indah. Mungkin kau tertarik dengan Sastra dan Pendidikan."

Sepasang alis Celestine menyatu singkat. "Anthony tidak mengajar Bahasa, 'kan?"

Louis menggeleng setelah memalingkan pandangannya ke arah jalanan. "Ekonomi. Seharusnya dia menjadi businessman, 'kan? Tapi biarlah, kita memang tak bisa mendapatkan semua yang kita butuhkan dan inginkan. Semuanya selalu memiliki batas." Celestine baru saja mencoba membuka mulutnya namun dengan cepat Louis mengangkat telunjuknya meminta izin untuk melanjutkan ucapannya. "Ya, Celestine, aku tahu. Kalahkan batasannya!" ucapnya dengan intonasi nada yang menguat diisi sedikit emosi layaknya pidato yang menuntut hak atau membahas nasionalisme. "Tapi sungguh, batasan tetap ada dan kita tak bisa menghancurkan semuanya. Satu batasan hancur yang lain bertengger layaknya rambu-rambu lalu lintas di jalanan." Sehingga Celestine tersenyum bersamaan dengan mendorong tubuhnya untuk bersandar kepala kursi.

Ketibaan Louis sudah dinantikan oleh ibunya dan Virginia yang sekarang tampak berdiri di teras rumah dengan wajah khawatirnya. Namun, setelah Louis memarkirkan mobilnya, pria itu tak berlari ke arah ibunya ataupun Virginia, melainkan ke arah seorang pria dalam setelan jas berwarna hitam dengan sedikit garis di pergelangan tangannya lalu memeluk pria itu erat.

"Dan." ucapnya setelah menarik diri untuk menatap wajah si pria beserta senyumannya sedangkan ibunya dan Virginia justru tampak terkejut dengan kemunculan Celestine dan Abigail. Bukan karena mereka tak tahu mengenai Abigail. Namun, karena sudah hampir setahun Celestine tak pulang ke rumah.

"Luxemburg!" pekik pria di hadapan Louis ketika baik ibunya, Virginia, maupun Celestine dan Abigail, menghilang dari area teras berpindah ke sekitar perpustakaan, mencoba menemukan Anthony dan Richard yang sedang disibukkan tumpukan buku. "Empat tahun menghilang dari Newcastle, wajahmu semakin jelek saja dengan lebam dan sudut bibir yang berdarah."

Louis yang mendengar jawaban sahabat lamanya itu langsung melemparkan tamparan kecil ke arah pipinya membuat Dan mengelus pipi miliknya menyebabkan Louis terkekeh. "Sudah lama sekali aku tak melihatmu. Aku hampir lupa wajahmu dan ucapanmu tetap kurang ajar seperti dulu." Lalu ia beralih untuk menarik kursi yang ada di teras diikuti dengan Dan yang duduk di hadapannya kemudian mengulap darah di salah satu sudut bibirnya.

"Aku memang seperti ini sejak dulu dan aku tak heran jika kau berkata demikian, Louisa." Ucapan Dan terpotong sekilas karena kekehan Louis, lalu ia melanjutkan, "Kau memang teman yang buruk." Ia pun melemparkan tinju kecil ke bahu Louis.

"Ayolah, Daniela. Aku hanya bercanda. Tapi sungguh, ketika aku tiba, aku tak memikirkanmu atau Blighty Boys—" Dan bersorak sekilas. "—aku langsung mencari keluargaku terutama Anthony."

"Aunty?" tanya Dan dan Louis pun terkekeh hingga menggelengkan kepalanya. "Keadaannya pasti buruk sekali. Dia tak menyambutku tadi! Ibumu berkata dia sedang belajar. Aku terkejut."

"Ya, dia harus melanjutkan karir pap menjadi kepala sekolah. Hey, apa yang terjadi dengan aksenmu, Dan? Kau terdengar sangat ..." Dan mendekatkan wajahnya dengan seringai mendampingi lalu berbisik, "Amerika, hmm?" Louis kembali terkekeh dalam gelengannya.

