"Hal lain apa maksudmu?" tanya Dorothy balik. "Kau tahu apa maksudku," balas Jody. Tatapan Jody terlihat tak biasa dan Dorothy sungguh malas sekali jika menghadapi Jody yang tidak bisa mengendalikan diri saat ini. Kesal, Dorothy pun berkata, "Kau menjadi tidak masuk akal jika kita berbicara tentang Jenderal Mackenzie." "Kaulah yang begitu," bantah Jody. "Kita bicara lagi nanti. Aku harus melapor pada Raja Keannu," balas Dorothy. Tanpa ingin berdebat lagi, Jody melepaskan kekasihnya itu pergi dan ia pun hanya bisa melampiaskan kekesalannya lewat latihan fisik di dalam gedung itu. Sedangkan kini, di Gedung Perak, Bill sedang berdiri melihat-lihat kembali barang-barang lama miliknya ditemani oleh Andrew Reece yang selalu setia kepadanya. "Kau tidak perlu menemaniku seperti ini, Reece," ucap Bill. "Sudah menjadi tugas saya untuk melayani Anda, Jenderal." "Tidak. Aku sekarang hanya Penasihat Perang, Reece. Kau tidak perlu melayaniku," ujar Bill. Namun, Andrew Reece tetap bersiker
Andrew Reece memperhatikan kening sang jenderal perang yang ia layani dengan setia itu tengah berkerut dan ia pun dengan sangat berhati-hati mulai berbicara, "Mungkin, mereka bukan berasal dari kerajaan lain, Jenderal."Bill segera menoleh dan memberi tatapan balasan penuh dengan tanda tanya, "Bukan? Lalu dari mana menurutmu mereka?"Andrew membasahi bibir, mencoba memberi jawaban yang netral tapi tetap terarah, "Saya curiga jika mungkin mereka itu orang-orang di sekitar Anda, Jenderal."Bill mendesah pelan. Ia tidak setuju tapi tetap menghargai jawaban yang diberikan oleh Andrew. Lelaki muda itu sudah berani mengatakan jawabannya, maka tak ada alasan bagi Bill untuk mencibir jawaban itu.Sehingga ia memilih untuk berkata secara pelan-pelan."Hm, musuhku memang banyak, tapi kupikir tak ada yang berani sampai berniat membunuhku, Reece. Musuhku di Carlo Hill itu hanyalah orang-orang biasa," ucap Bill."Orang-orang biasa juga sangat mungkin melakukan tindakan itu, Jenderal," sahut Andrew
Andrew segera mengangguk dengan cepat.Bill pun mulai bercerita.Lebih dari tiga tahun lalu,Sesaat setelah William Mackenzie memutuskan mundur dari jabatannya sebagai Jenderal tertinggi Kerajaan Ans De Lou, ia segera ke luar dari istana dengan membawa sedikit barang-barangnya. Ia melepas topeng peraknya dan mulai menapaki jalanan untuk pertama kalinya sebagai orang biasa. Ia pun menikmati udara luar dan berkeinginan untuk melihat kampung halamannya yang telah ia tinggalkan selama beberapa tahun. Meskipun dia sudah tidak memiliki satu kerabat pun yang tersisa, ia tetap ingin melihat tempat ia tinggal dan dibesarkan. Akan tetapi, kesialan menghampirinya.Lelaki dengan penampilan layaknya warga biasa itu dikejar-kejar oleh orang-orang yang tidak ia ketahui asalnya. Ia berlari tak tentu arah sampai akhirnya ia terjepit. Bill yang sudah tidak memiliki senjata apa pun hanya bisa melawan dengan tangan kosong. Pada awalnya ia memang berhasil mengalahkan orang-orang yang menyerangnya itu,
Perubahan topik yang begitu mendadak itu sebenarnya membuat Andrew sedikit terkejut, tapi ia segera berpikir cepat. "Anda belum pernah melawannya, Jenderal tapi Jenderal Gardner pernah.""Ah, begitu. Bawakan aku dokumen lengkapnya nanti malam, Reece!" perintah Bill."Baik, Jenderal."Di bagian istana lain, saat ini Keannu Wellington sedang berdiri di taman bunganya di malam itu dan Amanda Clark, sekretaris istana yang telah mengabdi di kerajaan itu selama beberapa tahun pun menemuinya guna melaporkan sesuatu. Keannu menyadari kedatangan wanita itu setelah sang penjaga memberitahunya."Yang Mulia," sapa Amanda Clark sambil membungkuk perlahan."Ya, Amanda. Sudah kau dapatkan?" tanya Keannu."Sudah, Yang Mulia," jawab Amanda seraya menyerahkan sebuah tablet putih kepada sang raja.Keannu segera mengambil kaca mata bacanya lalu membuka dokumen itu dan membacanya secara teliti."Bagus, ini sangat bagus. Kita bisa memakai ini untuk menyerang mereka," ucap Keannu senang.Amanda Clark menun
