Share

Dua Puluh Enam

Penulis: Dewanu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-02 18:00:03

Jono dan Deo melaju menuju rumah sakit lansia yang dikabarkan ada Indriana di sana.

Mereka berjalan menyusuri koridor dengan tenang.

Ada beberapa pasien jompo yang duduk di taman yang teduh. Dan beberapa melakukan gerakan senam lansia di sudut yang lain di tempat yang bercahaya penuh.

Tak lama kemudian salah seorang perawat mendekati Jono dan juga Deo.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya perawat itu.

"Uhmm, tidak. Saya kemari hanya ingin melihat keadaan klinik ini. Kemungkinan saya membutuhkan tempat ini untuk seseorang."

"Ah, apakah orang tua Anda?"

"Ehmm, mungkin."

Perawat itu tersenyum dan berkata, "Sayang sekali, orang tua Anda pasti kesepian..."

Jono melihat ke sekeliling, tempat ini cukup ramai, tapi kenapa dikatakan kesepian?

"Apa maksudmu?"

"Eh, enggak, Pak. Kebanyakan mereka yang datang adalah orang tua yang tidak bisa mendapatkan kasih sayang anaknya, mereka terpaksa berada di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Pewaris Buta    Dua puluh tujuh

    Bola mata Jono memerah menahan perasaan yang menyala.Ia tak mengerti mengapa ia begitu marah melihat kemesraan keduanya.Penderitaan ayahnya! Ya, hanya itu yang ia pikirkan.Gerahamnya mengeras, menatap kertas dengan nominal besar itu dan ingin meremasnya. Ia langsung menoleh pada asistennya yang juga sangat tegang. Meminta penjelasan!"Oh ya, siapa tamu kita ini, sayang?" seketika ucapan itu memukul kegalauan Jono."Ehem...""Mereka adalah donatur kita suamiku, mereka orang baik yang merasa prihatin dengan kondisi taman para lansia.""Ooh, sungguh menyenangkan bertemu dengan orang baik seperti kalian, orang yang penuh perhatian kepada orang yang membutuhkan. Maklum saja... mereka tidak semuanya berasal dari keluarga berada," kata lelaki itu dan menyalami mereka berdua.Oh tidak, Jono sudah tak tahan lagi dengan sentimentil di hatinya.Iapun mempercepat perkenalan dan mohon diri untuk pergi.Di mob

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Sang Pewaris Buta    Dua puluh delapan

    Laila sungguh tak mengerti, pria di hadapannya ini mengapa menjadi sekejam ini.Bisa ia rasakan betapa bencinya pria ini terhadapnya.'Tapi apa salahku? Aku sudah menuruti semua keinginannya, dan inikah yang kudapatkan?' batinnya dan netranya terus menatap Jono yang tertawa mengejek kepadanya.Dilihatnya makanan di lantai dengan kondisi kotak yang hancur. Maka iapun duduk untuk mengambil makanan itu.Ia bersyukur tidak sepotong pun yang menyentuh lantai, meskipun secara harfiah ini cukup melecehkan dirinya.'Mengapa dia mengujiku? Apa tujuannya?' batinnya terus bertanya-tanya."Wanita selalu bersikap rendahan, aku hanya mengajarimu bahwa perempuan harus berada di kaki lelaki, kalian lebih baik seperti itu dan tidak melanggar batas!" tegas Jono."Lain kali aku tidak akan memaafkan kamu berbicara dengan lelaki manapun saat aku berada di rumah ini, mengerti?"Lelaki itu melangkah melewati Laila, ia membuka kemejany

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • Sang Pewaris Buta    Dua puluh sembilan

    "Kenapa? Kenapa kau harus cemburu?" kini Jono yang juga ikut menghadap ke arah Laila dengan senyuman sinis. "Apa kau juga mulai ketularan jatuh cinta padaku? Heh?" "Apa kau sehebat itu? Yang kutahu kau ... " '... dicampakkan Winda istrimu...' batinnya berkata, tapi tidak bisa keluar dari kerongkongan."Kau kenapa?""Kau hanya punya kekayaan, tapi tidak punya hati."Jono membalik dan menghempaskan punggungnya ke belakang sambil tertawa, "Wanita selalu saja memperdulikan uang yang dimiliki laki-laki, aku tidak akan tertipu lagi. Seperti kamu juga, pernikahan ini terjadi karena kau membutuhkan uang.""Bagaimana kalau ternyata aku tidak seperti itu? Kau menuduh semua wanita sama dengan mantan istrimu, dasar psikopat!""Bagus. Aku salut kalau kau memang tidak seperti itu. Hanya saja jangan pernah jatuh cinta pada lelaki sepertiku, karena aku juga tidak akan pernah menyukaimu."Setelah mengatakannya, Jono membelakangi Laila,

