Sebuah senyuman aneh langsung saja terbit di bibir sang raja muda berwajah tampan itu. Wajah yang membuat Monica Wilhelm yang awalnya tidak berniat menikahi orang yang tidak dia suka menjadi setuju menerima pinangannya. Namun, kali ini Monica terlihat begitu keheranan dengan sikap suaminya yang menurutnya menjadi-jadi itu.Dia bukannya tidak tahu dengan sifat asli sang suami yang memang bukanlah raja dengan memiliki kepribadian yang keren, tapi dia tetap saja masih sulit menerima sisi buruk suaminya yang satu ini. Perlahan, Keannu mengubah senyum aneh itu menjadi sebuah senyum miring yang jelas ditujukan untuk menghina. Yang dihina tentu saja adalah William Mackenzie yang dibahas oleh keduanya."Dia hanya hidup menumpang di keluarga istrinya, Monica. Menjadi beban bagi keluarga itu. Sungguh menjijikkan."Keannu menjeda dengan sebuah tawa kecil sebelum kembali melanjutkan kata-katanya."Kau bisa bayangkan itu? Seorang Jenderal Perang Terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou nya
Sang ratu kerajaan Ans De Lou, Monica Wilhelm pun menyerah karena tidak mungkin lagi dia bisa memperbaiki ataupun menggagalkan apa yang sedang diinginkan oleh suaminya itu.Keannu Wellington adalah orang yang paling keras kepala yang pernah dia kenal seumur hidupnya. Jika dia sudah memiliki keinginan yang sangat kuat, maka bagaimanapun caranya dia pasti akan berusaha keras untuk mendapatkannya. Meskipun, hal itu harus menggunakan cara kotor sekalipun.Apalagi, dia sekarang ini sudah menjadi seorang raja yang memiliki kekuasaan yang bisa dikatakan tidak terbatas, sehingga keinginannya pun tak akan terbendung lagi.Maka, tanpa ingin berusaha lagi Monica memilih untuk segera meninggalkan Keannu dan pergi ke kediamannya sendiri. Ia menunggu kedatangan William Mackenzie yang memang sudah dipastikan akan kembali ke istana meskipun dengan sebuah paksaan."Bawa ke sini Penasihat Perang malam ini juga," perintah Keannu sambil masih memegang gelas yang berisi minuman memabukkan.Frederick, pria
Penjaga itu terlonjak kaget, sampai-sampai ia terpaksa harus mundur beberapa langkah. "Saya tidak tahu, Tuan," ucap sang penjaga, mulai terlihat takut."Minggir!" ucap Bill."Maaf, Tuan Bill. Anda tidak bisa masuk, Tuan Besar melarang Anda-"Tak bisa menunggu lebih lama lagi, Bill menerobos masuk ke dalam rumah besar itu. Sang penjaga berniat mencegah, tapi ia tak berani setelah melihat raut wajah Bill yang terlihat begitu mengerikan.Secara bersamaan, Bill melihat orang yang dia sedang cari-cari. Seringaian pun muncul di wajah Bill.Untuk sesaat, Arthur terlihat akan membalikkan badan dan kabur dari Bill. Tapi, nyatanya kaki jenjangnya tidak bisa ia gerakkan seinchi pun dari tempatnya. Kakinya terasa begitu berat, padahal otaknya telah menyadari adanya bahaya dan memerintahkannya untuk segera pergi.Bill. Cucu menantu keluaga Wood ini sama sekali tak seperti dahulu. Laki-laki yang badannya jauh lebih besar darinya itu kini memiliki aura yang berbeda yang begitu menakutkan. Sapuan pa
"Aku? Bill Stewart, suami dari cucu menantumu, Cassandra Wood, Kakek. Apa kau sudah lupa akan hal itu?" jawab Bill.Christopher sontak menatap jengkel. "Pergi dari sini dan jangan pernah kembali lagi!" usir Christopher.Bill mendesah, "Ini terakhir kalinya aku menahan diri, Kek. Lain kali, aku tidak akan peduli lagi. Akan aku hadapi semuanya, termasuk Kakek!" Sumpah serapah pun seketika ke luar dari mulut Christopher Wood dengan begitu lancarnya, sementara Bill meninggalkan rumah itu dengan langkah lebar-lebar. Ia menoleh sebentar sebelum membawa mobilnya kembali menuju rumah sakit tempat istrinya dirawat.Ketika ia sedang memarkir mobilnya di rumah sakit, ia agak terkejut saat melihat beberapa orang dengan pakaian serba hitam dengan lambang kerajaan bunga lily di bagian depan saku jas mereka. Bunga lily merupakan lambang Kerajaan Ans De Lou.Seakan seperti mendapatkan sebuah peringatan, Bill segera berlari menuju kamar istrinya dan menghentikan langkahnya saat di sana sudah ada ses
Beberapa tahun lalu, tahun di mana Jody Gardner yang masih muda baru saja mendapatkan kepercayaan bergabung dengan pasukan utama, dia benar-benar dikejutkan oleh pemandangan tak biasa yang tersuguh di depan kedua mata biru lautnya sesaat sebelum dia menghadiri pertemuan resmi dengan salah seorang menteri di istana.Saat itu, unit baru dilatih di luar istana karena bangunan dan fasilitasnya yang belum memadai. Dengan setelan jas lengkapnya, ia melihat jenderap perang sedang berjongkok di dekat rerumputan dan semak-semak.William Mackenzie yang masih muda sedang berusaha melepaskan seekor kucing yang terjerat tali di pinggir jalan. Setelahnya, ia menggendong kucing liar dengan warna abu-abu itu."Kucing itu berdarah, Jenderal," ucap Jody dengan pandangan jijik. Ia seorang prajurit yang telah menyaksikan orang-orang terbunuh di depan matanya di medan perang dan ia tidak pernah keberatan akan hal itu. Tapi jika darah itu bukan berasal dari medang perang, ia membencinya.Sang jenderal ber
