Andrew segera mengangguk dengan cepat.Bill pun mulai bercerita.Lebih dari tiga tahun lalu,Sesaat setelah William Mackenzie memutuskan mundur dari jabatannya sebagai Jenderal tertinggi Kerajaan Ans De Lou, ia segera ke luar dari istana dengan membawa sedikit barang-barangnya. Ia melepas topeng peraknya dan mulai menapaki jalanan untuk pertama kalinya sebagai orang biasa. Ia pun menikmati udara luar dan berkeinginan untuk melihat kampung halamannya yang telah ia tinggalkan selama beberapa tahun. Meskipun dia sudah tidak memiliki satu kerabat pun yang tersisa, ia tetap ingin melihat tempat ia tinggal dan dibesarkan. Akan tetapi, kesialan menghampirinya.Lelaki dengan penampilan layaknya warga biasa itu dikejar-kejar oleh orang-orang yang tidak ia ketahui asalnya. Ia berlari tak tentu arah sampai akhirnya ia terjepit. Bill yang sudah tidak memiliki senjata apa pun hanya bisa melawan dengan tangan kosong. Pada awalnya ia memang berhasil mengalahkan orang-orang yang menyerangnya itu,
Perubahan topik yang begitu mendadak itu sebenarnya membuat Andrew sedikit terkejut, tapi ia segera berpikir cepat. "Anda belum pernah melawannya, Jenderal tapi Jenderal Gardner pernah.""Ah, begitu. Bawakan aku dokumen lengkapnya nanti malam, Reece!" perintah Bill."Baik, Jenderal."Di bagian istana lain, saat ini Keannu Wellington sedang berdiri di taman bunganya di malam itu dan Amanda Clark, sekretaris istana yang telah mengabdi di kerajaan itu selama beberapa tahun pun menemuinya guna melaporkan sesuatu. Keannu menyadari kedatangan wanita itu setelah sang penjaga memberitahunya."Yang Mulia," sapa Amanda Clark sambil membungkuk perlahan."Ya, Amanda. Sudah kau dapatkan?" tanya Keannu."Sudah, Yang Mulia," jawab Amanda seraya menyerahkan sebuah tablet putih kepada sang raja.Keannu segera mengambil kaca mata bacanya lalu membuka dokumen itu dan membacanya secara teliti."Bagus, ini sangat bagus. Kita bisa memakai ini untuk menyerang mereka," ucap Keannu senang.Amanda Clark menun
"Ah, soal itu. Maaf, Anda sudah salah paham, Jenderal Gardner. Saya tidak-""Tidak salah, paham, Stewart. Tujuanmu sudah sangat jelas sekali terlihat," sela Jody Gardner.Bill membuka mulut lagi, "Tujuan apa? Saya bahkan sama sekali tidak mengerti apa yang Anda katakan, saya hanya-""Terserah saja kau mau melakukan apa," potong Jody Gardner cepat, sudah tidak ingin berbasa-basi lagi.Amanda Clark merasa atmosfer di sekitar sana terasa tidak bagus, bahkan ia sedikit kedinginan hanya berdiri di sana saja. Ini membuat wanita muda itu begitu frustrasi dan tidak nyaman.Jody Gardner dengan sengaja bergerak mendekat, hingga akhirnya membuat jarak antara dirinya dan Bill menjadi lebih sempit. Tanpa mengalihkan pandangan dari Bill dan malah tetap memberi tatapan tajam pada Bill, Jody berkata, "Aku tidak peduli seberapa keras usahamu untuk bisa naik ke atas, Stewart. Tapi, akan aku pastikan kau tidak akan pernah bisa ada di posisiku."Jody menyeringai seperti seekor singa yang daerah berburuny