"Kau pikir hanya dirimu saja yang pergi empat tahun lamanya untuk menemukan kemanisan pengetahuan dalam wujud yang berbeda? Aku juga, jika kau ingin tahu. Dan jika kau ingin tahu pula, Louie, kau satu-satunya yang belum tahu aku seorang Zoologist sekarang."

Louis menertawakan pengakuan Dan dengan wajah bangganya itu lalu menampar sahabatnya dengan kalimat, "Kebohongan rupanya lebih manis daripada pengetahuan sekarang."

"Aku tak berbohong, Louis! Aku berkata yang sesungguhnya. Aku pergi empat tahun silam ke Brown untuk mempelajari Zoologi. Karena menjadi dokter hewan itu sudah biasa, kuputuskan untuk menjadi Zoologist." Louis kali ini tak menertawakan ucapan sahabatnya itu, melainkan memberikan sedikit senyuman manisnya. "Kau pikir dari mana datangnya R's yang tebal ini jika bukan dari Amerika? Inggris melafalkan R's dengan tipis karena digantikan UH."

"Baiklah, Danny, aku percaya dan aku sangat bangga padamu. Tapi aku curiga kau sengaja membuat-buat aksenmu untuk pamer padaku."

Dan tertawa setelahnya lalu tangannya pun tergerak untuk menepuk wajah meja berkali-kali. "Hey, ayolah. Ini kebiasaan karena terlalu sering menghabiskan waktu di Brown. Tapi tenang saja, aku masih mengantongi aksen Inggrisku." Ia terdiam sekilas untuk menyelesaikan tawanya lalu menambahkan, "Apa kau tahu kura-kura bernapas melalui bokong?"

Louis kembali tertawa mendengar kalimat itu ditambah dengan ekspresi Dan yang polos ketika mengatakannya. "Sungguh, Lou, itu benar. Aku juga hampir tertawa begitu mendengar pernyataan itu di Brown, tapi itu juga bisa menjadi sebuah lelucon atau alasan."

"Maksudmu?"

"Ya, ketika kau kentut katakan saja aku manusia kura-kura. Aku bernapas melalui bokong."

"Kau keterlaluan."

Tiba-tiba saja Dan menggebrakan meja di hadapan keduanya dengan cukup keras namun Louis tak terkejut melainkan hanya mengangkat salah satu alisnya bingung.

"Kau yang keterlaluan, Louis!" Telunjuknya melambung ke arah Louis seolah menghardiknya. "Pete dan Ian tetap mengirimi telegram padaku dan selalu sempat membalas telegram dariku selama empat tahun terakhir ini meskipun aku jauh dari UK, sedangkan kau? Empat tahun ini tak ada kabar sama sekali darimu! Dan telegram yang kukirim empat tahun silam juga tak kau jawab, brengsek."

"Tak perlu berlebihan seperti itu, Dan. Aku sibuk. Sekolah di Sandhurst Akademi tak seperti sekolah di Brown, mengerti? Terkadang aku lupa jika aku menerima surat karena jadwalku padat sekali dan aku tak pernah menerima telegram sebelumnya. Maafkan aku."

"Permintaan maaf diterima." Louis menepuk bahu Dan berulang kali namun senyuman tak lagi singgah di wajahnya. "Permintaan maaf diterima apabila besok malam kau datang ke pesta Derry."

"Wow, Nordström. Kau berani mengadakan pesta? Aku tersanjung."

"Bukan aku tapi Diederik."

"Kalian tinggal di rumah yang sama!"

"Ya, ayah pergi besok artinya rumah sepi lalu mengapa tak mengadakan pesta? Ucap Derry padaku dan kupikir itu berarti reuni sebagian murid Wistletone's dan Blighty Boys. Tapi pesta besok malam sebenarnya tak diadakan di rumah."

Seketika Louis terdiam kebingungan dan ketika kedua alisnya hampir menyatu, ia bertanya, "Lalu?"