Steven tidak mengerti kata-kata aneh yang diucapkan oleh jenderalnya itu, sehingga ia memilih terdiam saja, tak ingin membuat kesalahan yang tidak perlu."Stev, mulai sekarang kau harus lebih mengawasi Penasihat Perang,""Baik, Jenderal."Jody menyeringai dan kembali berkata, "Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk mengusirnya dari sini?""Jen-jenderal," kata Steven tergagap, sebenarnya tahu maksud Jody tapi ia hanya terkejut.Jody menoleh, "Ayolah, bukankah kau sudah berkata akan membantuku untuk membuatnya terusir dari sini, Stev?""Ah, masalah itu ... saya ... mungkin membutukan waktu yang agak lama, Jenderal."Jody mengerang tidak suka, "Kenapa lama? Apakah sulit?""Jenderal, Raja Keannu harus menjadi orang yang mengusirnya sendiri. Dan untuk itu, artinya kita harus meyakinkan Raja Keannu jika Bill Stewart tak layak ada di sini.""Aku tahu hal itu. Lalu?" balas Jody malas."Bill Stewart harus melakukan kesalahan-kesalahan yang akan membuat murka Raja Keannu sehingga tidak cukup
Pagi itu pun menjadi awal mula Bill mewaspadai setiap pergerakan dari Jody Gardner.Pada awalnya, ia hanya mengira Jody ketakutan jika ia mengambil posisi milik Jody. Tapi, hal ini segera berkembang karena sepertinya pria itu curiga terhadapnya dan ingin menghancurkannya secara perlahan.Dengan cara mendekati raja yang memang cukup dekat dengan dirinya semakin membuatnya yakin Jody akan memanfaatkan raja untuk membuatnya berada di dalam keadaan yang terjepit.Akan tetapi, ia bukanlah orang yang dengan mudah menyerah atau menerima sebuah kekalahan. Ia adalah seorang dewa perang yang memiliki kekuatan paling tinggi yang pernah ada di kerajaan itu. Ia tentu tidak mau dikalahkan oleh siapapun, harga dirinya tidak mengizinkan hal itu terjadi.Ia sudah terlatih menghadapi musuh dengan berbagai karakter. Tak ada yang bisa menghancurkan dirinya dan tak ada pula yang berhasil memperdaya dirinya. Menghadapi seorang seperti mantan anak buahnya itu tentu saja cukup mudah untuknya.Ia pun kemudia
"Kenapa kau melihatnya seperti itu, Dorothy?" tanya Jody Gardner yang tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya.Dorothy langsung memutar badan dan menghadap sang kekasih, "Hanya heran saja. Omong-omong, aku belum sempat mengucapkan selamat atas kemenanganmu." Jody Gardner tersenyum meskipun pikirannya dipenuhi oleh kecurigaan. Ia tadi jelas-jelas melihat bagaimana cara kekasihnya itu menatap dengan penuh kebingungan ke arah Penasihat Perang itu."Senang kau sudah kembali ke sini. Apa semuanya sudah beres?" tanya Jody.Dorothy mengangguk, "Tentu. Tapi, ternyata semakin hari semakin melelahkan. Apa menurutmu aku berhenti saja bekerja di istana?""Apa? Berhenti?""Iya. Aku sudah sangat lelah melakukan semua rutinitas ini. Tapi, bagaimana ... hidup juga memerlukan uang jadi sepertinya aku harus lebih menahan diri untuk tetap berada di sini sampai uangku terkumpul," ucap Dorothy.Jody Gardner berkata, "Tunggu dulu. Kenapa kau repot-repot memikirkan masalah ekonomi? Ada aku, Dorothy.""A
“Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs
Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang
Sedangkan William juga mulai kebingungan menenangkan istrinya yang kian menangis tersedu-sedu.Akan tetapi, tangisan Cassandra akhirnya berhenti kala dia melihat pintu ruang operasi tersebut terbuka.Semua orang juga langsung menatap ke arah pintu, menunggu dengan cemas.Di saat beberapa orang dari tim medis telah keluar, William dan Cassandra langsung berjalan mendekat.“Dokter,bagaimana dengan keadaan putra saya?” William bertanya.Sang dokter berusia senja itu menatap ke arah pria paruh baya yang sedang menatapnya penuh kecemasan. “Jenderal Mackenzie,” sapa dokter itu setelah dia memperhatikan wajah William.William mengangguk, “Iya, Dokter Sigmund. Ini saya.”Sigmund terkejut, “Riley Wood, maksud saya Jenderal Wood adalah … putra Anda?”“Iya, Dokter,” jawab William.James hanya menatap kosong ke arah depan, seolah telah siap mendengar penyataan itu. Sedangkan, Reiner dan prajurit lain hanya bisa memekik kaget lantaran sebuah fakta penting yang baru saja terungkap di depan mereka.