Share

Bab 2

Penulis: Rana Semitha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-20 13:08:32

Sebuah kabut putih keluar dari mulut Bai Hu. Pria itu mendesah pelan sebelum akhirnya mengangguk. "Benar."

Pandangan Bai Hu menerawang ke depan, menatap awan putih yang jauh di atas sana. "Saat itu aku menemukanmu di dasar jurang."

Bai Hu menunduk, mengambil sesuatu dari lengan jubahnya. Itu adalah sebuah belati yang memiliki relief naga berwarna hitam. Terlihat agung dan mengesankan. "Aku menemukan ini di tubuhmu."

Wang Jiang menerima belati tersebut dan menariknya. Di bagian badan belati terlihat dua karakter yang dibaca 'Wang Jiang'. Bai Hu berpikir jika itu adalah miliknya sehingga memanggil pemuda itu dengan nama Wang Jiang.

Entah mengapa, Wang Jiang merasa jika separuh jiwanya berada di belati itu. Sebuah rasa kepemilikan muncul begitu saja saat dia melihat belati itu.

"Aku ... aku merasa jika ini adalah barang berharga yang aku miliki."

"Jika kau merasa demikian, sangat mungkin jika namamu adalah Wang Jiang."

Wang Jiang mengangguk. Pandangannya jatuh pada Bai Hu. "Setelah aku sembuh, apa Kakek akan mengusirku dari tempat ini?"

"Jika kau ingin tinggal di sini, aku tidak akan keberatan." Bai Hu menghentikan kalimatnya, menarik napas panjang dan menembuskan napasnya pelan. "Namun, jika kau ingin pergi, aku tidak akan menahannya."

"Aku tidak akan pergi." Pemuda itu menjawab tanpa berpikir. Dia sudah merasakan kebaikan hati Bai Hu, sebelum dia membalas budi, dia tidak akan pergi.

"Tidak perlu memikirkannya sekarang. Ingatanmu masih belum pulih. Siapa yang tahu jika kau merupakan orang penting di sebuah tempat?"

Wang Jiang tidak membantahnya, dia hanya mengangguk.

***

Hari terus berganti, bulan mulai berlalu. Sudah lima bulan berlalu sejak Wang Jiang tersadar. Pemuda itu terlihat sehat seperti manusia normal lainnya, hanya saja banyak meridiannya yang hancur dan membuatnya tidak bisa menggunakan kemampuan beladiri.

Setiap harinya, Wang Jiang selalu membantu Bai Hu. Dia juga mengikuti pelatihan karena sudah menjadi anggota Sekte Bangau Putih.

Meski berlatih setiap hari, tetapi tidak banyak perubahan yang terjadi. Hal itu membuat anggota muda Sekte Bangau Putih sering menghinanya sebagai sampah. Seperti sekarang, sekelompok pemuda menghajarnya dan mengoloknya sebagai sampah.

Wang Jiang tidak menghindar, lebih tepatnya tidak mampu. Meski fisiknya tidak lagi lemah, tetapi mereka menggunakan tenaga dalam yang membuat Wang Jiang tidak mampu berkutik. Jika dia melakukan perlawanan, mereka akan menyiksanya dengan lebih kejam.

Pemuda itu menggelepar kesakitan di tanah. Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian ini. Jika dirinya tidak lemah, maka mereka tidak akan mengganggunya.

"Wang Gege, apa kamu baik-baik saja?" Sebuah suara selembut kelopak mawar bergema di telinga Wang Jiang.

Pemuda itu menoleh dan melihat seorang gadis berjalan mendekatinya dengan wajah cemas.

Wang Jiang mengangguk pelan. "Aku baik-baik saja."

Dengan segenap kekuatannya Wang Jiang berusaha bangkit. Meski dadanya terasa sangat sakit, tetapi dia tidak ingin menunjukkan sisi lemah itu kepada Mei Ling.

Sementara itu, Mei Ling yang sejak awal sudah menyadari luka itu segera mendekati Wang Jiang dan berniat membantunya.

"Sudah kukatakan, aku baik-baik saja!" tegas Wang Jiang.

Mei Ling tidak berhenti, dia terus mendekat dan membantu Wang Jiang berdiri.

Entah mengapa, tiba-tiba jantung Wang Jiang berdegup kencang. Setiap kali Mei Ling menyentuhnya, seperti ada aliran listrik yang menjalari tubuhnya.

"Kamu terluka, aku akan membantumu merawatnya."

