Bab 6
Suara derap langkah kuda yang mendekat membuat Qin Guan seketika waspada. Dia segera menyambar pedang yang dia letakkan di samping api unggunnya dan bersiaga. Dia menajamkan pandangannya dan memperhatikan sekeliling.
Ekspresi Qin Guan berubah serius ketika menyadari arah tamu tak diundang itu berasal dari kota sebelumnya. Dia segera berbisik pada Mei Ling. “Kita kedatangan tamu.”
Gadis itu menggenggam pedangnya dengan erat, lantas mengangguk. Keringat dingin mulai terlihat di dahinya.
“Kamu takut?” tanya Qin Guan.
Mei Ling mengangguk pelan. “Sekte bangau putih saja hancur, bagaimana mungkin kita ….”
Gadis itu tak mampu melanjutkan kata-katanya. Dia masih ingat dengan begitu jelas bagaimana jasad guru dan rekan-rekannya serta kondisi Bai Hu yang paling memprihatinkan. Sekte sebesar Bangau Putih bisa diratakan hanya dalam hitungan jam, artinya kemampuan lawan tidak bisa dianggap remeh.
Mei Ling bukan hanya takut mati, tetapi dia juga takut jika Qin Guan akan meninggalkannya seperti yang lain. Namun, dia cepat-cepat menyingkirkan pemikiran buruknya itu. Dia menatap Qin Guan dengan rasa bersalah.
“Seharusnya … seharusnya aku tidak takut. Tapi….” Mei Ling burusaha menenangkan dirinya, tetapi belum berhasil.
Qin Guan tidak marah, justru dia tersenyum tipis. “Aku justru senang kalau kamu merasa takut. Tapi ingat, jangan sampai ketakutan mengendalikanmu. Mengerti?”
“Mengerti.” Mei Ling mengangguk. Wajahnya yang mungil membuatnya terlihat begitu menggemaskan.
“Musuh semakin dekat, mari kita hadapi bersama.” Qin Guan berkata. “Jangan bergerak terlalu jauh dariku.”
Gadis itu kembali mengangguk. Dia menatap wajah Qin Guan begitu dalam. “Wang Gege … maksudku Qin gege. Berjanjilah tidak akan meninggalkanku sendirian.”
Mei Ling mengulurkan jari kelingkingnya yang disambut anggukan oleh Qin Guan.
Suara derap langkah kuda terdengar semakin jelas. Sekelompok pria yang berjumlah sekitar tiga puluh orang muncul dengan panji kelompok Naga Hitam.
“Siapa yang berani main-main dengan kelompok Naga Hitam tidak akan hidup!”
Seorang pria berteriak keras, padahal tidak ada kebisingan di tempat ini. Namun, mereka tetap berteriak seolah-olah takut Qin Guan tidak mendengarnya.
“Kakak, sepertinya mereka berdua adalah orang yang pelayan itu maksud.” Salah satu pria yang membawa panji Naga Hitam berbicara ketika melihat Qin Guan dan Mei Ling yang tampak waspada. Di kota sebelumnya, anggota kelompok Naga Hitam diserang hingga membuat banyak di antara mereka yang terluka parah.
Pelayan yang menjaga kedai arak tersebut mengatakan jika yang melakukannya adalah sepasang muda-mudi. Long Chen dan yang lainnya segera meninggalkan tempat itu dan melakukan pengejaran. Mereka tidak hanya menyisir jalan, tetapi juga menyusuri hutan di sekitar tempat itu. setelah beberapa jam, barulah mereka menemukan Qin Guan dan Mei Ling.
Long Chen, pemimpin kelompok Naga Hitam mendengus keras. Dia menunjuk Qin Guan dan Mei Ling. “Kalian berdua! Apa yang kalian lakukan?”
Qin Guan menarik Mei Ling ke belakangnya. Tatapan jahat para anggota kelompok Naga Hitam kepada Mei Ling membuatnya begitu murka. Dia menatap tajam Long Chen dan menjawab, “aku hanya berhenti untuk makan malam. Jika kalian tidak ada urusan, pergi tinggalkan kami.”
