Jovan menggelengkan kepalanya tak percaya dengan pilihan Jono.
Diantara empat gadis itu, Laila adalah yang terburuk."Kenapa ayah? Ayah tidak menyukainya? Kalau ayah tidak suka, lupakan saja soal pernikahan.""Tunggu, ayah cuma penasaran kenapa kamu memilihnya. Dia adalah gadis yang paling kampungan dan juga sangat miskin, ayah tidak menyangka."Jono pun tak mengerti. Bahkan rumor yang ia dengar dari Hanah cukup menjijikkan. Lalu kenapa dia justru memilih Laila? Bagaimana kalau Laila lebih buruk dari Winda?"Ayah, ini adalah kesepakatan. Ayah cuma ingin aku menikah dan melahirkan seorang anak, apa itu tidak cukup?""Seharusnya kau menikahi wanita yang kau cintai, itu yang ayah harapkan.""Kalau begitu, lupakan saja pernikahan. Selesai."Jovan mendesah. Ia sangat takut kalau Jono sampai tidak menikah dan ia tidak punya harapan memiliki cucu. Bagus juga kalaupun Jono tidak mencintai gadis itu, tapi tetap bisa punya ket"Jonathan... rasanya tidak asing dengan nama ini, tapi siapa ya?" gumamnya."Kenapa? Kau mengenalnya?" tanya Bi Muna kemudian."Ah enggak, Bi. Ada banyak nama Jonathan, tapi aku yakin bukan teman kuliahku."Bi Muna hanya mengangguk. Setidaknya ia senang Laila terlihat setuju dan tidak lagi menolak mentah-mentah.Sementara itu Laila teringat dengan cerita beberapa temannya soal seorang pelanggan yang bernama Jonathan. Pria itu jelas mencarinya karena meminta pelayanan darinya secara khusus.Tentu saja pria itu tidak bisa memesan pelayanan khusus darinya karena ia bukan gadis teraphis yang melayani sembarangan pelanggan.Dia hanya melayani keluarga pemilik panti tersebut tanpa pekerjaan tambahan seperti gadis yang lain."Mungkinkah Jonathan itu?" lirihnya bertanya-tanya. "Ah semoga saja bukan. Sebab, pasti bukan pria yang baik jika dia suka dilayani gadis panti pijat di Fantasia."###Di kampus, Hanah sud
Kedua pria itu tentu saja sangat gugup dengan pertanyaan Laila."Nona, kami hanya menyampaikan perintah, kami tidak mengerti apa yang terjadi. Tuan Jonathan hanya memerintahkan untuk menyampaikan kepada Anda, dan mendapatkan tanda tangan, itu saja."Laila terdiam. Sudah sejauh ini, ini adalah kesalahannya sendiri yang terlalu terobsesi dengan uang. Bukankah begitu?"Jadi pernikahan ini adalah kepalsuan, Bi Muna. Seperti yang bibi Muna lihat sendiri, pernikahan ini hanya selembar kertas yang harus aku terima tanpa hak untukku, bukankah begitu, Bibi?" katanya pada wanita yang menunduk membuat wanita itu semakin merasa bersalah. "Jangan kuatir, Bibi, aku bisa melakukan apapun, aku hanya menikah dan berteman dengan seorang lelaki, selama uang itu bisa menyelamatkan nyawa seseorang, ini bukan apa-apa bagiku."Laila mengambil pena dan menandatangani surat di tangannya, meskipun hatinya sangat perih ia akan menerima saja selama mendapatkan uang!
Iris mata Jono melebar, melihat pemandangan indah di matanya. Ia juga menikmati momen bagaimana Laila sangat terkejut. 'Seharusnya ini lebih baik daripada bekerja di panti pijat, kau hanya memijat tubuhku saja, aku membayarmu cukup mahal,' batin Jono menatap kesal gadis yang pernah menolongnya itu.Ia kecewa, ia berpikir Laila gadis baik-baik, tapi bukankah dia tidak jauh berbeda dengan Winda?'Ah ya, rahasia hidupku ada di tanganmu, sepertinya kita impas,' kata hati Jono bermonolog."Pak Jono ... ehem ... Pak Jonathan...""Panggil aku Jonathan, kau terkesan seperti anakku? Itu keterlaluan."Laila menggigit bibirnya.Pria ini hadir tiba-tiba di dalam hidupnya, dengan nama berbeda dan sikap yang berbeda.Dia dulu adalah lelaki buta yang dikhianati istrinya. Dulu adalah tuannya yang selalu butuh uluran tangannya, tapi sekarang..."Sa-saya... tidak menyangka...""Berikan jemarimu, kamu sudah tida
"Apa yang kau lakukan? Kau melecehkan aku?"Leo masih terengah, iapun untuk pertama kalinya mencium seorang gadis."A-Aku... membalasmu," katanya.Hanah semakin menjadi, membalas katanya? Apa maksud bajingan ini?!"Membalas? Apa yang kulakukan?!""Kau selalu menghinaku, tapi aku tidak bisa membencimu, itu adalah balasan karena kau selalu menghinaku," jujur Leo. "Anggap saja aku telah mendapatkan apa yang kuinginkan darimu, meskipun aku tidak mendapatkan cintamu," lirih Leo kemudian, meskipun sebenarnya ia merasa ketakutan dan sedikit menyesal.Hanah mengusap kuat bibirnya karena bekas ciuman Leo tadi. "Ayo pulang! Kau membuatku semakin gila!""Baiklah."Leo mengemudi tapi ternyata Hanah masih protes."Aku mau ke desa, bukan ke rumah ayah angkatku!" bentaknya kemudian."Malam-malam begini?" Leo semakin kaget.###Siapa yang tahu kamar pengantin itu begitu sunyi dan dingin.
