Bai Hu melihat pertarungan antara Wang Jiang dan Hu Tang dari jauh. Melihat gerakan yang Wang Jiang lakukan, dia merasa teknik pedang itu tidak terlalu asing.
Setelah beberapa waktu, Wang Jiang mulai terdesak karena kalah tenaga dalam. Ketika melihat Wang Jiang sudah jatuh tetapi Hu Tang terus memburunya, dia tidak bisa diam saja dan melihat pemuda itu membuat Wang Jiang lumpuh."Berhenti!"Pedang baja hitam di tangan Hu Tang hanya sejengkal dari selangkangan Wang Jiang. Jika Bai Hu terlambat, sudah pasti pedang itu akan memotong masa depan Wang Jiang."Tetua Bai?" ucap Hu Tang, terkejut."Meski sekte mengizinkan kalian saling melukai, apa kau berpikir aku akan melepasmu begitu saja?" Suara Bai Hu terdengar dingin.Hu Tang menarik pedangnya. "Tetua, ini adalah masalah antara aku dan Wang Jiang. Anda tidak bisa ikut campur.""Apa karena kau adalah yang terbaik di generasi ini sehingga memandang dirimu begitu tinggi?" Bai Hu tidak senang dengan ucapan Hu Tang. "Aku ingatkan sekali lagi, perjalananmu masih panjang. Tidak perlu menebar duri di setiap langkah yang kau ambil."Hu Tang hanya bisa mendengus dingin. Bai Hu bukan orang yang bisa dia lawan sekarang. Karena itu, dia menatap tajam Wang Jiang. "Jika bukan karena Tetua Bai, burungmu sudah kupenggal!"Dengan hati yang dipenuhi kemarahan, Hu Tang pergi meninggalkan mereka. Mei Ling berlari dan menghampiri Wang Jiang karena ingin membantunya."Kamu baik-baik saja."Wang Jiang mengangguk dan mengembalikan pedang itu pada pemililiknya. "Terima kasih."Saat melihat tatapan Bai Hu, Mei Ling segera tahu jika pria itu ingin membicarakan sesuatu yang serius dengan Wang Jiang. Karena itu, dia segera pamit. "Tetua Bai, Wang Gege, guru sudah menungguku, aku harus kembali."Bai Hu dan Wang Jiang mengangguk.Setelah kepergian Mei Ling, Bai Hu mengajak Wang Jiang pulang karena ada hal penting yang harus mereka bicarakan.Di ruangan itu, Wang Jiang duduk dengan tenang. Sikapnya berbeda dari sebelumnya yang seringkali menunjukkan kegelisahan."Wang Jiang." Bai Hu memanggil Wang Jiang, suaranya serak dan tertahan.Pemuda itu mengangkat wajahnya dan membalas, "ya, Kakek.""Apa kamu sudah mengingat tentang asal usulmu?"Wang Jiang menarik napas panjang dan mengembuskannya pelan. Pemuda itu menggeleng dengan wajah kecewa."Jurus pedang yang kau gunakan merupakan teknik yang bagus. Bahkan jurus pedang terbaik yang dimiliki Sekte Bangau Putih jauh lebih rendah dibanding dengan yang kau gunakan."Selama beberapa bulan ini, Wang Jiang sudah mempelajari banyak pengetahuan umum melalui kakeknya, termasuk pengetahuan tentang teknik beladiri. Semakin besar sebuah Sekte atau Partai Beladiri, maka semakin bagus pula teknik beladiri yang mereka miliki."Apa kakek tahu dari mana teknik ini berasal?"Bai Hu mengangguk. Kegelapan di hati Wang Jiang sedikit tercerahkan."Pasukan Qin, Istana Langit, dan beberapa tempat lainnya memiliki jurus yang mirip dengan yang kau gunakan tadi. Hanya saja, pertarungan itu berlangsung begitu singkat, aku tidak bisa memastikannya lebih jauh."Harapan di hati Wang Jiang mulai berkobar. Jika apa yang Bai Hu katakan benar, dia seharusnya berasal dari kekuasaan yang besar. Dia bisa membalas budi Bai Hu suatu hari nanti."Jika aku bisa melakuakan lebih banyak, apa Kakek bisa mengetahuinya?"Bai Hu kembali mengangguk. "Jika tidak ada gerakan yang benar-benar asing, aku bisa mengetahuinya."Tatapan mata