Dan melipat ujung lengan kemejanya seraya menjawab, "Derry tak mau ambil risiko mengadakan pesta di rumah karena ya, kau tahu. Jika semakin malam pesta semakin menggila mereka akan meninggalkan noda wine di atas karpet. Itu bisa jadi masalah, jadi Derry menyewa tempat di Fenham untuk berpesta besok malam." Dan yang sudah selesai melipat kedua ujung lengan kemejanya pun, beralih menampar bahu Louis pelan. "Tenang saja, pestanya tetap akan menarik. Derry tak mungkin menyewa sembarang tempat." Dan mengakhirinya dengan kedipan sebelah mata.

"Aku sedikit kecewa sekarang. Padahal, jika pestanya diadakan di rumahmu, itu akan menjadi sebuah pengalaman. Kau tak pernah mengajak Blighty Boys ke sana."

"Tapi besok Blighty Boys akan di sana dan aku juga mengundang banyak teman lama jadi ... kita akan bersenang-senang. Bahkan, Derry mengizinkan pesta dua puluh empat jam penuh. Ia juga menyiapkan wine dengan cita rasa kelas dunia kiriman dari Prancis langsung."

Setelah Dan menyelesaikan kalimatnya, Louis bangkit dari duduknya dan bersorak sekaligus menepuki bahu Dan berulang kali membuat pria itu tersenyum. "Sudah lama aku tidak berpesta! Sekarang kurasa, aku merindukan Pete dan Ian dan kerabat lama di Wistletone's School."

Dan bangkit setelahnya, menepuk bahu Louis sekali dan memakai mantelnya yang sejak tadi tergantung di punggung kursi. "Sebenarnya, aku datang ke sini hanya untuk memberitahu perihal pesta, jadi aku pulang sekarang. Lagi pula, ini sudah malam. Ajaklah Anthony jika dia bisa."

Pria itu kini perlahan meninggalkan teras Wistletone menuju ke arah mobilnya. "Pasti," jawab Louis yang membuat Dan berbalik sedetik kemudian setelah ucapan itu. "Ajak Virginia juga, bila bisa Celestine. Eh, jangan Celestine. Joseph bisa menggila." Louis terkekeh.

Ketika tangan Dan sudah menarik pintu mobil untuk dirinya sendiri, dia berkata, "Kita butuh lebih banyak gadis." Lalu ia mendorong tubuhnya ke dalam mobil membuat Louis melambaikan tangannya dan bergumam hati-hati di jalan yang dibalas anggukan singkat darinya.

Setelah Dan memutar setir mobilnya agar mobilnya menghadap gerbang kediaman Wistletone. Ia menurunkan jendelanya untuk berkata, "Dua puluh dua tahun dan masih memanggil ayahnya dengan sebutan pap? Mengesankan."

Sebelum Louis melempari Dan dengan sepatunya, pria itu sudah dulu pergi dari sana meskipun jendela mobilnya belum dinaikkan.

Bab terkait

  • Satelliciocis Satellite   ⁷ | Kembalinya Blighty Boys

    Malam hari itu bintang-bintang tampak mengadakan pertemuan mereka sendiri di atas langit—menyingkirkan uap air yang berusaha menghalangi mereka sehingga orang-orang bisa mengintip pertemuan para bintang dari bawahnya ketika kepala mereka menengadah dan tercipta pantulan bintang-bintang itu di mata mereka. Namun, lain halnya dengan Louis yang sekarang sedang di dalam kamarnya mencoba mencocokan antara setelan jas dan warna dasinya selagi berdiri di depan cermin, pria itu menyunggingkan senyuman sekilas begitu melihat setelan jasnya sudah sempurna—ditambah dengan beberapa ml gel rambut yang membuat penampilannya kelewat sempurna untuk sebuah pesta musim gugur.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Satelliciocis Satellite   ⁸ | Dia Menghadiri Pesta di Fenham

    "Audere est Facere" adalah kata pembuka pertemuan mereka."Kita harus mengadakan pertemuan Blighty Boys lagi," ucap Louis yang membuat Ian justru memasang wajah jijiknya

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Satelliciocis Satellite   ⁹ | Cinderella Tanpa Sepatu Kaca

