Sorot mata Keannu Wellington memberikan sorot tidak percaya. Ia bahkan menatap bingung pada jenderal terbaik yang pernah dimiliki oleh Kerajaan Ans De Lou dan bahkan dipuja-puja oleh seluruh rakyat Ans De Lou serta begitu dipercayai oleh ayahnya itu."Jenderal Mackenzie, tentu saja hal ini sangat berkaitan. Tidakkah kau pikir, kita bisa menggunakan hal itu untuk membuat goyah kerajaan itu, Jenderal?" tanya Keannu, tiba-tiba dipenuhi oleh semangat yang begitu tinggi, sampai-sampai Bill bisa merasakan aura semangatnya itu.Kening Bill mengerut bingung, "Maksud Anda, Anda berniat menggunakan skandal ini untuk mengancam atau menjebak Raja Maldiva, Yang Mulia? Benarkah seperti itu?"Keannu senang sekali akhirnya Bill mengerti akan ide briliannya. "Tepat. Kita bisa gunakan itu untuk mencapai kesepakatan dengan mereka. Aku yakin mereka tidak akan mungkin menyerang, jika mereka tahu kita mendapatkan bukti skandal si Kingsley itu." Keannu tertawa-tawa membayangkan bagaimana raja angkuh itu m
"Monica, kau tahu bagaimana kehebatannya kan?" balas Keannu malah semakin kesal luar biasa."Yah, sehebat apapun dia, kalau dia tidak bisa kau kendalikan ya percuma saja kan?" ujar Monica.Keannu segera membuat gerakan, menyuruh semua pengawal dan pelayannya menyingkir dari sana. Astaga, suasana hatinya sungguh semakin buruk setelah ia mendengar ucapan istrinya.Monica menghela napas panjang, ratu muda itu terlihat kasihan pada suaminya. "Lalu, apa yang sebenarnya dia sudah lakukan?""Dia hanya mengkritik caraku untuk menang.""Cara yang seperti apa?" tanya Monica.Keannu memanglah sangat terbuka pada istrinya. Apapun ia ceritakan pada ratunya itu. Tak satu pun rahasia yang disembunyikannya dari Monica Wilhelm. Maka, kali ini pun dia tidak ragu sama sekali saat bercerita, "Aku menemukan sebuah informasi menarik tentang putra mahkota Kerajaan Maldiva dan itu berupa skandal. Aku berniat menggunakan ini untuk mengancam Raja Maldiva."Monica manggut-manggut, dengan mudah memahami cerita i
"Maaf, Yang Mulia. Ampuni saya jika saya sudah lancang. Tapi, ini adalah pertama kalinya saya bertemu dengan Anda," ucap Bill.Monica mengerutkan dahi, sedikit tidak yakin. Tidak mungkin ia salah orang. Orang yang berdiri tak jauh darinya ini jelas orang itu. Orang yang pernah ia temui beberapa tahun lalu.Ah, memang kejadiannya sudah begitu lama, tapi kejadian lama itu kejadian biasa saja dan mudah ia lupakan. Jadi, ia yakin ia tidak mungkin salah mengenali orang. Bahkan, wajah orang itu tidak berubah. Sama sekali tidak ada perubahan yang signifikan."Tidak. Kau salah, kita pernah bertemu sebelumnya. Itu di ... di ...."Wanita itu tidak bisa melanjutkan perkataannya dan segera sadar saat ini ia tidak hanya berdua saja dengan Bill. Begitu banyak pengawal dan juga pelayan yang ada di selkitar mereka. Jika ia salah mengambil langkah, bisa-bisa esok hari gosip tidak sedap bisa tersebar ke seluruh penjuru istana. Reputasi baik yang selama ia jaga pun bisa rusak dan ia tidak mau hal itu s
"Ada sesuatu yang perlu aku diskusikan dengannya," jawab Bill, mengakhiri pertanyaan yang mungkin akan diajukan oleh Andrew.Andrew pun tidak berani bertanya lagi setelah melihat wajah sang jendral yang terlihat begitu tidak baik.Bill sekali lagi memeriksa semua perlengkapan senjata itu dan setelahnya mencatat beberapa hal yang penting.Esok paginya, tepat dua hari sebelum mereka akan melakukan penyerangan terhadap kerajaan Maldiva, Bill menemui jenderal perang tersebut setelah mendapatkan izin yang didapatkan atas bantuan Andrew."Aku tidak mengerti jika ternyata Andrew Reece telah berubah menjadi pelayan setiamu," sindir Jody begitu Bill memasuki tempat tinggal pribadinya.Bill kau sedang disindir dan ia pun membalas dengan santai, "Sejak saya masuk ke istana ini, Andrew Reece memang menjadi orang yang paling banyak membantu saya dalam berbagai hal.""Hm, tentu saja aku bisa melihat hal itu." Tatapan mata Jody terlihat tidak bersahabat tetapi dikarenakan ia dan penasihat perangnya
