Kata-kata Bill membuat Shirley bergetar, entah bagaimana kata-kata itu berhasil membuatnya begitu takut. Memang, sejak pria itu menghilang lalu muncul kembali dalam keluarga itu aura Bill terlihat sangat jauh berbeda.Namun, baru sekali ini ia merasakan ketakutan yang sampai merontokkan hatinya.Tetapi hal itu tidak terjadi pada Christopher Wood yang memiliki hati yang sangat keras serta temperamen yang cukup buruk. Tidak merasakan takut malah pria itu terlihat begitu kembali marah karena merasa terhina telah diancam oleh cucu menantunya yang menurutnya tidak berguna itu.Lelaki tua itu memberang marah, "Kau pikir kau siapa berani mengancam kakek mertuamu, berandal?""Punya pekerjaan yang tidak jelas saja sudah mulai sombong!" tambah Christopher terlihat tidak bisa mengontrol kemarahannya sedikitpun.Urat nadinya di bagian leher bahkan terlihat begitu jelas saat ia berteriak marah.Namun, Bill tidak sempat membalasnya karena lebih sibuk membawa istrinya untuk segera pergi ke rumah s
Sebuah senyuman aneh langsung saja terbit di bibir sang raja muda berwajah tampan itu. Wajah yang membuat Monica Wilhelm yang awalnya tidak berniat menikahi orang yang tidak dia suka menjadi setuju menerima pinangannya. Namun, kali ini Monica terlihat begitu keheranan dengan sikap suaminya yang menurutnya menjadi-jadi itu.Dia bukannya tidak tahu dengan sifat asli sang suami yang memang bukanlah raja dengan memiliki kepribadian yang keren, tapi dia tetap saja masih sulit menerima sisi buruk suaminya yang satu ini. Perlahan, Keannu mengubah senyum aneh itu menjadi sebuah senyum miring yang jelas ditujukan untuk menghina. Yang dihina tentu saja adalah William Mackenzie yang dibahas oleh keduanya."Dia hanya hidup menumpang di keluarga istrinya, Monica. Menjadi beban bagi keluarga itu. Sungguh menjijikkan."Keannu menjeda dengan sebuah tawa kecil sebelum kembali melanjutkan kata-katanya."Kau bisa bayangkan itu? Seorang Jenderal Perang Terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou nya
Sang ratu kerajaan Ans De Lou, Monica Wilhelm pun menyerah karena tidak mungkin lagi dia bisa memperbaiki ataupun menggagalkan apa yang sedang diinginkan oleh suaminya itu.Keannu Wellington adalah orang yang paling keras kepala yang pernah dia kenal seumur hidupnya. Jika dia sudah memiliki keinginan yang sangat kuat, maka bagaimanapun caranya dia pasti akan berusaha keras untuk mendapatkannya. Meskipun, hal itu harus menggunakan cara kotor sekalipun.Apalagi, dia sekarang ini sudah menjadi seorang raja yang memiliki kekuasaan yang bisa dikatakan tidak terbatas, sehingga keinginannya pun tak akan terbendung lagi.Maka, tanpa ingin berusaha lagi Monica memilih untuk segera meninggalkan Keannu dan pergi ke kediamannya sendiri. Ia menunggu kedatangan William Mackenzie yang memang sudah dipastikan akan kembali ke istana meskipun dengan sebuah paksaan."Bawa ke sini Penasihat Perang malam ini juga," perintah Keannu sambil masih memegang gelas yang berisi minuman memabukkan.Frederick, pria