Wang Jiang dipenuhi tekad yang berkobar. "Kalau begitu, aku akan berusaha."Mulai saat itu, Wang Jiang berlatih dengan lebih keras. Dia tidak mengikuti pelatihan yang Sekte berikan dan memilih pelatihan pribadi.Mei Ling akan mengajaknya berlatih tanding beberapa kali dalam seminggu. Setiap kali gadis itu mendesaknya, Wang Jiang bisa melakukan satu atau dua gerakkan tambahan.Orang-orang yang menyukai Mei Ling mulai terbakar api cemburu. Namun, Wang Jiang yang tidak pernah pergi dari kediaman Bai Hu membuat mereka tidak bisa mengganggunya.Tujuh bulan telah berlalu, salju kembali turun menutupi daratan Xiang. Hari itu Bai Hu pulang dari sebuah misi dalam kondisi terluka. Wang Jiang tidak bisa menutupi kekhawatirannya.Bai Hu berbaring di ranjang, terlihat lemah. Wajahnya pucat dan terdapat garis-garis merah di lehernya. Suaranya lemah dan tertahan. "Jiang'er, bisa kau mencari Jamur Lingzhi untukku?"Tanpa berpikir panjang, Wang Jiang langsung mengangguk. "Aku akan pergi mencarinya sekarang juga!"Setelah menyiapkan perbekalan, Wang Jiang segera pergi meninggalkan rumah Bai Hu. Dia melihat Mei Ling yang datang dengan langkah tergesa."Aku dengar tetua Bai terluka."Wang Jiang mengangguk. "Dia membutuhkan jamur Lingzhi, aku harus mencarinya.""Boleh aku ikut? Di hutan ada banyak binatang buas, aku tidak bisa tenang jika kamu pergi sendirian.""Tentu saja. Aku sangat berterima kasih."Mereka berdua segera pergi ke hutan untuk mencari Jamur Lingzhi. Jika Wang Jiang bisa menggunakan tenaga dalam, mereka bisa bergerak dengan lebih cepat. Namun, karena pemuda itu tidak bisa melakukannya, mereka terpaksa berjalan kaki membelah tumpukan salju tebal.Salju turun dengan lebat. Bibir Wang Jiang sudah membiru karena kedinginan. Hari juga mulai malam saat mereka sampai di hutan.Mei Ling mulai mencemaskan kondisi Wang Jiang. Dia memiliki cukup tenaga dalam. Namun, tidak dengan pemuda itu. "Jika seperti ini terus, kau bisa mati kedinginan.""Kita tidak bisa berhenti, aku harus terus mencari jamur itu." Wang Jiang mendesak Mei Ling.Mei Ling melihat sebuah gua kecil tak jauh dari tempat mereka sekarang. "Kita masuk dulu." Gadis itu menarik Wang Jiang masuk ke dalam gua tersebut.Kehangatan menjalar di tubuh Wang Jiang. Meski salju turun dengan lebat, tapi tempat ini menyimpan kehangatan yang membuatnya nyaman."Wang Gege, aku tahu di mana jamur Lingzhi tumbuh."Wang Jiang menjadi bersemangat. "Kalau begitu, ayo kita ke sana!"Mei Ling menggeleng. "Kau tidak bisa ke sana. Jika kau memaksa ikut, bukan hanya gagal mendapatkan obat itu, tapi kita juga akan mati."Tempat itu terdengar berbahaya."Bagaimana aku bisa melepasmu sendirian?" Wang Jiang protes."Aku memiliki ilmu meringankan tubuh yang bagus, aku akan baik-baik saja. Jika kau ikut, itu akan membuatku kesulitan." Mei Ling mencoba memberi Wang Jiang pengertian.Wang Jiang merasa harga dirinya terluka. Sebagai seorang pria, dia hanya menjadi beban bagi gadis ini. Dia ingin protes, tapi waktu mereka sungguh berharga karena Bai Hu sedang menunggunya di rumah.Pemuda itu menghela napas. "Baiklah, aku akan menunggu di sini."Mei Ling mengangguk. "Jika dalam dua jam aku tidak kembali, kamu bisa berjalan ke barat, tapi berhenti di tepi jurang. Tunggu aku di sana jika kamu memang tidak sabar menunggu.""Aku mengerti."Setelah itu, Mei Ling pergi meninggalkan Wang Jiang. Tubuhnya bergerak cepat, gerakannya seperti seekor bangau yang menari di udara. Dalam beberapa tarikan napas gadis itu sudah menghilang.Wang Jian memasuki Gua lebih dalam. Saat tiba di ujung goa, dia tidak sengaja menginjak sesuatu yang misterius.Krek!Lentera di dalam gua itu tiba-tiba menyala, memberikan penerangan yang cukup. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar batu sederhana dengan kerangka manusia yang sedang bertapa di atasnya.Kerangka tersebut masih utuh meski rambutnya telah memutih.Wang Jiang melihat ubin batu yang dia injak, ternyata ada sebuah tulisan di dekatnya.Maju tiga langkah dan bersujudlah.Karena penasaran, Wang Jiang maju tiga langkah dan bersujud. Ubin di mana lututnya berpijak tiba-tiba bergerak, lantai di bawah altar batu terbuka, sebuah kotak muncul dari dalam tanah."Pedang musim dingin?"Kotak kayu itu terbuka, terlihat sebuah pedang berwarna putih yang mengeluarkan hawa dingin. Sarung dan badan pedang itu terpisah, di bagian badan pedang terukir tiga karakter yang berarti pedang musim dingin. Wang Jiang melihat sebuah tulisan di dalam kotak kayu. "Jangan pergi sebelum mengambil kotak ini." Karena khawatir ada hal buruk yang terjadi, Wang Jiang mengambil kotak itu. Lantai batu kembali tertutup. Di bawah pedang musim dingin, terdapat sebuah buku tua yang berjudul kitab empat musim. Dibanding dengan pedang musim dingin, Wang Jiang lebih penasaran dengan kitab tersebut. Di halaman pertama, dijelaskan jika sebelum menjadi pemilik pedang musim dingin, seseorang harus menggunakan darahnya untuk mengikat kontrak. Wang Jiang menggigit jari telunjuknya hingga berdarah dan meneteskannya ke pedang musim dingin. Pedang berwarna putih tulang itu bersinar terang, membutakan mata Wang Jiang selama beberapa saat. Pemuda itu tidak sengaja menyentuh pedang itu, aliran tenaga b
Qin Guan mengepalkan tangannya dengan erat. Kelompok ini menghancurkan sebuah Sekte hanya untuk kitab pusaka, mereka benar-benar serakah. "Apa kitab itu benar di wilayah Sekte?" Salah satu orang mengangguk. "Menurut informasi yang aku dapat, Lin Tian membawa kitab itu bersamanya. Dia sudah masuk di dalam gua selama lima puluh tahun, tetapi belum ada yang pernah melihatnya keluar." "Jadi Lin Tian mati di tempat itu?" Orang itu kembali mengangguk. "Jika kita mencarinya, kita pasti bisa menemukannya." Qin Guan masih berada di luar kedai arak. Dia mengetahui jika kitab empat musim adalah salah satu dari empat kitab penguasa dunia. Banyak pendekar yang mencari kitab ini karena percaya siapa pun yang menguasai salah satu dari kitab penguasa dunia akan menjadi yang terhebat sepanjang masa. "Karena keserakahan ... badai kehancuran datang..."Mei Ling melihat kebencian dalam tatapan Qin Guan yang membara. Meski wajahnya tenang, Mei Ling tahu jika pemuda itu sedang menahan gejolak amarah
Bab 6Suara derap langkah kuda yang mendekat membuat Qin Guan seketika waspada. Dia segera menyambar pedang yang dia letakkan di samping api unggunnya dan bersiaga. Dia menajamkan pandangannya dan memperhatikan sekeliling.Ekspresi Qin Guan berubah serius ketika menyadari arah tamu tak diundang itu berasal dari kota sebelumnya. Dia segera berbisik pada Mei Ling. “Kita kedatangan tamu.”Gadis itu menggenggam pedangnya dengan erat, lantas mengangguk. Keringat dingin mulai terlihat di dahinya.“Kamu takut?” tanya Qin Guan.Mei Ling mengangguk pelan. “Sekte bangau putih saja hancur, bagaimana mungkin kita ….”Gadis itu tak mampu melanjutkan kata-katanya. Dia masih ingat dengan begitu jelas bagaimana jasad guru dan rekan-rekannya serta kondisi Bai Hu yang paling memprihatinkan. Sekte sebesar Bangau Putih bisa diratakan hanya dalam hitungan jam, artinya kemampuan lawan tidak bisa dianggap remeh.Mei Ling bukan hanya takut mati, tetapi dia juga takut jika Qin Guan akan meninggalkannya sepert