Sorot mata Keannu Wellington memberikan sorot tidak percaya. Ia bahkan menatap bingung pada jenderal terbaik yang pernah dimiliki oleh Kerajaan Ans De Lou dan bahkan dipuja-puja oleh seluruh rakyat Ans De Lou serta begitu dipercayai oleh ayahnya itu."Jenderal Mackenzie, tentu saja hal ini sangat berkaitan. Tidakkah kau pikir, kita bisa menggunakan hal itu untuk membuat goyah kerajaan itu, Jenderal?" tanya Keannu, tiba-tiba dipenuhi oleh semangat yang begitu tinggi, sampai-sampai Bill bisa merasakan aura semangatnya itu.Kening Bill mengerut bingung, "Maksud Anda, Anda berniat menggunakan skandal ini untuk mengancam atau menjebak Raja Maldiva, Yang Mulia? Benarkah seperti itu?"Keannu senang sekali akhirnya Bill mengerti akan ide briliannya. "Tepat. Kita bisa gunakan itu untuk mencapai kesepakatan dengan mereka. Aku yakin mereka tidak akan mungkin menyerang, jika mereka tahu kita mendapatkan bukti skandal si Kingsley itu." Keannu tertawa-tawa membayangkan bagaimana raja angkuh itu m
"Monica, kau tahu bagaimana kehebatannya kan?" balas Keannu malah semakin kesal luar biasa."Yah, sehebat apapun dia, kalau dia tidak bisa kau kendalikan ya percuma saja kan?" ujar Monica.Keannu segera membuat gerakan, menyuruh semua pengawal dan pelayannya menyingkir dari sana. Astaga, suasana hatinya sungguh semakin buruk setelah ia mendengar ucapan istrinya.Monica menghela napas panjang, ratu muda itu terlihat kasihan pada suaminya. "Lalu, apa yang sebenarnya dia sudah lakukan?""Dia hanya mengkritik caraku untuk menang.""Cara yang seperti apa?" tanya Monica.Keannu memanglah sangat terbuka pada istrinya. Apapun ia ceritakan pada ratunya itu. Tak satu pun rahasia yang disembunyikannya dari Monica Wilhelm. Maka, kali ini pun dia tidak ragu sama sekali saat bercerita, "Aku menemukan sebuah informasi menarik tentang putra mahkota Kerajaan Maldiva dan itu berupa skandal. Aku berniat menggunakan ini untuk mengancam Raja Maldiva."Monica manggut-manggut, dengan mudah memahami cerita i
"Maaf, Yang Mulia. Ampuni saya jika saya sudah lancang. Tapi, ini adalah pertama kalinya saya bertemu dengan Anda," ucap Bill.Monica mengerutkan dahi, sedikit tidak yakin. Tidak mungkin ia salah orang. Orang yang berdiri tak jauh darinya ini jelas orang itu. Orang yang pernah ia temui beberapa tahun lalu.Ah, memang kejadiannya sudah begitu lama, tapi kejadian lama itu kejadian biasa saja dan mudah ia lupakan. Jadi, ia yakin ia tidak mungkin salah mengenali orang. Bahkan, wajah orang itu tidak berubah. Sama sekali tidak ada perubahan yang signifikan."Tidak. Kau salah, kita pernah bertemu sebelumnya. Itu di ... di ...."Wanita itu tidak bisa melanjutkan perkataannya dan segera sadar saat ini ia tidak hanya berdua saja dengan Bill. Begitu banyak pengawal dan juga pelayan yang ada di selkitar mereka. Jika ia salah mengambil langkah, bisa-bisa esok hari gosip tidak sedap bisa tersebar ke seluruh penjuru istana. Reputasi baik yang selama ia jaga pun bisa rusak dan ia tidak mau hal itu s