Dengan penuh perhatian, Mei Ling memapah Wang Jiang menuju bawah pohon Prem yang sedang bermekaran. Pemuda itu duduk di bawah pohon Prem dan bersandar di batang pohon.

Mei Ling mengumpulkan dahan pohon Prem dan memotongnya sepanjang satu jengkal. Ranting-ranting itu dia ikat satu sama lain hingga terbentuk sebuah lembaran.

"Buka bajumu."

Wang Jiang membuang muka, menghindari tatapan Mei Ling. "Itu tidak perlu, aku baik-baik saja."

Mei Ling membuka ikatan jubah Wang Jiang. Pakaiannya yang tipis terbuka, menunjukkan tubuh Wang Jiang yang dipenuhi bekas luka.

Lembaran ranting Prem itu melingkari dada Wang Jiang. Mei Ling mengikatnya cukup kencang.

"Jangan protes. Jika tidak menggunakan ini, satu pukulan mereka bisa membuatmu berbaring di ranjang lagi."

Seperti biasa, Wang Jiang tidak pernah menang jika berdebat dengan Mei Ling.

"Terima kasih." Wang Jiang merapikan pakaiannya lagi.

"Apa yang kalian lakukan!" Sebuah suara menginterogasi terdengar keras di belakang mereka.

Mei Ling menoleh dan melihat seorang pemuda berjalan menghampiri mereka seperti serigala lapar yang menemukan mangsa. Itu terlihat buas.

"Hu Tang?"

Salah satu murid terbaik di generasi ini, Hu Tang. Bukan rahasia lagi jika sudah sejak lama Hu Tang memiliki perasaan terhadap Mei Ling.

"Sekumpulan sampah yang menjijikan."

Mei Ling meeasa tersinggung dengan ucapan pemuda itu. Meski dekat dengan Wang Jiang, tetapi dia tidak pernah melakukan sesuatu yang menjijikan dengan pemuda itu.

"Apa maksudmu?"

Hu Tang menyeringai. "Maksudku sudah jelas. Kalian sudah melakukan hal di luar batas. Aku melihat dengan jelas saat sampah itu merapikan pakaiannya."

"Apa pemikiranmu sedangkal itu?" Mei Ling mendengus. "Aku hampir tidak percaya jika kau adalah murid terbaik di generasi ini. Ucapanmu begitu bau seperti bangkai."

"Jaga ucapanmu!" Hu Tang mengangkat tangannya, menunjuk Mei Ling dengan marah. "Meski kau seorang wanita, aku tidak akan segan memukulmu."

Awalnya Wang Jiang hanya diam karena berpikir Hu Tang tidak akan menyakiti Mei Ling atas dasar rasa cinta. Namun, mendengar itu, ada bagian di hatinya yang merasa tidak terima.

Dengan berani Wang Jiang maju, tubuhnya yang tinggi besar menutupi tubuh Mei Ling yang ramping dan mungil. Suaranya tegas dan berwibawa, menggetarkan hati pendengarnya. Mereka yang jiwanya lemah akan bertekuk lutut di hadapan pemuda itu. "Aku ragu jika kau benar-benar pria."

Hu Tang mendengus. "Aku sedang tidak bicara denganmu."

"Aku juga tidak pernah ingin bicara denganmu. Bukan, aku tidak ingin memiliki urusan dengan orang rendahan sepertimu."

Wajah Hu Tang memerah saat mendengar ucapan Wang Jiang. Harga dirinya terluka ketika seseorang yang bahkan tidak memiliki dasar beladiri menghinanya. "Aku yakin kau akan menyesal!"

Hu Tang menarik pedangnya dan menyerang Wang Jiang. Meski ada aturan sesama anggota Sekte tidak boleh saling membunuh, tetapi dia hanya mendapat hukuman jika melumpuhkan seseorang.

Tanpa diduga oleh satu orang pun, Wang Jiang menarik pedang di pinggang Mei Ling dan menahan serangan Hu Tang.

Pemuda itu menoleh dan berbisik dengan suara hangat. "Mundurlah, jangan khawatir."

Mei Ling mengangguk dan melompat mundur. Meski mengetahui jika meridian Wang Jiang hancur dan kehilangan kemampuan beladiri, tetapi ada bagian di hatinya yang mempercayai pemuda itu.

Setelah Mei Ling berada cukup jauh darinya, Wang Jiang menghentakkan pedangnya. Dia memang tidak memiliki tenaga dalam, tetapi fisiknya cukup kuat.