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • Sang Pewaris Buta    Tiga puluh

    "Jangan salah faham, meskipun pribadi, hal ini berkaitan dengan orang lain, bukan hanya denganmu."Indriana semakin penasaran, ia segera duduk dan menatap Jono, ingin tahu apa yang hendak ia katakan."Aku ingin tahu soal tiga puluh tahun yang lalu, bukankah kau dulu pernah menikah dengan seseorang?"Indriana terlihat gugup, ia terdiam beberapa saat lalu tersenyum."Tiga puluh tahun yang lalu? Hmm, kau pasti baru dilahirkan, ada apa sebenarnya? Apa yang kau inginkan?""Apakah pada waktu itu kau sudah menikah? Atau kau melupakan kisah pernikahan itu?"Wanita itu terlihat menghela nafas, "Apa yang sudah berlalu tidak akan kembali, apalagi kalau itu adalah kisah menyakitkan yang harus dilupakan sepenuhnya.""Apakah begitu mudah melupakan sesuatu yang menyakitkan? Kalau bagiku, aku akan membalas dendam untuk melupakannya dengan baik."Indriana tersenyum masam, ia merasa tak nyaman karena Jono bersikap menggurui.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • Sang Pewaris Buta    Tiga puluh satu

    Laila bergegas menghubungi dokter.Selagi menunggu, iapun . memasukkan seluruh makanan dengan aroma petai ke dalam kantong plastik.Kepanikan terlihat di wajahnya. Tadinya ia mau mengerjai Jono untuk membalas dendam, akan tetapi ternyata Jovan malah seperti mau pingsan."Oh tidak, kenapa hasilnya seperti ini? Ini sangat diluar perkiraanku," gumamnya.Setelah selesai membersihkan makanan dan menyemprotkan pewangi ruangan maka iapun melihat kondisi kedua pria yang mabuk karena aroma petai buatannya. Benar saja, ayah mertuanya terpaksa mendapatkan bantuan pernafasan dan Jono harus terbaring karena kelelahan.Laila diam membeku karena merasa sangat bersalah."Laila, kemarilah," panggilan Jono membuyarkan lamunannya."Ehmm, iya," jawabnya pelan dan mendekat."Apa yang terjadi, kenapa kamu meracuni kami? Kamu meracuni suami dan ayah mertuamu, apa kau sudah gila?"Laila menunduk pasrah, rasa sesal jelas t

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • Sang Pewaris Buta    Tiga puluh dua

    Jono berkedip, melihat wanita ini serasa mengingatkan pada Winda dahulu.Ya, dia adalah art yang bekerja untuk Winda dan merawatnya saat buta.Awalnya dia berpikir Laila adalah gadis istimewa dan baik, tapi ternyata dia adalah wanita yang juga memikirkan uang dan uang semata.Bekerja di Fantasia, memiliki banyak kekasih dan juga membuatnya hampir mati.Apa tidak tau berapa uang yang ia keluarkan demi membuat ibu angkatnya sembuh? Nenek tua itu bisa diselamatkan adalah karena uang darinya, dan sekarang dia ingin bebas?"Jonathan, kenapa kau tidak menjawabku? Apakah kau ingin aku bekerja atau berada di rumah?"Pria itu masih diam dan berpikir, andai ia membuat wanita ini manja, mengandalkan uang darinya, maka bisa saja nanti hidupnya makin sengsara jika berpisah darinya. Akan tetapi jika Laila tetap bekerja..."Kau bisa bekerja, selama kau bisa mengatur waktu.""Hmm, baiklah, aku menghargai prinsip ini," celetuk Laila. "Kalau begitu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Sang Pewaris Buta    Tiga puluh tiga