"Ada sesuatu yang perlu aku diskusikan dengannya," jawab Bill, mengakhiri pertanyaan yang mungkin akan diajukan oleh Andrew.Andrew pun tidak berani bertanya lagi setelah melihat wajah sang jendral yang terlihat begitu tidak baik.Bill sekali lagi memeriksa semua perlengkapan senjata itu dan setelahnya mencatat beberapa hal yang penting.Esok paginya, tepat dua hari sebelum mereka akan melakukan penyerangan terhadap kerajaan Maldiva, Bill menemui jenderal perang tersebut setelah mendapatkan izin yang didapatkan atas bantuan Andrew."Aku tidak mengerti jika ternyata Andrew Reece telah berubah menjadi pelayan setiamu," sindir Jody begitu Bill memasuki tempat tinggal pribadinya.Bill kau sedang disindir dan ia pun membalas dengan santai, "Sejak saya masuk ke istana ini, Andrew Reece memang menjadi orang yang paling banyak membantu saya dalam berbagai hal.""Hm, tentu saja aku bisa melihat hal itu." Tatapan mata Jody terlihat tidak bersahabat tetapi dikarenakan ia dan penasihat perangnya
Keannu tanpa rasa beban menjawab, "Tentu. Aku sudah memikirkan bagaimana nanti ke depannya.""Kau yakin?" tanya Monica, jelas terlihat begitu meragu atas ucapan sang suami."Kau meragukan ucapanku, Sayang?" Sebuah senyuman terbit di bibir sang ratu, "Aku tidak tahu apakah ini namanya sebuah keraguan atau bukan. Tapi yang pasti, entah bagaimana aku mengenal dirimu."Keannu Wellington membalasnya dengan sebuah tawa kecil tetapi cukup membuktikan jika apa yang ada di dalam kepala Monica sedikit dengan kebenaran."Kau pasti telah memikirkan untuk menyingkirkan salah satu dari mereka, bukan?" tebak Monica.Keannu Wellington menghentikan tawanya lalu menatap istrinya lekat-lekat, sebelum kemudian membalas dengan sebuah tawa lagi yang kini terdengar lebih tidak mengenakkan untuk didengar.Sang ratu tidak membalas tawa itu dan hanya menatap suaminya penuh dengan rasa penasaran sehingga raja muda tersebut pun segera membalas, "Kau benar-benar sangat cocok menjadi istriku, ratuku."Monica meng
“Astaga, Xylan! Mengapa kau meragukan dia?” Rowena membalas dengan nada pelan, seolah takut membuat putra kecilnya yang sedang tertidur dalam gendongannya terbangun akibat suaranya yang mungkin terlalu kencang.Xylan menggelengkan kepala, “Aku sama sekali tidak bermaksud meragukan dia. Hanya saja, aku tahu tujuan utamanya kembali ke istana ini, Rowena. Dia ….”“Berhenti berpikir seperti itu! Dia akan sangat kecewa kalau dia tahu ternyata kau meragukan kesetiaannya,” kata Rowena dengan tajam.Rupanya nada suaranya kali itu sedikit agak lebih keras sehingga sang putra, Kharel Mackenzie terganggu tidurnya sampai bocah kecil itu menggerakkan tubuhnya.Rowena pun kembali mencoba untuk membuat pangeran kecil itu terlelap lagi dengan cara menimangnya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.Xylan terdiam, seakan dia tahu sang kakak masih belum selesai berbicara.Ternyata memang benar dugaan Xylan. Usai keponakan kesayangannya itu tertidur tenang lagi, Rowena pun berkata lagi, “Xylan, menuru
Selama Ben mengenal James, baru saat itu dia melihat James terlihat begitu sangat frustasi.Biasanya James selalu tampak datar, dingin dan tak jarang malah tanpa emosi. Akan tetapi, James yang sangat kaku itu telah berubah.Rasa cemas dan gelisah itu ditampakkan dengan jelas. Hal itu tentu membuat Ben cukup bingung menanggapinya.Akan tetapi, dia kemudian mendengar Reiner berkata, “Tenanglah, James! Ini bukan berarti kau tidak bisa membawa Riley pulan selamanya. Namun, kau hanya belum bisa membawanya pulang saat ini saja.”Reiner menepuk punggung James yang terlihat sedikit bergetar itu. Oh, Reiner sangat terkejut. Rupanya James benar-benar sangat memikirkan perasaan putra sahabat mereka itu. “Ingat, James. Kita akan kembali ke sana untuk mencarinya lagi, jadi kau tidak perlu merasa bersalah,” Reiner menambahkan.Bukannya menjadi tenang, James malah semakin resah. Pria muda itu menoleh ke arah Reiner dan membalas, “Bagaimana bisa aku tidak merasa bersalah, Rei? Aku … sudah berjanji
