Share

Bab 34

Author: Rana Semitha
last update Huling Na-update: 2025-03-27 04:58:18

Bab 34

“Apa saat kejadian kelabang malam kau sudah mengetahui semuanya?”

Qin Guan tersenyum tipis. “Sejak awal aku melihatmu, aku sudah tahu jika kita adalah saudara.”

“Bagaimana mungkin?” Wang Tian Xin kebingungan, tapi tak berselang lama dia menyadari sesuatu. Pemuda itu menghela napas panjang. “Kau pasti mengenaliku dari tombak itu?”

Lagi-lagi Qin Guan tersenyum dan mengangguk. Dia sudah cukup besar ketika tragedi mengenaskan itu terjadi kepada keluarganya dan tombak yang ada di tangan adiknya adalah salah satu barang yang paling dia kenali. Itu adalah tombak warisan keluarga Wang yang ada dalam gudang harta mereka.

“Xin, jangan marah.”

Wang Tian Xin menggeleng lemah. “Tidak. Aku tidak arah, hanya sedikit kecewa.” Pemuda itu mengangkat wajahnya. “Kau memanggilku kemari pasti karena hal mendesak, ‘kan?”

Qin Guan mengangguk dan mengajak adiknya

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Sang Naga Bumi   Bab 35

    Bab 35Wang Tian Xin menjura. “Tian Xin menyapa Lingling jiejie.” Wang Lingling memegang bahu Wang Tian Xin dan memintanya kembali duduk.Pemuda itu mengangguk dan kembali duduk. Pandangannya menatap kedua orang itu bergantian.“Selama ini kalian saling menyapa?”Wang Lingling mendengus. “Kami hanya saling mengenal. Dia bahkan sudah sepuluh tahun tidak mengunjungiku.”Qin Guan menggelengkan kepalanya pelan, tersenyum tipis sebelum berbicara. “Aku hanya ingin kalian tetap aman.”Kini giliran Wang Tian Xin yang mendengus. “Berapa banyak hal lagi yang kau sembunyikan?”Qin Guan diam tak menjawab, memilih menikmati tehnya yang masih mengepul.“Kau tidak akan mendapat jawaban,” ucap Wang Lingling. “Bahkan ada banyak rahasia yang tidak kuketahui.”Ketika tragedi itu terjadi, baik Wang Lingling maupun Wang Tian Xin masih terlalu muda untuk bisa mengingat seluruhnya. Hanya Qin Guan dan Lin Fan yang sudah cukup besar untuk mengetahui sebagian besar faktanya.“Selain kita, apa ada yang mengetah

    Huling Na-update : 2025-04-02
  • Sang Naga Bumi   Bab 36

    Bab 36Setelah makan malam berakhir, Wang Tian Xin memilih untuk langsung istirahat di ruangan yang sudah disediakan oleh Qin Guan. Perjalanan panjang yang sudah dia tempuh dan proses pengobatan Qin Guan membuat tenaganya terkuras habis.Malam itu, Wang Lingling juga memutuskan untuk pergi ke balai Ji Feng. Selama beberapa hari ini dia terlalu fokus merawat Qin Guan, mencegah racun di tubuh pemuda itu menyebar lebih luas sehingga mengabaikan tugasnya di balai Ji Feng.Mei Ling mengikuti Qin Guan ke ruangannya, membantunya untuk bersiap karena pemuda itu harus pergi melakukan pertemuan di luar. Lu Tao sudah menawarkan diri untuk membantu, tetapi Qin Guan lebih memilih Mei Ling yang membantunya.Sebuah jubah hitam dengan bordir merah tua beserta ikat pinggang berwarna merah sudah disiapkan oleh Lu Tao.“Tuan Muda, tidak biasanya Anda memintaku menyiapkan pakaian ini?” tanya Lu Tao kebingungan.Sebagian besar jubah yang Qin Guan miliki berwarna putih, seperti julukanya, Panglima berjubah