    Jono sungguh tak mengerti, bagaimana ayahnya berada dalam keyakinan seperti ini.Ia merasa sakit melihatnya, bahwa ayahnya yang sangat setia ini ternyata dilupakan ibunya sendiri."Apa kau yakin mau menemui ibu?" tanya Jono akhirnya menyerah."Jonathan, aku sudah menunggunya selama puluhan tahun, tentu saja kau harus mempertemukan ayahmu dengan ibumu. Aku harus meminta maaf kepadanya karena tidak punya kemampuan untuk memperjuangkan keluarga kita."Jono benar-benar harus terdiam atas penuturan ayahnya. Ia sangat prihatin, tapi tidak bisa berterus terang untuk sementara ini.$$$Di perusahaan akhirnya Winda benar-benar datang dengan penampilan yang sangat berbeda.Wanita itu sudah seperti wanita karir sungguhan, ia berpakaian rapi dan berdandan ala modern.Jono sudah tidak asing lagi dengan penampilan itu, bahkan sekarang penampilan Winda jauh lebih seksi.Dari dinding kaca kantornya, Jono bisa melihat dengan jelas wanita itu bersikap sangat perfeksionis. Akan tetapi jauh di hati Jono

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Sang Pewaris Buta    Tiga puluh empat

    "Istri?" lirih wanita itu dan seketika wajahnya menjadi pucat mendengar pengakuan Jono bahwa Laila adalah istrinya.Ia menatap Jono penuh terkesima, seolah tidak mungkin Laila yang bekerja di tempat tersebut bersuami pria kaya ini."Kenapa kau tidak memanggilnya cepat?""Eh iya...ehmm... tunggu sebentar, saya harus bertanya pada atasanku," gugupnya seketika.Jono menunggu dengan tenang di sebuah ruang tamu.Ia sungguh penasaran apa yang dikerjakan wanita itu.Tak lama kemudian Laila muncul di sana. Ditatapnya pria yang duduk tenang di kursinya dengan menatap layar ponsel di tangannya."Maaf, kau sudah lama menunggu?" tanya Laila dan duduk di dekat Jono."Benar, aku bosan dan hampir saja mau pulang.""Oh, maafkan aku."Jono melihat penampilan Laila dengan seksama, ada rasa penasaran pada wanita yang sekarang berstatus istri ini."Apa kau juga melayani ekstra lelaki yang datang ke tempat ini?""Hmm? Maksudmu?""Kau pura-pura tidak tahu, padahal kau juga sama saja.""Pelayan ekstra? Pela

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08

Bab terbaru

  • Sang Pewaris Buta    TAMAT

    "Jonathan, bangunlah nak, sebaiknya kalian tidur di kamar kalian dan bukan di sini," bisik ibunya pelan sementara Jonathan masih belum penuh kesadarannya. "Ibu? Oh, tidak, aku ketiduran tadi." "Mana Mirna pengasuh kalian? Kenapa tidak ada di sini untuk menjaga mereka?" "Anu Bu, Ayah Mirna sakit keras sehingga ia harus ke rumah sakit." "Oh, begitu rupanya. Kalau begitu, bangunkan istrimu dan aku yang akan menjaga anak-anak malam ini." Jonathan sedikit malu, tapi tentu saja itu yang diharapkan. "Baik, Bu, aku akan membangunkan Meena terlebih dahulu." "Baik, bangunkan dia dan aku akan menyiapkan botol susu untuk anak-anak." Setelah ibunya pergi, Jonathan mendekati Meena yang terlelap sementara Juan masih menyusu di tubuhnya. Perlahan iapun mengusap puncak kepala Meena dengan lembut lalu menyentuh pipinya. "Sayang, kamu mau bangun apa enggak?" panggil Jonathan dengan terus membelai pipinya. "Hah? Eh, Jonathan?" "Iya, ini aku, suamimu." "Ya Tuhan, aku lupa. Aku hampir terkejut

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Empat Puluh

    Winda berjalan mendekati dengan jantung berdetak hebat. Rasa malu bercampur marah seorang membayang di wajahnya. Akan tetapi ini adalah akhir dari perjalanan yang harus ia lakukan. Setelah semua ini, ia akan pergi menjauh dari pria pujaannya ini. Meena melihat wajah Winda yang tertunduk dalam membuatnya kasihan. "Winda..." "Selamat atas pernikahan kalian, Meena. Semoga kalian bahagia." Jonathan hanya diam melihatnya sementara Hanah melihatnya dengan wajah kesal. "Kamu tau sekarang, seorang lelaki itu tidak akan memaafkan perempuan yang berselingkuh, apa kamu mengerti sekarang?" Hanah berbicara blak-blakan, membuat Winda semakin sedih. "Maafkan aku atas semuanya. Aku sungguh minta maaf," wajah Winda kemerahan menahan air mata. Jonathan berharap penyesalan itu memang benar-benar ada pada wanita ini.Setelah mengatakannya Winda kemudian membalikkan tubuhnya untuk pergi dari sana.Meena sedikit merasa bersalah atas kejadian itu. Iapun tak mengira akan seperti ini akhirnya."Aku mer