    Kehadiran Louis mengejutkan wanita itu. Namun, sedetik kemudian ia memberikan senyuman manisnya. "Bolehkah aku duduk di sampingmu?" tanya Louis kepadanya yang dibalas dengan anggukan sehingga pria itu bisa mendudukkan bokongnya di sana. "Kau sendirian, Nona Harrel?"Emma Harrel menggeleng singkat tanpa jawaban, tapi setelahnya ia berkata, "Saya bersama teman

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Satelliciocis Satellite   ¹⁰ | Pertemuan Aliansi

    Pagi hari di The Teahouse saat itu terasa berbeda karena empat jiwa lama yang tak lagi berkeliaran di sana dikembalikan hari ini juga mengubah suasana sepi dan tentram di The Teahouse menjadi sedikit bising daripada hari-hari normal sebelum mereka tiba. Di sudut teahouse, seorang wanita dengan topi di kepalanya dan buku yang bersandar di atas kedua tangannya, merasa terganggu dengan cekikikan kecil Ian dan Pete yang terdengar lebih keras daripada milik Louis. Sedangkan Dan saat ini sedang menceritakan sebuah kisah tentangnya dan kelelawar dalam balutan lelucon karangannya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Satelliciocis Satellite   ¹¹ | Yang Menghadiri Pesta Semalam

    Keheningan tercipta pasca bencana yang Ian bagi kepada aliansi itu. Hati memang berbicara lebih banyak ketimbang bibir, dan itu bukanlah hal yang wajar terjadi di pertemuan aliansi bernama Blighty Boys. Jelas salah satu dari mereka ingin menyuarakan hati. Meski tak sepenuhnya sesuai, setidaknya ada yang bersedia memecah duka terselimuti keheningan ini."Hey,

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Satelliciocis Satellite   ¹² | Rencana Perjamuan

    Sorakan di pangkal tenggorokan itu mendorong sepasang jari Nyonya Bache untuk memelorotkan kacamatanya. Peringatan dari sepasang bola mata pun teracuhkan begitu saja sebab hal lain tengah mengisi hati demi rencana bermalam yang menyenangkan. Sudah empat tahun dan empat tahun bukanlah waktu yang singkat. Apabila rencana bermalam sungguh terlaksana nantinya, suasana nostalgia tak terhindarkan segera menyerang."Karena kita di rumah Dan, jelas dia harus menyuguhkan makanan yang enak dan kita tak harus membawa dari rumah." Anggota Blighty Boys tertawa bersamaan. Namun, Dan yang mengakhiri tawanya lebih dulu ketika manik matanya beralih menatap pintu masuk The Teahouse.Tarikan sudut bibir Dan ditampakkan. "Kalian tak perlu khawatir. Aku akan menjadi tuan rumah yang baik dan ramah. Akan kusuguhkan sesuatu yang belum pernah kalian lihat dan akan kupastikan kalian men

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Satelliciocis Satellite   ¹³ | Gara-Gara Apel

    Dua pasang roda sepeda berputar menyisir pinggiran Newcastle melewati jembatan berbatu bata beserta jalan setapaknya. Beberapa orang yang sibuk berlalu-lalang membawa beban pekerjaan mendengus ketika kedua pengendara sepeda itu cekikikan mengendarai sepeda mereka dengan brutal hampir menabrak beberapa orang di sepanjang jalan itu. Beruntung, tak satu pun pejalan tertabrak salah satu dari keduanya. Namun, mereka mendapat sorakan amarah dari beberapa pejalan yang tak membuat keduanya memperlambat laju sepedanya. Hampir saja sepeda yang dikendarai Louis Wistletone menabrak salah satu pohon di pinggir taman karena Dan Nordström dengan jahilnya menendang pelan area pedalnya. Namun, anehnya, Louis tak merasa kesal dan justru menertawakan kejadian yang hampir membuatnya terluka itu hingga mereka berhenti di depan pintu gerbang besar di sudut paling pojok kota—di mana pemukiman penduduk berjarak sekitar seratus l

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-24
  • Satelliciocis Satellite   ¹⁴ | Pustakawati Baru

    Hukuman dari Richard Wistletone mengacaukan segalanya. Bukan kesalahan sang kepala sekolah, memang. Keduanya saja yang begitu lancang melanggar aturan meski perintahnya tak asing lagi. Oleh karena itu, setelah menendang lantai dengan kesal, Dan berkata, "Sial! Semua rencana kita gagal.""Setidaknya sudah kukatakan idemu buruk."