    Huling Na-update : 2025-04-04
  • Sang Naga Bumi   Bab 37

    Bab 37Qin Guan membuka ikatan jubah hitamnya perlahan, menarik kain itu dari tubuhnya hingga terbuka sebagian, memperlihatkan bagian pinggangnya yang dibalut perban. Darah masih tampak membasahi perban tersebut, meninggalkan noda merah gelap yang menyebar perlahan.Pangeran Agung Yin Rui menatap luka itu tanpa berkata-kata. Ekspresinya berubah suram. Sorot matanya yang tadinya penuh kehangatan kini dipenuhi penyesalan dan kekhawatiran. Dia menggeleng pelan."Aku tidak seharusnya memanggilmu datang dalam keadaan seperti ini." Qin Guan menegakkan tubuhnya kembali, meski jelas terlihat bahwa duduk pun terasa menyakitkan baginya. Dia menatap Pangeran Agung dengan hormat, suaranya tenang namun tulus.“Tidak apa-apa, Paman. Luka ini tetap ada, apakah aku diam di rumah atau datang ke tempat Paman. Dan justru aku lebih tenang karena bisa bertemu langsung dengan Anda.”Pangeran Agung terdiam sejenak, napasnya terdengar berat. “Kau masih muda, tapi kau selalu bisa membuat orang tua ini merasa

    Huling Na-update : 2025-04-16
  • Sang Naga Bumi   Bab 38

    Bab 38"Tuan Muda, Anda baik-baik saja?" tanya Lu Tao dari luar kereta, suaranya mengandung kekhawatiran.Qin Guan membuka matanya perlahan, belum sempat menjawab.Sret!Suara tajam mengoyak udara.Dukk!Sebuah anak panah menembus dinding kayu kereta dan menancap hanya sejengkal dari kepala Qin Guan. Ujungnya masih bergetar, meninggalkan suara dengung rendah yang mengerikan.Refleks, Qin Guan miringkan tubuhnya, menahan desakan rasa sakit di pinggang. Sorot matanya langsung berubah tajam.“Berhenti!” serunya.Kereta melambat dan berhenti mendadak di tengah jalan bersalju. Lu Tao segera melompat turun dan membuka pintu kereta dengan ekspresi panik.“Serangan panah! Dari mana datangnya?!” teriaknya, tangan sudah menggenggam gagang pedangnya.Qin Guan meraih anak panah yang masih menancap, menariknya perlahan. Ujung panah itu tajam, ringan, dan tak biasa. Bulu ekornya berwarna hitam kebiruan. Ini adalah ciri khas kelompok pembunuh dari selatan, kelompok bayangan yang sering disewa untuk

    Huling Na-update : 2025-04-18
  • Sang Naga Bumi   Bab 39

    Bab 39Pagi harinya, sinar matahari yang pucat menembus tirai tipis kamar Qin Guan. Udara masih dingin, sisa-sisa salju semalam belum sepenuhnya mencair. Namun, suasana di kediaman Qin sudah mulai bergerak.Di dalam kamar utama, para pelayan bekerja dalam diam dan cekatan. Qin Guan berdiri di depan cermin tembaga tinggi, tubuhnya tegap meski luka di pinggangnya masih membekas nyeri.Hari ini, dia mengenakan jubah kebesarannya, sehelai jubah panjang berwarna putih gading dengan corak hitam dan merah di bagian dada serta lengan, simbol keluarga Qin yang anggun sekaligus kuat. Kainnya tebal namun ringan, berayun lembut setiap kali dia bergerak.Rambut panjangnya digelung ke atas dan diikat dengan tusuk konde perak, ditata rapi tanpa cela. Tak ada satu helai pun yang tampak keluar dari tempatnya. Wajahnya tenang, matanya jernih namun tajam, seolah tak ada yang bisa mengusik keteguhannya.Lu Tao berdiri di belakang, memeriksa pedang upacara yang akan dibawa serta. Ia menatap punggung tuann