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Indriana menerimanya, akan tetapi telapak tangannya sudah penuh keringat dingin. Ia merasa inilah yang ia butuhkan selama ini. Sebuah bukti nyata yang bisa mengembalikan ingatannya pada masa itu. Jonathan membiarkan Indriana dalam pikirannya sendiri. Ia terus mencoba banyak hal untuk membantu Indriana pulih. Wanita itu terus membuka album dan melihat apa yang ada di sana. Entah mengapa dadanya bergemuruh hebat saat melihat wajahnya berada di setiap lembar foto di sana. "Aku tak menyangka memiliki kenangan yang begitu indah seperti ini." Indriana melihat sendiri betapa indah senyum yang ia miliki dahulu. Senyum seorang wanita yang penuh kebahagiaan. Pada foto pernikahan itu iapun bisa menyaksikan tatapan matanya yang mencintai Jovan. "Ini adalah pernikahan kita?" tanya Indriana takjub. Jovan hampir menitikkan air matanya karena sangat sedih saat ini. Semua kebahagiaan yang pernah mereka miliki bersama menghilang begitu cepat. Karena tiga bulan setelah itu Indriana meng

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Delapan

    Meena terpaksa mencobanya karena permintaan Indriana dan cincin itu sangat pas di jarinya. "Itu sangat pas sama kamu, Meena." Meena mengedikkan bahunya, ia masih tak mengerti. "Kalau begitu, aku akan menikahimu saja, apakah kamu bersedia?" Meena melotot tajam, jadi benar Jonathan sedang bermain-main? "Jonathan, apa maksudmu?" "Ayah, ibu... sebenarnya wanita itu adalah Meena. Wanita yang kusukai adalah Meena, dan sekarang aku ingin mendengar jawaban dari Meena." Indriana lebih terkejut lagi, ia tak menyangka Meena adalah gadis yang dimaksud Jonathan. "Kamu Serius?" "Tentu saja aku serius, Bu. Aku tau Meena adalah yang terbaik untukku dan juga untuk Juan. Apakah menurut ibu tidak seperti itu?" Indriana menatap Meena tak bisa menahan untuk tersenyum. Tentu saja itulah yang ia harapkan selama ini. "Aku sudah pernah menjodohkan kalian dahulu, tapi kalian tidak menuruti keinginan ibu, hah?" Ya, Jonathan juga ingat waktu itu dirinya menolak mentah-mentah tawaran ibuny

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tujuh

    Jovan mendengarkan dengan serius, dia tidak mengerti siapa wanita itu kali ini. "Kalau begitu, perkenalkan dia pada ayahmu ini, ayah senang mendengarnya, Juan membutuhkan seorang ibu, seharusnya kalian cepat menikah saja." Jonathan tersenyum, tidak sulit mendapatkan persetujuan semacam ini bukan? "Lalu bagaimana dengan ibu? Apakah ibu setuju kalau aku cepat menikah?" Indriana terdiam, ia tidak terlihat antusias. "Aku tidak yakin wanita seperti apa lagi yang kau pilih sebagai pendamping hidupmu. Tapi aku sudah kehabisan kata-kata untuk membuatmu sadar." Jawaban ibunya membuat Jonathan tidak puas samasekali. "Ibu tidak setuju aku menikah lagi?" "Bukan begitu, Jonathan. Ibu hanya ingin mengenal wanita seperti apakah dia itu. Ibu tentu saja merasa kuatir dengan kisahmu dalam menjalani rumah tangga. Ibu takut kamu terluka lagi." "Ibu, aku tidak seperti ayahku,.dia hanya setia dengan satu wanita saja, bukankah begitu, Ayah?" Jovan dan Indriana tertawa kecil dan sedikit t