Hanya mengandalkan kekuatan fisikinya, Wang Jiang berhasil membuat Hu Tang mundur beberapa langkah. Tidak berhenti di sana, Wang Jiang melakukan sebuah jurus yang rumit. Gerakannya tajam dan cepat seperti sudah menguasai jurus itu bertahun-tahun lamanya.

Mei Ling terpukau dengan langkah yang Wang Jiang lakukan. Itu tidak seperti gerakan dari Sekte Bangau Putih.

"Apa yang terjadi dengan sampah ini?"

Hu Tang kebingungan. Bagaimana pemuda yang selalu terlihat lemah bisa menggunakan jurus pedang serumit ini.

Trang!

Hu Tang menggunakan seluruh tenaga dalamnya untuk menghantam tubuh Wang Jiang. Meski Wang Jiang bisa menangkisnya, tetapi serangan itu terlalu kuat dan membuatnya terpental beberapa tombak.

"Berhenti!"

Bab terkait

  • Sang Naga Bumi   Bab 3

    Bai Hu melihat pertarungan antara Wang Jiang dan Hu Tang dari jauh. Melihat gerakan yang Wang Jiang lakukan, dia merasa teknik pedang itu tidak terlalu asing. Setelah beberapa waktu, Wang Jiang mulai terdesak karena kalah tenaga dalam. Ketika melihat Wang Jiang sudah jatuh tetapi Hu Tang terus memburunya, dia tidak bisa diam saja dan melihat pemuda itu membuat Wang Jiang lumpuh. "Berhenti!" Pedang baja hitam di tangan Hu Tang hanya sejengkal dari selangkangan Wang Jiang. Jika Bai Hu terlambat, sudah pasti pedang itu akan memotong masa depan Wang Jiang. "Tetua Bai?" ucap Hu Tang, terkejut. "Meski sekte mengizinkan kalian saling melukai, apa kau berpikir aku akan melepasmu begitu saja?" Suara Bai Hu terdengar dingin. Hu Tang menarik pedangnya. "Tetua, ini adalah masalah antara aku dan Wang Jiang. Anda tidak bisa ikut campur.""Apa karena kau adalah yang terbaik di generasi ini sehingga memandang dirimu begitu tinggi?" Bai Hu tidak senang dengan ucapan Hu Tang. "Aku ingatkan sekal

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-20
  • Sang Naga Bumi   Bab 4

    Kotak kayu itu terbuka, terlihat sebuah pedang berwarna putih yang mengeluarkan hawa dingin. Sarung dan badan pedang itu terpisah, di bagian badan pedang terukir tiga karakter yang berarti pedang musim dingin. Wang Jiang melihat sebuah tulisan di dalam kotak kayu. "Jangan pergi sebelum mengambil kotak ini." Karena khawatir ada hal buruk yang terjadi, Wang Jiang mengambil kotak itu. Lantai batu kembali tertutup. Di bawah pedang musim dingin, terdapat sebuah buku tua yang berjudul kitab empat musim. Dibanding dengan pedang musim dingin, Wang Jiang lebih penasaran dengan kitab tersebut. Di halaman pertama, dijelaskan jika sebelum menjadi pemilik pedang musim dingin, seseorang harus menggunakan darahnya untuk mengikat kontrak. Wang Jiang menggigit jari telunjuknya hingga berdarah dan meneteskannya ke pedang musim dingin. Pedang berwarna putih tulang itu bersinar terang, membutakan mata Wang Jiang selama beberapa saat. Pemuda itu tidak sengaja menyentuh pedang itu, aliran tenaga b

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-20
  • Sang Naga Bumi   Bab 5

    Qin Guan mengepalkan tangannya dengan erat. Kelompok ini menghancurkan sebuah Sekte hanya untuk kitab pusaka, mereka benar-benar serakah. "Apa kitab itu benar di wilayah Sekte?" Salah satu orang mengangguk. "Menurut informasi yang aku dapat, Lin Tian membawa kitab itu bersamanya. Dia sudah masuk di dalam gua selama lima puluh tahun, tetapi belum ada yang pernah melihatnya keluar." "Jadi Lin Tian mati di tempat itu?" Orang itu kembali mengangguk. "Jika kita mencarinya, kita pasti bisa menemukannya." Qin Guan masih berada di luar kedai arak. Dia mengetahui jika kitab empat musim adalah salah satu dari empat kitab penguasa dunia. Banyak pendekar yang mencari kitab ini karena percaya siapa pun yang menguasai salah satu dari kitab penguasa dunia akan menjadi yang terhebat sepanjang masa. "Karena keserakahan ... badai kehancuran datang..."Mei Ling melihat kebencian dalam tatapan Qin Guan yang membara. Meski wajahnya tenang, Mei Ling tahu jika pemuda itu sedang menahan gejolak amarah