    Huling Na-update : 2025-04-19
  • Sang Naga Bumi   Bab 40

    Bab 40“Dengan ini Kaisar menganugerahi ....”Kasim utama membuka gulungan di tangannya dengan gerakan perlahan namun anggun, suaranya lantang dan jelas:“Gelar kehormatan Jenderal Pemberani kepada Qin Guan, sebagai pengakuan atas keberanian dan pengorbanannya dalam pertempuran di perbatasan utara.”Terdengar bisik-bisik kecil dari para menteri. Gelar itu bukan sembarangan. Jenderal Pemberani hanya diberikan kepada panglima perang yang berjasa besar dan menunjukkan keberanian luar biasa di medan tempur.Kasim itu melanjutkan. “Selain itu, Yang Mulia Kaisar juga menganugerahkan sebidang tanah di Lembah Hua, seratus peti emas, tiga puluh gulung kain sutra dari istana, serta satu pedang warisan dari gudang senjata kerajaan.”Mata beberapa pejabat melebar. Sebidang tanah kerajaan dan pedang warisan adalah hadiah yang sangat prestisius. Itu bukan hanya simbol kekayaan, tapi juga kepercayaan penuh dari Kaisar.Kaisar Yin akhirnya bersuara sendiri, nada suaranya dalam dan tegas.“Qin Guan,

    Huling Na-update : 2025-04-20
  • Sang Naga Bumi   Bab 41

    Bab 41Setelah upacara penghargaan dan pembahasan urusan kenegaraan selesai, Kaisar Yin meninggalkan Aula Perunggu diiringi para kasim dan pengawal istana. Suara lonceng kecil dari pintu utama menandakan bahwa pertemuan resmi hari itu telah berakhir.Para pejabat mulai bergerak meninggalkan barisan masing-masing, beberapa di antaranya segera menghampiri Qin Guan yang masih berdiri dengan tenang di dekat pilar utama. Satu per satu mereka memberi salam hormat, sebagian dengan tulus, sebagian lainnya dengan senyum penuh perhitungan.“Jenderal Qin, selamat atas anugerah dari Yang Mulia. Pangkat baru dan tanah di Lembah Hua, sungguh pantas untuk keberanian Anda.”“Kami semua mendengar keteguhanmu di medan perang. Kini nama keluarga Qin bersinar kembali.”“Jika Anda ada waktu, malam ini kami akan berkumpul di kediaman Menteri Liu. Sedikit jamuan ringan, bukan acara resmi. Apa Jendral Qin berkenan minum teh bersama kami?" Qin Guan membalas setiap sapaan dengan anggukan sopan dan senyum yang

    Huling Na-update : 2025-04-21
  • Sang Naga Bumi   Bab 42

    Bab 42 Angin berhembus pelan namun menusuk, membawa hawa dingin yang menyelinap di balik jubah.Qin Guan melangkah keluar dari aula kediaman Putra Mahkota dengan langkah tenang. Namun begitu mencapai pelataran tempat kereta kuda menunggu, tubuhnya seketika oleng.Penglihatannya bergetar, dan dunia terasa berputar sesaat. Rasa nyeri yang samar di pinggangnya, perlahan tapi pasti rasa sakit tersebut semakin intens. Kakinya terhuyung.“Tuan Muda!” seru Lu Tao, yang sudah berdiri menunggu di samping kereta. Ia segera melompat maju dan menangkap tubuh tuannya sebelum jatuh sepenuhnya.Qin Guan menahan napas, berusaha mengatur ulang keseimbangannya. Tangan kirinya mencengkeram lengan Lu Tao erat.“Tak apa,” katanya pelan, namun keringat dingin mulai membasahi pelipis. “Pinggangku sedikit sakit … terlalu lama duduk.”Lu Tao memandangi wajah pucat tuannya dengan khawatir. “Tuan harus beristirahat. Ini tidak bisa diabaikan.”Qin Guan mengangguk lemah, lalu dengan bantuan Lu Tao, ia naik ke d