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Enam

    Tentu saja itu sangat penting, apakah kamu tidak berniat memberi tau? batin Meena, ia tetap diam tidak mengatakan apapun. "Terserah, kalau menurutmu penting, suatu saat kau pasti akan memberi tau padaku. Tapi sebenarnya... ini cukup berlebihan, aku bahkan tidak berharap kau bertindak sejauh ini. Bagiku, sudah cukup jika kamu mencintaiku." "Kenapa aku merasa wanita tidak seperti itu, Meena? Winda dulu juga begitu, tapi ternyata..." "Lihatlah, kamu masih juga membawa-bawa masa lalu. Aku berharap menjadi wanita yang cukup pintar sehingga tidak terlalu menunggu dan menuntut pemberian seorang laki-laki. Akan tetapi sebenarnya banyak juga kejadian wanita jadi besar kepala kalau sudah menghasilkan uang sendiri. Apakah kamu tidak takut aku menjadi seperti itu?" Jonathan hanya tersenyum tipis dan melangkah pergi, "Lakukan dan tunjukkan sifat aslimu secepat mungkin, Meena. Mungkin suatu hari nanti aku akan mengerti dan memutuskan apakah aku bisa bertahan atau tidak, seperti yang sudah lewat

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Lima

    Ruangan itu sungguh diluar ekspektasinya. Bisa dibilang ruangan yang ditata begitu estetik dengan berbagai macam peralatan mewah. Ada satu meja besar dengan berbagai macam peralatan dan juga manekin dalam berbagai pose. Ada dua buah perangkat laptop dan juga monitor dinding yang besar. Meena bahkan tidak tau kapan ruangan ini di desain dan diubah menjadi seperti ini. "Apakah ini sungguh ruangan milikku?" Meena berbicara sendiri. "Tentu saja, ini adalah hadiah dariku. Kamu suka?" "Tapi... kenapa kau memberikan hadiah semahal ini? Aku...." "Apa yang harus ku berikan untuk wanita yang begitu spesial di hatiku? Aku juga tidak tau apakah ini cukup spesial. Selain itu... kau mungkin sangat kesal kepadaku akhir-akhir ini." "Jadi maksudmu?' "Kamu tidak akan melihatku dari sini, kau bisa fokus bekerja. Haruskah aku membuat area bermain untuk anak kita?" Meena tentu saja sangat terperangah, "Jangan keterlaluan, apa yang akan mereka katakan nantinya?" "Jangan perdulikan merek

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Empat

    Meena menghempaskan dirinya di pembaringan. Ia teringat dengan bagaimana Jonathan bersikeras untuk menikahinya. Egonya setinggi ini untuk menolak tawaran yang dulu begitu ia inginkan. "Aku merasa sangat marah, aku juga bingung harus bagaimana," lirihnya mematut dirinya di cermin. Wajahnya... ia teringat dengan Laila yang begitu dicintai Jonathan. Ia sedikit terganggu karena bisa jadi Jonathan hanya ingin mengabadikan wajahnya demi Laila di sisinya. "Kenapa semua ini membuatku semakin bodoh dan takut?" gumamnya lagi. Adapun Jonathan melakukan hal yang sama di kamarnya. Ia melihat dirinya di cermin dan berkata, "Aku ingin tau dan penasaran, apakah kamu hanya mengoleksi banyak sekali fotoku tanpa tujuan? Seharusnya kau menerimaku karena aku yakin kau membutuhkanku," ujarnya pelan. "Tapi baiklah, kita lihat nanti apa yang akan kau lakukan," ujarnya kemudian. Keesokan harinya Jonathan berangkat bekerja tanpa menjemput Meena. Pria itu bahkan tidak menjenguk Juan pagi ini. "J

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tiga

    "Kau masih tak mengerti? Aku bilang aku akan menjalani hidup ini bersamamu sampai akhir, kenapa kau masih berkeras menolakku?" "Tapi Jonathan..." "Kau menyukaiku, aku ingat sekarang bahwa Wiliam pernah mengatakan padaku bahwa kau menyukaiku. Sayangnya aku tidak pernah memikirkannya." Meena sedikit terkejut. Ia tak menyangka Wiliam mengatakan hal bodoh semacam itu pada Jonathan. "Maafkan aku karena keadaan tidak memungkinkan bagiku pada waktu itu. Kau tau aku menyimpan rasa bersalah karena Laila juga tidak pernah mendapatkan cinta dariku saat dia menjadi istriku. Aku hanya seorang lelaki dingin dan bodoh." "Aku membuatnya menderita dan pergi dari rumahku, sehingga dia sangat terpuruk sendirian." "Jadi kau menikah karena penyesalan?" tanya Meena penasaran. "Begitulah, dia sebenarnya menyukaiku sebelum ingatannya hilang," ujarnya. "Tapi pada akhirnya saat dia menemukan cinta itu, semuanya sudah terlambat." Meena terdiam memikirkannya, akan tetapi hatinya masih dipenuhi ke

DMCA.com Protection Status