Penjaga itu terlonjak kaget, sampai-sampai ia terpaksa harus mundur beberapa langkah. "Saya tidak tahu, Tuan," ucap sang penjaga, mulai terlihat takut."Minggir!" ucap Bill."Maaf, Tuan Bill. Anda tidak bisa masuk, Tuan Besar melarang Anda-"Tak bisa menunggu lebih lama lagi, Bill menerobos masuk ke dalam rumah besar itu. Sang penjaga berniat mencegah, tapi ia tak berani setelah melihat raut wajah Bill yang terlihat begitu mengerikan.Secara bersamaan, Bill melihat orang yang dia sedang cari-cari. Seringaian pun muncul di wajah Bill.Untuk sesaat, Arthur terlihat akan membalikkan badan dan kabur dari Bill. Tapi, nyatanya kaki jenjangnya tidak bisa ia gerakkan seinchi pun dari tempatnya. Kakinya terasa begitu berat, padahal otaknya telah menyadari adanya bahaya dan memerintahkannya untuk segera pergi.Bill. Cucu menantu keluaga Wood ini sama sekali tak seperti dahulu. Laki-laki yang badannya jauh lebih besar darinya itu kini memiliki aura yang berbeda yang begitu menakutkan. Sapuan pa
"Aku? Bill Stewart, suami dari cucu menantumu, Cassandra Wood, Kakek. Apa kau sudah lupa akan hal itu?" jawab Bill.Christopher sontak menatap jengkel. "Pergi dari sini dan jangan pernah kembali lagi!" usir Christopher.Bill mendesah, "Ini terakhir kalinya aku menahan diri, Kek. Lain kali, aku tidak akan peduli lagi. Akan aku hadapi semuanya, termasuk Kakek!" Sumpah serapah pun seketika ke luar dari mulut Christopher Wood dengan begitu lancarnya, sementara Bill meninggalkan rumah itu dengan langkah lebar-lebar. Ia menoleh sebentar sebelum membawa mobilnya kembali menuju rumah sakit tempat istrinya dirawat.Ketika ia sedang memarkir mobilnya di rumah sakit, ia agak terkejut saat melihat beberapa orang dengan pakaian serba hitam dengan lambang kerajaan bunga lily di bagian depan saku jas mereka. Bunga lily merupakan lambang Kerajaan Ans De Lou.Seakan seperti mendapatkan sebuah peringatan, Bill segera berlari menuju kamar istrinya dan menghentikan langkahnya saat di sana sudah ada ses
Beberapa tahun lalu, tahun di mana Jody Gardner yang masih muda baru saja mendapatkan kepercayaan bergabung dengan pasukan utama, dia benar-benar dikejutkan oleh pemandangan tak biasa yang tersuguh di depan kedua mata biru lautnya sesaat sebelum dia menghadiri pertemuan resmi dengan salah seorang menteri di istana.Saat itu, unit baru dilatih di luar istana karena bangunan dan fasilitasnya yang belum memadai. Dengan setelan jas lengkapnya, ia melihat jenderap perang sedang berjongkok di dekat rerumputan dan semak-semak.William Mackenzie yang masih muda sedang berusaha melepaskan seekor kucing yang terjerat tali di pinggir jalan. Setelahnya, ia menggendong kucing liar dengan warna abu-abu itu."Kucing itu berdarah, Jenderal," ucap Jody dengan pandangan jijik. Ia seorang prajurit yang telah menyaksikan orang-orang terbunuh di depan matanya di medan perang dan ia tidak pernah keberatan akan hal itu. Tapi jika darah itu bukan berasal dari medang perang, ia membencinya.Sang jenderal ber
Steven tidak mengerti kata-kata aneh yang diucapkan oleh jenderalnya itu, sehingga ia memilih terdiam saja, tak ingin membuat kesalahan yang tidak perlu."Stev, mulai sekarang kau harus lebih mengawasi Penasihat Perang,""Baik, Jenderal."Jody menyeringai dan kembali berkata, "Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk mengusirnya dari sini?""Jen-jenderal," kata Steven tergagap, sebenarnya tahu maksud Jody tapi ia hanya terkejut.Jody menoleh, "Ayolah, bukankah kau sudah berkata akan membantuku untuk membuatnya terusir dari sini, Stev?""Ah, masalah itu ... saya ... mungkin membutukan waktu yang agak lama, Jenderal."Jody mengerang tidak suka, "Kenapa lama? Apakah sulit?""Jenderal, Raja Keannu harus menjadi orang yang mengusirnya sendiri. Dan untuk itu, artinya kita harus meyakinkan Raja Keannu jika Bill Stewart tak layak ada di sini.""Aku tahu hal itu. Lalu?" balas Jody malas."Bill Stewart harus melakukan kesalahan-kesalahan yang akan membuat murka Raja Keannu sehingga tidak cukup