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-20
  • Sang Naga Bumi   bab 6

    Bab 6Suara derap langkah kuda yang mendekat membuat Qin Guan seketika waspada. Dia segera menyambar pedang yang dia letakkan di samping api unggunnya dan bersiaga. Dia menajamkan pandangannya dan memperhatikan sekeliling.Ekspresi Qin Guan berubah serius ketika menyadari arah tamu tak diundang itu berasal dari kota sebelumnya. Dia segera berbisik pada Mei Ling. “Kita kedatangan tamu.”Gadis itu menggenggam pedangnya dengan erat, lantas mengangguk. Keringat dingin mulai terlihat di dahinya.“Kamu takut?” tanya Qin Guan.Mei Ling mengangguk pelan. “Sekte bangau putih saja hancur, bagaimana mungkin kita ….”Gadis itu tak mampu melanjutkan kata-katanya. Dia masih ingat dengan begitu jelas bagaimana jasad guru dan rekan-rekannya serta kondisi Bai Hu yang paling memprihatinkan. Sekte sebesar Bangau Putih bisa diratakan hanya dalam hitungan jam, artinya kemampuan lawan tidak bisa dianggap remeh.Mei Ling bukan hanya takut mati, tetapi dia juga takut jika Qin Guan akan meninggalkannya sepert

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Sang Naga Bumi   Bab 7

    Bab 7Sebuah belati kecil melesat menuju tempat Mei Ling berdiri. Qin Guan yang baru saja mendaratkan tubuhnya, kembali menjejakkan kaki dan melompat ke arah Mei Ling.“Terlalu jauh ….”Dia berniat untuk menangkis serangan tersebut, tetapi sapuannya tidak cukup cepat. Pisau tersebut bergerak lebih cepat dari gerakan Qin Guan. Sebuah suara robekan terdengar pelan. Aroma darah menyeruak mengiringi suara robekan tersebut. Pisau terbang itu menancap di bahu kiri Qin Guan. Pemuda itu mendarat di tanah dan mundur beberapa langkah.“Qin Gege!”Mei Ling memekik panik ketika melihat pisau itu menancap di bahu Qin Guan. Dia bergegas menghampiri Qin Guan, untuk memastikan jika pemuda itu tidak terluka parah.“Jangan bergerak!” Qin Guan memperingatkan. Tatapannya menatap tajam Mei Ling. “Tetap di belakangku.”“Tapi …” Mei Ling ingin protes. Dia memiliki kemampuan beladiri yang cukup untuk melindungi dirinya sendiri. Jika tadi Qin Guan tidak mendorongnya, dia juga yakin bisa menghindari pisau ters

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Sang Naga Bumi   Bab 1

    Angin dingin menusuk tulangSalju yang murni menutupi bumiSungai timur mengalir tenangTebing utara tersembunyiIni adalah akhir tahun, salju turun dengan lebat. Sebagian besar tanah di bumi Xiang tertupi salju tebal. Di hutan kematian, tanah sudah tertutup oleh salju tebal. Tetesan darah meninggalkan jejak yang kontras di atas salju berwarna putih.Seorang pemuda berjalan terseok-seok, seluruh tubuhnya dipenuhi dengan luka. Pandangannya mulai buram karena terlalu banyak darah yang keluar dari lukanya. Langkah demi langkah dia lakukan, dengan harapan akan menemui titik kehidupan. Tidak pernah dia bayangkan jika langkah yang dia harapkan menuju pusat kehidupan justru membawanya ke dalam jurang tanpa batas. "Apa ini adalah akhir dari hidupku?"Pandangannya semakin memudar hingga gelap sepenuhnya. Entah berapa lama dia tidak sadarkan diri hingga sebuah suara mengusiknya. Kepalanya terasa berdenyut, seperti ada ribuan jarum yang menancap di kepalanya. "Wang Jiang, kau bisa mendenga

