"Kenapa King Master tak bersedia menemui Tuan?" heran Mac. "Entahlah, aku hanya merasa pertemuan kami waktu itu hanyalah sebuah kebetulan!" "Tuan, coba saja dulu. Kita tidak akan tahu hasil akhirnya jika belum mencoba!" ujar Mac menyemangati. Caka setuju aja hal itu, mereka pun pergi istirahat ke kamar masing-masing. Pagi itu Caka sengaja datang lebih pagi ke Akademi, ia sengaja mencari pagoda Avaloysvara untuk menemui King Master. Ia memang menemukan pagoda itu, awalnya agak ragu untuk memasukinya. Tapi akhirnya ia memberi hormat lalu memberanikan diri memasuki pagoda. Pagoda itu sangat sunyi, seperti tak ada kehidupan. Memang waktu itu juga sangat sunyi, ia tak melihat ada kehidupan lain selain King Master. Apakah memang tak ada yang menghuni pagoda ini? "Permisi!" ia melangkah hati-hati memasuki pagoda. Memeriksa tiap sisi, menelusuri ruang yang dulu ia pernah berbaring saat tak sadarkan diri. Semua tempat itu kosong. Entah mengada Caka merasa tak tenang. Tapi ada satu
Ternyata pil dewa memang sedahsyat itu? Dan sepertinya selama ini banyak yang mengincar? "Biarkan Caka mengikuti pertandingan, kita juga akan memiliki alasan untuk menyaksikannya. Di sana, mungkin saja ... ada si pencuri pil dewa!" usul Guru Yu. "Kau benar, Yu Long. Kita bisa mencari si pencuri pil itu di acara pertandingan. Bajingan itu telah meracuni King Master, aku pasti akan menghabisinya!" geram Huo Jin. Caka juga sependapat akan hal itu, siapa tahu memang di tempat itu ia bisa menemukan orang yang telah melukai King Master. Meski sebenarnya ia juga mencurigai penghuni Akademi. Penghuni Akademi, tapi ia sama sekali tak memiliki bukti. Ia juga tidak bisa menebak siapa! Orang itu bisa melukai king master artinya ilmunya sangat tinggi, jika pun ia bisa menemukannya sudah pasti ia tidak akan bisa mengalahkan orang itu. "Baiklah, Caka. Kau boleh kembali ke asrama. Karena insiden ini maka hari ini kegiatan di Akademi akan diliburkan. Tapi semua Murdi tidak ada yang bole
"Tuan Muda Kaley juga ikut?" seru keduanya. Caka menyunggingkan senyum tipis, " Dia pasti mendaftar demi bisa menghabisiku di arena, tapi aku tidak akan menyerahkan nyawaku pada sippa pun!" Caka memejamkan mata, bayangan masa lalu mulai menghantam ingatannya kembali. Di mana ketika penyergapan terjadi. Pertarungan sengit. Pertumpahan darah. Semua itu masih terekam dalam ingatan, dan mana mungkin ia bisa lupa? Caka membuka matanya seketika, bangkit duduk sambil mengepalkan tinju. "Aku harus memenangkan pertandingan ini, baru aku bisa kembali ke Nollyvia!" "Memenangkan pertandingan ini? Rasanya mustahil!" ujar Zan. "Para master bela diri itu ... Mereka sangat kuat." "Kalian istirahat saja, siapa tahu nanti pingin ikut pergi, meski hanya menonton!" celetuk Caka. Keduanya langsung berbaring. Mengistirahatkan tubuh. Ketika malam tiba, Caka berangkat ke lokasi pertandingan bersama Mac. "Maaf, Tuan. Peserta apa penonton?" tanya penjaga di pintu masuk. "Aku datan
"Belum tentu!" sahut salah satu juri, "Orang yang tampak biasa saja terkadang adalah seseorang yang hebat. Jangan pernah melihat sesuatu dari luarnya saja!" "Namanya Cakara Lakeswara bukan bukan? Aku dengar dia adalah murid baru di Akademi Gracille, bahkan dia tak bisa berkultivasi. Lalu, dilihat dari mana jika dia itu hebat?" "Dia memiliki aura yang kuat! Matanya memancarkan aura membunuh yang sangat dahsyat." "Heah, kau bercanda!" Para juri justru saling berdebat, dari lima juri yang ada hanya satu yang menilai jika Caka itu tidak lemah. Sementara Caka dan Arlein masih bersiaga. Arlein masih bersikap sangat tenang karena ia yakin akan menang. Karena Arlein memintanya menyerang lebih dulu, maka Caka pun menyerangnya lebih dulu. Arlein menghindari pukulan Caka dengan memiringkan tubuhnya sedikit. Pukulan kedua Caka juga ia hindari dengan cara yang sama. Tangan Arlein bergerak cepat menyentak dada Caka hingga tubuhnya terpental mundur beberapa langkah. Caka melirik dada