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-24

Bab terbaru

  • Satelliciocis Satellite   Pete Kennedy

    Dua bulan semenjak pertemuannya dengan Dan Nordstrom, dia masih belum menemukan jawaban. Sebuah kotak—sama persis dengan milik Louis Wistletone ketika ia masih menjadi kepala sekolah di sana—berdiri di sudut meja yang sama. Kebenaran dan kebohongan ada di dalamnya. Apabila Pete mencoba memilih mana yang harus dikatakan lebih dulu, ia tak tahu. Keduanya harus dikatakan bersamaan. Sehingga sore ini ia memilih untuk pulang, kendati tinggal di asrama Wistletone’s School seperti beberapa hari sebelumnya.Jikalau kotak itu milik Louis yang diwariskan untuknya, maka ia memiliki benda untuk diwariskan pula nantinya; sebuah jurnal. Mungkin terdengar tak menyenangkan, tapi sama seperti kotak Louis dengan rahasia di dalamnya, ia juga memiliki beberapa di dalam jurnal itu. Yang Pete butuhkan hanyalah seseorang untuk dipercaya menjaga rahasia dalam jurnal dia.Ia baru saja menuruni beberapa anak tangga ketika kotak itu nyaris lolos dari dekapannya sebab sepasang anak laki-laki berumur 14 tahunan b

  • Satelliciocis Satellite   Blighty Boys

    The Teahouse tampak berbeda di abad kedua puluh satu. Tidak, bukan karena pelayannya telah digantikan robot semenjak Nyonya Bache pergi. Tidak juga karena interior antiknya berubah mengusung gaya Inggris modern. Mereka tetap serupa, tapi di bawah naungan atmosfer yang berbeda. Bahkan tempat ini sekarang menyajikan kopi semenjak kebudayaan mengonsumsi kopi tak lagi asing di lidah masyarakat Inggris. Tempat ini pun memiliki tambahan & Cafè setelah kata Teahouse dan mereka menghapus awalan The. Meskipun demikian, pria dengan koper persegi panjang di lantai tak pernah mengubah selera tehnya meski kopi mulai menjajaki daftar terfavorit.Pria itu kini memandang beberapa lembar kertas di dalam sebuah stopmap selagi menanti teh pesanannya tiba untuk dicicipi. Ketika ia selesai menumpuk rapi semua kertas dan memasukkannya kembali ke dalam koper, sebuah jurnal dari dalam sana mengganti posisi si stopmap. Tangan menarikan pena itu untuk menulis 28 April 2010. Tak ada perubahan. Masih aku. Masih

  • Satelliciocis Satellite   Sir Louis Cornelius Wistletone

    Ketika halaman Wistletone's School tampak senyap sebab semua orang disibukkan dengan pembelajaran, sepasang anak laki-laki justru mengendap-endap menuju sisi lain lapangan utama Wistletone's untuk sebuah aksi. Salah satu dari mereka tampak ketakutan dan hampir mengurungkan aksi yang terencana, tapi satunya lagi justru tampak bersemangat dan berkata, "Jangan khawatir, Alexis. Ini akan menyenangkan! Aku berani jamin!" Ia pun mendorong diri lebih jauh menuju objek incarannya."Tapi kita bisa terlibat masalah, Knox! Aku tak ingin dimarahi ayah lagi."Teman sebayanya pun segera melambaikan tangan di udara. "Jangan pedulikan. Ikuti saja perintahku untuk lari setelah ini, maka kau akan selamat dari kejaran bapa."Meski Alexis tampak ingin melontarkan patah kata lainnya, si anak bernama Knox sudah dulu memegangi sebuah tali yang cukup tebal.Kini, Alexis pun terpaksa menggenggam tali itu dan keduanya menghitung dengan cekikikan—atau justru hanya Knox yang tampak bersemangat. "Satu, dua, tiga!