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-20

Bab terbaru

  • Sang Naga Bumi   Bab 7

    Bab 7Sebuah belati kecil melesat menuju tempat Mei Ling berdiri. Qin Guan yang baru saja mendaratkan tubuhnya, kembali menjejakkan kaki dan melompat ke arah Mei Ling.“Terlalu jauh ….”Dia berniat untuk menangkis serangan tersebut, tetapi sapuannya tidak cukup cepat. Pisau tersebut bergerak lebih cepat dari gerakan Qin Guan. Sebuah suara robekan terdengar pelan. Aroma darah menyeruak mengiringi suara robekan tersebut. Pisau terbang itu menancap di bahu kiri Qin Guan. Pemuda itu mendarat di tanah dan mundur beberapa langkah.“Qin Gege!”Mei Ling memekik panik ketika melihat pisau itu menancap di bahu Qin Guan. Dia bergegas menghampiri Qin Guan, untuk memastikan jika pemuda itu tidak terluka parah.“Jangan bergerak!” Qin Guan memperingatkan. Tatapannya menatap tajam Mei Ling. “Tetap di belakangku.”“Tapi …” Mei Ling ingin protes. Dia memiliki kemampuan beladiri yang cukup untuk melindungi dirinya sendiri. Jika tadi Qin Guan tidak mendorongnya, dia juga yakin bisa menghindari pisau ters

  • Sang Naga Bumi   bab 6

    Bab 6Suara derap langkah kuda yang mendekat membuat Qin Guan seketika waspada. Dia segera menyambar pedang yang dia letakkan di samping api unggunnya dan bersiaga. Dia menajamkan pandangannya dan memperhatikan sekeliling.Ekspresi Qin Guan berubah serius ketika menyadari arah tamu tak diundang itu berasal dari kota sebelumnya. Dia segera berbisik pada Mei Ling. “Kita kedatangan tamu.”Gadis itu menggenggam pedangnya dengan erat, lantas mengangguk. Keringat dingin mulai terlihat di dahinya.“Kamu takut?” tanya Qin Guan.Mei Ling mengangguk pelan. “Sekte bangau putih saja hancur, bagaimana mungkin kita ….”Gadis itu tak mampu melanjutkan kata-katanya. Dia masih ingat dengan begitu jelas bagaimana jasad guru dan rekan-rekannya serta kondisi Bai Hu yang paling memprihatinkan. Sekte sebesar Bangau Putih bisa diratakan hanya dalam hitungan jam, artinya kemampuan lawan tidak bisa dianggap remeh.Mei Ling bukan hanya takut mati, tetapi dia juga takut jika Qin Guan akan meninggalkannya sepert

  • Sang Naga Bumi   Bab 5

    Qin Guan mengepalkan tangannya dengan erat. Kelompok ini menghancurkan sebuah Sekte hanya untuk kitab pusaka, mereka benar-benar serakah. "Apa kitab itu benar di wilayah Sekte?" Salah satu orang mengangguk. "Menurut informasi yang aku dapat, Lin Tian membawa kitab itu bersamanya. Dia sudah masuk di dalam gua selama lima puluh tahun, tetapi belum ada yang pernah melihatnya keluar." "Jadi Lin Tian mati di tempat itu?" Orang itu kembali mengangguk. "Jika kita mencarinya, kita pasti bisa menemukannya." Qin Guan masih berada di luar kedai arak. Dia mengetahui jika kitab empat musim adalah salah satu dari empat kitab penguasa dunia. Banyak pendekar yang mencari kitab ini karena percaya siapa pun yang menguasai salah satu dari kitab penguasa dunia akan menjadi yang terhebat sepanjang masa. "Karena keserakahan ... badai kehancuran datang..."Mei Ling melihat kebencian dalam tatapan Qin Guan yang membara. Meski wajahnya tenang, Mei Ling tahu jika pemuda itu sedang menahan gejolak amarah

  • Sang Naga Bumi   Bab 4

    Kotak kayu itu terbuka, terlihat sebuah pedang berwarna putih yang mengeluarkan hawa dingin. Sarung dan badan pedang itu terpisah, di bagian badan pedang terukir tiga karakter yang berarti pedang musim dingin. Wang Jiang melihat sebuah tulisan di dalam kotak kayu. "Jangan pergi sebelum mengambil kotak ini." Karena khawatir ada hal buruk yang terjadi, Wang Jiang mengambil kotak itu. Lantai batu kembali tertutup. Di bawah pedang musim dingin, terdapat sebuah buku tua yang berjudul kitab empat musim. Dibanding dengan pedang musim dingin, Wang Jiang lebih penasaran dengan kitab tersebut. Di halaman pertama, dijelaskan jika sebelum menjadi pemilik pedang musim dingin, seseorang harus menggunakan darahnya untuk mengikat kontrak. Wang Jiang menggigit jari telunjuknya hingga berdarah dan meneteskannya ke pedang musim dingin. Pedang berwarna putih tulang itu bersinar terang, membutakan mata Wang Jiang selama beberapa saat. Pemuda itu tidak sengaja menyentuh pedang itu, aliran tenaga b