Bab 7Sebuah belati kecil melesat menuju tempat Mei Ling berdiri. Qin Guan yang baru saja mendaratkan tubuhnya, kembali menjejakkan kaki dan melompat ke arah Mei Ling.“Terlalu jauh ….”Dia berniat untuk menangkis serangan tersebut, tetapi sapuannya tidak cukup cepat. Pisau tersebut bergerak lebih cepat dari gerakan Qin Guan. Sebuah suara robekan terdengar pelan. Aroma darah menyeruak mengiringi suara robekan tersebut. Pisau terbang itu menancap di bahu kiri Qin Guan. Pemuda itu mendarat di tanah dan mundur beberapa langkah.“Qin Gege!”Mei Ling memekik panik ketika melihat pisau itu menancap di bahu Qin Guan. Dia bergegas menghampiri Qin Guan, untuk memastikan jika pemuda itu tidak terluka parah.“Jangan bergerak!” Qin Guan memperingatkan. Tatapannya menatap tajam Mei Ling. “Tetap di belakangku.”“Tapi …” Mei Ling ingin protes. Dia memiliki kemampuan beladiri yang cukup untuk melindungi dirinya sendiri. Jika tadi Qin Guan tidak mendorongnya, dia juga yakin bisa menghindari pisau ters
Bab 8Hutan itu begitu lebat hingga cahaya matahari sulit untuk menembusnya. Apalagi sekarang adalah musim dingin, matahari akan muncul lebih siang dan tenggelam lebih cepat. Suara dedaunan yang tertiup angin seperti irama yang menenangkan jiwa.Perlahan Qin Guan membuka matanya, rasa sakit dan hawa dingin menusuk tulang segera menyerangnya. Dia kembali teringat dengan pertempurannya melawan kelompok naga hitam ya ng hampir saja merenggut nyawanya. Dengan napas yang masih berat, Qin Guan berusaha menggerakkan tubuhnya.“Qin Gege, jangan bergerak.”Sebuah suara yang halus dipenuhi kekhawatiran beresonansi di telinga Qin Guan. Pemuda itu menoleh dan mendapati Mei Ling sedang berjalan ke arahnya sembari membawa kantong kulit penyimpanan air.“Mei Ling … di mana tubuh orang-orang itu?” tanya Qin Guan dengan napas yang masih lemah. “Aku yakin belum mengalahkan mereka semua.”Malam sebelumnya, setelah Qin Guan menggunakan seluruh tenaga dalamnya, ternyata masih ada beberapa anggota Nag
Bab 9Hutan yang lebat itu mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Qin Guan sudah membereskan tempat itu bersama Mei Ling dan bersiap untuk meninggalkan tempat itu.“Kita langsung ke ibukota?” tanya Mei Ling.Qin Guan mengangguk. Dia membawa buntalan kain yang berisi harta sitaan dari tubuh para anggota kelompok Naga Hitam. “Ingatkan aku untuk membeli beberapa pakaian dan topeng.”“Topeng? Untuk apa?”Qin Guan sudah membuka mulutnya, berniat menjawab pertanyaan Mei Ling. Namun, dia menghentikannya dan meletakkan telunjuknya di bibir. Gadis itu mengedarkan pandangannya dan seketika menahan napasnya. Dia merasakan ketegangan di udara.Meskipun suaranya begitu tipis, tetapi mereka berdua menyadari keberadaan tamu tak diundang yang sedang bergerak mendekat. Suara ranting yang berderit dengan suara angin yang tak berirama membuat mereka semakin waspada.Tanpa basa-basi, Mei Ling segera menarik tangan Qin Guan. “Kita harus segera pergi.”Sementara itu, Qin Guan mengikuti langkah gadis itu.