Arlein kembali menatap Caka dengan nyalang. Memegangi dada sejenak, ia membeli mengepalkan tinju. Menghentakan kaki lalu melayang ke udara bagai roket menuju ke tubuh Caka. Caka melebarkan mata lalu melakukan loncatan salto ke belakang beberapa kali. Tubuh Arlein masih meluncur ke arahnya dengan posisi kedua tangan menyatu di atas kepala. Ia bagai anak panah yang saat ini sedang mengincar targetnya. Dengan kekuatan yang dimiliki, Caka menyatukan kedua tangan di depan dada. Menghalau serangan dari Arlein yang keras itu. Energi yang terpancar dari keduanya pun terasa sangat besar. Para penonton dan juri menahan nafas. Ini seperti bukan pertandingan tapi perkelahian sungguhan. Apakah keduanya memiliki dendam? Dengan kekuatan dorongan yang dimiliki oleh Arlein, tangan Caka mundur ke tubuhnya namun ia segera ke posisi semula. Lalu dengan sekuat tenaga menghentakan kaki sambil mendorong kedua telapak tangannya yang menyatu. .Seketika sebuah kekuatan dahsyat muncul hingga tubuh
Caka mencoba menenangkan diri, lawannya kali ini tampak sangat kuat. Bisa ia lihat dari aura yang terpancar. Caka bahkan tak yakin bisa menang, tapi ia akan tetap berusaha. Ini adalah kesempatan besar untuknya menjalin relasi. Mungkin saat ini tidak ada yang tahu latar belakangnya, jurru itu bagus. Karena ia tidak ingin semua orang menghormatinya hanya karena ia memiliki nama madaharsa. Ia ingin semua orang mengakuinya karena ia adalah Cakara. Cakara Lakeswara. Raymond tahu ia tak mungkin membawa kembali namanya yang pernah melegenda untuk menguasai dunia. Raymond Harrits sudah mati. Ia hanya ingin membersihkan nama itu, karena ia bukan pengkhianat! Ia ingin istri dan anaknya bisa tenang di alamnya. Oleh karena itu, ia harus bisa membuat Cakara berkuasa atas kemampuannya sendiri. Ia harus bisa menghadapi lawannya ini, dengan semangat yang terbakar saat mengingat kembali kejadian 7 tahun silam. Ia harus berjuang, ini bukan hanya soal pujian. Tapi ia memang harus mampu m
Bam! Huo Lui menerjang ke arena. Menatap Caka dengan amarah. Caka tidak mengerti kenapa salah satu gurunya di Akademi bisa semarha itu? "Dasar pengecut! Pengkhianat!" umpatnya menunjuk Caka dan langsung menyerangnya. Caka tak sempat menghindar, serangan Huo Lui mengenai dadanya hingga ia terpental dan ambruk ke lantai. Caka memegangi dadanya yang terasa sakit. Ia pun bangkit berdiri. "Guru, kenapa Guru menyerangku?" tanyanya heran. "Jangan pura-pura, apa tujuanmu menjadi murid di Akademi?" Caka mengerutkan kening. "Apa maksud ucapan Guru? Aku mendaftar menjadi murid karena ingin memperdalami ilmu bela diri!" "Omong kosong! Kau yang mencuri pil dewa, kau yang meracuni King Master!" tuding Huo Lui. Kedua bola mata Caka pun membesar, kenapa guru Huo bisa menuduhnya seperti itu. Bam! Sekarang Yu Long yang menerjang ke arena. Tepat di depan Caka. "Aku sangat kecewa padamu, Caka. Padahal aku begitu mempercayaimu!" ujar Guru Yu. "Guru, aku tidak melakukan semu
"Tuan Muda!" desis Mac yang masih menatap tak percaya. Ada rasa bahagia yang terselip di dalam dadanya, jika tuan mudanya sudah sekuat itu ... maka tidak akan ada lagi yang meragukannya untuk menjadi pemimpin di Nollyvia. Dan tentu saja ... tuan muda pasti bisa membalas kematian Tuan Besar Madaharsa, bahkan membalas konspirasi yang menimpa Jenderal Raymond Harrits 7 tahun yang lalu. Sekali lagi Caka mengibaskan tangan yang satunya, beberapa orang yang berlari hendak menyerangnya pun terpental. Tubuh mereka bergulingan di tanah, beberapa orang yang baru keluar dari pintu pun tercengang. Caka tak peduli dengan ekspresi mereka, ia berlari bak kilat, nyaris tak terlihat. Menghajar mereka hingga beterbangan, terpental ke sana ke mari. Sementara Mac hanya terbengong. Setelah semua orang yang menyerangnya terkapar, ia pun merangsek ke dalam. Di dalam ruangan itu Arjun dan teman-temannya tengah bertarung dengan para ahli bela diri. Caka bisa melihat tubuh Arjun yang terpenta