Semakin bingung Laila melihat ke arah nakas. Ia melihat peralatan terapi ada di sana.Ia mulai memutar otak atas maksud suaminya ini.'Apakah maksudnya pelayanan itu adalah sebuah pijatan?' batinnya sungguh tak mengerti."Laila, kenapa lama sekali? Aku sangat capek hari ini sehingga butuh relaksasi. Jangan lupa minyak aroma terapinya, sepertinya lebih menyegarkan."Gila! Ini benar-benar gila! Dia pikir mereka akan melewati malam pertama seperti kebanyakan orang. Yah, seharusnya dia sadar bahwa pernikahan mereka adalah kepalsuan. Jadi sepertinya dia hanya akan menjadi terapis di rumah ini?"Ah, iya, Pak. Aku akan mengambilnya."Laila gegas mengambil peralatan pijat yang sudah Jono siapkan.Laila duduk di tepi tempat tidur sambil tersenyum geli pada dirinya sendiri. Sangat lucu, ia terlalu banyak berpikir.Iapun mengoleskan minyak pada punggung suaminya perlahan, menyentuh kulit berotot Jono yang bidang. Perlahan
Jono dan Deo melaju menuju rumah sakit lansia yang dikabarkan ada Indriana di sana.Mereka berjalan menyusuri koridor dengan tenang.Ada beberapa pasien jompo yang duduk di taman yang teduh. Dan beberapa melakukan gerakan senam lansia di sudut yang lain di tempat yang bercahaya penuh.Tak lama kemudian salah seorang perawat mendekati Jono dan juga Deo."Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya perawat itu."Uhmm, tidak. Saya kemari hanya ingin melihat keadaan klinik ini. Kemungkinan saya membutuhkan tempat ini untuk seseorang.""Ah, apakah orang tua Anda?""Ehmm, mungkin."Perawat itu tersenyum dan berkata, "Sayang sekali, orang tua Anda pasti kesepian..."Jono melihat ke sekeliling, tempat ini cukup ramai, tapi kenapa dikatakan kesepian?"Apa maksudmu?""Eh, enggak, Pak. Kebanyakan mereka yang datang adalah orang tua yang tidak bisa mendapatkan kasih sayang anaknya, mereka terpaksa berada di
Bola mata Jono memerah menahan perasaan yang menyala.Ia tak mengerti mengapa ia begitu marah melihat kemesraan keduanya.Penderitaan ayahnya! Ya, hanya itu yang ia pikirkan.Gerahamnya mengeras, menatap kertas dengan nominal besar itu dan ingin meremasnya. Ia langsung menoleh pada asistennya yang juga sangat tegang. Meminta penjelasan!"Oh ya, siapa tamu kita ini, sayang?" seketika ucapan itu memukul kegalauan Jono."Ehem...""Mereka adalah donatur kita suamiku, mereka orang baik yang merasa prihatin dengan kondisi taman para lansia.""Ooh, sungguh menyenangkan bertemu dengan orang baik seperti kalian, orang yang penuh perhatian kepada orang yang membutuhkan. Maklum saja... mereka tidak semuanya berasal dari keluarga berada," kata lelaki itu dan menyalami mereka berdua.Oh tidak, Jono sudah tak tahan lagi dengan sentimentil di hatinya.Iapun mempercepat perkenalan dan mohon diri untuk pergi.Di mob
Laila sungguh tak mengerti, pria di hadapannya ini mengapa menjadi sekejam ini.Bisa ia rasakan betapa bencinya pria ini terhadapnya.'Tapi apa salahku? Aku sudah menuruti semua keinginannya, dan inikah yang kudapatkan?' batinnya dan netranya terus menatap Jono yang tertawa mengejek kepadanya.Dilihatnya makanan di lantai dengan kondisi kotak yang hancur. Maka iapun duduk untuk mengambil makanan itu.Ia bersyukur tidak sepotong pun yang menyentuh lantai, meskipun secara harfiah ini cukup melecehkan dirinya.'Mengapa dia mengujiku? Apa tujuannya?' batinnya terus bertanya-tanya."Wanita selalu bersikap rendahan, aku hanya mengajarimu bahwa perempuan harus berada di kaki lelaki, kalian lebih baik seperti itu dan tidak melanggar batas!" tegas Jono."Lain kali aku tidak akan memaafkan kamu berbicara dengan lelaki manapun saat aku berada di rumah ini, mengerti?"Lelaki itu melangkah melewati Laila, ia membuka kemejany