"Ah, soal itu. Maaf, Anda sudah salah paham, Jenderal Gardner. Saya tidak-""Tidak salah, paham, Stewart. Tujuanmu sudah sangat jelas sekali terlihat," sela Jody Gardner.Bill membuka mulut lagi, "Tujuan apa? Saya bahkan sama sekali tidak mengerti apa yang Anda katakan, saya hanya-""Terserah saja kau mau melakukan apa," potong Jody Gardner cepat, sudah tidak ingin berbasa-basi lagi.Amanda Clark merasa atmosfer di sekitar sana terasa tidak bagus, bahkan ia sedikit kedinginan hanya berdiri di sana saja. Ini membuat wanita muda itu begitu frustrasi dan tidak nyaman.Jody Gardner dengan sengaja bergerak mendekat, hingga akhirnya membuat jarak antara dirinya dan Bill menjadi lebih sempit. Tanpa mengalihkan pandangan dari Bill dan malah tetap memberi tatapan tajam pada Bill, Jody berkata, "Aku tidak peduli seberapa keras usahamu untuk bisa naik ke atas, Stewart. Tapi, akan aku pastikan kau tidak akan pernah bisa ada di posisiku."Jody menyeringai seperti seekor singa yang daerah berburuny
Sorot mata Keannu Wellington memberikan sorot tidak percaya. Ia bahkan menatap bingung pada jenderal terbaik yang pernah dimiliki oleh Kerajaan Ans De Lou dan bahkan dipuja-puja oleh seluruh rakyat Ans De Lou serta begitu dipercayai oleh ayahnya itu."Jenderal Mackenzie, tentu saja hal ini sangat berkaitan. Tidakkah kau pikir, kita bisa menggunakan hal itu untuk membuat goyah kerajaan itu, Jenderal?" tanya Keannu, tiba-tiba dipenuhi oleh semangat yang begitu tinggi, sampai-sampai Bill bisa merasakan aura semangatnya itu.Kening Bill mengerut bingung, "Maksud Anda, Anda berniat menggunakan skandal ini untuk mengancam atau menjebak Raja Maldiva, Yang Mulia? Benarkah seperti itu?"Keannu senang sekali akhirnya Bill mengerti akan ide briliannya. "Tepat. Kita bisa gunakan itu untuk mencapai kesepakatan dengan mereka. Aku yakin mereka tidak akan mungkin menyerang, jika mereka tahu kita mendapatkan bukti skandal si Kingsley itu." Keannu tertawa-tawa membayangkan bagaimana raja angkuh itu m
"Monica, kau tahu bagaimana kehebatannya kan?" balas Keannu malah semakin kesal luar biasa."Yah, sehebat apapun dia, kalau dia tidak bisa kau kendalikan ya percuma saja kan?" ujar Monica.Keannu segera membuat gerakan, menyuruh semua pengawal dan pelayannya menyingkir dari sana. Astaga, suasana hatinya sungguh semakin buruk setelah ia mendengar ucapan istrinya.Monica menghela napas panjang, ratu muda itu terlihat kasihan pada suaminya. "Lalu, apa yang sebenarnya dia sudah lakukan?""Dia hanya mengkritik caraku untuk menang.""Cara yang seperti apa?" tanya Monica.Keannu memanglah sangat terbuka pada istrinya. Apapun ia ceritakan pada ratunya itu. Tak satu pun rahasia yang disembunyikannya dari Monica Wilhelm. Maka, kali ini pun dia tidak ragu sama sekali saat bercerita, "Aku menemukan sebuah informasi menarik tentang putra mahkota Kerajaan Maldiva dan itu berupa skandal. Aku berniat menggunakan ini untuk mengancam Raja Maldiva."Monica manggut-manggut, dengan mudah memahami cerita i
"Maaf, Yang Mulia. Ampuni saya jika saya sudah lancang. Tapi, ini adalah pertama kalinya saya bertemu dengan Anda," ucap Bill.Monica mengerutkan dahi, sedikit tidak yakin. Tidak mungkin ia salah orang. Orang yang berdiri tak jauh darinya ini jelas orang itu. Orang yang pernah ia temui beberapa tahun lalu.Ah, memang kejadiannya sudah begitu lama, tapi kejadian lama itu kejadian biasa saja dan mudah ia lupakan. Jadi, ia yakin ia tidak mungkin salah mengenali orang. Bahkan, wajah orang itu tidak berubah. Sama sekali tidak ada perubahan yang signifikan."Tidak. Kau salah, kita pernah bertemu sebelumnya. Itu di ... di ...."Wanita itu tidak bisa melanjutkan perkataannya dan segera sadar saat ini ia tidak hanya berdua saja dengan Bill. Begitu banyak pengawal dan juga pelayan yang ada di selkitar mereka. Jika ia salah mengambil langkah, bisa-bisa esok hari gosip tidak sedap bisa tersebar ke seluruh penjuru istana. Reputasi baik yang selama ia jaga pun bisa rusak dan ia tidak mau hal itu s