bab 10di tengah hujan salju yang semakin lebat, Qin Guan dan Mei Ling masih berdiri dengan teguh di tengah arai yang sempit. Keduanya saling membelakangi untuk saling menjaga. Angin dingin yang berdesir melalui pepohonan, menciptakan getaran suara yang merdu, sekaligus menakutkan.Hujan salju yang lebat sedikit menutupi jejak pertempuran yang baru saja terjadi. Namun, aroma darah yang begitu kuat masih tercium dengan jelas. Mata pedang di tangan Qin Guan berkilau tajam. Pedang dengan warna putih susu itu menyatu dengan warna salju di antara mereka. Tangan kanannya sedikit bergetar, akibat rasa sakit yang tiba-tiba menyerangnya. Namun, ekspresinya tetap tenang. Dia tidak menunjukkan rasa sakit sedikit pun. Hanya seringai keji yang muncul di wajahnya.“Kalian pikir aku Qin Guan, takut menghadapi kalian?”Salah satu anggota kelompok naga hitam berteriak. “Omong kosong!”Mereka kembali berlari dan menyerang Qin Guan. Tidak ada pilihan lain.Qin Guan mengeratkan genggaman pada gagang ped
Bab 11Beberapa penjaga kota segera bersiaga setelah mendengar penuturan Qin Guan.“Aroma darah … dari tubuhnya tercium aroma darah.” Salah satu penjaga berseru. “Tangkap dia!”Mei Ling berdiri di depan Qin Guan, menjadikan tubuhnya sebagai tameng Qin Guan. “Kami tidak akan melakukan perlawanan, cukup bawa kami menemui atasan kalian.”Ekspresi para penjaga berubah, sangat tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Seseorang datang dan mengaku telah membunuh orang, mereka mengakui kejahatan tetapi tidak ingin ditangkap.Langit, apa kau mengirim mereka berdua untuk mempermainkan kami?Qin Guan mengambil sesuatu dari lengan jubahnya. “Lihat ini.”Sebuah belati berwarna hitam dengan ukiran kepala naga di bagian gagang belati. Para penjaga mengenali belati ini. “Kalian bagian dari kelompok Naga Hitam?”Kelompok Naga Hitam dipenuhi pembunuh. Biasanya mereka menyembunyikan identitas ketika keluar sendirian dan menggunakan nama besar mereka ketika pergi bersama rombongan besar. N
Bab 36Setelah makan malam berakhir, Wang Tian Xin memilih untuk langsung istirahat di ruangan yang sudah disediakan oleh Qin Guan. Perjalanan panjang yang sudah dia tempuh dan proses pengobatan Qin Guan membuat tenaganya terkuras habis.Malam itu, Wang Lingling juga memutuskan untuk pergi ke balai Ji Feng. Selama beberapa hari ini dia terlalu fokus merawat Qin Guan, mencegah racun di tubuh pemuda itu menyebar lebih luas sehingga mengabaikan tugasnya di balai Ji Feng.Mei Ling mengikuti Qin Guan ke ruangannya, membantunya untuk bersiap karena pemuda itu harus pergi melakukan pertemuan di luar. Lu Tao sudah menawarkan diri untuk membantu, tetapi Qin Guan lebih memilih Mei Ling yang membantunya.Sebuah jubah hitam dengan bordir merah tua beserta ikat pinggang berwarna merah sudah disiapkan oleh Lu Tao.“Tuan Muda, tidak biasanya Anda memintaku menyiapkan pakaian ini?” tanya Lu Tao kebingungan.Sebagian besar jubah yang Qin Guan miliki berwarna putih, seperti julukanya, Panglima berjubah
Bab 35Wang Tian Xin menjura. “Tian Xin menyapa Lingling jiejie.” Wang Lingling memegang bahu Wang Tian Xin dan memintanya kembali duduk.Pemuda itu mengangguk dan kembali duduk. Pandangannya menatap kedua orang itu bergantian.“Selama ini kalian saling menyapa?”Wang Lingling mendengus. “Kami hanya saling mengenal. Dia bahkan sudah sepuluh tahun tidak mengunjungiku.”Qin Guan menggelengkan kepalanya pelan, tersenyum tipis sebelum berbicara. “Aku hanya ingin kalian tetap aman.”Kini giliran Wang Tian Xin yang mendengus. “Berapa banyak hal lagi yang kau sembunyikan?”Qin Guan diam tak menjawab, memilih menikmati tehnya yang masih mengepul.“Kau tidak akan mendapat jawaban,” ucap Wang Lingling. “Bahkan ada banyak rahasia yang tidak kuketahui.”Ketika tragedi itu terjadi, baik Wang Lingling maupun Wang Tian Xin masih terlalu muda untuk bisa mengingat seluruhnya. Hanya Qin Guan dan Lin Fan yang sudah cukup besar untuk mengetahui sebagian besar faktanya.“Selain kita, apa ada yang mengetah