  • Satelliciocis Satellite   Epilog

    Semalam, awan menangis hebat untuk alasan yang tak pasti. Sehingga pagi ini, dedaunan masih berkeringat dingin menanti sang surya membasuh peluh itu. Atmosfer pun mendingin meski sinar surya berhasil menembus kumpulan awan tipis yang menjulurkan leher mereka untuk mengintip kehidupan di Newcastle pada awal musim gugur, tepatnya pada tanggal sembilan september seribu sembilan ratus delapah puluh sembilan.Seorang pria yang telah mengenakan kemeja dengan balutan vest pun masih berdiri di hadapan kaca selagi gigi saling bergulat menghancurkan secuil roti di dalam mulut. Ia menarik sebuah sisir dari tempatnya untuk merapikan tatanan rambut yang sudah sempurna. Bahkan pagi ini, ia baru saja membersihkan kumis dan berewok seolah sungguh bersiap untuk sebuah pertemuan istimewa.Begitu suara ketukan pintu terdengar, ia segera meletakkan sisirnya dan meneguk habis teh dalam cangkir. Ditariklah gagang pintu itu menampakkan seorang pria dengan sebuket bunga besar yang tampak segar. Ia pun puas m

  • Satelliciocis Satellite   ¹⁰⁰ | Para Eternitarian

    Sang surya terus didorong rotasi bumi menuju cakrawala yang masih jauh di seberang sana. Sementara itu, Ruenna sendiri baru saja melambaikan tangan setelah mengucapkan terima kasih sehingga Anthony bisa melanjutkan perjalanannya menuju Grainger Town yang diramaikan beberapa pelayat pula untuk jamuan.Puluhan topik melilit percakapan antara dua orang bahkan lebih ketika Louis mendorong diri mengisi salah satu ruang di ruang tamunya. Beberapa hidangan pun tampak mulai dicicipi lidah-lidah para pelayat yang sempat menunjukkan simpati mereka kepada Louis. Pria itu hanya mengangguk, tapi tak tertarik untuk melibatkan diri pada topik yang mereka tawarkan. Sebagai gantinya, ia mencoba menemukan Sylvia yang masih bersama Virginia di perpustakaan sejak ia menuju Jesmond.Ia menyadari bahwa Judith Hope baru saja mendorong diri meninggalkan perpustakaan dengan nampan di tangan. Ketika ia mencoba mengacuhkan wanita itu, ia justru mengelus bahu Louis sekilas selagi netra mencoba memberikan kekuata

  • Satelliciocis Satellite   ⁹⁹ | Tak Ada yang Bisa Menggantikanmu

    Ketika para pelayat mulai berdatangan dan ibadah penghiburan terlalui sudah, peti Emma kembali mengisi ruang di perut ambulan menuju tempat di mana jutaan kisah tinggal. Kali ini Louis ada di sisinya tanpa Sylvia yang kemungkinan berada di bawah asuhan Virginia. Sementara seberhenti ambulan itu tepat di hadapan gerbang berkarat setinggi perut milik pemakaman Jesmond, beberapa orang sudah mendahului Louis mengisi ruang di beberapa sisi lubang galian untuk peti Emma.Pintu ambulan yang terbuka membuat Richard bertatapan dengan emosi Louis yang baru saja menetes tanpa disadari. Pria itu pun menarik napas perlahan sebelum melarikan tangan untuk menggenggam tangan putranya. ❝Whose heart plowing an ungainly perpetually, will never find an undaunted space.❞Namun, ucapan itu membuat Louis menggelengkan kepala sehingga tetesan emosi lainnya luruh sudah. "Jangan memberiku nasihat yang tak bisa dipraktikan, Pap. Aku sudah menyinggung soal kehidupan kita yang berbeda. Semua ini tak akan mudah un