Seakan baru tersadar, James sontak mengangguk perlahan, “Kau benar, Rei. Kita … harus kembali ke istana dan menyusun strategi lagi untuk menemukan Riley.”Reiner pun akhirnya bisa bernapas dengan penuh kelegaan.“Ayo! Kita harus segera meninggalkan tempat ini terlebih dulu,” ucap Reiner.James melihat sekeliling area tersebut untuk yang terakhir kalinya. Setelah dia merasa semua usahanya sudah cukup untuk saat itu, dia segera naik ke pesawat yang akan membawanya kembali menuju Kerajaan Ans De Lou.Selama dalam perjalanan, James lebih banyak terdiam.Sementara Reiner dan Ben yang juga berada di dalam pesawat yang sama dengan James berulang kali masih mengajak James berbicara. Namun, pria muda itu tetap memilih untuk diam.Padahal, Reiner ingin menghiburnya dengan cara mengalihkan perhatian James dari masalah Riley yang belum ditemukan. Sayangnya, dia masih gagal melakukannya. James masih terlihat tidak ing
Sang prajurit sontak mendadak takut.Apalagi, sorot mata James Gardner tiba-tiba berubah tajam seolah sedang menusuk dirinya.Oh, dia sungguh hanya bermaksud untuk mengungkapkan apa yang sedang dia pikirkan. Dia tidak bermaksud menyinggung jenderal perang itu.Dia tentu saja tidak berani melawan James Gardner. Nyalinya pun seketika semakin menciut kala dia mendengar James berbicara kembali, “Ayo! Katakan padaku! Apa kau bermaksud mengatakan kalau Riley tidak mau bertemu denganku?”Prajurit bernama Joseph Zow itu dengan segera menggelengkan kepala kuat-kuat. “Tidak, Jenderal Gardner. Bukan itu maksud saya. Saya hanya-”“Lalu, apa? Bagaimana bisa kau berpikir Riley tidak ingin keluar dari tempat persembunyiannya?” kini nada suara James semakin terdengar frustasi.Tidak mau suasana di sana semakin tidak terkendali, Reiner segera mendekati sahabatnya itu dan berkata, “James, hentikan!&r
Reiner mengedipkan mata mendengar perkataan temannya tersebut. Lelaki itu pun menggelengkan kepala dengan tegas, “Masalah militer di istana? Kau gila? Masalah seperti apa?”“Tidak ada masalah perebutan kekuasaan di istana, James. Pangeran Xylan dan Putri Rowena memiliki hubungan yang sangat baik,” Reiner menjelaskan dengan alis terangkat akibat sangat heran.Belum sempat James menjawab penjelasan Reiner, Ben sudah buru-buru ikut berkata, “Reiner benar. Mereka berdua tidak pernah memiliki masalah. Tidak mungkin mereka bertengkar.”“Tentu saja. Bahkan, Putri Rowena selalu mendukung Pangeran Xylan. Sangat mustahil memperebutkan sebuah tahta. Lagipula, Putri Rowena pastilah masih sangat sedih karena Riley belum ditemukan. Mana mungkin dia memikirkan-”“CUKUP!” James tiba-tiba memotong perkataan Reiner yang sangat panjang itu.Reiner hendak meneruskan perkataannya, tapi rupanya James sedang agak kesal sehingga dia tidak memperdulikan niat Reiner tersebut dan malah lanjut berkata, “Astaga!