    Huling Na-update : 2025-04-21

Pinakabagong kabanata

  • Sang Naga Bumi   Bab 42

    Bab 42 Angin berhembus pelan namun menusuk, membawa hawa dingin yang menyelinap di balik jubah.Qin Guan melangkah keluar dari aula kediaman Putra Mahkota dengan langkah tenang. Namun begitu mencapai pelataran tempat kereta kuda menunggu, tubuhnya seketika oleng.Penglihatannya bergetar, dan dunia terasa berputar sesaat. Rasa nyeri yang samar di pinggangnya, perlahan tapi pasti rasa sakit tersebut semakin intens. Kakinya terhuyung.“Tuan Muda!” seru Lu Tao, yang sudah berdiri menunggu di samping kereta. Ia segera melompat maju dan menangkap tubuh tuannya sebelum jatuh sepenuhnya.Qin Guan menahan napas, berusaha mengatur ulang keseimbangannya. Tangan kirinya mencengkeram lengan Lu Tao erat.“Tak apa,” katanya pelan, namun keringat dingin mulai membasahi pelipis. “Pinggangku sedikit sakit … terlalu lama duduk.”Lu Tao memandangi wajah pucat tuannya dengan khawatir. “Tuan harus beristirahat. Ini tidak bisa diabaikan.”Qin Guan mengangguk lemah, lalu dengan bantuan Lu Tao, ia naik ke d

  • Sang Naga Bumi   Bab 41

    Bab 41Setelah upacara penghargaan dan pembahasan urusan kenegaraan selesai, Kaisar Yin meninggalkan Aula Perunggu diiringi para kasim dan pengawal istana. Suara lonceng kecil dari pintu utama menandakan bahwa pertemuan resmi hari itu telah berakhir.Para pejabat mulai bergerak meninggalkan barisan masing-masing, beberapa di antaranya segera menghampiri Qin Guan yang masih berdiri dengan tenang di dekat pilar utama. Satu per satu mereka memberi salam hormat, sebagian dengan tulus, sebagian lainnya dengan senyum penuh perhitungan.“Jenderal Qin, selamat atas anugerah dari Yang Mulia. Pangkat baru dan tanah di Lembah Hua, sungguh pantas untuk keberanian Anda.”“Kami semua mendengar keteguhanmu di medan perang. Kini nama keluarga Qin bersinar kembali.”“Jika Anda ada waktu, malam ini kami akan berkumpul di kediaman Menteri Liu. Sedikit jamuan ringan, bukan acara resmi. Apa Jendral Qin berkenan minum teh bersama kami?" Qin Guan membalas setiap sapaan dengan anggukan sopan dan senyum yang

  • Sang Naga Bumi   Bab 40

    Bab 40“Dengan ini Kaisar menganugerahi ....”Kasim utama membuka gulungan di tangannya dengan gerakan perlahan namun anggun, suaranya lantang dan jelas:“Gelar kehormatan Jenderal Pemberani kepada Qin Guan, sebagai pengakuan atas keberanian dan pengorbanannya dalam pertempuran di perbatasan utara.”Terdengar bisik-bisik kecil dari para menteri. Gelar itu bukan sembarangan. Jenderal Pemberani hanya diberikan kepada panglima perang yang berjasa besar dan menunjukkan keberanian luar biasa di medan tempur.Kasim itu melanjutkan. “Selain itu, Yang Mulia Kaisar juga menganugerahkan sebidang tanah di Lembah Hua, seratus peti emas, tiga puluh gulung kain sutra dari istana, serta satu pedang warisan dari gudang senjata kerajaan.”Mata beberapa pejabat melebar. Sebidang tanah kerajaan dan pedang warisan adalah hadiah yang sangat prestisius. Itu bukan hanya simbol kekayaan, tapi juga kepercayaan penuh dari Kaisar.Kaisar Yin akhirnya bersuara sendiri, nada suaranya dalam dan tegas.“Qin Guan,