Long Chen tertawa. Wajahnya jumawa. Jambang yang memenuhi wajahnya bergetar ketika pria tersebut tertawa dengan begitu kerasnya. Para anggota menatap Qin Guan dan Mei Ling dengan tatapan meremehkan.
Beberapa tarikan napas berlalu, Long Chen berhenti tertawa. Dia menatap Qin Guan dengan napsu membunuh. “Makan malam? Apa kamu pikir kami akan percaya?”
Qin Guan tidak kehilangan ketenangannya sama sekali. Sebagai jendral lapangan Qin, dia biasa menghadapi kelompok dengan jumlah ratusan kali lebih banyak dibanding dengan yang dia hadapi saat ini. “Apakah penting? Percaya atau tidak itu urusanmu, bukan urusanku. Sekarang tinggalkan kami sebelum kalian menyesal.”
Raut wajah Long Chen memburuk. Dia adalah ketua kelompok Naga Hitam. Selama lima tahun terakhir, tidak ada yang berani menghinanya. Orang tua yang mendengar namanya akan ketakutan dan anak kecil yang mendengar namanya akan langsung menangis. Namun, pemuda di depannya itu dengan sangat berani dan kurang ajar malah menyuruhnya pergi? Bukankah itu sebuah tamparan yang sangat keras untuknya.
“Kau yang pergi! Ayah dan kakekmu yang pergi!”
Qin Guan menarik pedangnya keluar dari sarung. Ekspresi yang biasanya tenang berubah menjadi begitu menakutkan. Mei Ling yang berdiri di belakang Qin Guan tidak melihat perubahan ini. Jika gadis itu melihatnya, dia pasti berpikir jika Ini bukanlah Qin Guan yang dia kenal.
“Siapa kamu berani menyebut ayah dan kakekku?” Suara Qin Guan begitu dingin. Mei Ling baru menyadari ada sesuatu yang sangat berbeda. “Bahkan ribuan orang seperti dirimu tidak sebanding dengan ayahku!”
Long Chen tertawa geli. “Memang siapa ayahmu? Walikota? Adipati? Gubernur? Atau bahkan kaisar?” Long Chen tertawa mengejek.
“Kau akan bertemu dengannya … setelah kau mati!”
Tanpa aba-aba Qin Guan menghentakkan kaki ke tanah di bawahnya. Tubuhnya melenting, melesat ke arah kelompok Naga Hitam. Long Chen menarik pedangnya, bersiap menyambut serangan Qin Guan.
Ketika tubuhnya berada di udara, Qin Guan mengalirkan tenaga dalam dengan jumlah besar ke tangan kanannya yang kemudian terserap oleh pedang musim dingin.
“Elang menerjang!” sebuah bayangan pedang berwarna putih keluar dari ayunan pedang yang dilakukan oleh Qin Guan.
“Ini ….”
Long Chen tidak bisa menahan keterkejutannya saat melihat bayangan pedang yang melesat ke arahnya.
Boom!
Sebuah ledakan terjadi akibat benturan tenaga dalam yang besar. Sesaat sebelum bayang pedang itu mengenai kelompok Naga Hitam, Long Chen mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menahan serangan tersebut. Ledakan tenaga dalam itu menyebar ke segala arah, menyapu tumpukan salju dalam radius 10 meter.
Beberapa anggota kelompok Naga Hitam yang jaraknya paling dekat dengan Long Chen terpental hingga menabrak rekan-rekan mereka. Terdengar rintih kesakitan yang memilukan.
“Ini … ilmu pedang ini….”
Di dunia ini, penguasaan pedang dibagi menjadi beberapa tingkat. Yang terendah adalah tingkat awam dan yang paling tinggi adalah tingkat dewa.
Bagi mereka yang bisa mengeluarkan bayangan pedang dari tenaga dalam, mereka sudah mencapai tingkat guru, yaitu tingkat empat di antara tujuh tingkat penguasaan pedang. Dengan kata lain, penguasaan pedang Qin Guan sangatlah tinggi.
Semua orang yang menyadari kekuatan Qin Guan tidak bisa menahan keterkejutan dan ketakutan, tetapi yang paling terkejut di antara mereka semua justru Mei Ling.