Keannu tanpa rasa beban menjawab, "Tentu. Aku sudah memikirkan bagaimana nanti ke depannya.""Kau yakin?" tanya Monica, jelas terlihat begitu meragu atas ucapan sang suami."Kau meragukan ucapanku, Sayang?" Sebuah senyuman terbit di bibir sang ratu, "Aku tidak tahu apakah ini namanya sebuah keraguan atau bukan. Tapi yang pasti, entah bagaimana aku mengenal dirimu."Keannu Wellington membalasnya dengan sebuah tawa kecil tetapi cukup membuktikan jika apa yang ada di dalam kepala Monica sedikit dengan kebenaran."Kau pasti telah memikirkan untuk menyingkirkan salah satu dari mereka, bukan?" tebak Monica.Keannu Wellington menghentikan tawanya lalu menatap istrinya lekat-lekat, sebelum kemudian membalas dengan sebuah tawa lagi yang kini terdengar lebih tidak mengenakkan untuk didengar.Sang ratu tidak membalas tawa itu dan hanya menatap suaminya penuh dengan rasa penasaran sehingga raja muda tersebut pun segera membalas, "Kau benar-benar sangat cocok menjadi istriku, ratuku."Monica meng
Jody Gardner mengangguk tenang dan Steven segera mengucapkan beberapa rencana yang telah muncul di dalam kepalanya. Begitu mendengar rencana yang terdengar luar biasa itu, Jody Gardner tertawa terbahak-bahak sambil menepuk-nepuk punggung sang anak buah. "Wah! Tak kusangka. Kau benar-benar sangat ahli dalam hal ini. Dari mana kau bisa mendapatkan ide se-briliant itu?" Steven hanya tersenyum senang mendengar pujian dari sang jenderal. Sementara itu, di bagian tempat peristirahatan yang lain, Bill, Sang Dewa Perang Terkuat yang pernah dimiliki oleh Kerajaan Ans De Lou terlihat sedang duduk di taman bersama dengan anak buah kepercayaannya, Andrew. "Ah, rasanya saya tidak pernah sebahagia ini selama 3 tahun ini," ucap Andrew. "Kenapa?" tanya Bill yang saat ini sedang menikmati udara malam sambil merapatkan jaketnya. "Menang." Bill segera menoleh ke arah sang anak buah yang sedang tersenyum, "Jody Gardner juga telah memenangkan beberapa perang bersamamu kan?" Andrew Reece mengangg
Cassandra membelalakkan mata, "Kakek."Arthur pun berjalan mendekat dan berniat menyentuh tangan Cassandra, tapi wanita itu dengan tegas menyentak tangan sang pengawal. Cassandra terlalu terkejut atas apa yang sedang terjadi. Ia masih kesulitan mempercayai jika sang kakek tega melakukan hal itu kepada dirinya yang merupakan cucu kandungnya."Cassie. Menurutlah atau-""Atau apa, Kek? Menikahkan aku dengan pria lain?" sela Cassandra sambil mundur beberapa langkah.Ia menggelengkan kepala, terlihat begitu terluka."Jangan keras kepala, Cassie!" bentak Christopher."Arthur, tunggu apa lagi?" ucap George, memerintah kembali sang anak buah kakeknya.Cassandra menatap kakaknya dengan tatapan kecewa dan menoleh kembali memutar pandangan ke arah sang kakek, "Kenapa, Kek? Apa salahku?' Aku-""Tak usah dengarkan dia, Kek! Cepat bawa saja ke sana!" potong Shirley cepat, tak ingin memberikan kesempatan bagi kakaknya untuk menghindari hukuman kakek mereka.Cassandra sungguh tidak mengerti. Ketiga o
Kata-kata Bill membuat Shirley bergetar, entah bagaimana kata-kata itu berhasil membuatnya begitu takut. Memang, sejak pria itu menghilang lalu muncul kembali dalam keluarga itu aura Bill terlihat sangat jauh berbeda.Namun, baru sekali ini ia merasakan ketakutan yang sampai merontokkan hatinya.Tetapi hal itu tidak terjadi pada Christopher Wood yang memiliki hati yang sangat keras serta temperamen yang cukup buruk. Tidak merasakan takut malah pria itu terlihat begitu kembali marah karena merasa terhina telah diancam oleh cucu menantunya yang menurutnya tidak berguna itu.Lelaki tua itu memberang marah, "Kau pikir kau siapa berani mengancam kakek mertuamu, berandal?""Punya pekerjaan yang tidak jelas saja sudah mulai sombong!" tambah Christopher terlihat tidak bisa mengontrol kemarahannya sedikitpun.Urat nadinya di bagian leher bahkan terlihat begitu jelas saat ia berteriak marah.Namun, Bill tidak sempat membalasnya karena lebih sibuk membawa istrinya untuk segera pergi ke rumah s