Pagi itu pun menjadi awal mula Bill mewaspadai setiap pergerakan dari Jody Gardner.Pada awalnya, ia hanya mengira Jody ketakutan jika ia mengambil posisi milik Jody. Tapi, hal ini segera berkembang karena sepertinya pria itu curiga terhadapnya dan ingin menghancurkannya secara perlahan.Dengan cara mendekati raja yang memang cukup dekat dengan dirinya semakin membuatnya yakin Jody akan memanfaatkan raja untuk membuatnya berada di dalam keadaan yang terjepit.Akan tetapi, ia bukanlah orang yang dengan mudah menyerah atau menerima sebuah kekalahan. Ia adalah seorang dewa perang yang memiliki kekuatan paling tinggi yang pernah ada di kerajaan itu. Ia tentu tidak mau dikalahkan oleh siapapun, harga dirinya tidak mengizinkan hal itu terjadi.Ia sudah terlatih menghadapi musuh dengan berbagai karakter. Tak ada yang bisa menghancurkan dirinya dan tak ada pula yang berhasil memperdaya dirinya. Menghadapi seorang seperti mantan anak buahnya itu tentu saja cukup mudah untuknya.Ia pun kemudia
Hening.Gary Davis terdiam, namun tampak terlihat sedang berpikir serius.“Apa lagi yang kau pikirkan, Gary?” Xylan Wellington berkata dengan nada terdengar sangat lelah. Dia bahkan juga memperlihatkan ekspresi yang tidak sabar.Hal tersebut membuat Gary meringis. “Yang Mulia, tapi Jenderal Gardner hanyalah seorang Jenderal Perang pengganti. Apakah-”“Iya, iya kau benar. Dia memang seorang jenderal pengganti,” Xylan memotong perkataan Gary cepat-cepat.Gary mendengarkan, tidak berniat menyela dan malah menunggu Xylan menjelaskan lebih lanjut.Xylan mendesah pelan, “Tapi … dia juga bukan orang yang bisa dianggap remeh. Semua orang menghormatinya. Terlebih lagi dialah yang menyelamatkan kerajaan kita. Dia memenangkan peperangan yang bahkan kakak iparku tidak bisa melakukannya.”Pria muda itu membasahi bibir sebentar dan melanjutkan sembari mengerutkan dahi, “Dengan prestasi yang besar itu, aku sangat yakin tidak akan ada yang berani menentangnya. Dan aku … akan aman selama dia menjadi
Gary Davis pun menjawab dengan ekspresi serius, “Yang Mulia, saya mohon maaf jika perkataan saya Anda anggap lancang, namun ….”“Katakan saja! Katakan semua yang ingin kau katakan!” Xylan memerintah.Dari nada suaranya, Xylan jelas terdengar sudah tidak sabar. “Aku siap mendengarkan! Dan … aku tidak akan marah kepadamu, jangan khawatir!” Xylan menambahkan setelah dia melihat raut wajah Gary yang terlihat ragu-ragu.Xylan berpikir mungkin Gary takut jika dia akan dihukum jika mengatakan apa yang ada di dalam kepalanya sehingga salon calon raja tersebut harus meyakinkan Gary agar pria muda itu menjadi lebih berani.Gary mengangguk, terlihat lega. Setidaknya dia memiliki sebuah jaminan bahwa dia tidak akan dihukum. “Yang Mulia, Anda … akan diangkat menjadi raja baru Kerajaan Ans De Lou. Anda masih sangat muda dan Anda sendiri juga pasti sudah bisa menebak bahwa … itu … saya ….”Xylan mendecak lidah dengan tidak sabar, “Katakan saja! Aku tidak masalah. Tenang saja!”Sekali lagi Gary kem