“Qin Gege … kau?”
Gadis itu tidak tahu harus senang atau sedih dengan kemampuan Qin Guan yang baru dia ketahui. Yang jelas, untuk saat ini dia benar-benar terkejut hingga tidak menyadari bahaya yang mengintainya.
Shoot!
“Argh!”
Bab 7Sebuah belati kecil melesat menuju tempat Mei Ling berdiri. Qin Guan yang baru saja mendaratkan tubuhnya, kembali menjejakkan kaki dan melompat ke arah Mei Ling.“Terlalu jauh ….”Dia berniat untuk menangkis serangan tersebut, tetapi sapuannya tidak cukup cepat. Pisau tersebut bergerak lebih cepat dari gerakan Qin Guan. Sebuah suara robekan terdengar pelan. Aroma darah menyeruak mengiringi suara robekan tersebut. Pisau terbang itu menancap di bahu kiri Qin Guan. Pemuda itu mendarat di tanah dan mundur beberapa langkah.“Qin Gege!”Mei Ling memekik panik ketika melihat pisau itu menancap di bahu Qin Guan. Dia bergegas menghampiri Qin Guan, untuk memastikan jika pemuda itu tidak terluka parah.“Jangan bergerak!” Qin Guan memperingatkan. Tatapannya menatap tajam Mei Ling. “Tetap di belakangku.”“Tapi …” Mei Ling ingin protes. Dia memiliki kemampuan beladiri yang cukup untuk melindungi dirinya sendiri. Jika tadi Qin Guan tidak mendorongnya, dia juga yakin bisa menghindari pisau ters
Angin dingin menusuk tulangSalju yang murni menutupi bumiSungai timur mengalir tenangTebing utara tersembunyiIni adalah akhir tahun, salju turun dengan lebat. Sebagian besar tanah di bumi Xiang tertupi salju tebal. Di hutan kematian, tanah sudah tertutup oleh salju tebal. Tetesan darah meninggalkan jejak yang kontras di atas salju berwarna putih.Seorang pemuda berjalan terseok-seok, seluruh tubuhnya dipenuhi dengan luka. Pandangannya mulai buram karena terlalu banyak darah yang keluar dari lukanya. Langkah demi langkah dia lakukan, dengan harapan akan menemui titik kehidupan. Tidak pernah dia bayangkan jika langkah yang dia harapkan menuju pusat kehidupan justru membawanya ke dalam jurang tanpa batas. "Apa ini adalah akhir dari hidupku?"Pandangannya semakin memudar hingga gelap sepenuhnya. Entah berapa lama dia tidak sadarkan diri hingga sebuah suara mengusiknya. Kepalanya terasa berdenyut, seperti ada ribuan jarum yang menancap di kepalanya. "Wang Jiang, kau bisa mendenga
Sebuah kabut putih keluar dari mulut Bai Hu. Pria itu mendesah pelan sebelum akhirnya mengangguk. "Benar." Pandangan Bai Hu menerawang ke depan, menatap awan putih yang jauh di atas sana. "Saat itu aku menemukanmu di dasar jurang." Bai Hu menunduk, mengambil sesuatu dari lengan jubahnya. Itu adalah sebuah belati yang memiliki relief naga berwarna hitam. Terlihat agung dan mengesankan. "Aku menemukan ini di tubuhmu." Wang Jiang menerima belati tersebut dan menariknya. Di bagian badan belati terlihat dua karakter yang dibaca 'Wang Jiang'. Bai Hu berpikir jika itu adalah miliknya sehingga memanggil pemuda itu dengan nama Wang Jiang. Entah mengapa, Wang Jiang merasa jika separuh jiwanya berada di belati itu. Sebuah rasa kepemilikan muncul begitu saja saat dia melihat belati itu. "Aku ... aku merasa jika ini adalah barang berharga yang aku miliki." "Jika kau merasa demikian, sangat mungkin jika namamu adalah Wang Jiang." Wang Jiang mengangguk. Pandangannya jatuh pada Bai Hu. "Setela