Bab 34“Apa saat kejadian kelabang malam kau sudah mengetahui semuanya?”Qin Guan tersenyum tipis. “Sejak awal aku melihatmu, aku sudah tahu jika kita adalah saudara.”“Bagaimana mungkin?” Wang Tian Xin kebingungan, tapi tak berselang lama dia menyadari sesuatu. Pemuda itu menghela napas panjang. “Kau pasti mengenaliku dari tombak itu?”Lagi-lagi Qin Guan tersenyum dan mengangguk. Dia sudah cukup besar ketika tragedi mengenaskan itu terjadi kepada keluarganya dan tombak yang ada di tangan adiknya adalah salah satu barang yang paling dia kenali. Itu adalah tombak warisan keluarga Wang yang ada dalam gudang harta mereka.“Xin, jangan marah.”Wang Tian Xin menggeleng lemah. “Tidak. Aku tidak arah, hanya sedikit kecewa.” Pemuda itu mengangkat wajahnya. “Kau memanggilku kemari pasti karena hal mendesak, ‘kan?”Qin Guan mengangguk dan mengajak adiknya
Bab 33Kabar mengenai kemunculan Qin Guan di ibukota langsung menyebar dengan cepat. Para prajurit yang pernah berada di bawah kepemimpinan Qin Guan merasa senang karena sang Jendral Muda telah kembali. Kemunculan pemuda itu juga merupakan angin segar bagi militer kekaisaran Yin yang sedang panas.Setahun yang lalu, Qin Guan dan pasukan perbatasan mampu menghancurkan pasukan lawan hingga pihak lawan mengalami kerugian yang sangat besar. Menurut penghitungan para ahli strategi perang, Kekaisaran Yin akan berada dalam masa tenang selama dua puluh tahun ke depan. Semua orang tentu merasa senang dengan kabar tersebut. Namun, tidak sedikit juga yang merasa sedih, terutama bagi mereka keluarga prajurit yang gugur di medan perang.Selain itu, otak pertama dari pertempuran tersebut, sosok yang seharusnya mendapat penghargaan tertinggi justru turut menghilang dalam peperangan. Para petinggi militer tidak ada yang berani mengklaim jasa tersebut sehingga terjadi sedikit pergolakan di militer.Me
Bab 32Perjalanan terus berlanjut, mereka terus melaju dan hanya berhenti untuk mengganti kuda apabila kuda yang mereka miliki sudah kelelahan. Dua kusir yang ikut dalam perjalanan tersebut terus bergantian demi memangkas waktu agar bisa lebih cepat sampai di ibukota. Karena identitas spesial Qin Guan, dia bisa melewati wilayah terlarang dan memangkas waktu menjadi lebih pendek.Di hari ke delapan, tembok pembatas telah terlihat membentang sepanjang mata memandang. Tembok kokoh setinggi lima belas meter yang dibuat dari susunan batu hitam yang sangat kuat.Menggunakan tanda pengenal miliknya, Qin Guan dan rombongan bisa memasuki ibukota tanpa halangan sedikit pun.“Bisa kita ke penginapan untuk mandi air hangat?” tanya Mei Ling.“Untuk apa ke penginapan? Keluarga Qin memiliki kediaman mewah di ibukota. Jangankan mandi air hangat, mandi perak pun mereka bisa menyediakannya.” Wang Lingling berbicara dengan sangat bersemangat.Qin Guan mendengus pelan. “Lama tidak bertemu, sepertinya kam