Mendengar jawaban Gary Davis, Xylan Wellington sontak mengernyitkan dahi.Apa benar ini pemuda yang sama yang selalu memberikan solusi-solusi bagus kepadaku? Xylan membatin.Sang calon raja tersebut semakin dalam menatap Gary dan akhirnya mengangkat alis kanan ketika dia sadar dia telah berpikir sesuatu yang bodoh.Semakin lama Xylan semakin menyadari bahwa Gary Davis mungkin memang cerdas dan cekatan serta memiliki pengetahuan yang cukup luas. Tapi, seseorang yang cerdas seperti itu juga bisa saja memiliki sifat polos seperti yang baru saja ditunjukkan oleh pemuda itu pada dirinya.“Yang Mulia, mengapa Anda tidak menjawab pertanyaan saya? Apakah saya-”“Lupakan saja!” Xylan memotong cepat.Gary pun menggaruk belakang telinganya karena kebingungan.Xylan menghela napas dan berujar, “Gary. apa kau cemas menunggu pengumuman perubahan staf dan pejabat istana nanti?”Gary berjengit, cukup terkejut dengan pertanyaan Xylan.Pemuda itu membuka mulut dan terbata-bata berkata, “Yang Mulia, sa
“Tentu saja begitu. Kalau tidak, mana mungkin bisnis kafenya itu sukses?” sahut Diego yang terlihat seakan puas dengan hasil yang dicapai oleh James, sahabat baiknya.Reiner semakin tertarik, “Bagaimana caranya? Maksudku … kau tahu dia kan … yah, tidak bisa sopan dan cenderung selalu membuat orang jengkel. Lalu, perubahan yang dia lakukan?”Diego terlihat akan segera menjawab, tapi Shin tiba-tiba berkata dengan nada tidak percaya, “Oh, tunggu dulu. Dia mengelola bisnis kafe itu bersama dengan ibunya kan? Ah, aku yakin para pelanggannya itu ke tempatnya karena ibunya yang baik.”Ben mengangguk setuju, “Aku memang belum pernah bertemu dengan ibu James, tapi … mengingat James yang sifatnya seperti itu, aku lebih percaya ucapan Shin.”Diego langsung memasang ekspresi masam, terlihat agak jengkel. Sebab, ternyata teman-temannya sendiri rupanya tidak terlalu mengenal James dengan baik.Akan tetapi, dialah yang menjadi saksi tentang bagaimana perubahan besar yang terjadi pada James sehingga
Alen tidak langsung menjawab pertanyaan seorang senior sekaligus teman baiknya itu. Dia terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya memberikan sebuah jawaban, “Kau seperti tidak mengenal James saja.”“Apa maksudmu?” Shin membalas sambil berkedip-kedip.Alen mendengus dengan tidak sabar, “Shin, James itu tidak bisa ditebak. Kau juga pasti tahu kalau kadang kala dia bisa melakukan apa yang tidak pernah orang pikirkan. Jadi, mana bisa aku menebak apa yang mungkin dia lakukan?”Shin pun terhenyak. Pria muda itu tersenyum masam, “Sialan, kau benar soal itu. Dia memang sulit diprediksi.”Pada akhirnya kedua orang itu tidak melontarkan pertanyaan tentang apa yang mereka bahas tersebut pada James. Ketika pemakaman telah selesai digelar, mereka semua kembali ke tempat mereka masing-masing. Namun, tidak dengan James Gardner. Pria muda yang merupakan jenderal perang Kerajaan Ans De Lou saat itu malah terlihat berjalan menuju ke arah kediaman Xylan Wellington.Tentu saja hal itu menimbulkan berb
“Pasti bisa, Diego,” jawab James.“Dia pasti bisa menunggu,” James mengulang lagi dengan penekanan.Diego justru terlihat tidak yakin mendengar jawaban James.James biasanya enggan menjelaskan terlalu detail tentang apa yang dia pikirkan. Namun, Diego adalah salah satu sahabat baiknya sehingga dia pun tidak ingin membuat sahabatnya bingung.Maka, James pun berkata, “Dia bukan orang yang mudah dikalahkan, Diego. Dan … ada satu hal yang perlu kau tahu.”“Apa itu?” Diego bertanya dengan alis naik sebelah.“Ayahnya sendiri, maksudku Jenderal Mackenzie berkata padaku bahwa putranya … tidak akan mati dengan mudah,” jelas James.Diego tercengang sampai tidak berani membalas.James seketika yakin tugasnya menjelaskannya telah selesai, tapi dia tetap menambahkan, “Kalau seorang jenderal besar dan terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou saja mengatakan demikian, bukankah kemungkinannya memang sangat besar kalau Riley masih hidup di luar sana.”Diego terdiam selama beberapa saat.Tetapi,