Bai Hu melihat pertarungan antara Wang Jiang dan Hu Tang dari jauh. Melihat gerakan yang Wang Jiang lakukan, dia merasa teknik pedang itu tidak terlalu asing. Setelah beberapa waktu, Wang Jiang mulai terdesak karena kalah tenaga dalam. Ketika melihat Wang Jiang sudah jatuh tetapi Hu Tang terus memburunya, dia tidak bisa diam saja dan melihat pemuda itu membuat Wang Jiang lumpuh. "Berhenti!" Pedang baja hitam di tangan Hu Tang hanya sejengkal dari selangkangan Wang Jiang. Jika Bai Hu terlambat, sudah pasti pedang itu akan memotong masa depan Wang Jiang. "Tetua Bai?" ucap Hu Tang, terkejut. "Meski sekte mengizinkan kalian saling melukai, apa kau berpikir aku akan melepasmu begitu saja?" Suara Bai Hu terdengar dingin. Hu Tang menarik pedangnya. "Tetua, ini adalah masalah antara aku dan Wang Jiang. Anda tidak bisa ikut campur.""Apa karena kau adalah yang terbaik di generasi ini sehingga memandang dirimu begitu tinggi?" Bai Hu tidak senang dengan ucapan Hu Tang. "Aku ingatkan sekal
Kotak kayu itu terbuka, terlihat sebuah pedang berwarna putih yang mengeluarkan hawa dingin. Sarung dan badan pedang itu terpisah, di bagian badan pedang terukir tiga karakter yang berarti pedang musim dingin. Wang Jiang melihat sebuah tulisan di dalam kotak kayu. "Jangan pergi sebelum mengambil kotak ini." Karena khawatir ada hal buruk yang terjadi, Wang Jiang mengambil kotak itu. Lantai batu kembali tertutup. Di bawah pedang musim dingin, terdapat sebuah buku tua yang berjudul kitab empat musim. Dibanding dengan pedang musim dingin, Wang Jiang lebih penasaran dengan kitab tersebut. Di halaman pertama, dijelaskan jika sebelum menjadi pemilik pedang musim dingin, seseorang harus menggunakan darahnya untuk mengikat kontrak. Wang Jiang menggigit jari telunjuknya hingga berdarah dan meneteskannya ke pedang musim dingin. Pedang berwarna putih tulang itu bersinar terang, membutakan mata Wang Jiang selama beberapa saat. Pemuda itu tidak sengaja menyentuh pedang itu, aliran tenaga b
Qin Guan mengepalkan tangannya dengan erat. Kelompok ini menghancurkan sebuah Sekte hanya untuk kitab pusaka, mereka benar-benar serakah. "Apa kitab itu benar di wilayah Sekte?" Salah satu orang mengangguk. "Menurut informasi yang aku dapat, Lin Tian membawa kitab itu bersamanya. Dia sudah masuk di dalam gua selama lima puluh tahun, tetapi belum ada yang pernah melihatnya keluar." "Jadi Lin Tian mati di tempat itu?" Orang itu kembali mengangguk. "Jika kita mencarinya, kita pasti bisa menemukannya." Qin Guan masih berada di luar kedai arak. Dia mengetahui jika kitab empat musim adalah salah satu dari empat kitab penguasa dunia. Banyak pendekar yang mencari kitab ini karena percaya siapa pun yang menguasai salah satu dari kitab penguasa dunia akan menjadi yang terhebat sepanjang masa. "Karena keserakahan ... badai kehancuran datang..."Mei Ling melihat kebencian dalam tatapan Qin Guan yang membara. Meski wajahnya tenang, Mei Ling tahu jika pemuda itu sedang menahan gejolak amarah