  • Sang Naga Bumi   Bab 39

    Bab 39Pagi harinya, sinar matahari yang pucat menembus tirai tipis kamar Qin Guan. Udara masih dingin, sisa-sisa salju semalam belum sepenuhnya mencair. Namun, suasana di kediaman Qin sudah mulai bergerak.Di dalam kamar utama, para pelayan bekerja dalam diam dan cekatan. Qin Guan berdiri di depan cermin tembaga tinggi, tubuhnya tegap meski luka di pinggangnya masih membekas nyeri.Hari ini, dia mengenakan jubah kebesarannya, sehelai jubah panjang berwarna putih gading dengan corak hitam dan merah di bagian dada serta lengan, simbol keluarga Qin yang anggun sekaligus kuat. Kainnya tebal namun ringan, berayun lembut setiap kali dia bergerak.Rambut panjangnya digelung ke atas dan diikat dengan tusuk konde perak, ditata rapi tanpa cela. Tak ada satu helai pun yang tampak keluar dari tempatnya. Wajahnya tenang, matanya jernih namun tajam, seolah tak ada yang bisa mengusik keteguhannya.Lu Tao berdiri di belakang, memeriksa pedang upacara yang akan dibawa serta. Ia menatap punggung tuann

  • Sang Naga Bumi   Bab 38

    Bab 38"Tuan Muda, Anda baik-baik saja?" tanya Lu Tao dari luar kereta, suaranya mengandung kekhawatiran.Qin Guan membuka matanya perlahan, belum sempat menjawab.Sret!Suara tajam mengoyak udara.Dukk!Sebuah anak panah menembus dinding kayu kereta dan menancap hanya sejengkal dari kepala Qin Guan. Ujungnya masih bergetar, meninggalkan suara dengung rendah yang mengerikan.Refleks, Qin Guan miringkan tubuhnya, menahan desakan rasa sakit di pinggang. Sorot matanya langsung berubah tajam.“Berhenti!” serunya.Kereta melambat dan berhenti mendadak di tengah jalan bersalju. Lu Tao segera melompat turun dan membuka pintu kereta dengan ekspresi panik.“Serangan panah! Dari mana datangnya?!” teriaknya, tangan sudah menggenggam gagang pedangnya.Qin Guan meraih anak panah yang masih menancap, menariknya perlahan. Ujung panah itu tajam, ringan, dan tak biasa. Bulu ekornya berwarna hitam kebiruan. Ini adalah ciri khas kelompok pembunuh dari selatan, kelompok bayangan yang sering disewa untuk

  • Sang Naga Bumi   Bab 37

    Bab 37Qin Guan membuka ikatan jubah hitamnya perlahan, menarik kain itu dari tubuhnya hingga terbuka sebagian, memperlihatkan bagian pinggangnya yang dibalut perban. Darah masih tampak membasahi perban tersebut, meninggalkan noda merah gelap yang menyebar perlahan.Pangeran Agung Yin Rui menatap luka itu tanpa berkata-kata. Ekspresinya berubah suram. Sorot matanya yang tadinya penuh kehangatan kini dipenuhi penyesalan dan kekhawatiran. Dia menggeleng pelan."Aku tidak seharusnya memanggilmu datang dalam keadaan seperti ini." Qin Guan menegakkan tubuhnya kembali, meski jelas terlihat bahwa duduk pun terasa menyakitkan baginya. Dia menatap Pangeran Agung dengan hormat, suaranya tenang namun tulus.“Tidak apa-apa, Paman. Luka ini tetap ada, apakah aku diam di rumah atau datang ke tempat Paman. Dan justru aku lebih tenang karena bisa bertemu langsung dengan Anda.”Pangeran Agung terdiam sejenak, napasnya terdengar berat. “Kau masih muda, tapi kau selalu bisa membuat orang tua ini merasa