“Tidak mungkin,” kata Ben dengan nada tegas.Reiner juga menanggapi, “Mereka tidak mungkin membunuh Riley.”Ben menambahkan kembali, “Jika mereka membunuh Riley, aku yakin mereka sudah mengumumkannya. Atau … setidaknya mereka akan melakukan sesuatu seperti membuat kita bingung dengan keberadaan Riley.”Melihat James terlihat frustasi, Reiner berkata lagi, “Dia pasti masih hidup. Hanya saja kita belum menemukannya.”“Benar. Dia mungkin dipindahkan ke tempat rahasia mereka,” kata Ben.Raut wajah James merileks daripada sebelumnya saat mendengar kalimat-kalimat menenangkan kedua temannya itu. Dia sedikit jauh lebih lega.James lalu menganggukkan kepala, “Kalau begitu, kita harus mencari tahu lebih banyak.”“Iya, kita akan melakukannya. Jangan khawatir!” kata Reiner.Ben berujar dengan penuh nada yakin, “Kita pasti menemukan Riley, James.”James memilih untuk percaya dan kembali melakukan pencarian dengan lebih menyeluruh. Sayangnya, meskipun para prajurit Kerajaan Ans De Lou telah mengi
Reiner mengernyitkan dahi, “Itu memang mustahil. Apa dia berbohong?”James menggelengkan kepala dengan tegas, “Tidak mungkin.”“Kenapa kau bisa percaya dia dengan mudah?” Reiner bertanya sembari tetap memeriksa area itu.James mendesah pelan, “Aku belum pernah bertemu dengan prajurit Ans De Lou yang berani berbohong kepadaku.”Reiner seketika memutar kepala dan menatap temannya itu tanpa berkedip.Dua detik kemudian dia pun mengangguk setuju, “Oh, kau benar. Mana mungkin ada yang berani berurusan denganmu?”James mengibaskan tangannya.Dia menengadah dan melebarkan mata begitu mendapatkan sesuatu. Dengan cepat dia meminta Reiner untuk mendekat ke arahnya.“Ada apa? Di atas ada apa?” Reiner bertanya saat James melihat ke arah atas.Namun, James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan malah berjinjit sedikit lalu mengambil sesuatu benda berukuran kecil yang menempel pada dinding.“Apa itu?” Reiner bertanya dengan ekspresi penasaran.James memeriksa benda itu dan langsung mengumpat, “BEDEBAH
James mendesah pelan, sudah jelas bahwa prajurit tersebut tidak tahu menahu mengenai situasi terbaru di luar.“Iya, aku kembali. Aku tidak ditangkap oleh mereka,” jelas James sembari membantu prajurit itu untuk bersandar pada dinding.James melirik temannya yang terlihat sangat lemah, tapi tidak berani menyentuhnya akibat lukanya yang terlihat jauh lebih parah.James memeriksa luka sang prajurit yang tidak bajunya telah terkoyak itu sebentar dan langsung tahu bahwa prajurit itu pasti mengalami penyiksaan yang berat.Dia menggertakkan gigi, berusaha menahan amarah.“Lalu … apa kita sudah menang, Wakil Jenderal Perang?” tanya sang prajurit kelas dua itu dengan sorotan mata penuh harap.James mengangguk, “Iya, kita menang.”“Be-benarkah, Wakil Jenderal Perang? Kita menang? Saya tidak bermimpi kan?” tanya sang prajurit dengan air mata yang sudah hampir jatuh.James menata
Xylan pun langsung tersadar bila sang ayah tidak mungkin melepaskannya begitu saja.Padahal dia tahu bahwa Keannu Wellington tidak dalam kondisi yang prima, tapi ternyata ayahnya tersebut masih memikirkan semua hal dengan hati-hati.Maka dari itu, Xylan yang tidak pernah berbohong dan tidak akan mau untuk berbohong, terlebih lagi kepada ayahnya pun menjawab, “Iya, Ayah. Dia bukan seorang staf istana yang telah lama berada di istana. Bahkan, dia juga tidak memiliki hubungan dengan pejabat istana lain.”Keannu seketika terdiam.Xylan segera menyusun kata-kata dan melanjutkan, “Tapi … aku bisa menjamin kalau dia akan melakukan tugasnya dengan baik. Ayah akan melihat kalau pilihanku tidak akan salah.”Keannu menghela napas panjang.Xylan mulai khawatir.Dan setelah berdiam agak lama, Keannu pun akhirnya menatap kembali sang putra dan berkata, “Baiklah.”Perkataan Keannu yang ha