Bab 7Sebuah belati kecil melesat menuju tempat Mei Ling berdiri. Qin Guan yang baru saja mendaratkan tubuhnya, kembali menjejakkan kaki dan melompat ke arah Mei Ling.“Terlalu jauh ….”Dia berniat untuk menangkis serangan tersebut, tetapi sapuannya tidak cukup cepat. Pisau tersebut bergerak lebih cepat dari gerakan Qin Guan. Sebuah suara robekan terdengar pelan. Aroma darah menyeruak mengiringi suara robekan tersebut. Pisau terbang itu menancap di bahu kiri Qin Guan. Pemuda itu mendarat di tanah dan mundur beberapa langkah.“Qin Gege!”Mei Ling memekik panik ketika melihat pisau itu menancap di bahu Qin Guan. Dia bergegas menghampiri Qin Guan, untuk memastikan jika pemuda itu tidak terluka parah.“Jangan bergerak!” Qin Guan memperingatkan. Tatapannya menatap tajam Mei Ling. “Tetap di belakangku.”“Tapi …” Mei Ling ingin protes. Dia memiliki kemampuan beladiri yang cukup untuk melindungi dirinya sendiri. Jika tadi Qin Guan tidak mendorongnya, dia juga yakin bisa menghindari pisau ters
Bab 6Suara derap langkah kuda yang mendekat membuat Qin Guan seketika waspada. Dia segera menyambar pedang yang dia letakkan di samping api unggunnya dan bersiaga. Dia menajamkan pandangannya dan memperhatikan sekeliling.Ekspresi Qin Guan berubah serius ketika menyadari arah tamu tak diundang itu berasal dari kota sebelumnya. Dia segera berbisik pada Mei Ling. “Kita kedatangan tamu.”Gadis itu menggenggam pedangnya dengan erat, lantas mengangguk. Keringat dingin mulai terlihat di dahinya.“Kamu takut?” tanya Qin Guan.Mei Ling mengangguk pelan. “Sekte bangau putih saja hancur, bagaimana mungkin kita ….”Gadis itu tak mampu melanjutkan kata-katanya. Dia masih ingat dengan begitu jelas bagaimana jasad guru dan rekan-rekannya serta kondisi Bai Hu yang paling memprihatinkan. Sekte sebesar Bangau Putih bisa diratakan hanya dalam hitungan jam, artinya kemampuan lawan tidak bisa dianggap remeh.Mei Ling bukan hanya takut mati, tetapi dia juga takut jika Qin Guan akan meninggalkannya sepert
Qin Guan mengepalkan tangannya dengan erat. Kelompok ini menghancurkan sebuah Sekte hanya untuk kitab pusaka, mereka benar-benar serakah. "Apa kitab itu benar di wilayah Sekte?" Salah satu orang mengangguk. "Menurut informasi yang aku dapat, Lin Tian membawa kitab itu bersamanya. Dia sudah masuk di dalam gua selama lima puluh tahun, tetapi belum ada yang pernah melihatnya keluar." "Jadi Lin Tian mati di tempat itu?" Orang itu kembali mengangguk. "Jika kita mencarinya, kita pasti bisa menemukannya." Qin Guan masih berada di luar kedai arak. Dia mengetahui jika kitab empat musim adalah salah satu dari empat kitab penguasa dunia. Banyak pendekar yang mencari kitab ini karena percaya siapa pun yang menguasai salah satu dari kitab penguasa dunia akan menjadi yang terhebat sepanjang masa. "Karena keserakahan ... badai kehancuran datang..."Mei Ling melihat kebencian dalam tatapan Qin Guan yang membara. Meski wajahnya tenang, Mei Ling tahu jika pemuda itu sedang menahan gejolak amarah
Kotak kayu itu terbuka, terlihat sebuah pedang berwarna putih yang mengeluarkan hawa dingin. Sarung dan badan pedang itu terpisah, di bagian badan pedang terukir tiga karakter yang berarti pedang musim dingin. Wang Jiang melihat sebuah tulisan di dalam kotak kayu. "Jangan pergi sebelum mengambil kotak ini." Karena khawatir ada hal buruk yang terjadi, Wang Jiang mengambil kotak itu. Lantai batu kembali tertutup. Di bawah pedang musim dingin, terdapat sebuah buku tua yang berjudul kitab empat musim. Dibanding dengan pedang musim dingin, Wang Jiang lebih penasaran dengan kitab tersebut. Di halaman pertama, dijelaskan jika sebelum menjadi pemilik pedang musim dingin, seseorang harus menggunakan darahnya untuk mengikat kontrak. Wang Jiang menggigit jari telunjuknya hingga berdarah dan meneteskannya ke pedang musim dingin. Pedang berwarna putih tulang itu bersinar terang, membutakan mata Wang Jiang selama beberapa saat. Pemuda itu tidak sengaja menyentuh pedang itu, aliran tenaga b