Bibir William terangkat ke atas sekali lagi, membentuk sebuah senyuman hangat.“James, tanpa aku menjelaskannya, kau … pasti tahu sendiri kan?” William berkata pelan.Setelah itu sang lelaki tua yang dulu pernah menjadi seorang prajurit terkuat di kerajaan itu pun menepuk punggung belakang James dan kemudian pergi meninggalkan James yang termenung.Pria muda itu menelan ludah secara susah payah. Tiba-tiba saja dia teringat semua hal tentang Riley, lebih tepatnya persahabatan mereka yang telah mereka jalin sejak awal.Semua kenangan-kenangan itu kembali muncul. Salah satu kenangan yang mengusiknya adalah ketika mereka masih belum resmi dilantik menjadi prajurit. Saat itu dia kesal dan mengambil keputusan bodoh dan nekad yakni menyerang musuh sebagai pembuktian bahwa dia berbeda dari sang ayah. Lalu, satu-satunya orang yang benar-benar peduli terhadapnya adalah Riley. Dialah yang mengorbankan diri untuk menyelamatkannya. Pada waktu itu, dia dan Riley sama-sama berstatus sebagai seoran
James Gardner pun mengangguk, “Iya, Yang Mulia. Bolehkah saya melakukannya?”Xylan Wellington dengan cepat mengangguk, “Pergilah, Jenderal Gardner. Kau bisa berbicara dengannya.”James bersyukur lantaran Xylan tidak menahannya.“Terima kasih, Yang Mulia,” kata James yang kemudian dia segera meninggalkan sang putra mahkota bersama dengan tiga orang prajurit kelas satu untuk menjaganya.Sesungguhnya tiga prajurit itu tentu tidak sebanding dengannya. Namun, dia memilih untuk mempercayai mereka bertiga.Beruntung, rupanya William Mackenzie yang terlihat jauh lebih tua beberapa tahun itu ternyata juga sedang mencarinya sehingga pertemuan mereka pun tidak mengalami rintangan apapun.“Jenderal Mackenzie,” James menyapa ayah dari sahabatnya itu dengan hormat.William Mackenzie tersenyum samar dan membalas, “Jenderal Gardner.”James mengangguk, “Anda … Anda baik-baik saja, Jenderal?”William kembali mengulas sebuah senyuman dan berkata dengan nada pelan, “Bagaimana aku bisa baik-baik saja keti
James sontak Gardner tersenyum miring. Dia tahu ternyata memang tidak mudah menjadi perisai Xylan Wellington. Tapi, dia sungguh-sungguh tidak menyangka bila putra mahkota yang menurutnya sangat pintar itu ternyata juga sangat polos.Kepintarannya rupanya berbanding terbalik dengan pengetahuannya dalam hal memahami dunia sekitarnya.Namun, dia sudah memutuskan untuk menggantikan Riley demi menebus beberapa tahun waktunya yang dia sia-siakan sehingga dia harus mencoba bersabar.Jadi, dengan penuh ketenangan dia menjawab, “Anda harus mulai memikirkan masalah pendapat mereka semua, Yang Mulia.”“Kenapa aku harus?” balas Xylan yang terlihat tidak terima dengan perkataan James.James menggigit bibir bawah, merasa memang harus lebih menekan rasa jengkelnya. Ayolah, James. Jangan mudah menyerah! James membatin.“Karena Anda adalah calon raja dan sebentar lagi akan segera mewarisi tahta negeri ini. Jadi, sudah seharusnya Anda mulai memikirkan apa yang mereka pikirkan tentang Anda,” jawab Jam