Bab 31Tiga hari setelah penyerangan, sebelum matahari terbit, sebuah kereta kuda mewah keluar dari batalyon kota Xian. Meski tidak banyak hiasan yang menempel di bagian luar kereta seperti kereta bangsawan, tetapi desain elegan dan bagian luar kereta yang berwarna hitam mengkilap membuat siapa saja tahu jika pemilik kereta ini bukan orang sembarangan. Orang-orang yang berpapasan dengan kereta tersebut hanya bisa menepi dan sedikit menunduk memberikan penghormatan. Siapa pun yang berada di dalam kereta tersebut pasti bukan sosok biasa.Di dalam kereta, Qin Guan duduk di tengah sementara Wang Lingling dan Mei Ling mengapitnya di kedua sisi. Ketika matahari baru saja terbit, kereta mereka baru meninggalkan kota Xian.“Aku tidak berniat untuk berhenti, jika kalian memerlukan sesuatu katakan padaku.”Kedua gadis itu mengangguk. melihat keduanya mengangguk, Qin Guan merasa sedikit tenang. Dia lantas mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya, terlihat seperti buku yang dibungkus dengan kain
Bab 30Ketika matahari baru saja tenggelam, Qin Guan bisa bernapas lega. Dia mengatur napasnya yang tersengal. Sementara Wang Lingling yang duduk di sampingnya juga terlihat kelelahan. Di meja kecil yang ada di samping mereka, terdapat sebuah nampan yang dipenuhi potongan daging yang menghitam.“Aku tidak menyangka bisa melakukannya secepat ini.”Qin Guan tersenyum. “Kau benar-benar terampil melakukannya. Tidak heran jika Tabib Li mengangkatmu menjadi murid utamanya.”Beberapa waktu lalu, Wang Lingling membuka luka di pinggang dan perut Qin Guan. Gadis itu dengan begitu berani memotong jaringan yang terkena racun hingga bersih. Hasilnya begitu banyak bagian yang harus diangkat.“Ge, aku sudah berharap kau pingsan karena kesakitan. Tapi bagaimana lagi, kau terus sadar sampai prosesnya berakhir.”Qin Guan tersenyum tipis. Dia juga merasa tidak tahan dan ingin kabur saja. Namun, mengingat nyawanya sedang dalam bahaya, dia hanya bisa pasrah dan berharap akan pingsan selama prosesnya berla
Bab 29Wang Lingling merasakan hawa panas dari dalam perut Mei Ling, menandakan terjadinya pendarahan di dalam sana. Jika tidak ditangani dengan tepat, maka nyawa Mei Ling akan berada dalam bahaya.“Apa kau tidak mendeteksinya semalam?”“Aku sudah memberinya obat. Jika dia istirahat dengan baik, kondisinya tidak akan seburuk ini.”Qin Guan mengusap wajahnya dengan kasar. “Lalu bagaimana kondisinya sekarang?”“Terjadi pendarahan di perutnya. Aku akan melakukan perawatan.”Qin Guan menghela napas panjang. “Dia akan baik-baik saja, kan?”Wang Lingling mengangguk. “Selama dia menuruti saranku, maka semuanya akan baik-baik saja.”Seorang tabib tidak akan bisa menyelamatkan orang jika orang tersebut selalu membangkang ucapannya. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara tabib dan pasiennya agar pengobatan bisa dilakukan dengan baik.“Aku akan menyerahkan semuanya padamu.”“Kalau begitu keluarlah, aku harus segera menanganinya.”Qin Guan mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan itu tanpa berbic
Bab 28Setelah pembicaraan yang cukup panas itu, Tabib Li meninggalkan Qin Guan sekaligus meninggalkan kota Xian untuk melakukan perjalanan. Wang Lingling yang mendapat tugas untuk menjaga Qin Guan selalu berjaga di samping pemuda itu.“Qin Gege, jangan banyak bergerak. Lukamu akan terbuka jika kau tidak mau diam.”“Lingling, aku hanya bergerak sedikit, tidak ada hal buruk yang terjadi, terutama jika ada kau di sini.”“Tapi tetap saja kau harus berhati-hati. Jika luka itu sampai terbuka, aku akan menyiramnya dengan arak.”Qin Guan tersenyum tipis. “Baiklah-baiklah, aku akan menurut apa kata tabibku.”Wang Lingling mengaduk tonik hitam di dalam mangkuk sebelum memberikannya pada Qin Guan. “Ini akan meningkatkan stamina.”“Kau mencampurkan obat tidur?”Wang Lingling menggeleng pelan. “Aku tidak memasukan apa pun yang menurunkan kesadaranmu. Sekarang cepat habiskan karena aku harus memeriksa Nona Mei.”Qin Guan hampir meminum toniknya ketika Wang Lingling berbicara. Pemuda itu kembali me