  • Sang Naga Bumi   Bab 36

    Bab 36Setelah makan malam berakhir, Wang Tian Xin memilih untuk langsung istirahat di ruangan yang sudah disediakan oleh Qin Guan. Perjalanan panjang yang sudah dia tempuh dan proses pengobatan Qin Guan membuat tenaganya terkuras habis.Malam itu, Wang Lingling juga memutuskan untuk pergi ke balai Ji Feng. Selama beberapa hari ini dia terlalu fokus merawat Qin Guan, mencegah racun di tubuh pemuda itu menyebar lebih luas sehingga mengabaikan tugasnya di balai Ji Feng.Mei Ling mengikuti Qin Guan ke ruangannya, membantunya untuk bersiap karena pemuda itu harus pergi melakukan pertemuan di luar. Lu Tao sudah menawarkan diri untuk membantu, tetapi Qin Guan lebih memilih Mei Ling yang membantunya.Sebuah jubah hitam dengan bordir merah tua beserta ikat pinggang berwarna merah sudah disiapkan oleh Lu Tao.“Tuan Muda, tidak biasanya Anda memintaku menyiapkan pakaian ini?” tanya Lu Tao kebingungan.Sebagian besar jubah yang Qin Guan miliki berwarna putih, seperti julukanya, Panglima berjubah

  • Sang Naga Bumi   Bab 35

    Bab 35Wang Tian Xin menjura. “Tian Xin menyapa Lingling jiejie.” Wang Lingling memegang bahu Wang Tian Xin dan memintanya kembali duduk.Pemuda itu mengangguk dan kembali duduk. Pandangannya menatap kedua orang itu bergantian.“Selama ini kalian saling menyapa?”Wang Lingling mendengus. “Kami hanya saling mengenal. Dia bahkan sudah sepuluh tahun tidak mengunjungiku.”Qin Guan menggelengkan kepalanya pelan, tersenyum tipis sebelum berbicara. “Aku hanya ingin kalian tetap aman.”Kini giliran Wang Tian Xin yang mendengus. “Berapa banyak hal lagi yang kau sembunyikan?”Qin Guan diam tak menjawab, memilih menikmati tehnya yang masih mengepul.“Kau tidak akan mendapat jawaban,” ucap Wang Lingling. “Bahkan ada banyak rahasia yang tidak kuketahui.”Ketika tragedi itu terjadi, baik Wang Lingling maupun Wang Tian Xin masih terlalu muda untuk bisa mengingat seluruhnya. Hanya Qin Guan dan Lin Fan yang sudah cukup besar untuk mengetahui sebagian besar faktanya.“Selain kita, apa ada yang mengetah

  • Sang Naga Bumi   Bab 34

    Bab 34“Apa saat kejadian kelabang malam kau sudah mengetahui semuanya?”Qin Guan tersenyum tipis. “Sejak awal aku melihatmu, aku sudah tahu jika kita adalah saudara.”“Bagaimana mungkin?” Wang Tian Xin kebingungan, tapi tak berselang lama dia menyadari sesuatu. Pemuda itu menghela napas panjang. “Kau pasti mengenaliku dari tombak itu?”Lagi-lagi Qin Guan tersenyum dan mengangguk. Dia sudah cukup besar ketika tragedi mengenaskan itu terjadi kepada keluarganya dan tombak yang ada di tangan adiknya adalah salah satu barang yang paling dia kenali. Itu adalah tombak warisan keluarga Wang yang ada dalam gudang harta mereka.“Xin, jangan marah.”Wang Tian Xin menggeleng lemah. “Tidak. Aku tidak arah, hanya sedikit kecewa.” Pemuda itu mengangkat wajahnya. “Kau memanggilku kemari pasti karena hal mendesak, ‘kan?”Qin Guan mengangguk dan mengajak adiknya

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status