  • Satelliciocis Satellite   ⁹⁸ | Kisah Ini Belanjut tapi Bagian Kita Berakhir Di sini

    Ketika rembulan belum bersedia ditelan cakrawala, tak ada satu hal pun yang mampu menyelamatkannya dari duka. Bahkan memori kebohongan semalam pun sempat terganti begitu beberapa orang melenggang masuk ke dalam kamarnya hanya untuk membawa Emma pergi dari belenggu kehidupan yang ingin ditinggalkan.Orang-orang dari rumah sakit segera mengevakuasi tubuh tak tersentuh kehidupan itu beberapa jam setelah semua sandiwara Louis terlaksana. Hal itu pula yang menyebabkan beberapa orang dari rumah sakit tak menyimpan banyak tanda tanya di kepala begitu melihat wajah Colin Marlowe.Tampaknya skenario kebohongan Louis yang terencana disetujui oleh Tuhan seolah Tuhan pun ingin menyelamatkan nasib Louis kali ini yang terikat nama keluarga dan latar belakang Sylvia—Joan Creveld. Namun, semua skenario yang telah ditulis tak sama sekali membantu Louis menerima takdir ketika kakinya menginjak lantai rumah sakit untuk menyaksikan betapa kering tubuh Emma seperti harapan si wanita. Ia merasa bersalah se

  • Satelliciocis Satellite   ⁹⁷ | Pergi Tanpa Kehormatan

    Sepasang iris Louis berdetak menyaksikan seseorang tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia pun mendorong kaki itu cepat menuju seorang wanita yang terbaring lemah di atas ubin yang sangat terawat. Begitu si wanita sudah dalam jangkauan, diangkatlah kepala itu mencoba membawanya kembali ke kehidupan. Tubuh pun sempat diguncang berkali-kali sementara jantung Louis sudah diramaikan ketakutan."Emma!" pekiknya cukup keras selagi tangan menampar pelan pipinya. Namun, wanita itu tak membuka netra. Tubuhnya pun tampak tak bergerak sama sekali. Meski itu gerakan alamiah untuk menunjukkan bekerjanya pernapasan pun, hal itu tak mampu Louis lihat. Sementara sepanjang pipi hingga dagu menampakkan jejak tangisan yang kentara sekali belum sempat dihapus.Ketika Louis mendorong telunjuk mencoba menemukan deru napas meluncur dari lubang hidungnya, hal itu tak dapat dirasakan. Digeletakkan lagi wanita itu di atas ubin, denyut nadi maupun jantung tak lagi bergejolak seolah tubuh itu sudah kehilangan segala

  • Satelliciocis Satellite   ⁹⁶ | Dia Pergi untuk Kembali, Bukan?

    Beberapa momen tercipta sangatlah serupa dengan ekspetasi. Beberapa lagi tercipta lebih baik dari garis rata-rata ekspetasi. Namun, kali ini, momen tak begitu menyenangkan kembali menghampiri akibat waktu yang selalu merespons layaknya gazelle di balik semak-semak. Mereka berlarian begitu cepat untuk mengubah jam menjadi hari. Akibat ulah si waktu yang kelewat cepat untuk sebuah hal fana, sepasang kekasih yang telah mencicipi berbagai rasa kehidupan kembali disaksikan stasiun serupa.Mungkin beberapa hal tampak sama di netra Louis. Namun, selalu ada hal berbeda yang disuguhkan untuknya setiap kali kata perpisahan mengantarkan ke area stasiun bersama setelan jasnya. Bibir masih terkatup ketika tangan itu bertengger di sisi wajah Emma sementara Sylvia ada di gendongan Alma. Gigi gerahamnya bertemu menciptakan bunyi ting yang sangatlah pelan guna menghapus keraguan."Aku tak akan pergi untuk selamanya. Jangan berikan aku kejutan, Emma. Ketika aku pulang, tak ada lagi kesengsaraan yang ka

DMCA.com Protection Status