Bai Hu melihat pertarungan antara Wang Jiang dan Hu Tang dari jauh. Melihat gerakan yang Wang Jiang lakukan, dia merasa teknik pedang itu tidak terlalu asing. Setelah beberapa waktu, Wang Jiang mulai terdesak karena kalah tenaga dalam. Ketika melihat Wang Jiang sudah jatuh tetapi Hu Tang terus memburunya, dia tidak bisa diam saja dan melihat pemuda itu membuat Wang Jiang lumpuh. "Berhenti!" Pedang baja hitam di tangan Hu Tang hanya sejengkal dari selangkangan Wang Jiang. Jika Bai Hu terlambat, sudah pasti pedang itu akan memotong masa depan Wang Jiang. "Tetua Bai?" ucap Hu Tang, terkejut. "Meski sekte mengizinkan kalian saling melukai, apa kau berpikir aku akan melepasmu begitu saja?" Suara Bai Hu terdengar dingin. Hu Tang menarik pedangnya. "Tetua, ini adalah masalah antara aku dan Wang Jiang. Anda tidak bisa ikut campur.""Apa karena kau adalah yang terbaik di generasi ini sehingga memandang dirimu begitu tinggi?" Bai Hu tidak senang dengan ucapan Hu Tang. "Aku ingatkan sekal
Sebuah kabut putih keluar dari mulut Bai Hu. Pria itu mendesah pelan sebelum akhirnya mengangguk. "Benar." Pandangan Bai Hu menerawang ke depan, menatap awan putih yang jauh di atas sana. "Saat itu aku menemukanmu di dasar jurang." Bai Hu menunduk, mengambil sesuatu dari lengan jubahnya. Itu adalah sebuah belati yang memiliki relief naga berwarna hitam. Terlihat agung dan mengesankan. "Aku menemukan ini di tubuhmu." Wang Jiang menerima belati tersebut dan menariknya. Di bagian badan belati terlihat dua karakter yang dibaca 'Wang Jiang'. Bai Hu berpikir jika itu adalah miliknya sehingga memanggil pemuda itu dengan nama Wang Jiang. Entah mengapa, Wang Jiang merasa jika separuh jiwanya berada di belati itu. Sebuah rasa kepemilikan muncul begitu saja saat dia melihat belati itu. "Aku ... aku merasa jika ini adalah barang berharga yang aku miliki." "Jika kau merasa demikian, sangat mungkin jika namamu adalah Wang Jiang." Wang Jiang mengangguk. Pandangannya jatuh pada Bai Hu. "Setela
Angin dingin menusuk tulangSalju yang murni menutupi bumiSungai timur mengalir tenangTebing utara tersembunyiIni adalah akhir tahun, salju turun dengan lebat. Sebagian besar tanah di bumi Xiang tertupi salju tebal. Di hutan kematian, tanah sudah tertutup oleh salju tebal. Tetesan darah meninggalkan jejak yang kontras di atas salju berwarna putih.Seorang pemuda berjalan terseok-seok, seluruh tubuhnya dipenuhi dengan luka. Pandangannya mulai buram karena terlalu banyak darah yang keluar dari lukanya. Langkah demi langkah dia lakukan, dengan harapan akan menemui titik kehidupan. Tidak pernah dia bayangkan jika langkah yang dia harapkan menuju pusat kehidupan justru membawanya ke dalam jurang tanpa batas. "Apa ini adalah akhir dari hidupku?"Pandangannya semakin memudar hingga gelap sepenuhnya. Entah berapa lama dia tidak sadarkan diri hingga sebuah suara mengusiknya. Kepalanya terasa berdenyut, seperti ada ribuan jarum yang menancap di kepalanya. "Wang Jiang, kau bisa mendenga