  • Sang Naga Bumi   Bab 3

    Bai Hu melihat pertarungan antara Wang Jiang dan Hu Tang dari jauh. Melihat gerakan yang Wang Jiang lakukan, dia merasa teknik pedang itu tidak terlalu asing. Setelah beberapa waktu, Wang Jiang mulai terdesak karena kalah tenaga dalam. Ketika melihat Wang Jiang sudah jatuh tetapi Hu Tang terus memburunya, dia tidak bisa diam saja dan melihat pemuda itu membuat Wang Jiang lumpuh. "Berhenti!" Pedang baja hitam di tangan Hu Tang hanya sejengkal dari selangkangan Wang Jiang. Jika Bai Hu terlambat, sudah pasti pedang itu akan memotong masa depan Wang Jiang. "Tetua Bai?" ucap Hu Tang, terkejut. "Meski sekte mengizinkan kalian saling melukai, apa kau berpikir aku akan melepasmu begitu saja?" Suara Bai Hu terdengar dingin. Hu Tang menarik pedangnya. "Tetua, ini adalah masalah antara aku dan Wang Jiang. Anda tidak bisa ikut campur.""Apa karena kau adalah yang terbaik di generasi ini sehingga memandang dirimu begitu tinggi?" Bai Hu tidak senang dengan ucapan Hu Tang. "Aku ingatkan sekal

  • Sang Naga Bumi   Bab 2

    Sebuah kabut putih keluar dari mulut Bai Hu. Pria itu mendesah pelan sebelum akhirnya mengangguk. "Benar." Pandangan Bai Hu menerawang ke depan, menatap awan putih yang jauh di atas sana. "Saat itu aku menemukanmu di dasar jurang." Bai Hu menunduk, mengambil sesuatu dari lengan jubahnya. Itu adalah sebuah belati yang memiliki relief naga berwarna hitam. Terlihat agung dan mengesankan. "Aku menemukan ini di tubuhmu." Wang Jiang menerima belati tersebut dan menariknya. Di bagian badan belati terlihat dua karakter yang dibaca 'Wang Jiang'. Bai Hu berpikir jika itu adalah miliknya sehingga memanggil pemuda itu dengan nama Wang Jiang. Entah mengapa, Wang Jiang merasa jika separuh jiwanya berada di belati itu. Sebuah rasa kepemilikan muncul begitu saja saat dia melihat belati itu. "Aku ... aku merasa jika ini adalah barang berharga yang aku miliki." "Jika kau merasa demikian, sangat mungkin jika namamu adalah Wang Jiang." Wang Jiang mengangguk. Pandangannya jatuh pada Bai Hu. "Setela

  • Sang Naga Bumi   Bab 1

    Angin dingin menusuk tulangSalju yang murni menutupi bumiSungai timur mengalir tenangTebing utara tersembunyiIni adalah akhir tahun, salju turun dengan lebat. Sebagian besar tanah di bumi Xiang tertupi salju tebal. Di hutan kematian, tanah sudah tertutup oleh salju tebal. Tetesan darah meninggalkan jejak yang kontras di atas salju berwarna putih.Seorang pemuda berjalan terseok-seok, seluruh tubuhnya dipenuhi dengan luka. Pandangannya mulai buram karena terlalu banyak darah yang keluar dari lukanya. Langkah demi langkah dia lakukan, dengan harapan akan menemui titik kehidupan. Tidak pernah dia bayangkan jika langkah yang dia harapkan menuju pusat kehidupan justru membawanya ke dalam jurang tanpa batas. "Apa ini adalah akhir dari hidupku?"Pandangannya semakin memudar hingga gelap sepenuhnya. Entah berapa lama dia tidak sadarkan diri hingga sebuah suara mengusiknya. Kepalanya terasa berdenyut, seperti ada ribuan jarum yang menancap di kepalanya. "Wang Jiang, kau bisa mendenga

DMCA.com Protection Status